Lampiran 2
NO NAMA UMUR ELEMEN POLA KEHILANGAN TULANG
MESIAL DISTAL
1. Mahlidar 38 tahun
24 horizontal horizontal
25 horizontal vertikal
26 vertikal horizontal
34 horizontal horizontal
35 horizontal vertikal
2. Anisah A 56 tahun
16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal
3. Kartini 55 tahun
15 horizontal horizontal 16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal
45 horizontal vertikal
4. Juriah 60 tahun
24 normal horizontal
25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal
27 horizontal normal
34 normal horizontal
35 vertikal vertikal
36 horizontal horizontal
37 vertikal normal
5. Joko 42 tahun 15 horizontal horizontal
16 horizontal horizontal
6. Eva roslaida 23 tahun
16 normal vertikal
17 horizontal normal
46 vertikal horizontal
47 vertikal normal
17 horizontal horizontal
8. Samsul bahri 37 tahun 17 horizontal horizontal
46 vertikal horizontal
9. Suriah 57 tahun
16 normal vertikal
17 horizontal horizontal 18 horizontal horizontal
46 vertikal horizontal
47 horizontal normal
10. Asniar harahap 61 tahun 46 horizontal horizontal
11. Heni purwanti 33 tahun 26 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal
12 Johor 73 tahun
16 horizontal horizontal
46 normla horizontal
47 vertikal horizontal
13 Nurbaiti 61 tahun 26 horizontal horizontal
14 Mastiana 56 tahun
25 vertikal vertikal
26 horizontal horizontal
35 normal horizontal
15 Tajuddin lubis 53 tahun 37 horizontal vertikal
16. Sugiono 38 tahun
26 horizontal horizontal 27 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal
17. Dasni asnal 50 tahun 17 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal
18. Y andasari 24 tahun
25 horizontal vertikal
26 horizontal horizontal
35 normal vertikal
36 horizontal vertikal
37 horizontal normal
19. Iwan 45 tahun 36 vertikal horizontal
37 vertikal horizontal
20. Nurhayati 29 tahun 26 horizontal horizontal
21. Wahyu 50 tahun
26 horizontal horizontal
22. Arwat 56 tahun 46 horizontal horizontal
47 horizontal vertikal
23 Tiolin 48 ahun 44 horizontal horizontal
45 vertikal vertikal
24 Deliana 58 tahun
44 normal horizontal
45 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal
25 Tumiati 51 tahun
24 horizontal vertikal
25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal
tabel 2. Rahang atas dan rahang bawah
No .
Rahang Atas Rahang Bawah
Elemen Mesial Distal Eleme
n Mesial Distal
1 24 horizontal horizontal 34 horizontal horizontal
2 25 horizontal vertikal 35 horizontal vertikal
3 26 vertikal horizontal 46 horizontal horizontal
4 16 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal
5 17 horizontal horizontal 45 horizontal vertikal
6 15 horizontal horizontal 34 Normal horizontal
7 16 horizontal horizontal 35 vertikal vertikal
8 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal
9 24 normal horizontal 37 vertikal normal
10 25 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal
11 26 horizontal horizontal 47 vertikal normal
12 27 horizontal normal 46 vertikal horizontal
13 15 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal
14 16 horizontal horizontal 47 horizontal normal
15 16 normal vertikal 46 horizontal horizontal
17 16 horizontal horizontal 46 normal horizontal
18 17 horizontal horizontal 47 vertikal horizontal
19 17 horizontal horizontal 35 normal horizontal
20 16 normal vertikal 37 horizontal vertikal
21 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal
22 18 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal
23 26 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal
24 16 horizontal horizontal 35 normal vertikal
25 26 horizontal horizontal 36 horizontal vertikal
26 25 vertikal vertikal 37 horizontal normal
27 26 horizontal horizontal 36 vertikal horizontal
28 26 horizontal horizontal 37 vertikal horizontal
29 27 horizontal horizontal 37 horizontal vertikal
30 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal
31 25 horizontal vertikal 47 horizontal vertikal
32 26 horizontal horizontal 44 horizontal horizontal
33 26 horizontal horizontal 45 vertikal vertikal
34 25 horizontal horizontal 44 normal horizontal
35 26 horizontal horizontal 45 horizontal horizontal
36 24 horizontal vertikal 46 horizontal horizontal
37 25 horizontal horizontal
38 26 horizontal horizontal
Tabel 3. Prevalensi premolar dan molar
43 47
Tabel 4. Rasio kehilangan tulang
56 35 Normal Ringan
57 36 Sedang Berat
58 37 Ringan Normal
59 36 ringan Ringan
60 37 Ringan Sedang
61 26 Normal Normal
62 37 Normal Normal
63 25 Ringan Berat
64 26 Sedang Berat
65 46 Ringan Sedang
66 47 Sedang Sedang
67 44 Sedang Sedang
68 45 Sedang Ringan
69 44 Normal Sedang
70 45 Ringan Ringan
71 46 Ringan Ringan
72 24 Ringan ringan
73 25 Ringan Sedang
Lampiran 3
Frequency Table
mesial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Mesial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
molar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 16 7 13.7 13.7 13.7
17 7 13.7 13.7 27.5
18 1 2.0 2.0 29.4
26 9 17.6 17.6 47.1
27 2 3.9 3.9 51.0
36 5 9.8 9.8 60.8
37 6 11.8 11.8 72.5
46 8 15.7 15.7 88.2
47 6 11.8 11.8 100.0
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Saudara.
