• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat penting dan strategis. Meskipun sekarang ini terdapat berbagai macam bahan pangan alternatif, beras masih merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Sebagai bahan pangan pokok, kebutuhannya harus selalu dipenuhi. Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kabupaten penyangga pangan di propinsi Jawa Tengah sangat memperhatikan ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.

Dinamika penawaran tahunan beras selama periode 17 tahun (1994 – 2010) memiliki pola yang berfluktuasi. Penawaran beras terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu sebesar 157.895,088 ton. Dibandingkan dengan penawaran tahun sebelumnya, pada tahun 1999 terjadi penurunan sebesar 10,63 %. Pada tahun 2009 penawaran beras mencapai titik tertinggi, yaitu sebesar 196.239,80 ton. Pada tahun 2009 jumlah produktivitas padi berhasil mencapai 70,87 ku/ha.

Fluktuasi penawaran tahunan beras yang terjadi disebabkan oleh perbedaan varietas dan teknologi yang digunakan, selain itu perubahan iklim juga ikut mempengaruhi karena budidaya tanaman padi sangat tergantung pada kondisi iklim. Dinamika permintaan tahunan beras menunjukkan pola yang meningkat dan linier. Jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan permintaan juga mengalami peningkatan. Karena jumlah penduduk yang banyak juga memerlukan kebutuhan bahan pangan yang banyak pula.

Data penawaran tahunan beras pada tahap uji stasioneritas data, menunjukkan bahwa data penawaran belum stasioner. Untuk menstasionerkan data dilakukan proses pembedaan (differencing). Pada differencing orde satu, data penawaran tahunan beras sudah stasioner. Setelah mengetahui stasioneritas data, maka pada tahap selanjutnya yaitu estimasi parameter, ditetapkan bahwa model tentatif untuk penawaran tahunan beras adalah ARIMA (0,1,1). Hasil estimasi model tentatif menunjukkan bahwa model tentatif mempunyai RMSE sebesar 5.186,376; R2 sebesar 0,850311 dan nilai F-statistic sebesar 79,52704. Kemudian estimasi parameter model tentatif menunjukkan bahwa model tentatif mempunyai konstanta 2701,109 dan koefisien MA(1) sebesar -2,232999. Berdasarkan nilai probabilitasnya, parameter MA(1) sudah signifikan karena nilai probabilitasnya (0,0041) lebih kecil dari 0,05.

Pada tahap uji diagnostik, setelah membandingkan model tentatif dengan model alternatif lainnya, ditetapkan bahwa model tentatif ARIMA (0,1,1) adalah model ARIMA terbaik untuk penawaran tahunan beras. Hal ini

commit to user

dikarenakan model tentatif memiliki RMSE yang paling kecil dibanding model yang lainnya, yaitu sebesar 5.186,376. Pertimbangan lainnya adalah nilai R2 paling tinggi, yaitu sebesar 0,850311. Nilai R2 tersebut berarti bahwa model ARIMA (0,1,1) dapat menjelaskan variasi perubahan variabel bebas sebesar 85,0311 %. Berdasarkan hasil uji-t, diketahui variabel dummy otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras. Sedangkan variabel MA(1) berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras.

Data permintaan tahunan beras pada tahap uji stasioneritas menunjukkan bahwa data permintaan tahunan beras belum stasioner. Untuk menstasionerkan data dilakukan proses pembedaan (differencing). Pada differencing orde satu, data permintaan tahunan beras masih belum stasioner dan baru menjadi stasioner pada differencing kedua. Tahap kedua setelah uji stasioneritas adalah estimasi model. Pada tahap ini ditetapkan model tentatif ARIMA permintaan tahunan beras adalah ARIMA (1,2,1). Berdasarkan hasil estimasi parameter, model tentatif mempunyai RMSE sebesar 2.016,135; R2 sebesar 0,933452 dan nilai F-statistic sebesar 77,14651. Selanjutnya model tentatif mempunyai konstanta -79,78165 dengan koefisien AR(1) sebesar -0,679413 dan koefisien MA(1) sebesar -2,6664447. Parameter AR dan MA model tentatif ini juga signifikan karena nilai probabilitasnya untuk AR (0,0434) dan MA (0,0051) sudah lebih kecil dari 0,05.

