• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Tabel 8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Kategori Jumlah Persentase

Normal 31 20,94%

Ringan 64 43,24%

Sedang 48 32,43%

Berat 5 3,39%

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada pasien penderita penyakit periodontitis di instalasi periodonsia RSGM FKG USU. Pengamatan dilakukan untuk melihat pola kerusakan horizontal ataukah vertikal yang paling sering terjadi pada pasien penyakit periodontal di instalasi periodonsia RSGM FKG USU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moradi et al, hasil yang didapatkan adalah hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal.14

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi pola kerusakan tulang secara keseluruhan adalah untuk pola horizontal diperoleh 72,97% (tabel 2) , pola vertikal didapatkan sebesar 18,25%, sedang kondisi tulang alveolar yang masih normal terjadi sebesar 8,87%. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Correa et al yang melihat prevalensi kehilangan tulang alveolar pada suku Brazilian yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontal terlihat pola kerusakan tulang horizontal adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 8,9% sedangkan pola kerusakan tulang vertikal yang terlihat hanya sebesar 1.5%.4 Hal ini juga serupa dengan yang ditemukan oleh penelitian Hansen et al memperlihatkan pola kerusakan horizontal adalah yang paling besar 8,85%, dibandingkan dengan pola vertikal 1,35%. Proporsi tersebut juga didukung oleh penelitian Gjermo et al yang dilakukan oleh sampel dengan kondisi ekonomi kebawah bahwa prevalensi pola kerusakan tulang secara horizontal juga terjadi paling besar yaitu 51,8% dan pola kerusakan vertikal sebesar 16,2%.4 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar

et al mengatakan bahwa pola kerusakan tulang secara horizontal ini lebih banyak ditemukan pada perokok ketimbang yang tidak merokok, demikian juga pola

yang tidak merokok. Kesimpulan penelitian tersebut juga mengatakan pola horizontal lebih sering terjadi dibandingkan dengan pola vertikal.11 Hal ini membuktikan bahwa kerusakan tulang alveolar pada penelitian ini berjalan kronis. Pola horizontal biasa dijumpai pada kondisi periodontitis kronis karena akibat kerusakan tulang yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan tanpa perawatan.16Pola kerusakan vertikal pada penelitian ini dijumpai lebih sedikit karena masih merupakan periodontitis agresif (early periodontitis) kemungkinan disebabkan oleh faktor usia.16 Pola kehilangan tulang ini berhubungan dengan terjadinya poket periodontal. Poket infraboni merupakan tipe saku dimana dasar sakunya berada apikal dari level tulang alveolar yang berbatasan dengan kata lain dinding lateral saku berada antara permukaan gigi dengan tulang alveolar. Kerusakan tulang yang terjadi pada saku infraboni ini adalah vertikal. Sedangkan poket supraboni yang dasar sakunya berada di koronal dari tulang alveolar kerusakan tulang yang terjadi selalu horizontal.21

Pada hasil penelitian ini didapatkan prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian mesial didapatkan sebesar 75,67% (tabel 3) untuk pola horizontal, 16,22% untuk pola vertikal. Sedangkan untuk prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian distal ditemukan 71,62% untuk pola horizontal, 20,27% untuk pola vertikal ( tabel 4). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Fukuda et al yang menyatakan bahwa rata-rata kehilangan tulang terbesar berada pada bagian distal lalu pada bagian mesial namun perbandingan tersebut tidak signifikan. Suomi et al juga menemukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada kerusakan tulang yang terjadi pada bagian proximal. Fakta bahwa bagian distal lebih tinggi kerusakan tulangnya juga dapat dijelaskan dengan contoh fakta pada gigi kaninus bawah bagian distalnya lebih rendah dan berbentuk lebih konkav dan pada molar pertama memiliki bagian yang lebih kecil dan akar yang lebih pendek pada bagian distal .22 Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan persentase kerusakan tulang yang terjadi pada rahang atas dan rahang bawah 82,85% (tabel 5 dan tabel 6) pola horizontal pada rahang atas, 61,11% pola horizontal pada rahang bawah. 10,53% pola vertikal pada rahang atas, 26,39% pola vertikal pada rahang bawah. Hal ini membuktikan bahwa pada rahang atas lebih besar terjadi kerusakan tulangnya, meskipun untuk pola vertikal lebih besar

dijumpai pada rahang bawah. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Fukuda et al yang pada penelitiannya didapatkan bahwa kerusakan tulang alveolar lebih tinggi didapatkan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah namun dengan hasil yang tidak begitu signifikan setelah membandingkan kehilangan tulang yang terjadi di rahang atas maupun rahang bawah pada 733 pasien.22 Hou et al

menjelaskan tentang analisis kehilangan tulang alveolar pada suku china di Taiwan menyatakan bahwa tingkat terjadinya kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis lebih besar terjadi pada gigi molar dan premolar rahang atas ketimbang gigi molar dan premolar rahang bawah.13 Gigi molar pada rahang atas ini memiliki jumlah akar yang lebih banyak, dan memungkinkan terjadinya keterlibatan furkasi pada penyakit periodontal ini sangat tinggi. Pada penelitian ini juga didapatkan hasil perbandingan elemen gigi premolar dan molar yang yang sering terkena kerusakan tulang alveolar. Hasil yang didapat berupa 29,73% (tabel 7) elemen gigi premolar yang terkena akibat penyakit periodontitis, dan 70,27% elemen gigi molar yang terkena kerusakan tulang alveolar. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian Fukuda et al bahwa dari 733 sampel yang dilakukan analisis radiografi didapatkan prevalensi gigi molar yang terkena kerusakan tulang lebih besar dibandingkan dengan prevalensi gigi premolar yang terkena kerusakan tulang. 22 Khoroni et al menjelaskan pada hasil yang ditemukan dari penelitiannya yang dilihat dari sisi coronal prevalensi gigi premolar yang terjadi kerusakan tulang sebesar 28% dan prevalensi gigi molar yang terkena adalah 21,5%. Jika dilihat dari sisi sagital prevalensi kerusakan tulang pada gigi premolar terjadi sebesar 5,75% dan 8,12% pada gigi molar.23 Hal ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar menjadi yang paling banyak terjadi kerusakan tulang dibandingkan dengan gigi premolar adalah karena faktor dari tekanan pengunyahan, dimana pada gigi molar tekanan pengunyahan lebih besar dibandingkan dengan gigi premolar.16

Pada hasil perhitungan besar kehilangan tulang pada penelitian ini (tabel 8) dengan kriteria kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5 mm, didapatkan bahwa kategori ringan sebesar 43,24%, sedang 34,43%, berat 3.39% sedangkan normal 20,94%. Hal ini

BAB 6

Dokumen terkait