Perkenalkan, nama saya Khansa Mahdiyah Rofifah. Saya adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang malakukan penelitian di Unit
Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan judul “Prevalensi
Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal Menggunakan
Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui prevalensi perbandingan
pola kerusakan tulang horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada
penderita penyakit periodontal. Manfaat penelitian ini adalah Dapat memberikan
informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan tulang alveolar dapat dilihat
menggunakan radiografi bitewing
Penelitian ini menggunakan radiografi bitewing dengan dosis radiasi 0,001-0,008
mSv. Dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak akan menimbulkan efek negatif
terhadap saudara. Pengambilan radiografi panoramik di lakukan di Unit Radiologi
Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan waktu kira-kira 3-4 menit.
Pada penelitian ini Saudara tidak dikenakan biaya apapun dan jika saudara
bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap
ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya sebagai
peneliti. Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitiaan ini kapan saja selama
penelitian ini berlangsung. Apabila terdapat keluhan yang diduga berhubungan
dengan penelitian ini, dapat menghubungi saya:
Khansa Mahdiyah Rofifah (082304685018). Alamat Jl. Dr. Mansyur Baru no 24. Kos
Muslimah 24
Mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Medan, januari 2016
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan,
risiko dan hak-hak saya sebagai sujek penelitian yang berjudul:
“Prevalensi Pola Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal
Menggunakan Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”
maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...
Alamat : ...
No. Telepon/HP : ...
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian
tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian apabila saya merasa
dirugikan.
Medan, ...2016
Menyetujui,
Subjek Penelitian
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Agustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis data
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 Mei 2016
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Poposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan data
6.
Pengolahan
dan Analisis
Data
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
PREVALENSI POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA PASIEN PENYAKIT PERIODONTAL MENGGUNAKAN RADIOGRAFI BITEWING
DI RSGM FKG USU
Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar satu juta
tujuh ratus dua puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Alat-alat : Rp 200.000,00
Foto radiogafi bitewing : Rp650.000,00
Biaya fotocopy kuesioner : Rp 20.000,00 Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 150.000,00
Biaya Transportasi : Rp 100.000,00
Biaya logistik Sample : Rp 600.000,00
+
Jumlah : Rp 1.720.000,00
Lampiran 8
DATA PERSONALIA PENELITI
Riwayat Peneliti
Nama : Khansa Mahdiyah Rofifah
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 6 maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara
Alamat : Komplek Sawangan Permai Blok D2 No 2. Sawangan, Depok. Jawa Barat.
No. Telp : 082304685018
Alamat e-mail
Riwayat Pendidikan
2000-2006 : SD IT Al - Muhajirin
2006-2009 : SMP IT Pesantren Nururrahman
2009-2012 : SMA IT Pesantren Nururrahman
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk
memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum
yang diperoleh dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di unit radiologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah pada bulan
Januari hingga Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang
berobat di RSGM FKG USU yang datang kepada instalasi periodonsia.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien pada bagian periodonsia baik pria maupun
wanita yang datang dengan kondisi periodontitis. Pengambilan sampel berdasarkan
simpel random sampling.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien kooperatif.
b. Telah terjadi kehilangan perlekatan.
c. Terlihat adanya resesi gingiva.
d. Mengalami penyakit periodontal.
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak memiliki gigi tetangga.
b. Gigi mobiliti derajat 3.
3. Besar sampel
� =�� 2 ��
�2
Keterangan :
n = Besar sample
Z� = deviasi baku alfa = 1,96
P = proporsi penelitian sebelumnya = 0,104 = 10,4% (Hansel, dkk)
Q = 1- P= 1-0,104 = 0,896
D = absolute precision = 15% = 0,15 Sehingga,
n
=
(1,96)2 . 0,104 .0,896
(0,15)2
n = 0,35797
0,0225
n = 16 ≈ 20
Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus besar sampel di peroleh jumlah
minimal sampel adalah 20 orang. Namun pada penelitian ini diambil 25 orang
sampel.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Pola kerusakan tulang alveolar pada pasien penyakit periodontal di RSGM
Definisi dari variabel – variabel tersebut adalah :
VARIABEL DEFINISI
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Pesawat radiografi bitewing dengan merk Planmeca b) Laptop merk Asus
c) Kamera digital
d) Viewer Box
e) Bite Tab
Bahan
Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Film dengan merk Kodak
b) Bahan Prosesing (Fixer dan Developer) dengan merk kodak
3.6 Prosedur Penelitian
a) Melakukan seleksi terhadap pasien periodonsia yang akan menjalani perawatan dengan melakukan probing yang akan dilakukan oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik dengan pengawasan dari dokter gigi
spesialis periodonsia.
b) Memberikan inform consent kepada subjek penelitian untuk dimintai persetujuan untuk pengambilan foto ronsen bitewing.
Gambar 7. Hasil penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit periodontal. A dan B) pola kerusakan tulang secara
horizontal (panah merah). C) pola kerusakan tulang secara
vertikal (panah kuning). D) pola kerusakan tulang secara
horizontal (panah merah) dan pola kerusakan tulang secara
vertikal (panah kuning). (dokumentasi pribadi)
d) Melakukan analisa terhadap radiograf berupa pola kerusakan tulang yang terjadi pada sampel.
D C
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data di
analisa sesuai dengan tujuan penelitian deskriptif.
3.7.2 Analisis Data
Untuk melihat analisis dari hasil radiograf tersebut, maka dilakukan analisis
dengan uji statistik deskriptif.
3.8 Etika Penelitian
3.8.1 Informed Consent
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
3.8.2 Ethical Clearence
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian berjumlah 25 orang pasien periodontitis di RSGM fakultas
kedokteran gigi, dengan total 74 elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat
penyakit periodontitis. Penelitian dilakukan pada radiograf bitewing yang berpusat pada elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis.
