• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1) umur, 2) pendidikan formal, 3) pendidikan non formal, 4) pengalaman beternak, 5) tingkat pendapatan keluarga, 6) kekosmopolitan, 7) status lahan, 8) luas lahan, 9) aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana, 10) keterlibatan peternak dalam kegiatan inovasi, 11) motivasi. Sebaran peternak menurut karakteristik peternak dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran peternak menurut karakteristik peternak

No. Karakteristik peternak Kategori Respon den

Persen

1. Umur (tahun) Muda ( 17-41 tahun)

Tua (42-62 tahun)

19 13

59% 41% 2. Pendidikan formal Tidak Sekolah-Tidak tamat SD

Tamat SD-Tamat Perguruan Tinggi

4 28

12% 88% 3. Pendidikan non formal Tidak pernah

Pernah

12 20

38% 62% 4. Pengalaman beternak Rendah (1-13 tahun)

Tinggi (14-30 tahun) 16 16 50% 50% 5. Kekosmopolitan Rendah Tinggi 18 14 56% 44% 6. Tingkat pendapatan keluarga Rendah (Rp.117.000 - Rp.365.633)

Tinggi (Rp.365.634 -Rp.1.012.000)

18 14

56% 44%

7. Status lahan Penyewa

Pemilik

9 23

28% 72%

8. Luas lahan Sempit (0.1-0.3 ha)

Luas (0.4-1.5 ha)

22 10

69% 31% 9. Aksesibilitas terhadap sarana

dan prasarana Tidak tersedia Tersedia - 32 - 100% 10. Keterlibatan dalam kegiatan

inovasi Rendah (1-6 kali) Tinggi (7-9 kali) 12 20 38% 62% 11. Motivasi Rendah Tinggi 5 27 16% 84% Keterangan : N = 32

Umur

Tabel 1 menunjukkan dari 32 peternak berkategori muda (59%) dengan rata- rata 41 tahun dan (41%) berkategori tua. Secara umum Tabel 1 menunjukkan bahwa peternak sebagian besar termasuk ke dalam kelompok berusia muda. Mayoritas anggota kelompok peternak berusia antara 17-41 tahun dan sebagian kecil peternak berusia tua antara 42-62 tahun. Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui. Dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun mereka sebenarnya masih belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988). Mengacu pada pendapat tersebut, peternak yang ikut dalam kegiatan inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka mayoritas berusia muda sehingga dapat dikatakan berpotensi untuk menerima inovasi dengan cepat.

Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal peternak umumnya tergolong rendah (88%) tamat SD, sisanya (12%) sangat rendah yaitu tidak tamat SD. Latar belakang pendidikan formal peternak yang relatif dapat baca tulis ini sangat potensial untuk dikembangkan dan dibina sumberdayanya lebih lanjut yang merupakan modal dan motivasi mereka untuk lebih terbuka terhadap adopsi inovasi.

Pendidikan Non Formal

Sebagian besar peternak (62%) pernah mengikuti pendidikan non formal, sebagian kecil (38%) yang tidak pernah mengikuti pendidikan non-formal. Dengan demikian mayoritas peternak memiliki pengalaman mengikuti pendidikan non- formal untuk menunjang usahanya, sebagian besar pendidikan non-formal yang didapat adalah dengan mengikuti kegiatan kursus pembuatan pakan silase yang baru- baru ini dilaksanakan, sehingga hal tersebut sangat menunjang kemampuan mereka dalam pembuatan pakan silase serta pengoperasian mesinnya.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak mempunyai nilai yang sama yaitu (50%) peternak masing-masing mempunyai pengalaman beternak rendah dan tinggi, dengan rata-rata pengalaman beternak 13 tahun, kisaran terendah satu tahun dan tertinggi 30 tahun.

Kekosmopolitan

Kekosmopolitan peternak rendah (56%), di mana rata-rata dua kali pergi ke kota dalam satu bulan. Rendahnya tingkat kekosmopolitan karena peternak merasa bahwa untuk memperoleh informasi secara teori cukup dengan tetangga, ketua kelompok ternak dan tokoh masyarakat, kecuali ada kegiatan seminar teknologi yang berhubungan dengan peternakan dan sejenisnya.

Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga sebagian besar (56%) dengan rata-rata pendapatan keluarga Rp.365.633 kisaran terendah Rp.117.000 dan tertinggi Rp.1.012.000. Hasil tersebut memperlihatkan adanya variasi pendapatan keluarga. Variasi pendapatan keluarga tersebut menurut Hermawanto (1993) sangat tergantung oleh berbagai faktor antara lain : 1) faktor yang berhubungan dengan luas penguasaan lahan garapannya, yang mempunyai lahan lebih luas akan mampu memproduksi lebih besar dan penghasilannya juga relatif lebih tinggi, 2) status pemilikan lahannya, yang mempunyai status pemilik akan lebih besar penghasilannya, 3) faktor yang berhubungan dengan jenis cabang usahatani atau usahaternak yang dikerjakan akan mempunyai penghasilan yang lebih besar, 4) macam pekerjaan tambahan yang diperoleh oleh peternak, faktor ini memberikan penghasilan yang besarnya bergantung pada besarnya skala usaha yang dijalankan. Status Lahan

Status lahan yang digarap sebagian besar (72%) adalah pemilik, sisanya sebanyak (28%) adalah lahan sewaan. Faktor ini dapat menjadi salah satu pendukung tambahan pendapatan mereka, karena yang mepunyai status pemilik lahan akan relatif lebih besar penghasilannya.

Luas Lahan

Rata-rata luas lahan yang digarap untuk usahatani dan ternaknya 0.3 ha, dengan kisaran luas lahan paling sempit 0.1 ha dan terluas 1.5 ha. Pada umumnya peternak mempunyai luas lahan yang sempit (69%) dan selebihnya memiliki luas lahan yang luas (31%). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peternak yang menggarap lahan yang luas umumnya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih

baik dan lebih banyak dapat memanfaatkan lahannya untuk usaha tani dan usaha ternaknya sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi, lebih-lebih pada saat penelitian berlangsung banyak petani yang diuntungkan dengan peningkatan harga ubi kayu yang mencapai (400%) dari harga semula yang merupakan jenis tanaman yang ditanam sebagian besar peternak. Peternak yang mempunyai luas lahan yang sempit meskipun mampu menggarap lahannya secara efisien akan tetapi produksi yang dihasilkan akan relatif lebih rendah.

Aksesibilitas terhadap Sarana dan Prasarana

Sebanyak (100%) peternak menyatakan bahwa sarana dan prasarana di lokasi penelitian tersedia yaitu berupa mesin silase. Hal ini dapat dimungkinkan karena mesin silase tersebut merupakan bantuan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang diperuntukkan untuk semua peternak yang ada di daerah tersebut dan dipakai sebagai mesin pembuat pakan silase dari bahan baku onggok tapioka. Keterlibatan dalam Kegiatan Inovasi

Keterlibatan dalam kegiatan inovasi tinggi (62%), selebihnya rendah (38%) dengan rata-rata 6 kali dalam satu tahun terakhir. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa umumnya peternak menghadiri kegiatan inovasi di bawah enam kali dalam satu tahun.

Motivasi

Sebagian besar peternak (84%) memiliki motivasi tinggi untuk melaksanakan inovasi teknologi mesin silase, dan sisanya (16%) memiliki motivasi rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengaplikasikan inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka.

Persepsi Peternak tehadap Inovasi Teknologi Mesin Silase Onggok Tapioka

Persepsi peternak tehadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka dalam penelitian ini terdiri dari lima butir, yaitu : 1) persepsi peternak terhadap keuntungan relatif (manfaat ekonomis, manfaat/kelebihan teknis), 2) persepsi peternak terhadap kesesuaian (kondisi lingkungan, adat istiadat, kebutuhan), 3)

persepsi peternak terhadap kesederhanaan (pengoperasian, tenaga kerja terampil, sarana dan prasarana), 4) persepsi peternak terhadap dapat dicobanya suatu inovasi (dicoba dalam skala kecil), 5) persepsi peternak terhadap dapat diamatinya suatu inovasi (produksi (hasil), kualitas produksi (mutu) dan ongkos produksi). Persepsi peternak tehadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka dapat disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rataan skor persepsi peternak tehadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka

No. Variabel Dimensi variabel Rataan skor

1. 2. 3. 4. 5. Keuntungan relatif Kesesuaian Kesederhanaan Dapat dicoba Dapat diamati 1.1 Manfaat ekonomis 1.2 Manfaat/kelebihan teknis 2.1 Kondisi lingkungan 2.2 Adat istiadat 2.3 Kebutuhan 3.1 Pengoperasian 3.2 Tenaga kerja terampil 3.3 Sarana dan prasarana 4.1 Dicoba dalam skala kecil 5.1 Produksi 5.2 Kualitas produksi 5.3 Ongkos produksi 2.00 1.86 2.84 2.05 2.11 2.45 2.94 2.41 2.47 1.98 2.78 1.00 Keterangan :

