• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data

4.3.3 Pembahasan Perbedaan Rata-Rata Kecemasan Matematika

Berdasarkan uji anava, ketiga sampel mempunyai perbedaan rata-rata kecemasan matematika dan masing-masing pasangan kelas mempunyai perbedaan yang signifikan (disajikan pada tabel 4.10). Rata-rata kecemasan peserta didik dengan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika sebesar 78,15 berada pada tingkat kecemasan rendah. Rata-rata kecemasan peserta didik dengan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD sebesar 72,72 berada pada tingkat kecemasan sedang. Rata-rata kecemasan peserta didik dengan model pembelajaran ekspositori sebesar 65,94 berada pada tingkat kecemasan sedang. Menurut Aini dalam Apriliani (2009: 2), matematika merupakan salah satu fenomena penyebab kecemasan yang dialami banyak peserta didik. Geometri merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika yang dianggap sulit oleh peserta didik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fauzan et al. (2002: 1) yang mengemukakan bahwa geometri sulit untuk dipelajari. Secara tidak langsung, dapat dambil kesimpulan bahwa materi geometri merupakan salah satu penyebab kecemasan yang dialami peserta didik. Berdasarkan hasil dari uji Scheffe (disajikan pada tabel 4.11) dan rata-rata dari kecemasan matematika peserta didik yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pertama, kecemasan matematika perserta didik yang menggunakan model

pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih rendah daripada model pembelajaran ekspositori. Kedua, kecemasan matematika perserta didik yang menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD lebih rendah daripada model pembelajaran ekspositori. Ketiga, kecemasan matematika perserta didik yang menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih rendah daripada model pembelajaran TAI bermediakan LKPD. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kecemasan matematika pada kedua kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Apriliani (2009: 136) yang mengemukakan bahwa tingkat kecemasan peserta didik dengan pembelajaran kooperatif lebih rendah dari tingkat kecemasan matematika peserta didik dengan model pembelajaran ekspositori. Faktor-faktor yang menyebabkan tingkat kecemasan matematika peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI lebih rendah daripada model pembelajaran ekspositori sebagai berikut.

1. TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang banyak kepada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar dengan teman yang lain sehingga menyebabkan peserta didik menjadi lebih santai dan tidak tegang dalam mempelajari konsep-konsep segiempat. Pada pembelajaran kooperatif peserta didik yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika peserta didik lain juga akan mencapai tujuan tersebut (Ibrahim et al., 2000: 17). Hal ini menyebabkan peserta didik terhindar dari rasa cemas yang berlebihan ketika pembelajaran.

2. Peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori cenderung belajar dan mengerjakan tugas secara individu sehingga mereka lebih sering merasa tegang, khawatir dan tidak yakin dapat mengerjakannya. Kurangnya penggunaan latihan soal segiempat menyebabkan peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal-soal segiempat sehingga perasaan takut dan cemas selalau ada ketika disuruh mengerjakan soal segiempat.

3. Pribadi pengajar yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menyebabkan tingkat kecemasan peserta didik juga berbeda. Guru yang mengajar di kelas kontrol merupakan guru sehari-hari yang mengajar di kelas. Guru dianggap orang yang dituakan sehingga rasa cemas dan takut masih dirasakan peserta didik saat pembelajaran berlangsung, sedangkan praktikan adalah guru sementara yang umurnya jauh lebih muda dari guru. Peserta didik merasa belajar dengan kakaknya sehingga perasaan cemas dan takut bisa terkurangi.

Faktor yang menyebabkan tingkat kecemasan matematika peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih rendah daripada LKPD adalah penggunaan media permainan ular tangga matematika menyebabkan peserta didik menjadi lebih tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran hal ini sesuai dengan teori bahwa pemakaian media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat peserta didik tetap terjaga dan memperhatikan (Arsyad, 2004: 21). Belajar dengan nuansa bermain mampu memberikan keuntungan, yaitu: (1) apa yang anak pelajari tidak hanya berupa pengetahuan, melainkan pengalaman yang dialami

secara nyata dan sulit dilupakan, (2) pelajaran dapat diterima secara menyenangkan, karena mereka belajar dengan nuansa bermain dan sifat dasar permainan yaitu menghibur dan menggembirakan (Komariyah & Soeparno, 2010: 64). Peserta didik menjadi merasa tertarik dan termotivasi sehingga akan menjadi lebih santai ketika mereka harus mengerjakan soal-soal segiempat. Hal ini menyebabkan peserta didik akan jauh dari rasa takut dan tertekan atau terhindar dari kecemasan matematika.

Hambatan dalam mengukur kecemasan matematika pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kelas kontrol adalah tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu kalimat yang berbeda-beda. Perbedaan pemahaman peserta didik terhadap suatu kalimat bisa disebabkan karena perbedaan tingkat konsentrasi tiap peserta didik. Kejujuran masing-masing peserta didik yang berbeda-beda. Kejujuran yang berbeda disebabkan karena peserta didik takut bila hasil skala kecemasan matematika akan diadukan ke guru sehingga akan mempengaruhi hasil akhir nilai matematikanya.

Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan matematika peserta didik sebagai berikut.

1. Guru hendaknya selalu berusaha menciptakan kondisi psikologis yang nyaman pada diri peserta didik, dengan tidak bersikap yang dapat menimbulkan kecemasan, sehingga peserta didik dapat semaksimal mungkin menerima dan memahami materi segiempat yang diberikan.

2. Mengkondisikan pembelajaran dalam situasi yang santai dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa tegang.

3. Guru hendaknya memandang bahwa setiap peserta didik merupakan pribadi yang bermanfaat dan menghormati perasaan dan gagasan-gagasannya.

4. Membangun hubungan saling membantu antara siswa dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif.

98

BAB 5

PENUTUP

5.1

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Rata-rata prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika dan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD pada materi pokok segiempat dapat mencapai di atas KKM, sedangkan yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori sama dengan KKM.

2. Terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika, model pembelajaran TAI bermediakan LKPD, dan model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat. Secara khusus:

a) Rata-rata prestasi belajar peserta didik kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih tinggi daripada model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat.

b) Rata-rata prestasi belajar peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD lebih tinggi daripada model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat.

c) Tidak terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model TAI bermediakan permainan ular tangga matematika dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD pada materi pokok segiempat.

3. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan matematika peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika, model pembelajaran TAI bermediakan LKPD, dan model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat. Secara khusus:

a) Kecemasan peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih rendah daripada model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat.

b) Kecemasan peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan LKPD lebih rendah daripada model pembelajaran ekspositori pada materi pokok segiempat.

c) Kecemasan peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 4 Pati 2010/2011 yang diajar menggunakan model pembelajaran TAI bermediakan permainan ular tangga matematika lebih rendah daripada model pembelajaran TAI bermediakan LKPD pada materi pokok segiempat.

5.2

Saran

Saran-saran dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Guru disarankan agar mengimplementasikan model pembelajaran TAI bermediakan permainanan ular tangga matematika dalam pembelajaran segiempat.

2. Guru disarankan selalu memantau dan memperhatikan kondisi kecemasan peserta didik dalam pembelajaran karena kecemasan memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

104

Dokumen terkait