4.1 Pola kerusakan tulang
Secara keseluruhan pola kerusakan tulang yang paling sering terjadi adalah
pola kerusakan horizontal, dimana pola kerusakan ini terlihat di mesial dan distal juga
mengalami hal yang sama – sama besar.
Tabel 2. Pola kerusakan tulang yang terjadi secara keseluruhan
Kategori Jumlah Persentase
Horizontal 108 72,97%
Vertikal 27 18,25%
Normal 13 8,78%
Total 148 100%
Tabel 3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial
Kategori Jumlah Persentase
Horizontal 56 75,67%
Vertikal 12 16,22%
Normal 6 8,11%
Tabel 4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal.
Kategori Jumlah Persentase
Horizontal 53 71,62 %
Vertikal 15 20,27 %
Normal 6 8,11 %
Total 74 100 %
4.2 Pola kerusakan tulang pada rahang atas dan rahang bawah
Kerusakan tulang alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang paling tinggi
terlihat pada rahang atas dan pola kerusakan yang sering terjadi adalah horizontal.
Tabel 5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas
Kategori Jumlah Persentase
Horizontal 63 82,85 %
Vertikal 8 10,55 %
Normal 5 6,6 %
Total 76 100 %
Tabel 6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah
Kategori Jumlah Persentase
Horizontal 44 61,11 %
Vertikal 19 26,39 %
Normal 9 12,5 %
Total 72 100 %
Kategori Jumlah Persentase
Premolar 23 29,73%
Molar 51 70,27%
Total 83 100 %
4.4 Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi
Tabel 8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi
Kategori Jumlah Persentase
Normal 31 20,94%
Ringan 64 43,24%
Sedang 48 32,43%
Berat 5 3,39%
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada pasien penderita penyakit periodontitis di instalasi periodonsia RSGM FKG USU.
Pengamatan dilakukan untuk melihat pola kerusakan horizontal ataukah vertikal yang
paling sering terjadi pada pasien penyakit periodontal di instalasi periodonsia RSGM
FKG USU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moradi et al, hasil yang
didapatkan adalah hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC pada radiografi
bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi
periapikal.14
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi pola kerusakan tulang
secara keseluruhan adalah untuk pola horizontal diperoleh 72,97% (tabel 2) , pola
vertikal didapatkan sebesar 18,25%, sedang kondisi tulang alveolar yang masih
normal terjadi sebesar 8,87%. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Correa et al yang melihat prevalensi kehilangan tulang alveolar pada suku Brazilian yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontal terlihat pola kerusakan
tulang horizontal adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 8,9% sedangkan pola
kerusakan tulang vertikal yang terlihat hanya sebesar 1.5%.4 Hal ini juga serupa
dengan yang ditemukan oleh penelitian Hansen et al memperlihatkan pola kerusakan horizontal adalah yang paling besar 8,85%, dibandingkan dengan pola vertikal
1,35%. Proporsi tersebut juga didukung oleh penelitian Gjermo et al yang dilakukan oleh sampel dengan kondisi ekonomi kebawah bahwa prevalensi pola kerusakan
tulang secara horizontal juga terjadi paling besar yaitu 51,8% dan pola kerusakan
vertikal sebesar 16,2%.4 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar
yang tidak merokok. Kesimpulan penelitian tersebut juga mengatakan pola horizontal
lebih sering terjadi dibandingkan dengan pola vertikal.11 Hal ini membuktikan bahwa
kerusakan tulang alveolar pada penelitian ini berjalan kronis. Pola horizontal biasa
dijumpai pada kondisi periodontitis kronis karena akibat kerusakan tulang yang
terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan tanpa perawatan.16Pola kerusakan
vertikal pada penelitian ini dijumpai lebih sedikit karena masih merupakan
periodontitis agresif (early periodontitis) kemungkinan disebabkan oleh faktor usia.16 Pola kehilangan tulang ini berhubungan dengan terjadinya poket periodontal. Poket
infraboni merupakan tipe saku dimana dasar sakunya berada apikal dari level tulang
alveolar yang berbatasan dengan kata lain dinding lateral saku berada antara
permukaan gigi dengan tulang alveolar. Kerusakan tulang yang terjadi pada saku
infraboni ini adalah vertikal. Sedangkan poket supraboni yang dasar sakunya berada
di koronal dari tulang alveolar kerusakan tulang yang terjadi selalu horizontal.21
Pada hasil penelitian ini
didapatkan prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian mesial didapatkan sebesar
75,67% (tabel 3) untuk pola horizontal, 16,22% untuk pola vertikal. Sedangkan untuk
prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian distal ditemukan 71,62% untuk pola
horizontal, 20,27% untuk pola vertikal ( tabel 4). Hal ini serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fukuda et al yang menyatakan bahwa rata-rata kehilangan tulang terbesar berada pada bagian distal lalu pada bagian mesial namun perbandingan
tersebut tidak signifikan. Suomi et al juga menemukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada kerusakan tulang yang terjadi pada bagian proximal. Fakta bahwa
bagian distal lebih tinggi kerusakan tulangnya juga dapat dijelaskan dengan contoh
fakta pada gigi kaninus bawah bagian distalnya lebih rendah dan berbentuk lebih
konkav dan pada molar pertama memiliki bagian yang lebih kecil dan akar yang lebih
pendek pada bagian distal .22 Pada penelitian ini
juga didapatkan perbedaan persentase kerusakan tulang yang terjadi pada rahang atas
dan rahang bawah 82,85% (tabel 5 dan tabel 6) pola horizontal pada rahang atas,
61,11% pola horizontal pada rahang bawah. 10,53% pola vertikal pada rahang atas,
26,39% pola vertikal pada rahang bawah. Hal ini membuktikan bahwa pada rahang
dijumpai pada rahang bawah. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fukuda et al yang pada penelitiannya didapatkan bahwa kerusakan tulang alveolar lebih tinggi didapatkan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah namun
dengan hasil yang tidak begitu signifikan setelah membandingkan kehilangan tulang
yang terjadi di rahang atas maupun rahang bawah pada 733 pasien.22 Hou et al