Kisaran skor yang digunakan adalah

1.1),1.2), 5.3) 1 = mahal, 2 = sama saja, 3 = murah

2.1),2.2), 2.3) 1 = kurang sesuai, 2 = cukup sesuai, 3 = sangat sesuai 3.1) 1 = sulit, 2 = sama saja, 3 = mudah

3.2) 1 = sangat perlu, 2 = cukup perlu, 3 = kurang perlu 3.3) 1 = kurang tersedia, 2 = cukup tersedia, 3 = sangat tersedia 4.1) 1 = tidak dapat dicoba, 2 = cukup dapat dicoba, 3 = dapat dicoba 5.1) 1 = kurang terlihat, 2 = cukup telihat, 3 = sangat terlihat 5.2) 1 = kurang baik, 2 = cukup baik, 3 = sangat baik

Persepsi Peternak terhadap Keuntungan Relatif

Keuntungan relatif suatu inovasi adalah tingkatan di mana suatu ide baru dapat dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya (cara- cara tradisional) dan secara ekonomis menguntungkan. Keuntungan relatif

dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) manfaat ekonomis adalah keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dengan adanya inovasi, 2) manfaat/kelebihan teknis adalah keuntungan dari segi biaya operasinal dan perawatan mesin. Suatu inovasi akan cepat diadopsi apabila inovasi tersebut memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan teknologi yang ada sebelumnya.

Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor mengenai manfaat ekonomis adalah 2.00. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa peternak menyatakan bahwa dari manfaat ekonomis inovasi mesin silase dianggap mempunyai manfaat sama saja dibandingkan dengan cara tradisional. Rataan skor mengenai manfaat/kelebihan teknis adalah 1.86. Nilai tersebut menunjukkan sebagian peternak menganggap bahwa inovasi mesin silase mempunyai manfaat/kelebihan teknis yang sama dibandingkan dengan cara tradisional.

Persepsi Peternak terhadap Kesesuaian

Kesesuaian suatu inovasi adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan adopter (penerima). Kesesuaian suatu inovasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) kondisi lingkungan adalah keadaan tempat tinggal peternak, 2) adat istiadat adalah tata cara, nilai budaya atau kebiasaan peternak, 3) kebutuhan adalah keinginan yang kompatibel dengan kondisi peternak. Ide yang tidak sesuai dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang sesuai. Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor untuk kesesuaian inovasi mesin silase terhadap kondisi lingkungan adalah 2.84. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sangat sesuai untuk penerapan inovasi mesin silase. Sangat cocoknya kondisi lingkungan ini didukung oleh bahan baku utama pembuatan pakan silase yaitu limbah onggok tapioka yang melimpah di lokasi. Selain itu pengolahan limbah onggok tapioka tersebut juga dapat meningkatkan nilai tambah onggok tapioka menjadi pakan silase dan juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Rataan skor mengenai adat istiadat adalah 2.05. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi mesin silase adalah teknologi yang konsisten terhadap nilai budaya serta tidak bertentangan dengan adat kebiasaan masyarakat. Rataan skor mengenai kebutuhan adalah 2.11. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi mesin silase

cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, mengingat semua peternak mempunyai mata pencaharian sebagai peternak, sehingga ketersediaan pakan di lokasi sangat dibutuhkan untuk produksi ternaknya.

Persepsi Peternak terhadap Kesederhanaan

Kesederhanaan suatu inovasi adalah tingkat di mana suatu inovasi dianggap mudah untuk dimengerti dan digunakan. Kesederhanaan suatu inovasi dibedakan menjadi tiga macam , yaitu 1) pengoperasian adalah tata cara penggunaan mesin silase, 2) tenaga kerja terampil adalah orang yang mempunyai keahlian dalam menggunakan alat mesin silase, 3) sarana prasarana adalah alat-alat dan fasilitas penunjang mesin silase.

Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor inovasi teknologi mesin silase terhadap pengoperasian adalah 2.45. Hal ini menunjukkan bahwa pengoperasian mesin silase cukup mudah untuk dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknologi mesin silase merupakan inovasi yang sederhana untuk dilakukan, pengoperasiannya tidak sulit, dengan didukung sarana prasarana di tempat.

