• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental two group pretest-posttest design yang merupakan uji klinis terbuka secara paralel dengan 2 kelompok dengan melakukan randomisasi.40 Sampel penelitian adalah pasien skizofrenik akut dengan agitasi. Pemilihan sampel dengan cara non probability sampling jenis consecutive sampling.41Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membandingkan aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular dalam mengurangi agitasi pada pasien skizofrenik. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah aripiprazol intramuskular lebih baik dibandingkan haloperidol intramuskular dalam menurunkan agitasi pada pasien skizofrenik dan untuk mengetahui apakah aripiprazol intramuskular memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkan haloperidol intramuskular dalam menurunkan agitasi pada pasien skizofrenik. Penurunan agitasi pada pasien skizofrenik diukur dengan menggunakan PANSS-EC yang terdiri atas komponen gaduh gelisah (P4), permusuhan (P7), ketegangan (G4), ketidakkooperatifan (G8), dan pengendalian impuls yang buruk (G14).39

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kelompok yang diberi aripiprazol intramuskular, umur yang paling banyak dalam rentang 20- tahun sebanyak 9 orang (30%) dengan umur tertua adalah 40 tahun sebanyak 3 orang (10%) dan yang termuda adalah umur dalam rentang 15- tahun sebanyak 3 orang (10%). Pada subyek yang diberi haloperidol intramuskular, umur paling banyak adalah 40 tahun sebanyak 8 orang (26,7%) dengan umur tertua yaitu 40 tahun sebanyak 8 orang dan yang termuda dalam rentang 15- tahun sebanyak 1 orang (3,3%). Dari uji statistik pada kelompok umur terhadap pemberian aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular dengan menggunakan Chi-Square test diperoleh

nilai P = 0,319. Tidak ada perbedaan proporsi umur yang bermakna pada kedua kelompok yang diintervensi dengan aripiprazol intramuskular maupun haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pada kelompok yang diberi aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular, pasien yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki masing-masing sebanyak 22 orang (73,3%) dan 24 orang (80,0%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan masing-masing sebanyak 8 orang (26,7%) dan 6 orang (20,0%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square test diperoleh nilai P = 0,542. Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin yang bermakna pada kedua kelompok yang diintervensi dengan aripiprazol intramuskular maupun haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang diberi aripiprazol intramuskular mempunyai rerata berat badan sebesar 56,6 (SD 8,3) kg , sedangkan pada 30 orang pasien yang diberi haloperidol intramuskular mempunyai rerata berat badan sebesar 58,3 (SD 7,3) kg. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test diperoleh nilai P = 0,415. Tidak ada perbedaan proporsi berat badan yang bermakna pada kedua kelompok yang diberi aripiprazol intramuskular maupun haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang diberi aripiprazol intramuskular mempunyai rerata BMI sebesar 21,3 (SD 1,7) , sedangkan pada 30 orang pasien yang diberi haloperidol intramuskular mempunyai rerata BMI sebesar 21,5 (SD 1,8) . Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test diperoleh nilai P = 0,580. Tidak ada perbedaan BMI yang bermakna terhadap kelompok yang diberi aripiprazol intramuskular maupun haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang akan diberi aripiprazol intramuskular mempunyai rerata skor PANSS-EC sebesar 29,4 (SD 2,8), sedangkan

dari 30 pasien yang akan diberi haloperidol intramuskular mempunyai rerata skor PANSS-EC sebesar 28,3 (SD 2,6). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test

terhadap skor PANSS-EC pada pasien skizofrenik dengan agitasi diperoleh nilai P = 0,130. Tidak ada perbedaan skor PANSS-EC yang bermakna pada saat pertama kali diperiksa (belum diintervensi) pada masing-masing kelompok terapi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang akan diberi aripiprazol intramuskular memiliki tingkat keparahan agak berat sebanyak 3 orang (10%), berat sebanyak 18 orang (60%), dan sangat berat sebanyak 9 orang (30%). Selanjutnya dari 30 orang pasien yang akan diberi haloperidol intramuskular memiliki tingkat keparahan agak berat sebanyak 4 orang (13,3%), berat sebanyak 21 orang (70%), dan sangat berat sebanyak 5 orang (16,7%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square test diperoleh hasil P = 0,468. Tidak ada perbedaan tingkat keparahan yang bermakna pada kedua kelompok yang akan diintervensi dengan aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular.