Setelah ditetapkan model tentatif maka langkah berikutnya adalah membandingkan model tentatif dengan alternatif model yang lain. Hasil uji

diagnostik menunjukkan bahwa model tentatif belum memenuhi kriteria sebagai model terbaik. Model ARIMA terbaik untuk permintaan tahunan beras adalah ARIMA (2,2,1). Hal ini dikarenakan model ARIMA (2,2,1) memiliki RMSE sebesar 677,4671. Nilai ini merupakan nilai RMSE yang paling kecil jika dibandingkan model alternatif lainnya. Selain itu nilai R2 dari model terbaik juga lebih besar dari R2 model tentatif. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa variabel dummy otonomi daerah dan variabel AR(2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras. Sedangkan variabel AR(1) dan variabel MA(1) berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras.

Setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, sektor perberasan yang termasuk dalam sektor pertanian sepenuhnya menjadi tangung jawab pemerintah daerah yang diatur melalui otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih memaksimalkan potensi daerahnya masing-masing sehingga daerahnya dapat lebih berkembang. Berdasarkan kondisi tersebut, kemudian digunakan variabel dummy otonomi daerah sebagai variabel tambahan dalam model ARIMA penawaran dan permintaan tahunan beras. Variabel dummy digunakan untuk menguji apakah otonomi daerah berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan hasil Chow Breakpoint Test periode tahun 1999 dan tahun 2001 tidak berpengaruh terhadap structural break data penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan periode tahun

commit to user

2000, nilai probabilitasnya signifikan pada tingkat signifikansi 95%. Dengan demikian, periode tahun 2000 memberikan pengaruh structural break terhadap data penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo. Sehingga, variabel dummy sebelum pelaksanaan otonomi daerah nilainya 0 untuk periode tahun 1994 – 1999, sedangkan variabel dummy setelah pelaksanaan otonomi daerah nilainya 1 untuk periode tahun 2000 – 2010.

Secara teknis beras merupakan produk sektor pertanian yang merupakan salah satu bidang kewenangan pemerintah daerah. Berdasarkan hal ini maka pemerintah daerah secara proaktif harus berperan dalam menangani persoalan perberasan yang terjadi di daerahnya. Akan tetapi pada kenyataannya persoalan beras tidak terbatas pada persoalan teknis produksi saja. Hal ini dikarenakan komoditi beras bukan hanya sebagai komoditi ekonomi saja, tetapi juga merupakan komoditi sosial politis. Akibatnya, meskipun kewenangan sektor pertanian telah didesentralisasikan ke daerah, peran pemerintah daerah dalam hal perberasan masih kecil. Pemerintah pusat masih terus memainkan peran yang dominan dan menentukan.

Pada era otonomi daerah, manajemen sistem kebijakan perberasan dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua. Pertama, manajemen sistem kebijakan perberasan yang berkaitan dengan penanganan pasca panen dan kebijakan makro lainnya dilakukan oleh pemerintah pusat. Penetapan harga dasar gabah, tarif impor, penyediaan kredit, peran Bulog, Raskin, dan subsidi pupuk, merupakan contoh unsur-unsur kebijakan perberasan yang sangat penting yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Dalam aspek-aspek kebijakan ini dapat

dikatakan bahwa pemerintah daerah tidak mempunyai peran apa pun, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam polemik mengenai isu kebijakan perberasan nasional (pasar bebas versus proteksionisme). Pada kondisi ini beras masih dan akan tetap menjadi komoditi yang menjadi urusan pemerintah pusat.

Kedua, sistem kebijakan yang menyangkut aspek penyediaan sarana dan prasarana usahatani. Sesuai dengan kewenangan otonomi daerah, pelaksanaan aspek kebijakan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah misalnya melalui pembangunan jaringan irigasi dan penyuluhan pertanian tentang cara budidaya tanaman yang tidak merusak lingkungan dan cara penanganan hama tanaman padi. Peran pemerintah yang lainnya ditunjukkan melalui penyediaan mesin perontok gabah (rice milling machine) yang dapat disewa olah petani. Melalui penyediaan mesin perontok gabah ini diharapkan petani dapat segera mengolah hasil panennya, sehingga kualitas beras yang dihasilkan juga tetap terjaga. Peran pemerintah daerah pada bidang perberasan dirasakan masih kecil dan tidak berpengaruh besar, karena urusan yang terkait dengan beras sebagian besar masih menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Gambaran kondisi ini juga terlihat pada hasil persamaan ARIMA untuk penawaran dan permintaan tahunan beras, dimana variabel dummy otonomi daerah pada masing-masing persamaan tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini berarti bahwa adanya otonomi daerah tidak berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo.