menjelaskan tentang analisis kehilangan tulang alveolar pada suku china di Taiwan
menyatakan bahwa tingkat terjadinya kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis
lebih besar terjadi pada gigi molar dan premolar rahang atas ketimbang gigi molar
dan premolar rahang bawah.13 Gigi molar pada rahang atas ini memiliki jumlah akar
yang lebih banyak, dan memungkinkan terjadinya keterlibatan furkasi pada penyakit
periodontal ini sangat tinggi. Pada penelitian ini juga
didapatkan hasil perbandingan elemen gigi premolar dan molar yang yang sering
terkena kerusakan tulang alveolar. Hasil yang didapat berupa 29,73% (tabel 7)
elemen gigi premolar yang terkena akibat penyakit periodontitis, dan 70,27% elemen
gigi molar yang terkena kerusakan tulang alveolar. Hal ini juga dikuatkan oleh
penelitian Fukuda et al bahwa dari 733 sampel yang dilakukan analisis radiografi didapatkan prevalensi gigi molar yang terkena kerusakan tulang lebih besar
dibandingkan dengan prevalensi gigi premolar yang terkena kerusakan tulang. 22
Khoroni et al menjelaskan pada hasil yang ditemukan dari penelitiannya yang dilihat dari sisi coronal prevalensi gigi premolar yang terjadi kerusakan tulang sebesar 28%
dan prevalensi gigi molar yang terkena adalah 21,5%. Jika dilihat dari sisi sagital
prevalensi kerusakan tulang pada gigi premolar terjadi sebesar 5,75% dan 8,12% pada
gigi molar.23 Hal ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar menjadi yang paling
banyak terjadi kerusakan tulang dibandingkan dengan gigi premolar adalah karena
faktor dari tekanan pengunyahan, dimana pada gigi molar tekanan pengunyahan lebih
besar dibandingkan dengan gigi premolar.16
Pada hasil perhitungan besar kehilangan tulang pada penelitian ini (tabel 8)
dengan kriteria kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4
mm, dan berat lebih besar dari 5 mm, didapatkan bahwa kategori ringan sebesar
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1.
Pola kerusakan tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU
yang paling sering terjadi adalah pola horizontal (72,97%) , sedangkan
persentase pola vertikal sebanyak 18,25% .
6.2 SARAN
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, dapat memasukkan tipe – tipe
penyakit periodontal pada prevalensi pola kerusakan tulang agar dapat
mengetahui prevalensi pola kerusakan yang terjadi pada masing – masing
penyakit periodontal.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan kelompok –
kelompok umur dan gender agar lebih terlihat perbedaan yang signifikan.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan radiografi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tulang Alveolar
Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi
geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian
tubuh lainnya. Tulang ini mempunyai bidang fasial dan lingual dari tulang kompak
yang dipisahkan oleh trabekulasi kanselus. Tulang konselus ini terorientasi di sekitar
gigi untuk membentuk dinding soket gigi atau lamina kribosa. Lamina kribosa ini
terperforasi seperti saringan sehingga sejumlah besar hubungan pembuluh vaskular
dan saraf dapat terbentuk di antara ligamen periodontal dan ruang trabekula..6
Tulang alveolar terus menerus mengalami remodeling sebagai respons
terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor dan kalsium.
Pada keadaan sehat, remodeling prosesus berfungsi untuk mempertahankan volume
keseluruhan dari tulang dan anatomi keseluruhan relatif stabil.6
Gambar 1. Gambaran radiografi normal puncak
Tinggi puncak alveolar terbentang kira-kira 0,5-2 mm di bawah CEJ (cemento enamel junction) gigi yang bersebelahan.7,8 Pada gigi posterior letak puncak alveolar sejajar dengan garis yang penghubung CEJ yang berdekatan, sedangkan pada gigi
anterior, puncak alveolar biasanya berupa titik dan memiliki korteks yang baik. Batas
kortikal puncak tulang alveolar yang masih memiliki mineralisasi yang baik
mengindikasikan tidak terjadi aktifitas penyakit periodontal. Bagaimanapun,
kurangnya mineralisasi puncak alveolar, bisa juga ditemukan pada pasien yang
memiliki periodontitis atau tanpa periodontitis.7 Gambaran normal puncak tulang
alveolar secara radiografi terllihat bagian apikal berada pada cemento enamel junction
dari gigi dengan bentuk membulat kemudian datar pada ujungnya. Pada daerah
insisal, puncak tulang alveolar terlihat tajam dan secara keseluruhan bersambung
dengan lamina dura.9
2.2 Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal yang sering terjadi berupa kondisi inflamasi kronis yang
berpengaruh terhadap jaringan pendukung gigi.10,11 Penyakit periodontal mudah
terjadi pada perokok, orang tua, individu dengan tingkat pendidikan yang rendah,
kesehatan gigi yang buruk, destruksi periodontal sebelumnya, dan penyakit sistemik
seperti diabetes dan inveksi HIV.7 Etologi dari penyakit periodontal ini terbagi
menjadi dua faktor, yaitu faktor – faktor primer dan faktor – faktor sekunder. Faktor
primer dari penyakit periodontal ini adalah iritasi bakteri, sedangkan faktor sekunder
dari penyakit periodontal terbagi lagi menjadi lokal dan sistemik. Pada faktor lokal
yaitu lingkungan gingiva yang merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak
dan menghalangi pembersihan plak. Sedangkan pada faktor sistemik berupa hospes
yang dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.6
Klasifikasi dari penyakit periodontal ini terdiri dari gingivitis yang diinduksi
oleh plak dan gingivitis yang tidak diinduksi oleh plak, periodontitis kronis lokalisata
dan periodontitis kronis generalisata, periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis
agresif generalisata, periodontitis yang dimanifestasikan oleh penyakit sistemik yang
berupa periodontitis nekrosis, abses pada jaringan periontal, periodontitis yang
Tabel 1. Rekomendasi Pemeriksaan Radiografi pada Status Periodontal
Kasus Rekomendasi
Pasien yang diperiksa secara
klinis dengan indikasi yang
memang dibutuhkan untuk
pemeriksaan seluruh gigi dan
jaringan pendukung
periodontal.