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada kedua kelompok terapi terhadap umur, jenis kelamin, berat badan, BMI, skor PANSS-EC saat pertama kali diperiksa, dan tingkat keparahan pada pasien skizofrenik yang menjadi subyek dalam penelitian, yakni nilai P > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok terapi dalam penelitian ini memiliki kesetaraan pada saat pertama sekali diperiksa yakni sebelum dilakukan intervensi pengobatan baik dengan aripiprazol intramuskular maupun haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang sudah diberi aripiprazol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 2 jam menunjukkan rerata skor PANSS-EC sebesar 13,1 (SD 1,8). Pada 30 orang pasien yang sudah diintervensi dengan haloperidol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 2 jam menunjukkan rerata skor

PANSS-EC sebesar 15,8 (SD 4,0). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test terhadap skor PANSS-EC pada pasien skizofrenik dengan agitasi setelah 2 jam pemberian injeksi diperoleh nilai P < 0,05. Terdapat perubahan skor PANSS-EC yang bermakna setelah 2 jam pada pemberian aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan pemberian haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam waktu 2 jam dari 30 subyek penelitian yang sebelumnya memiliki tingkat keparahan agak berat, berat, dan sangat berat, setelah mendapat aripiprazol intramuskular maka jumlah subyek dengan tingkat keparahan sedang berjumlah 2 orang (6,7%) dan ringan berjumlah 28 orang (93,3%). Pada 30 subyek penelitian yang mendapatkan haloperidol intramuskular yang sebelumnya memiliki tingkat keparahan agak berat, berat, dan sangat berat, mengalami perubahan menjadi agak berat 6 orang (20%), sedang 4 orang (13,3%), dan ringan 20 orang (66,7%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square test diperoleh hasil P = 0,018. Ada perbedaan tingkat keparahan yang bermakna pada kelompok yang diintervensi dengan aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan haloperidol intramuskular setelah 2 jam.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang sudah diberi aripiprazol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 4 jam menunjukkan rerata skor PANSS-EC sebesar 8,1 (SD 1,1). Pada 30 orang pasien yang sudah diintervensi dengan haloperidol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 4 jam menunjukkan rerata skor PANSS-EC sebesar 9,3 (SD 1,9 ). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test terhadap skor PANSS-EC pada pasien skizofrenik dengan agitasi setelah 4 jam pemberian injeksi diperoleh nilai P < 0,05. Terdapat perubahan skor PANSS-EC yang

bermakna setelah 4 jam pada pemberian aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan pemberian haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam waktu 4 jam setelah pemberian aripiprazol intramuskular terhadap 30 subyek penelitian yang sebelumnya memiliki tingkat keparahan sedang dan ringan menjadi berubah dimana jumlah subyek dengan tingkat keparahan ringan menjadi 4 orang (13,3%) dan minimal berjumlah 26 orang (86,7%). Pada 30 subyek penelitian yang mendapatkan haloperidol intramuskular yang sebelumnya memiliki tingkat keparahan agak berat, sedang, dan ringan mengalami perubahan menjadi ringan sebanyak 11 orang (36,7%), dan minimal sebanyak 19 orang (63,3%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square test diperoleh hasil P = 0,037. Ada perbedaan tingkat keparahan yang bermakna pada kelompok yang diintervensi dengan aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan haloperidol intramuskular setelah 4 jam.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dari 30 orang pasien yang sudah diberi aripiprazol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 24 jam menunjukkan rerata skor PANSS-EC sebesar 6,8 (SD 0,8). Pada 30 orang pasien yang sudah diintervensi dengan haloperidol intramuskular dan dilakukan penilaian setelah 24 jam menunjukkan rerata skor PANSS-EC sebesar 7,5 (SD 1,1 ). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan independent samples test terhadap skor PANSS-EC pada pasien skizofrenik dengan agitasi setelah 24 jam pemberian injeksi diperoleh nilai P < 0,05. Terdapat perubahan skor PANSS-EC yang bermakna setelah 24 jam pada pemberian aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan pemberian haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam waktu 24 jam setelah pemberian aripiprazol intramuskular, dari 30 subyek penelitian yang sebelumnya memiliki tingkat