Rataan skor mengenai tenaga kerja terampil adalah 2.94. Hal ini menunjukkan bahwa di lokasi kurang perlu adanya tenaga kerja terampil karena sebagian besar peternak telah paham dan mengerti serta bisa mengaplikasikan inovasi teknologi mesin silase.

Rataan skor mengenai sarana dan prasarana adalah 2.41. Hal ini menunjukkan sarana dan prasarana di lokasi cukup tersedia. Ketersediaan sarana ini karena mesin silase tersebut merupakan bantuan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang ditujukan untuk peternak yang ada dilokasi penelitian sehingga semua peternak bersama-sama memiliki alat mesin silase tersebut.

Persepsi Peternak terhadap Dapat Dicobanya Inovasi

Dapat dicobanya suatu inovasi adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Hal ini akan memperkecil resiko bagi adopter, karena inovasi yang tidak dapat dicoba mengakibatkan terhambatnya proses adopsi inovasi.

Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor inovasi teknologi mesin silase tentang dapat dicobanya inovasi dalam skala kecil adalah 2.47. Hal tersebut menunjukkan

bahwa teknologi mesin silase merupakan inovasi yang cukup dapat dicoba dalam skala kecil.

Persepsi Peternak terhadap Dapat Diamatinya Suatu Inovasi

Dapat diamati suatu inovasi adalah tingkat di mana hasil-hasil inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Dapat diamatinya suatu inovasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) produksi adalah hasil yang diperoleh dari mesin silase, 2) kualitas produksi adalah mutu yang dihasilkan dari produksi, 3) ongkos produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam menggunakan mesin silase. Hal ini memungkinkan percepatan adopsi inovasi, karena calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, melainkan dapat terus ke tahap adopsi.

Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor inovasi teknologi mesin silase tentang produksi adalah 1.98. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi (hasil) cukup terlihat, karena dalam satu musim panen ternak sapi yang mereka pelihara mengalami peningkatan bobot badan yang drastis setelah diberi ransum pakan silase onggok tapioka dibandingkan sebelum diberi pakan silase onggok tapioka.

Rataan skor mengenai kualitas produksi (mutu) adalah 2.78. Hal ini menunjukkan bahwa pakan silase dari onggok tapioka mempunyai mutu yang sangat baik dibandingkan pemberian pakan secara tradisional.

Rataan skor mengenai ongkos produksi adalah 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa ongkos produksi yang digunakan dalam pembuatan pakan silase onggok tapioka tergolong mahal, mahalnya ongkos produksi disebabkan oleh tambahan bahan-bahan lain berupa tepung ikan dan bungkil-bungkilan yang notabene sangat jarang di lokasi, selain itu dalam produksi pakan silase onggok tapioka juga membutuhkan bahan bakar minyak tanah dan solar yang akhir-akhir ini harganya semakin meningkat.

Hubungan Antara Karakteristik Peternak dengan Persepsi Peternak terhadap Inovasi Teknologi Mesin

Silase Onggok Tapioka

Hasil analisis uji rank Spearman antara karakteristik peternak dengan persepsi peternak terhadap inovasi teknologi alat mesin silase onggok tapioka disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak terhadap Inovasi Teknologi Mesin Silase Onggok Tapioka

Karakteristik peternak

Koefisien Korelasi rank Spearman (rs)

Persepsi terhadap Inovasi Teknologi Mesin Silase Onggok Tapioka Keuntungan relatif Kesesuai an Kesederha naan Dapat dicoba Dapat diamati rs rs rs rs rs Umur Pendidikan formal Pendidikan non formal Pengalaman beternak Tingkat pendapatan keluarga Kekosmopolitan

Status lahan Luas lahan

Keterlibatan peternak dalam - kegiatan inovasi Motivasi 0.113 -0.285 0.045 0.196 0.172 0.172 0.201 -0.121 0.172 -0.030 0.028 0.126 0.068 -0.171 0.130 0.056 -0.267 0.086 0.130 0.048 0.065 0.195 0.196 -0.113 0.326 -0.069 0.072 -0.061 0.326 0.451** 0.021 0.049 0.070 -0.014 -0.083 -0.140 -0.139 0.089 -0.083 0.290 0.086 0.126 0.170 0.000 -0.060 -0.211 -0.116 -0.081 -0.060 0.370* Keterangan : hasil analisis uji rank Spearman (rs)