Pemeriksaan seluruh gigi dan status tulang alveolar
dapat menggunakan :
• Hanya mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik.
• Mengoptimalkan kualitas radiografi
panoramik dengan tambahan radiografi
periapikal melihat keadaan status klinis.
• Menggunakan radiografi periapikal.
Menentukan teknik yang digunakan, bergantung
pada situasi klinis, kualitas gambar, dan
berlandaskan pada dosis yang akan diterima.
Dicurigai adanya lesi
periodontal/ endodontik.
Indikasi menggunakan radiografi periapikal
Kasus spesifik periodontal :
pasien dengan kedalaman saat
probing kurang dari 3-4 mm
Kedalaman tingkat probing mengindikasikan bahwa
periodontal dalam keadaan sehat. Penggunaan
radiografi tidak dianjurkan untuk melihat status
tulang alveolar pada situasi ini.
Kasus spesifik periodontal :
pasien dengan tingkat
kedalaman probing 4 – 5 mm.
Pemeriksaan tingkat kerusakan tulang akan lebih
akurat dengan radiografi horizontal bitewing untuk prosedur pemeriksaan karies, ditambah oleh
radiografi periapikal pada gigi tertentu yang dilihat
pada situasi klinis.
Kasus spesifik periodontal:
pasien dengan tingkat
kedalaman probing 6 mm
Menggunakan radiografi vertikal bitewing, ditambah dengan radiografi periapikal untuk gigi anterior.
Penyakit periodontal ini secara radiografi akan terlihat adanya lesi inflamasi
secara morfologi jaringan pendukung tulang alveolar dan kepadatan (densitas)
internal dan bentuk trabekula dari tulang alveolar.7
Penyakit periodontal ini dapat mengubah gambaran morfologi tulang dengan
terjadinya pengurangan ketebalan tulang. Pengurangan ketebalan tulang ini berupa
kerusakan tulang alveolar dan badan tulang dievaluasi melalui besarnya tulang
alveolar dan ketebalan tulang yang tersisa.12 Pengukuran penurunan tulang alveolar
ini dimulai dari puncak tulang alveolar atau ABC (alveolar bone crest) ke cemento enamel junction kemudian dikurangi 1 – 2 mm untuk menunjukkan adanya kehilangan tulang. Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran penurunan
tulang alveolar adalah metode Proksimal RABL (resorbtion of alveolar bone loss)
yang didefinisikan sebagai cacat tulang sekurangnya 2 mm dari CEJ dan puncak
alveolar.13
Gambar 2. Diagram dari radiografi
kehilangan tulang alveolar.13
Hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC ( Alveolar Bone Crest )
pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal. Pada radiografi periapikal perhitungan jarak antara
ABC dan CEJ kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar
10% dan pada radiografi bitewing kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang
secara klinis sekitar 6%.14 Penelitian Gedik et al juga memperlihatkan bahwa
radiografi periapikal.5 Tingkat kerusakan tulang terbagi menjadi 3 yaitu ringan,
sedang dan berat. Untuk kategori ringan kehilangan tulang pendukung terjadi sekitar
1 – 2 mm . kategori sedang terjadi kehilangan lebih dari 2 mm bahkan dapat terjadi
kehilangan tulang sebesar setengah dari tulang pendukung normal, dan untuk kategori
berat yang terjadi adalah kehilangan tulang sudah melebihi dari kategori ringan dan
sedang.7 Pada pemeriksaan klinis untuk kehilangan tulang dengan kategori ringan
kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5
mm.12
2.2.1 Pola kerusakan tulang secara horizontal
Pola kerusakan tulang secara horizontal ini merupakan pola yang paling
sering muncul pada penyakit periodontal. Pada pola ini mengalami penurunan
terhadap tinggi tulang, namun margin dari tulang tersebut kira – kira tetap tegak lurus
pada permukaan gigi.7,15 Namun, pada tulang bagian interdental, labial/facial, dan
lingual derajat kerusakannya tidak sama pada setiap bagian.7,16 Kehilangan tulang
secara horizontal ini dapat diklasifikasikan dengan ringan, sedang, atau berat
tergantung dengan luasnya kerusakan yang terjadi.7
Pada klasifikasi kehilangan tulang horizontal ringan,
kehilangan tulang yang terjadi sekitar 1-2 mm pada tulang pendukung, untuk
klasifikasi sedang kehilangan tulang yang terjadi lebih besar dari 2 mm sampai
dengan hilangnya setengah tinggi tulang pendukung, dan untuk klasifikasi berat
Gambar 3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio
anterior (A) pada regio posterior (B)7
2.2.2 Pola kerusakan tulang secara vertikal
Kehilangan tulang secara vertikal merupakan sebuah lesi tunggal yang
terlokalisir pada satu gigi. Bentuk tulang yang tersisa pada pola kerusakan tulang
secara vertikal ini biasanya menampilkan angulasi miring ke garis khayal yang
menghubungkan CEJ gigi yang rusak ke gigi tetangganya. Pada awal terbentuknya
pola kerusakan secara vertikal ini, akan terlihat pelebaran abnormal dari ruang
ligamen periodontal di puncak tulang alveolar. Seringkali kerusakan vertikal sulit
atau tidak mungkin untuk dikenali pada gambaran radiografi karena satu atau kedua
lapisan tulang kortikal superimpose dengan kerusakan.7
Gambar
4.A dan B merupakan gambaran
kerusakan tulang alveolar secara vertikal.7
2.3 Tatalaksana Kerusakan Tulang
Perawatan penyakit periodontal secara tradisional yaitu menjaga oral hygine,
scalling, root planing pada permukaan gigi dan menghilangkan faktor – faktor lain
yang dapat mengakibatkan penyakit periodontal secara perlahan.17
Tujuan dari perawatan kerusakan tulang ini adalah untuk menghilangkan lesi
periodontal, untuk mendapat bentuk jaringan yang memungkinkan penderita
melakukan kontrol plak yang efisien, dan untuk mendapat pembentukan tulang,
menambah perlekatan gigi dan memperbaiki dukungan terhadap gigi. Terdapat tiga
pilihan perawatan yang dapat dilakukan :6
1. Membentuk tulang sehingga setelah pemulihan dan remodeliing, bentuk
tulang alveolar yang terjadi memungkinkan dilakukannya tindakan
pembersihan mulut yang efektif.
2. Upayakan mengisi daerah tulang yang cacat. Ini dapat diperoleh dengan atau
tanpa bonegraft.
3. Usahakan agar mendapat perlekatan jaringan ikat yang baru. Namun, upaya
ini hanya dapat diperoleh melalui teknik regenerasi jaringan yang terarah.
Osteoplasti merupakan istilah yang digunakan untuk memperbaiki bentuk tulang yang tidak langsung melekat pada gigi. Osteotomi adalah pemotongan tulang yang langsung berperan sebagai pendukung gigi. Pada banyak kasus, osteoplasti dan
osteotomi ini dilakukan secara bersama – sama. Hal ini dapat dilakukan dengan
carapemotongan tulang, lalu fragmen tulang tersebut dapat digunakan untuk mengisi
cacat tulang.6
Kuretase untuk mengisi tulang merupakan sebuah langkah berupa
pembersihan seluruh jaringan inflamasi dari daerah kerusakan tulang. Prosedur yang
paling sering dilakukan saat kuretase ini adalah penghilangan daerah kerusakan
tulang dengan cara memperbaiki bentuknya , oleh karena itu pada situasi dimana ada
keraguan tentang cara perawatan yang cocok untuk cacat tulang, posisi lesi dapat
digunakan untuk menentukan cara perawatan yang dilakukan.6
Bonegraft merupakan usaha untuk mengisi daerah cacat tulang dan mendapat perlekatan kembali dengan kuretase sederhana dari daerah kerusakan
tulang merupakan prosedur yang kurang dapat diandalkan dan sudah cukup banyak
tipe bahan bonegraft. Bahan dari bonegraft dapat dikelompokkan menjadi empat tipe umum yaitu, autograft dimana tulang diambil dari individu yang sama, alograft
dimana tulang diambil dari individu dengan jenis spesies yang sama, xenograft
dimana tulang diambil dari spesies yang berbeda, diawetkan dengan etilen diamin
untuk menghilangkan fraksi organik dan antigenetik, lalu graft dari bahan pengganti
tulang dan bahan sintesis, bahan yang paling sering digunakan untuk tujuan ini adalah
hidroksiapatit sintesis seperti periograft atau darapatite.6
2.4 Radiografi Intra Oral
Pemeriksaan radiografi intraoral merupakan radiografi yang sering digunakan
oleh dokter gigi. Radiografi intraoral ini dibagi menjadi 3 kategori: proyeksi
periapikal, proyeksi bitewing, dan proyeksi oklusal. Radiografi periapikal menunjukkan semua bagian pada gigi termasuk tulang pendukungnya. Radiografi
bitewing hanya menunjukkan bagian mahkota pada gigi dan batasan puncak tulang alveolar. Radiografi oklusal menunjukkan area gigi dan lebar tulang melebihi
radiografi periapikal.18
melihat gigi secara individual dan jaringan disekitar apikal. Gambaran yang
dihasilkan memperlihatkan dua sampai empat gigi dan menyajikan informasi
mendetail tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar.17 Indikasi klinis untuk
radiografi periapikal termasuk diantaranya adalah :17
• Mendeteksi infeksi/inflamasi apikal. • Pemeriksaan status periodontal.
• Sesudah trauma pada gigi dan kepadatan tulang alveolar. • Pemeriksaan keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi. • Pemeriksaan morfologi akar sebelum ekstraksi.
• Selama endodontik.
2.4.2 Radiografi Bitewing
Radiografi bitewing diambil namanya dari teknik yang digunakan kepada
pasien yaitu menggigit atau bite pada sayap kecil (small wing) yang melekat pada film intraoral .17 Pada teknik radiografi, film digunakan untuk mendata bagian coronal dari gigi maxillaris dan mandibularis serta beberapa bagian dari akar gigi
pada film yang sama.19 Pada orang dewasa menggunakan film ukuran 2 sedangkan
untuk anak – anak menggunakan film ukuran 1. Radiografi bitewing ini juga disebut
sebagai teknik interproximal.19
Indikasi dari penggunaan radiografi bitewing diantaranya adalah untuk
mendeteksi karies proximal, memonitoring perkembangan karies gigi, mendeteksi
karies sekunder atau reccurent caries, pemeriksaan kepadatan restorasi, dan pemeriksaan jaringan periodontal: sangat penting untuk mengetahui tinggi tulang
alveolar dan perubahan yang terjadi, mendeteksi kalkulus yang menumpuk didaerah
interproximal, melihat jarak dari restorasi dengan kamar pulpa.17,19
Radiografi bitewing memasukkan mahkota gigi dari maxila dan mandibula
serta puncak tulang alveolar dalam satu film. Reseptor bitewing ini biasa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal yang baru akan terjadi sebelum dapat
untuk melihat puncak tulang alveolar, perubahan tinggi tulang, dan
membandingkannya dengan gigi sebelahnya. 18
Prinsip – prinsip pada teknik bitewing( gambar 5 ) :20
1. Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi –gigi di maksila dan
mandibula.
2. Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing film holder.
3. Central x-rays diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10°
Keuntungan dari radiografi bitewing ini antara lain adalah relatif sederhana dan mudah, reseptor gambar tetap dalam posisi dan tidak bisa diubah posisinya oleh
lidah, posisi tabung x-rays menentukan arah sinar sehingga mempermudah operator
dalam memastikan bahwa sinar x-rays selalu sudut kanan ke reseptor gambar, dapat
menghindari conning off atau cone cutting pada daerah anterior dari reseptor gambar, holder dapat berupa autoclavable atau berupa sekali pakai.Namun, radiografi bitewing ini juga terdapat kerugiannya diantaranya adalah beberapa holder relatif
memiliki harga yang mahal, dan terakhir, holder tersebut kurang nyaman jika
Gambar 5. Prinsip dan teknik Radiografi bitewing18
Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah
yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa
digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara
horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan
keberhasilan dari hasil perawatan.7 Ukuran film yang digunakan pada bitewing ini berbeda – beda, seperti size 0 digunakan untuk mempelajari gigi posterior pada anak – anak (22x35 mm), size 1 memeriksa gigi posterior pada masa gigi bercampur (24x40 mm), size 2 memeriksa gigi posterior pada dewasa (32x41 mm), size 3 lebih sempit dan lebih panjang dan hanya digunakan untuk radiografi bitewing.
Menjangkau secara horizontal dari premolar ke molar, tapi tidak direkomendasikan
Gambar 6. Letak posisi film pada radiografi bitewing. A) letak film
Secara Horizontal, B) letak film secara vertikal.17
2.6 Kerangka Teori
Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi Penyakit Periodontal
Vertikal Horizontal Radiografi Bitewing
Radiografi Bitewing
Perawatan Tulang Alveolar
Penyakit Periodontal
Kerusakan Tulang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk
dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk
menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat
dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan
satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan
pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan
pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang
alveolar, dan ligamen periodontal.1
Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang
menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan
manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri
subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi
lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi
kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan
mengakibatkan kehilangan gigi.1
Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis
kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang
terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap
bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak
berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan
penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara
Kerusakan tulang alveolar tidak dapat didiagnosa hanya dengan pemeriksaan
klinis saja, tetapi juga membutuhkan tes diagnostik yang spesifik seperti pemeriksaan
kedalaman poket periodontal dan radiografis.1 Alat yang sering digunakan untuk
diagnosis klinis pada penyakit periodontal dan menentukan perawatan yang dilakukan
adalah dengan periodontal probing dan radiografi intra oral.4Akerson et al,
melaporkan bahwa radiografi periapikal lebih akurat dalam melihat pola kerusakan
tulang jika dibandingkan dengan radiografi bitewing ataupun panoramik. Namun,
Gedik et al membantah dalam penelitiannya bahwa radiografi bitewing lebih unggul dari radiografi periapikal meski hanya sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan
radiografi panoramik.5 Penggunanaan radiografi interproksimal (bitewing), telah terbukti menjadi metode yang berharga untuk mendeteksi kehilangan tulang yang
terjadi, dan dapat dijadikan pilihan radiografi untuk memeriksa kerusakan tulang pada
penyakit periodontal.5
Berdasarkan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti pebandingan
pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada penyakit periodontal yang dilihat
menggunakan radiografi bitewing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
pemasalahan sebagai berikut :
Bagaimana pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada pasien
penyakit periodontal di RSGM FKG USU
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang horizontal atau
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan
tulang alveolar dapat dilihat menggunakan radiografi bitewing.
1.4.2 Manfaat Praktis
• Dengan bantuan foto bitewing dokter gigi dapat mengetahui lebih detail pola kerusakan tulang yang terjadi sebagai acuan perawatan.
• Radiasi yang terpapar pada pasien menggunakan radiografi bitewing
untuk pemeriksaan kerusakan tulang alveolar akan lebih kecil
dibandingkan foto periapikal, karena elemen gigi yang terlihat pada
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk
dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk
menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat
dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan
satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan
pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan
pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang
alveolar, dan ligamen periodontal.1
Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang
menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan
manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri
subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi
lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi
kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan
mengakibatkan kehilangan gigi.1
Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis
kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang
terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap
bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak
berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan
penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara
POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA
PASIEN YANG DATANG KE INSTALASIPERIODONSIA
MENGGUNAKAN
RADIOGRAFI BITEWING
DI RSGM FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
KHANSA MAHDIYAH ROFIFAH
NIM: 120600151
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2016
Khansa Mahdiyah Rofifah Pola
kerusakan tulang alveolar pada pasien yang datang ke instalasi Periodonsia
menggunakan radiografi bitewing di RSGM FKG USU.
x + 33 Halaman
Penyakit periodontal merupakan suatu inflamasi kronis pada jaringan
pendukung gigi yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tulang alveolar.
Pola kerusakan tulang alveolar yang terjadi berupa horizontal ataupun vertikal dapat
dideteksi dengan menggunakan radiografi bitewing. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiografi bitewing lebih akurat dibandingkan radiografi lainnya dalam melihat kehilangan tulang alveolar dan pola kerusakannya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang
horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada penderita penyakit
periodontal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara simpel random sampling pada bulan Januari 2016 – Maret 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang yang terdiri dari 74 elemen gigi yang
terdeteksi kehilangan tulang. Hasil dari penelitian ini, diperoleh pola kerusakan
tulang paling banyak dijumpai secara keseluruhan adalah pola horizontal dengan
persentase 72,97%. Pola kerusakan tulang yang banyak dijumpai pada bagian mesial
adalah pola horizontal dengan persentase 75,67%, pada bagian distal persentase
terbanyak pada pola horizontal 71,62%. Untuk rahang atas paling banyak dijumpai
pola horizontal dengan persentase 82,85%, dan pada rahang bawah 61,11% juga
paling banyak pola horizontal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola kerusakan
tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU yang sering terjadi
berupa pola horizontal dengan persentase 72,97%, sedangkan besar tinggi kerusakan
tulang alveolar yang sering terjadi pada pasien penyakit periodontitis adalah kategori
ringan 43,24%.
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tanpa batas serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi di Unit Radiologi
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
keluarga tercinta, ayahanda H. Ir. Agus Badrin, ibunda Hj.dr. Ipak Ridmah
Rikenawaty, M.Si serta keempat adinda Khaulah Nurul Fadhilah, Kharidah
Khairullah Nabiha, Khadijah Yashirah Hanifa, dan Khalid Abdul Malik R atas kasih
sayang yang berlimpah dan telah begitu banyak memberikan dukungan, doa dan
semangat kepada penulis selama proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membuka pemikiran penulis serta
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan dukungan, bimbingan
dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
3. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Ketua Unit
Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. H. Amrin Thahir, drg. selaku staf pengajar senior di Unit
Radiologi Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
5. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG, Dewi Kartika, drg dan Maria
Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
6. Rusfian, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat.
8. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak
membantu penulis selama menjalani penelitian di Unit Radiologi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
9. Ilham Ridwan selaku Om dari penulis yang sudah memberikan
masukan – masukan yang berarti selama proses penulisan dan dukungan
moril ataupun materil sehingga mempermudah proses penelitan dan
penulisan.
10. Para sahabat terbaik: Keumala Rizkia, Rizky Putri Pratiwi,
Jehan Elfandari, Rizka Malisa Sinaga, Fathia Tungga dewi, Sitti Maisara
amanda. Terima kasih atas persahabatan kalian, terima kasih atas dukungan,
masukan dan semangat yang diberikan.
11. Keluarga besar K-MUS FKG, DTC UKMI AD Dakwah dan
FULDMKG yang telah membantu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan masyarakat.
Medan, Juni 2016 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
2.2.1 Pola Kerusakan Tulang Secara Horizontal ... 8
2.2.2 Pola Kerusakan Tulang Secara Vertikal ... 9
2.3 Tatatlaksana Kerusakan Tulang ... 10
2.4Radiografi Intraoral ... 11
2.4.1 Radiografi Periapikal ... 12
2.4.2 Radiografi Bitewing ... 12
2.5 Kerangka Konsep ... 16
2.6 Kerangka Teori ... 17
3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
3.3 Populasi dan Sampel ... 18
3.3.1 Populasi ... 18
3.3.2 Sampel... 18
3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 19
3.4.1 Variabel Penelitian ... 19
4.2 Pola Kerusakan Tulang Pada Rahang Atas dam Rahang Bawah 24 4.3 Elemen Gigi Premolar dan Molar yang Terkena Kerusakan Tulang ... 25
4.4 Presentase Rasio Kehilangan Tulang Yang Terjadi... 25
Tabel Halaman
1. Rekomendasi pemeriksaan radiografi pada status periodontal ... 6
2. Pola kerusakan tulang secara keseluruhan ... 23
3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial ... 23
4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal ... 24
5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas ... 24
6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah... 25
7. Elemen gigi premolar dan molar yang terkena kerusakan tulang ... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar... 4
2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar ... 7
3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior ... 9
4. Gambaran kerusakan tulang alveolar secara vertikal ... 10
5. Prinsip dan teknik radiografi bitewing ... 14
6. Letak posisi film pada radiografi bitewing ... 15
Lampiran
1. Surat persetujuan komisi etik (Ethical clearance) 2. Data hasil penelitian
3. Data hasil perhitungan SPSS
4. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
5. Informed consent
6. Jadwal pelaksanaan penelitian
7. Rincian biaya penelitian