keparahan ringan dan minimal terjadi perubahan tingkat keparahan menjadi minimal sebanyak 30 orang (100%). Pada 30 subyek penelitian yang mendapatkan haloperidol intramuskular yang sebelumnya memiliki tingkat keparahan ringan dan minimal mengalami perubahan menjadi minimal sebanyak 30 orang (100%). Hasil ini tidak dianalisis karena pada kedua kelompok sudah menunjukkan tingkat keparahan yang sama yaitu minimal setelah 24 jam pemberian aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa aripiprazol intramuskular memberikan hasil yang berbeda secara bermakna dalam mengurangi agitasi pada pasien skizofrenik yang diukur dengan PANSS-EC dibandingkan haloperidol intramuskular. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andrezina dkk pada tahun 2006 dan Trans-Johnson dkk pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa aripiprazol intramuskular dengan dosis 9,75mg secara signifikan memperbaiki agitasi pada pasien skizofrenik yang diukur dengan PANSS-EC dibandingkan haloperidol intramuskular.6,9

Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa waktu yang diperlukan untuk mengurangi tingkat keparahan dengan memberikan aripiprazol intramuskular dan haloperidol intramuskular memberikan hasil yang bermakna dalam 2 jam dan 4 jam, sedangkan dalam waktu 24 jam menunjukkan tingkat keparahan yang sama yaitu tingkat keparahan minimal.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pada kelompok yang diberi aripiprazol intramuskular tidak ada yang mengalami efek samping distonia akut, sedangkan pada kelompok yang diberi haloperidol intramuskular sebanyak 7 orang (100%) mengalami efek samping distonia akut. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trans-Johnson dkk pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa distonia akut lebih sering terjadi pada pemberian haloperidol intramuskular daripada aripiprazol intramuskular.6

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai keluhan pasien-pasien dengan gangguan psikotik. Gambaran agitasi yang sering dijumpai pada skizofrenia termasuk aktivitas motorik dan atau verbal yang berlebihan, iritabilitas, ketidakkooperatifan, ledakan (outburst) vokal atau mencaci-maki, sikap atau kata-kata yang mengancam, perusakan fisik, dan penyerangan. Pasien dengan agitasi akut yang dihubungkan dengan skizofrenia berisiko untuk mencelakai diri mereka sendiri dan orang lain dan membutuhkan pengobatan untuk mengontrol gejala dengan cepat. Beberapa pasien mungkin tidak bisa mengambil obat secara oral, dan pada pasien-pasien ini mungkin diperlukan pengobatan dalam bentuk intramuskular.

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa aripiprazol intramuskular lebih baik dalam meredakan agitasi pada pasien skizofrenik yang diukur dengan PANSS-EC, sedangkan kecepatannya dalam menurunkan tingkat keparahan berbeda bermakna dalam waktu 2 jam dan 4 jam setelah pemberian aripiprazol intramuskular dibandingkan dengan haloperidol intramuskular.

6.2. Saran

Agitasi akut yang dihubungkan dengan psikosis merupakan suatu tantangan yang membutuhkan diagnosis dini, intervensi yang cepat dan efektif, dan pengobatan yang ditoleransi dengan baik. Tujuan intervensi krisis pada pasien-pasien yang teragitasi adalah dengan menenangkan pasien tetapi tidak membuat mereka menjadi sedasi sehingga membuat mereka menjadi tidur. Sedasi yang berlebihan akan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan evaluasi psikiatrik dan memulai pengobatan yang sesuai. Antipsikotik konvensional sering dihubungkan dengan efek samping ekstrapiramidal seperti distonia akut, akatisia, dan hipotensi ortostatik, yang mana efek ini dapat mengeksaserbasi distress pasien. Untuk mengatasi hal ini maka pengobatan dengan menggunakan aripiprazol intramuskular menjadi pilihan yang lebih tepat untuk meredakan agitasi dengan cepat, tanpa oversedasi, dan efek samping yang minimal bila dibandingkan dengan haloperidol intramuskular.

DAFTAR RUJUKAN

1. Mintzer JE. The clinical impact of agitation in various psychiatric disorders: management consensus and controversies. J Clin Psychiatry 2006;67 (suppl 10):3-4.

2. Marder SR. A review of agitation in mental illness: treatment guidelines and current therapies. J Clin Psychiatry 2006;67 (suppl 10):13-21.

3. Caine DE. Clinical perspective on atypical antipsychotics for treatment agitation. J Clin Psychiatry 2006;67 (suppl 10):22-31.

4. Sach GS. A review of agitation in mental illness: burden of illness and underlying pathology. J Clin Psychiatry 2006;67 (suppl 10):5-12.

5. Mohr P, Pecenak J, Svestka J, Swingler D, Treuer T. Treatment of agitation in psychotic disorders. Neuroendocrinology Letters No.4 August Vol.26,2005:327-35.

6. Trans-Johnson TK, Sack DA, Marcus RN, Auby P, McQuade RD, Oren DA. Efficacy and safety of intramuscular aripiprasole in patients with acute agitation: a randomized, double-blind, placebo-controlled trial. J Clin Psychiatry 68:1, January 2007:111-19. 7. Janssen Pharmaceutica NV. Haldol(R) brand of haloperidol injection. OMP 2005: 1-12. 8. Daniel DG. Recent developments in pharmacotherapy for the acutely psychotic patient.

Journal of Emergency Nursing 28:2. December 2002: S12-S20.

9. Andrezina R, Josiassen RC, Marcus RN, Oren DA, Manos G, Stock E, et al. Intramuscular aripiprazole for the treatment of acute agitation in patients with schizophrenia or schizoaffective disorder: adouble-blind, placebo controlled comparison with intramuscular haloperidol. Psychopharmacology (2006) 188:281-292.

10.Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s pocket handbook of clinical psychiatry.4th ed. Philadelphi: Lippincott Williams & Wilkins. 2005.

11.Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of schizophrenia. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan’s & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Volume I. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005,p.1329-44.

12.Stahl SM. Essential psychopharmacology. Neuroscientific basis and practical applications. Second edition. Cambridge: Cambridge University Press.2000.

13.Citrome L. New treatment for agitation. Psychiatric Quarterly, Vol. 75, No. 3, Fall 2004:197-213.

14.Lindenmayer JP. The pathophysiology of agitation. J Clin Psychiatry 2000; 61 (suppl 14):5-10.

15.Huf G, Adams CE. Rapid transquillisation in psychiatric emergency settings in Brazill: pragmatic randomized controlled trial of intramuscular haloperidol versus intramuscular haloperidol plus promethazine. BMJ ONLINE FIRST. bmj.com : 1-7

16.American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with schizophrenia. Second edition. Arlington: American Psychiatric Asssociation. 2004. 17.San L, Arranz B, Escobar R. Pharmacological management of acutely agitated

schizophrenic patients. Current Pharmaceutical Design, 2005, 11, 2471-2477.

18.Feifel D. rationale and guidelines for the inpatient treatment of acute psychosis. J Clin Psychiatry 2000; 61 (suppl 14);27-32.

19.Canas F. Management of agitation in the acute psychotic patient – Efficacy without excessive sedation. European Neuropsychopharmacology (2007) 17, S108-S114.

20.Kane JM, Marder SR. Schizophrenia: somatic treatment. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan’s & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Volume I. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005,p.1467-59.

21.Marder SR, Van Kammen DP. Dopamine receptor antagonist (typical antipsychotics). In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan’s & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Volume I. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005,p.2817-38.

22.Chan HY, Lin WW, Lin SK, Hwang TJ, Su TPT, Chiang SC, et al. Efficacy and safety of aripiprazole in the acute treatment of schizophrenia in Chinese patients with risperidone as an active control: a randomized trial. J Clin Psychiatry 68:1, January 2007:29-36. 23.Vanni N, Inzerillo MT. Aripiprazole: a new antipsychotic agent with a unique mechanism

of action. P&T.Vol. 28, No. 4. April 2003.

24.Hertz MI, Marder SR. Schizophrenia. Comprehensive treatment and management. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.

25.Schatzberg AF, Nemeroff CB. Textbook of psychopharmacology. 4th edition. American Psychiatric Publishing. 2009, p.716-28.

26.Van Kammen DP, Marder SR. Serotonin-dopamine antagonist (atypical or second-generation antipsychotics). In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan’s & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Volume I. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005,p.2914-2937.

27.Kane JM, Carson WH, Saha AR, McQuade RD, Ingenito GG, Limbroff DL, Ali MW. Efficacy and safety of aripiprazol and haloperidol versus placebo in patients with schizophrenia and schizoaffective disorder. J Clin Psychiatry 63:9, September 2002:763-76.

28.Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.2007.

29.USA Today.com. Abilify (aripiprazole) clinical pharmacology. Available from:

http://www.healthscout.com/rxdetail/68/101/5/main.html.

30.Regional Drug And Therapeutic Centre. Aripiprazole. New Drug Evaluation, No. 63, July 2004.

31.Kasper S, Lerman MN, McQuade RD, Saha A, Carson WH, Ali M, et al. Efficacy and safety of aripiprazole vs. haloperidol for long-term maintenance treatment following acute relapse of schizophrenia. International Journal of Neuropsychopharmacology (2003), 6, 325-337.

32.Marder SR, McQuade RD, Stock E, Kaplita S, Marcus R, Safferman AZ, Saha A, et al. Aripiprazole in the treatment of schizophrenia: safety and tolerability in short-term, placebo-controlled trials. Schizophrenia Research 61 (2003) 123-136.

33.Business Wire. Abilify® (Aripiprazole) injection for intramuscular use for adults with agitation associated with schizophrenia or bipolar mania now available. Available from:

http://www.bussinesswire.com/portal/site/home/permalink/?ndmViewI.

34.Kattura R. Aripiprazol intramuscular injection. Available from:

http://www.dshs.state.tx.us/mhprograms/efc/Aripiprazole%20Intramuscular%20Injection. doc.

35.Medical News Today. The effectiveness of aripiprazol in adolescents with schizophrenia

evaluate by study. Available from:

http://www.medicalnewstoday,com/printerfriendlynews.php?newsid=...

36.Boggs A. Aripiprazole (Abilify®) intramuscular formulary review. Statewide Pharmacy and Therapeutics Committee, May 18, 2007.

37.US Food and Drug Administration. Abilify (Aripiprazole) injection for intramuscular use only. Available from: http://www.fda.gov/Safety/MedWatch/SafetyInformation/Safety-Relat...

38.Stahl SM. Essential psychopharmacology. The prescriber’s guide. Cambridge: Cambridge University Press. 2005.

39.Kay SR. Positive and negative syndromes in schizophrenia. Assessment and research. New York: Brunner/Mazel, Publisher. 1991.

40.Harun SR, Putra ST, Wiharto AS, Chair I. Uji klinis. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002, hal.144-163.

41. Sastroasmoro S. Pemilihan subyek penelitian. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002, hal.67-77.

42.Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto HS. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002, hal.259-269.

43.Breier A, Meehan K, Birkett M, David S, Ferchland I, Sutton V, et al. A double blind, placebo-controlled dose-response comparison of intramuscular olanzapine and haloperidol in the treatment of acute agitation in schizophrenia. Arch Gen Psychiatry/Vol.59, May 2002.

44.Tumbelaka AR, Riono P, Sastroasmoro S, Wirjodiardjo M, Pudjiastuti P, Firman K. Pemilihan uji hipotesis. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002, hal.240-257.

Lampiran 1

PANSS - EXCITED COMPONENT

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Tanggal Pemeriksaan : P4. GADUH GELISAH

Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku motorik, peningkatan respons terhadap stimuli, waspada berlebihan atau labilitas alam perasaan yang berlebihan.

Dasar penilaian : manifestasi perilaku selama wawancara dan juga laporan perawat atau keluarga tentang perilaku.

1. Tidak ada. Definisi tidak terpenuhi

2. Minimal. Patologis diragukan; mungkin suatu ujung ekstrim dari batasan normal.

3. Ringan. Cenderung sedikit agitatif, waspada berlebihan atau sedikit mudah terangsang selama wawancara, tetapi tanpa esipode yang jelas dari gaduh gelisah atau labilitas alam perasaan yang mencolok. Pembicaraan mungkin sedikit mendesak.

4. Sedang. Agitasi atau mudah terangsang yang jelas terbukti selama wawancara, mempengaruhi pembicaraan dan mobilitas umum atau ledakan-ledakan episodik. yang terjadi secara sporadik.

5. Agak berat. Tampak hiperaktifitas yang bermakna, atau sering terjadi ledakan-ledakan atau aktifitas motorik yang menyebabkan kesulitan bagi pasien tetap duduk untuk waktu yang lebih lama dari beberapa menit dalam setiap kesempatan.

6. Berat. Gaduh gelisah yang mencolok mendomianasi wawancara, membatasi perhatian sedemikian rupa sehingga mempengaruhi fungsi sehari-hari seperti makan dan tidur. 7. Sangat berat. Gaduh gelisah yang mencolok, sangat serius mempengaruhi kegiatan

makan dan tidur, serta jelas tidak memungkinkan interaksi interpersonal. Percepatan pembicaraan dan aktivitas motorik dapat menimbulkan inkoherensi dan kelelahan.

P7. PERMUSUHAN

Ekspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki dan penyerangan.

Dasar penilaian : perilaku interpersonal yang diamati selama wawancara dan laporan oleh perawat atau keluarga.

1. Tidak ada. Definisi tidak terpenuhi

2. Minimal. Patologis diragukan; mungkin suatu ujung ekstrim dari batasan normal.

3. Ringan. Melampiaskan kemarahan secara tidak langsung atau ditahan seperti sarkasme, sikap tidak sopan, ekspresi bermusuhan dan kadang-kadang iritabilitas.

4. Sedang. Adanya sikap bermusuhan yang nyata, sering memperlihatkan iritabilitas dan ekspresi kemarahan atau kebencian yang langsung.

5. Agak berat. Pasien sangat mudah marah dan kadang-kadang memaki dengan kata-kata kasar atau mengancam.

6. Berat. Tidak kooperatif dan mencaci maki dengan kasar atau mengancam khususnya mempengaruhi wawancara, dan berdampak serius terhadap relasi sosial. Pasien dapat beringas dan merusak tetapi tidak menyerang orang lain secara fisik.

7. Sangat berat. Kemarahan yang hebat berakibat sangat tidak kooperatif, menghalangi interaksi, atau secara episodik melakukan penyerangan fisik terhadap orang lain.

G4. KETEGANGAN

Manifestasi yang jelas tentang ketakutan, ansietas dan agitasi, seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan dan ketidaktenangan.

Dasar penilaian : laporan lisan membuktikan adanya ansietas dan karenanya derajat keparahan menifestasi fisik ketegangan dapat dilihat selama wawancara.

1. Tidak ada. Definisi tidak terpenuhi

2. Minimal. Patologis diragukan; mungkin suatu ujung ekstrim dari batasan normal.

3. Ringan. Postur dan gerakan-gerakan menunjukkan kekhawatiran ringan seperti rigiditas yang ringan, ketidaktenangan yang sekali-sekali, perubahan posisi atau tremor tangan yang halus dan cepat.

4. Sedang. Suatu penampilan yang nyata-nyata gelisah yang terbukti dari adanya pelbagai manifestasi seperti perilaku tidak tenang, tremor tangan yang nyata, keringat berlebihan atau menerisme karena gugup.

5. Agak berat. Ketegangan yang berat yang dibuktikan oleh pelbagai menifestasi seperti gemetaran karena gugup, keringat sangat berlebihan dan ketidaktenangan, tetapi perilaku selama wawancara tidak terpengaruh secara bermakna.

6. Berat. Ketegangan berat sedemikian rupa sehingga taraf interaksi interpersonal terganggu. Misalnya pasien mungkin terus menerus bergerak seperti cacing kepanasan, tidak dapat tetap duduk untuk waktu lama atau menunjukkan hiperventilasi.

7. Sangat berat. Ketegangan yang sangat mencolok yang dimanifestasikan oleh tanda-tanda

Dokumen terkait