• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan pasta gigi yang memiliki kandungan sorbitol murni dan pasta gigi yang memiliki kandungan xylitol dengan adanya tambahan sorbitol, hal ini terjadi karena dipasaran tidak tersedia jenis pasta gigi dengan dengan kandungan xylitol yang murni. Terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel saliva untuk mendapatkan nilai pH saliva sebelum sampel diskeling dan diberikan snack dengan jenis yang sama. Sampel di skeling dan diberikan snack dengan jenis yang sama dan dilakukan pengumpulan sampel saliva awal. Dari hasil pengukuran pH saliva sebelum skeling didapatkan nilai pH saliva yang sangat bervariasi dibandingkan dengan nilai pH saliva setelah sampel diberikan jenis perlakuan yang sama.

Hasil penelitian ditabulasikan secara manual, dihitung rata-rata dan standard deviasi pH saliva awal dan akhir, perbedaan pH yang terjadi sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol, perbedaan pH yang terjadi sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung xylitol, perbedaan selisih pH yang terjadi sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol dan xylitol. Dalam proses perhitungan digunakan Uji Statistik t-Test.

Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan pH saliva setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung sorbitol tetapi masih dalam batas pH saliva yang normal. Terjadi kenaikan pH saliva setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung xylitol.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surdacka dan Stopa tahun 2005, dimana terjadi peningkatan pH saliva setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung xylitol.9

Hasil perhitungan nilai mean dari pH saliva awal dan akhir setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol memperlihatkan nilai rata-rata dari pH saliva awal adalah 7.133 dengan standard deviasi 0.187, nilai rata-rata pH saliva akhir 6.986 dengan standard deviasi 0.192 yang menunjukkan bahwa nilai berada dalam batasan yang normal. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05) (tabel 2).

Hasil perhitungan nilai mean dari pH saliva awal dan akhir setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung xylitol memperlihatkan nilai rata-rata dari pH saliva awal adalah 7.020 dengan standard deviasi 0.137, nilai rata-rata pH saliva akhir 7.180 dengan standard deviasi 0.120 yang menunjukkan bahwa nilai berada dalam batasan yang normal. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05) (tabel 3). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rosa tahun 2007, terjadi penurunan pH saliva setelah berkumur-kumur dengan larutan sukrosa, penurunan dan peningkatan pH saliva setelah berkumur-kumur dengan larutan sorbitol dan terjadi peningkatan pH saliva setelah berkumur-kumur dengan larutan xylitol.

Dari hasil perhitungan selisih pH saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol dan xylitol memperlihatkan nilai rata-rata selisih pH saliva dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung sorbitol adalah 0.146 dengan standard deviasi 0.083 dan nilai rata-rata selisih pH saliva

dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung xylitol adalah -0.160 dengan standard deviasi 0.736. Dalam hal ini terlihat adanya perbedaan pH saliva yang sangat bermakna (p<0.05) diantara sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol dan xylitol. (tabel 4).

Dari hasil penelitian (tabel 1) dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan dan penurunan pH saliva yang bervariasi baik dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung sorbitol maupun xylitol. Hal ini dapat disebabkan oleh modifikasi-modifikasi yang digunakan oleh sampel pada saat menyikat gigi.

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa sorbitol dapat menurunkan pH saliva tetapi tidak melebihi 5.7 : Monang (1991 cit. Marie S, Piggot JR, 2002). Dari hasil penelitian lain memperlihatkan bahwa Steptococcus mutans dapat memfermentasi sorbitol sehingga pH saliva menjadi turun, namun kecepatan fermentasinya sangat rendah dibandingkan dengan sukrosa sehingga asam yang terbentuk dapat dinetralisir saliva sehingga pH saliva yang dihasilkan tidak berpengaruh terhadap pembentukan karies gigi : Monang (1987 cit. Bruce A, Matis, 2002).

Didalam tubuh, sorbitol dapat dikatalisis oleh enzim sorbitol dehidrogenase untuk selanjutnya menjadi fruktosa, tapi fruktosa yang dihasilkan oleh sorbitol tidak dapat melewati siklus asam piruvat. Pada hasil akhirnya sorbitol tidak memproduksi asam laktat, asam format, etanol sehingga tidak dapat menyebabkan pH saliva menjadi asam.24

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadinya peningkatan pH saliva, hal ini dapat terjadi oleh karena xylitol tidak dapat difermentasi oleh bakteri dan

xylitol dapat menghambat pertumbuhan dan metabolisme Streptococcus mutans dan memiliki kemampuan dalam meningkatkan pH saliva. 7,15,21,27,29 Sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa xylitol sulit untuk difermentasikan oleh

Streptococcus mutans karena memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan pemanis lainnya (sorbitol), Resti (2003 cit. Kakuta H et al, 2008).

Streptococcus mutans tidak dapat mengubah xylitol menjadi asam karena tidak adanya enzim esensial, bahkan xylitol mampu berpenetrasi kedalam membran sel bakteri sehingga memperkecil aktivitas glucosyltransferase.28

Xylitol menghambat pertumbuhan Streptoccocus mutans yang dapat mengurangi kerentanan terhadap karies. Xylitol memiliki efek protektif dalam mencegah karies dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dalam plak dan saliva serta penurunan level asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri.15

Sebagai seorang dokter gigi pengukuran pH saliva merupakan suatu prosedur yang sangat penting untuk dilakukan. Dari hasil pengukuran pH saliva seorang dokter gigi dapat mengetahui pola diet pasien dan dapat mengatur pola diet dari pasien yang dapat berperan dalam mencegah terjadinya karies. Dalam meningkatkan pH saliva, xylitol memiliki peranan yang lebih baik, dimana xylitol tidak dapat difermentasi oleh Streptococcus mutans karena memiliki rantai karbon yang lebih pendek dari pemanis lainnya.

Dokumen terkait