* = Berhubungan nyata pada taraf ∝ 0.05 ** =Berhubungan sangat nyata pada taraf ∝ 0.01 Umur

Hasil analisis korelasi rank Spearman pada Tabel 3 menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka, hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa sebagian besar peternak yang baik yang berumur tua maupun berumur muda cenderung memberikan persepsi yang positif terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka, karena ada kecenderungan mereka lebih antusias dengan sesuatu yang dianggap baru dan juga mempunyai kemauan untuk mendapatkan produksi yang lebih tinggi dan motivasi untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Pendidikan Formal

Pendidikan formal mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan tidak nyata dengan persepsi di antara peternak menurut pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa sebagian besar

peternak baik yang mempunyai latar pendidikan tinggi atau rendah, persepsinya cenderung positif terhadap inovasi teknologi mesin silase.

Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal berkorelasi positif namun korelasinya rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan non formal mempunyai hubungan yang tidak nyata. Hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa sebagian besar peternak baik yang pernah mendapatkan pendidikan formal atau tidak semua cenderung memberikan persepsi yang positif terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak mempunyai hubungan namun tidak nyata dengan persepsi terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang nyata terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka di antara peternak yang mempunyai pengalaman beternak yang tinggi dan pengalaman beternak yang rendah.

Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga berkorelasi positif pada persepsi keuntungan relatif, kesesuaian, kesederhanaan dan berkorelasi negatif pada persepsi dapat dicoba dan dapat diamatinya suatu inovasi, namun nilai korelasinya rendah sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka.

Kekosmopolitan

Kekosmopolitan berkorelasi positif pada persepsi keuntungan relatif, kesesuaian dan berkorelasi negatif pada persepsi kesederhanaan, dapat dicoba dan dapat diamatinya suatu inovasi, namun korelasinya rendah sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka. Pada umumnya persepsi peternak terhadap inovasi teknologi mesin silase tidak ditentukan rendah maupun tingginya tingkat kekosmopolitannya, hal ini antara lain disebabkan oleh

kecenderungan peternak yang pergi keluar desa atau wilayahnya tidak mencari informasi teknologi tentang mesin silase, melainkan ada kepentingan keluarga, membeli benih, membeli pupuk, membeli obat-obatan pertanian dan juga mencari pekerjaan sebagai buruh.

Status Lahan

Status lahan tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan persepsi terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi terhadap teknologi mesin silase onggok tapioka diantara peternak yang status lahannya penyewa atau pemilik.

Luas Lahan

Luas lahan berkorelasi positif pada persepsi kesesuaian, dapat dicoba dan berkorelasi negatif pada keuntungan relatif, kesederhanaan dan dapat diamatinya suatu inovasi, namun korelasinya rendah sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan mempunyai hubungan yang tidak nyata artinya ada hubungan yang tidak nyata diantara peternak yang memiliki luas lahan sempit maupun sebaliknya dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka. Hal ini diduga karena penguasaan lahan garapan yang tersebar merata dengan rata-rata luas lahan garapan 0.3 ha dan tertinggi 1.5 ha.

Aksesibilitas Sarana dan Prasarana

Aksesibilitas sarana dan prasarana tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan persepsi inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka, karena tersedianya sarana prasarana bagi semua peternak di lokasi, sehingga sarana dan prasarana tidak berpengaruh terhadap persepsi mengenai inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka.

Keterlibatan Peternak dalam Kegiatan Inovasi

Keterlibatan peternak dalam kegiatan inovasi teknologi masin silase onggok tapioka berkorelasi positif pada persepsi keuntungan relatif, kesesuaian, kesederhanaan dan berkorelasi negatif pada persepsi dapat dicoba dan dapat diamatinya suatu inovasi, namun korelasinya rendah sehingga dapat dikatakan bahwa

tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang tidak nyata terhadap persepsi mengenai inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka.

Motivasi

Motivasi mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi mesin silase mengenai kesederhanaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi peternak dalam mengaplikasikan inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka maka inovasi itu dianggap semakin mudah untuk dimengerti dan digunakan oleh peternak.

Motivasi mempunyai hubungan yang nyata dan positif dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi mesin silase mengenai dapat diamatinya suatu inovasi, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi peternak dalam mengaplikasikan inovasi teknologi mesin silase onggok tapioka, maka persepsi inovasi itu semakin mudah diamati dan dirasakan keuntungannya.

Dokumen terkait