commit to user

Pada kondisi keseimbangan pasar, penawaran akan sama dengan permintaan. Berdasarkan kondisi ini maka model ARIMA terbaik yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya akan disimultankan. Karena pada dasarnya penawaran dan permintaan saling mempengaruhi. Pada model persamaan simultan ini juga ditambahkan variabel dummy sesuai dengan hasil uji Chow Breakpoint Test, untuk menguji pengaruh otonomi daerah terhadap penawaran dan permintaan tahunan beras secara bersama-sama.

Telah diketahui sebelumnya bahwa data penawaran tahunan beras cenderung berfluktuasi, sedangkan data permintaan tahunan beras cenderung membentuk pola yang linier, yaitu terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Data permintaan tahunan beras yang cenderung linier tersebut menjadi pertimbangan untuk menggunakan data permintaan tahunan beras sebagai variabel eksogen dalam penawaran tahunan beras pada model persamaan simultan.

Hasil estimasi model persamaan simultan menunjukkan bahwa nilai R2 dan F-statistic sudah tinggi, dengan RMSE sebesar 8.823,807. Nilai R2 model persamaan simultan sebesar 0,644626, dan nilai probabilistik dari F-statistic

adalah 0,020487. Hasil uji-t model persamaan simultan menunjukkan bahwa variabel dummy otonomi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran tahunan beras. Sedangkan variabel permintaan tahunan beras ARIMA (2,2,1) dan variabel MA(1) berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan tahunan beras.

Model persamaan simultan penawaran dan permintaan tahunan beras yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya, kemudian digunakan untuk peramalan penawaran dan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo periode tahun 2011 – 2015. Hasil analisis menunjukkan bahwa penawaran tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015 cenderung mengalami penurunan. Sedangkan permintaan tahunan beras di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 – 2015 cenderung mengalami peningkatan. Pola ini menunjukkan bahwa penawaran dan permintaan beras mempunyai pola yang divergen atau berbeda.

Hasil peramalan penawaran dan permintaan beras di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 – 2015 jika dibandingkan, maka hasilnya menunjukkan bahwa penawaran masih lebih besar daripada permintaan. Hal ini berarti bahwa produksi beras di Kabupaten Sukoharjo selama periode lima tahun ke depan masih dapat memenuhi permintaan masyarakat, bahkan masih terdapat surplus atau kelebihan.

Pada era otonomi daerah, peran pemerintah daerah di sektor perberasan lebih ditekankan pada aspek sarana dan prasarana usaha tani. Sesuai dengan peran tersebut, menghadapai kondisi penawaran tahunan beras yang menurun hendaknya pemerintah daerah terus memberikan bantuan dan pendampingan bagi para petani padi agar usahatani padi mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga hasil produksi padi tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan pokok masyarakat di Kabupaten Sukoharjo. Pendampingan yang dilakukan pemerintah dapat berupa penyaluran pupuk yang merata, dan

commit to user

penyuluhan tentang sistem budidaya tanaman yang tidak merusak lingkungan serta cara pemberantasan hama yang tepat. Selain itu, pemerintah daerah hendaknya menyediakan mesin perontok gabah secara lebih merata ke petani- petani padi serta pemantauan kualitas dan ketersediaan beras di pasar. Hal ini penting untuk menjaga kualitas beras dan menghindari terjadinya tindakan- tindakan curang yang dapat merugikan konsumen maupun produsen. Melalui penyediaan sarana dan prasarana usahatani yang lebih baik, diharapkan petani dapat meningkatkan hasil produksinya.

Selain penyediaan sarana dan prasarana usahatani yang lebih baik, pemerintah daerah juga dapat mengalokasikan anggaran yang lebih banyak untuk penyuluhan pertanian. Dengan alokasi anggaran penyuluhan pertanian yang lebih banyak, diharapkan pendampingan kepada petani dapat dilakukan secara lebih intensif sehingga kesulitan-kesulitan yang dialami petani selama kegiatan produksi dapat ditasi dengan baik. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, baik itu petani maupun konsumen, diharapkan dapat menjamin kecukupan ketersediaan beras di pasar sehingga kebutuhan masyarakat akan bahan pangan utama dapat terpenuhi.

commit to user

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait