• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Kerusakan Tulang Alveolar Pada Pasien Yang Datang Ke Instalasiperiodonsia Menggunakan Radiografi BitewingDi Rsgm Fkg Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Kerusakan Tulang Alveolar Pada Pasien Yang Datang Ke Instalasiperiodonsia Menggunakan Radiografi BitewingDi Rsgm Fkg Usu"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 2

NO NAMA UMUR ELEMEN POLA KEHILANGAN TULANG

MESIAL DISTAL

1. Mahlidar 38 tahun

24 horizontal horizontal

25 horizontal vertikal

26 vertikal horizontal

34 horizontal horizontal

35 horizontal vertikal

2. Anisah A 56 tahun

16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

3. Kartini 55 tahun

15 horizontal horizontal 16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal

45 horizontal vertikal

4. Juriah 60 tahun

24 normal horizontal

25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal

27 horizontal normal

34 normal horizontal

35 vertikal vertikal

36 horizontal horizontal

37 vertikal normal

5. Joko 42 tahun 15 horizontal horizontal

16 horizontal horizontal

6. Eva roslaida 23 tahun

16 normal vertikal

17 horizontal normal

46 vertikal horizontal

47 vertikal normal

(4)

17 horizontal horizontal

8. Samsul bahri 37 tahun 17 horizontal horizontal

46 vertikal horizontal

9. Suriah 57 tahun

16 normal vertikal

17 horizontal horizontal 18 horizontal horizontal

46 vertikal horizontal

47 horizontal normal

10. Asniar harahap 61 tahun 46 horizontal horizontal

11. Heni purwanti 33 tahun 26 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

12 Johor 73 tahun

16 horizontal horizontal

46 normla horizontal

47 vertikal horizontal

13 Nurbaiti 61 tahun 26 horizontal horizontal

14 Mastiana 56 tahun

25 vertikal vertikal

26 horizontal horizontal

35 normal horizontal

15 Tajuddin lubis 53 tahun 37 horizontal vertikal

16. Sugiono 38 tahun

26 horizontal horizontal 27 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal

17. Dasni asnal 50 tahun 17 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

18. Y andasari 24 tahun

25 horizontal vertikal

26 horizontal horizontal

35 normal vertikal

36 horizontal vertikal

37 horizontal normal

19. Iwan 45 tahun 36 vertikal horizontal

37 vertikal horizontal

20. Nurhayati 29 tahun 26 horizontal horizontal

(5)

21. Wahyu 50 tahun

26 horizontal horizontal

22. Arwat 56 tahun 46 horizontal horizontal

47 horizontal vertikal

23 Tiolin 48 ahun 44 horizontal horizontal

45 vertikal vertikal

24 Deliana 58 tahun

44 normal horizontal

45 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal

25 Tumiati 51 tahun

24 horizontal vertikal

25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal

tabel 2. Rahang atas dan rahang bawah

No .

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Mesial Distal Eleme

n Mesial Distal

1 24 horizontal horizontal 34 horizontal horizontal

2 25 horizontal vertikal 35 horizontal vertikal

3 26 vertikal horizontal 46 horizontal horizontal

4 16 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

5 17 horizontal horizontal 45 horizontal vertikal

6 15 horizontal horizontal 34 Normal horizontal

7 16 horizontal horizontal 35 vertikal vertikal

8 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

9 24 normal horizontal 37 vertikal normal

10 25 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal

11 26 horizontal horizontal 47 vertikal normal

12 27 horizontal normal 46 vertikal horizontal

13 15 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal

14 16 horizontal horizontal 47 horizontal normal

15 16 normal vertikal 46 horizontal horizontal

(6)

17 16 horizontal horizontal 46 normal horizontal

18 17 horizontal horizontal 47 vertikal horizontal

19 17 horizontal horizontal 35 normal horizontal

20 16 normal vertikal 37 horizontal vertikal

21 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

22 18 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal

23 26 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

24 16 horizontal horizontal 35 normal vertikal

25 26 horizontal horizontal 36 horizontal vertikal

26 25 vertikal vertikal 37 horizontal normal

27 26 horizontal horizontal 36 vertikal horizontal

28 26 horizontal horizontal 37 vertikal horizontal

29 27 horizontal horizontal 37 horizontal vertikal

30 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal

31 25 horizontal vertikal 47 horizontal vertikal

32 26 horizontal horizontal 44 horizontal horizontal

33 26 horizontal horizontal 45 vertikal vertikal

34 25 horizontal horizontal 44 normal horizontal

35 26 horizontal horizontal 45 horizontal horizontal

36 24 horizontal vertikal 46 horizontal horizontal

37 25 horizontal horizontal

38 26 horizontal horizontal

Tabel 3. Prevalensi premolar dan molar

(7)
(8)

43 47

Tabel 4. Rasio kehilangan tulang

(9)
(10)

56 35 Normal Ringan

57 36 Sedang Berat

58 37 Ringan Normal

59 36 ringan Ringan

60 37 Ringan Sedang

61 26 Normal Normal

62 37 Normal Normal

63 25 Ringan Berat

64 26 Sedang Berat

65 46 Ringan Sedang

66 47 Sedang Sedang

67 44 Sedang Sedang

68 45 Sedang Ringan

69 44 Normal Sedang

70 45 Ringan Ringan

71 46 Ringan Ringan

72 24 Ringan ringan

73 25 Ringan Sedang

(11)

Lampiran 3

Frequency Table

mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(12)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(13)

Mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(14)

molar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 7 13.7 13.7 13.7

17 7 13.7 13.7 27.5

18 1 2.0 2.0 29.4

26 9 17.6 17.6 47.1

27 2 3.9 3.9 51.0

36 5 9.8 9.8 60.8

37 6 11.8 11.8 72.5

46 8 15.7 15.7 88.2

47 6 11.8 11.8 100.0

(15)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Saudara.

Perkenalkan, nama saya Khansa Mahdiyah Rofifah. Saya adalah mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang malakukan penelitian di Unit

Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan judul “Prevalensi

Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal Menggunakan

Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui prevalensi perbandingan

pola kerusakan tulang horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada

penderita penyakit periodontal. Manfaat penelitian ini adalah Dapat memberikan

informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan tulang alveolar dapat dilihat

menggunakan radiografi bitewing

Penelitian ini menggunakan radiografi bitewing dengan dosis radiasi 0,001-0,008

mSv. Dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak akan menimbulkan efek negatif

terhadap saudara. Pengambilan radiografi panoramik di lakukan di Unit Radiologi

Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan waktu kira-kira 3-4 menit.

Pada penelitian ini Saudara tidak dikenakan biaya apapun dan jika saudara

bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap

ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya sebagai

peneliti. Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitiaan ini kapan saja selama

penelitian ini berlangsung. Apabila terdapat keluhan yang diduga berhubungan

dengan penelitian ini, dapat menghubungi saya:

Khansa Mahdiyah Rofifah (082304685018). Alamat Jl. Dr. Mansyur Baru no 24. Kos

Muslimah 24

Mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, januari 2016

(16)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan,

risiko dan hak-hak saya sebagai sujek penelitian yang berjudul:

“Prevalensi Pola Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal

Menggunakan Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”

maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...

Alamat : ...

No. Telepon/HP : ...

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian

tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian apabila saya merasa

dirugikan.

Medan, ...2016

Menyetujui,

Subjek Penelitian

(17)

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Revisi Proposal

4. Pengurusan Surat Izin

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan dan Analisis data

(18)

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 Mei 2016

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Poposal

3. Revisi Proposal

4. Pengurusan Surat Izin

5. Pengumpulan data

6.

Pengolahan

dan Analisis

Data

(19)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PREVALENSI POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA PASIEN PENYAKIT PERIODONTAL MENGGUNAKAN RADIOGRAFI BITEWING

DI RSGM FKG USU

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar satu juta

tujuh ratus dua puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:

Alat-alat : Rp 200.000,00

Foto radiogafi bitewing : Rp650.000,00

Biaya fotocopy kuesioner : Rp 20.000,00 Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 150.000,00

Biaya Transportasi : Rp 100.000,00

Biaya logistik Sample : Rp 600.000,00

+

Jumlah : Rp 1.720.000,00

(20)

Lampiran 8

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti

Nama : Khansa Mahdiyah Rofifah

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 6 maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara

Alamat : Komplek Sawangan Permai Blok D2 No 2. Sawangan, Depok. Jawa Barat.

No. Telp : 082304685018

Alamat e-mail

Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SD IT Al - Muhajirin

2006-2009 : SMP IT Pesantren Nururrahman

2009-2012 : SMA IT Pesantren Nururrahman

(21)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk

memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum

yang diperoleh dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit radiologi Kedokteran Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah pada bulan

Januari hingga Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang

berobat di RSGM FKG USU yang datang kepada instalasi periodonsia.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien pada bagian periodonsia baik pria maupun

wanita yang datang dengan kondisi periodontitis. Pengambilan sampel berdasarkan

simpel random sampling.

1. Kriteria inklusi

a. Pasien kooperatif.

b. Telah terjadi kehilangan perlekatan.

c. Terlihat adanya resesi gingiva.

d. Mengalami penyakit periodontal.

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak memiliki gigi tetangga.

b. Gigi mobiliti derajat 3.

3. Besar sampel

(22)

� =�� 2

�2

Keterangan :

n = Besar sample

Z� = deviasi baku alfa = 1,96

P = proporsi penelitian sebelumnya = 0,104 = 10,4% (Hansel, dkk)

Q = 1- P= 1-0,104 = 0,896

D = absolute precision = 15% = 0,15 Sehingga,

n

=

(1,96)

2 . 0,104 .0,896

(0,15)2

n = 0,35797

0,0225

n = 16 ≈ 20

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus besar sampel di peroleh jumlah

minimal sampel adalah 20 orang. Namun pada penelitian ini diambil 25 orang

sampel.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Pola kerusakan tulang alveolar pada pasien penyakit periodontal di RSGM

(23)

Definisi dari variabel – variabel tersebut adalah :

VARIABEL DEFINISI

(24)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat

Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Pesawat radiografi bitewing dengan merk Planmeca b) Laptop merk Asus

c) Kamera digital

d) Viewer Box

e) Bite Tab

Bahan

Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Film dengan merk Kodak

b) Bahan Prosesing (Fixer dan Developer) dengan merk kodak

3.6 Prosedur Penelitian

a) Melakukan seleksi terhadap pasien periodonsia yang akan menjalani perawatan dengan melakukan probing yang akan dilakukan oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik dengan pengawasan dari dokter gigi

spesialis periodonsia.

b) Memberikan inform consent kepada subjek penelitian untuk dimintai persetujuan untuk pengambilan foto ronsen bitewing.

(25)

Gambar 7. Hasil penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit periodontal. A dan B) pola kerusakan tulang secara

horizontal (panah merah). C) pola kerusakan tulang secara

vertikal (panah kuning). D) pola kerusakan tulang secara

horizontal (panah merah) dan pola kerusakan tulang secara

vertikal (panah kuning). (dokumentasi pribadi)

d) Melakukan analisa terhadap radiograf berupa pola kerusakan tulang yang terjadi pada sampel.

D C

(26)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data di

analisa sesuai dengan tujuan penelitian deskriptif.

3.7.2 Analisis Data

Untuk melihat analisis dari hasil radiograf tersebut, maka dilakukan analisis

dengan uji statistik deskriptif.

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada

responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan

dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan

dengan penelitian.

3.8.2 Ethical Clearence

(27)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 25 orang pasien periodontitis di RSGM fakultas

kedokteran gigi, dengan total 74 elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat

penyakit periodontitis. Penelitian dilakukan pada radiograf bitewing yang berpusat pada elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis.

4.1 Pola kerusakan tulang

Secara keseluruhan pola kerusakan tulang yang paling sering terjadi adalah

pola kerusakan horizontal, dimana pola kerusakan ini terlihat di mesial dan distal juga

mengalami hal yang sama – sama besar.

Tabel 2. Pola kerusakan tulang yang terjadi secara keseluruhan

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 108 72,97%

Vertikal 27 18,25%

Normal 13 8,78%

Total 148 100%

Tabel 3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 56 75,67%

Vertikal 12 16,22%

Normal 6 8,11%

(28)

Tabel 4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal.

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 53 71,62 %

Vertikal 15 20,27 %

Normal 6 8,11 %

Total 74 100 %

4.2 Pola kerusakan tulang pada rahang atas dan rahang bawah

Kerusakan tulang alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang paling tinggi

terlihat pada rahang atas dan pola kerusakan yang sering terjadi adalah horizontal.

Tabel 5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 63 82,85 %

Vertikal 8 10,55 %

Normal 5 6,6 %

Total 76 100 %

Tabel 6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 44 61,11 %

Vertikal 19 26,39 %

Normal 9 12,5 %

Total 72 100 %

(29)

Kategori Jumlah Persentase

Premolar 23 29,73%

Molar 51 70,27%

Total 83 100 %

4.4 Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Tabel 8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Kategori Jumlah Persentase

Normal 31 20,94%

Ringan 64 43,24%

Sedang 48 32,43%

Berat 5 3,39%

(30)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada pasien penderita penyakit periodontitis di instalasi periodonsia RSGM FKG USU.

Pengamatan dilakukan untuk melihat pola kerusakan horizontal ataukah vertikal yang

paling sering terjadi pada pasien penyakit periodontal di instalasi periodonsia RSGM

FKG USU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moradi et al, hasil yang

didapatkan adalah hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC pada radiografi

bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi

periapikal.14

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi pola kerusakan tulang

secara keseluruhan adalah untuk pola horizontal diperoleh 72,97% (tabel 2) , pola

vertikal didapatkan sebesar 18,25%, sedang kondisi tulang alveolar yang masih

normal terjadi sebesar 8,87%. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Correa et al yang melihat prevalensi kehilangan tulang alveolar pada suku Brazilian yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontal terlihat pola kerusakan

tulang horizontal adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 8,9% sedangkan pola

kerusakan tulang vertikal yang terlihat hanya sebesar 1.5%.4 Hal ini juga serupa

dengan yang ditemukan oleh penelitian Hansen et al memperlihatkan pola kerusakan horizontal adalah yang paling besar 8,85%, dibandingkan dengan pola vertikal

1,35%. Proporsi tersebut juga didukung oleh penelitian Gjermo et al yang dilakukan oleh sampel dengan kondisi ekonomi kebawah bahwa prevalensi pola kerusakan

tulang secara horizontal juga terjadi paling besar yaitu 51,8% dan pola kerusakan

vertikal sebesar 16,2%.4 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar

(31)

yang tidak merokok. Kesimpulan penelitian tersebut juga mengatakan pola horizontal

lebih sering terjadi dibandingkan dengan pola vertikal.11 Hal ini membuktikan bahwa

kerusakan tulang alveolar pada penelitian ini berjalan kronis. Pola horizontal biasa

dijumpai pada kondisi periodontitis kronis karena akibat kerusakan tulang yang

terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan tanpa perawatan.16Pola kerusakan

vertikal pada penelitian ini dijumpai lebih sedikit karena masih merupakan

periodontitis agresif (early periodontitis) kemungkinan disebabkan oleh faktor usia.16 Pola kehilangan tulang ini berhubungan dengan terjadinya poket periodontal. Poket

infraboni merupakan tipe saku dimana dasar sakunya berada apikal dari level tulang

alveolar yang berbatasan dengan kata lain dinding lateral saku berada antara

permukaan gigi dengan tulang alveolar. Kerusakan tulang yang terjadi pada saku

infraboni ini adalah vertikal. Sedangkan poket supraboni yang dasar sakunya berada

di koronal dari tulang alveolar kerusakan tulang yang terjadi selalu horizontal.21

Pada hasil penelitian ini

didapatkan prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian mesial didapatkan sebesar

75,67% (tabel 3) untuk pola horizontal, 16,22% untuk pola vertikal. Sedangkan untuk

prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian distal ditemukan 71,62% untuk pola

horizontal, 20,27% untuk pola vertikal ( tabel 4). Hal ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fukuda et al yang menyatakan bahwa rata-rata kehilangan tulang terbesar berada pada bagian distal lalu pada bagian mesial namun perbandingan

tersebut tidak signifikan. Suomi et al juga menemukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada kerusakan tulang yang terjadi pada bagian proximal. Fakta bahwa

bagian distal lebih tinggi kerusakan tulangnya juga dapat dijelaskan dengan contoh

fakta pada gigi kaninus bawah bagian distalnya lebih rendah dan berbentuk lebih

konkav dan pada molar pertama memiliki bagian yang lebih kecil dan akar yang lebih

pendek pada bagian distal .22 Pada penelitian ini

juga didapatkan perbedaan persentase kerusakan tulang yang terjadi pada rahang atas

dan rahang bawah 82,85% (tabel 5 dan tabel 6) pola horizontal pada rahang atas,

61,11% pola horizontal pada rahang bawah. 10,53% pola vertikal pada rahang atas,

26,39% pola vertikal pada rahang bawah. Hal ini membuktikan bahwa pada rahang

(32)

dijumpai pada rahang bawah. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Fukuda et al yang pada penelitiannya didapatkan bahwa kerusakan tulang alveolar lebih tinggi didapatkan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah namun

dengan hasil yang tidak begitu signifikan setelah membandingkan kehilangan tulang

yang terjadi di rahang atas maupun rahang bawah pada 733 pasien.22 Hou et al

menjelaskan tentang analisis kehilangan tulang alveolar pada suku china di Taiwan

menyatakan bahwa tingkat terjadinya kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis

lebih besar terjadi pada gigi molar dan premolar rahang atas ketimbang gigi molar

dan premolar rahang bawah.13 Gigi molar pada rahang atas ini memiliki jumlah akar

yang lebih banyak, dan memungkinkan terjadinya keterlibatan furkasi pada penyakit

periodontal ini sangat tinggi. Pada penelitian ini juga

didapatkan hasil perbandingan elemen gigi premolar dan molar yang yang sering

terkena kerusakan tulang alveolar. Hasil yang didapat berupa 29,73% (tabel 7)

elemen gigi premolar yang terkena akibat penyakit periodontitis, dan 70,27% elemen

gigi molar yang terkena kerusakan tulang alveolar. Hal ini juga dikuatkan oleh

penelitian Fukuda et al bahwa dari 733 sampel yang dilakukan analisis radiografi didapatkan prevalensi gigi molar yang terkena kerusakan tulang lebih besar

dibandingkan dengan prevalensi gigi premolar yang terkena kerusakan tulang. 22

Khoroni et al menjelaskan pada hasil yang ditemukan dari penelitiannya yang dilihat dari sisi coronal prevalensi gigi premolar yang terjadi kerusakan tulang sebesar 28%

dan prevalensi gigi molar yang terkena adalah 21,5%. Jika dilihat dari sisi sagital

prevalensi kerusakan tulang pada gigi premolar terjadi sebesar 5,75% dan 8,12% pada

gigi molar.23 Hal ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar menjadi yang paling

banyak terjadi kerusakan tulang dibandingkan dengan gigi premolar adalah karena

faktor dari tekanan pengunyahan, dimana pada gigi molar tekanan pengunyahan lebih

besar dibandingkan dengan gigi premolar.16

Pada hasil perhitungan besar kehilangan tulang pada penelitian ini (tabel 8)

dengan kriteria kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4

mm, dan berat lebih besar dari 5 mm, didapatkan bahwa kategori ringan sebesar

(33)
(34)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1.

Pola kerusakan tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU

yang paling sering terjadi adalah pola horizontal (72,97%) , sedangkan

persentase pola vertikal sebanyak 18,25% .

6.2 SARAN

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, dapat memasukkan tipe – tipe

penyakit periodontal pada prevalensi pola kerusakan tulang agar dapat

mengetahui prevalensi pola kerusakan yang terjadi pada masing – masing

penyakit periodontal.

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan kelompok –

kelompok umur dan gender agar lebih terlihat perbedaan yang signifikan.

3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan radiografi

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang Alveolar

Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi

geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

tubuh lainnya. Tulang ini mempunyai bidang fasial dan lingual dari tulang kompak

yang dipisahkan oleh trabekulasi kanselus. Tulang konselus ini terorientasi di sekitar

gigi untuk membentuk dinding soket gigi atau lamina kribosa. Lamina kribosa ini

terperforasi seperti saringan sehingga sejumlah besar hubungan pembuluh vaskular

dan saraf dapat terbentuk di antara ligamen periodontal dan ruang trabekula..6

Tulang alveolar terus menerus mengalami remodeling sebagai respons

terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor dan kalsium.

Pada keadaan sehat, remodeling prosesus berfungsi untuk mempertahankan volume

keseluruhan dari tulang dan anatomi keseluruhan relatif stabil.6

Gambar 1. Gambaran radiografi normal puncak

(36)

Tinggi puncak alveolar terbentang kira-kira 0,5-2 mm di bawah CEJ (cemento enamel junction) gigi yang bersebelahan.7,8 Pada gigi posterior letak puncak alveolar sejajar dengan garis yang penghubung CEJ yang berdekatan, sedangkan pada gigi

anterior, puncak alveolar biasanya berupa titik dan memiliki korteks yang baik. Batas

kortikal puncak tulang alveolar yang masih memiliki mineralisasi yang baik

mengindikasikan tidak terjadi aktifitas penyakit periodontal. Bagaimanapun,

kurangnya mineralisasi puncak alveolar, bisa juga ditemukan pada pasien yang

memiliki periodontitis atau tanpa periodontitis.7 Gambaran normal puncak tulang

alveolar secara radiografi terllihat bagian apikal berada pada cemento enamel junction

dari gigi dengan bentuk membulat kemudian datar pada ujungnya. Pada daerah

insisal, puncak tulang alveolar terlihat tajam dan secara keseluruhan bersambung

dengan lamina dura.9

2.2 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal yang sering terjadi berupa kondisi inflamasi kronis yang

berpengaruh terhadap jaringan pendukung gigi.10,11 Penyakit periodontal mudah

terjadi pada perokok, orang tua, individu dengan tingkat pendidikan yang rendah,

kesehatan gigi yang buruk, destruksi periodontal sebelumnya, dan penyakit sistemik

seperti diabetes dan inveksi HIV.7 Etologi dari penyakit periodontal ini terbagi

menjadi dua faktor, yaitu faktor – faktor primer dan faktor – faktor sekunder. Faktor

primer dari penyakit periodontal ini adalah iritasi bakteri, sedangkan faktor sekunder

dari penyakit periodontal terbagi lagi menjadi lokal dan sistemik. Pada faktor lokal

yaitu lingkungan gingiva yang merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak

dan menghalangi pembersihan plak. Sedangkan pada faktor sistemik berupa hospes

yang dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.6

Klasifikasi dari penyakit periodontal ini terdiri dari gingivitis yang diinduksi

oleh plak dan gingivitis yang tidak diinduksi oleh plak, periodontitis kronis lokalisata

dan periodontitis kronis generalisata, periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis

agresif generalisata, periodontitis yang dimanifestasikan oleh penyakit sistemik yang

berupa periodontitis nekrosis, abses pada jaringan periontal, periodontitis yang

(37)

Tabel 1. Rekomendasi Pemeriksaan Radiografi pada Status Periodontal

Kasus Rekomendasi

Pasien yang diperiksa secara

klinis dengan indikasi yang

memang dibutuhkan untuk

pemeriksaan seluruh gigi dan

jaringan pendukung

periodontal.

Pemeriksaan seluruh gigi dan status tulang alveolar

dapat menggunakan :

• Hanya mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik.

• Mengoptimalkan kualitas radiografi

panoramik dengan tambahan radiografi

periapikal melihat keadaan status klinis.

• Menggunakan radiografi periapikal.

Menentukan teknik yang digunakan, bergantung

pada situasi klinis, kualitas gambar, dan

berlandaskan pada dosis yang akan diterima.

Dicurigai adanya lesi

periodontal/ endodontik.

Indikasi menggunakan radiografi periapikal

Kasus spesifik periodontal :

pasien dengan kedalaman saat

probing kurang dari 3-4 mm

Kedalaman tingkat probing mengindikasikan bahwa

periodontal dalam keadaan sehat. Penggunaan

radiografi tidak dianjurkan untuk melihat status

tulang alveolar pada situasi ini.

Kasus spesifik periodontal :

pasien dengan tingkat

kedalaman probing 4 – 5 mm.

Pemeriksaan tingkat kerusakan tulang akan lebih

akurat dengan radiografi horizontal bitewing untuk prosedur pemeriksaan karies, ditambah oleh

radiografi periapikal pada gigi tertentu yang dilihat

pada situasi klinis.

Kasus spesifik periodontal:

pasien dengan tingkat

kedalaman probing 6 mm

Menggunakan radiografi vertikal bitewing, ditambah dengan radiografi periapikal untuk gigi anterior.

Penyakit periodontal ini secara radiografi akan terlihat adanya lesi inflamasi

(38)

secara morfologi jaringan pendukung tulang alveolar dan kepadatan (densitas)

internal dan bentuk trabekula dari tulang alveolar.7

Penyakit periodontal ini dapat mengubah gambaran morfologi tulang dengan

terjadinya pengurangan ketebalan tulang. Pengurangan ketebalan tulang ini berupa

kerusakan tulang alveolar dan badan tulang dievaluasi melalui besarnya tulang

alveolar dan ketebalan tulang yang tersisa.12 Pengukuran penurunan tulang alveolar

ini dimulai dari puncak tulang alveolar atau ABC (alveolar bone crest) ke cemento enamel junction kemudian dikurangi 1 – 2 mm untuk menunjukkan adanya kehilangan tulang. Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran penurunan

tulang alveolar adalah metode Proksimal RABL (resorbtion of alveolar bone loss)

yang didefinisikan sebagai cacat tulang sekurangnya 2 mm dari CEJ dan puncak

alveolar.13

Gambar 2. Diagram dari radiografi

kehilangan tulang alveolar.13

Hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC ( Alveolar Bone Crest )

pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal. Pada radiografi periapikal perhitungan jarak antara

ABC dan CEJ kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar

10% dan pada radiografi bitewing kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang

secara klinis sekitar 6%.14 Penelitian Gedik et al juga memperlihatkan bahwa

(39)

radiografi periapikal.5 Tingkat kerusakan tulang terbagi menjadi 3 yaitu ringan,

sedang dan berat. Untuk kategori ringan kehilangan tulang pendukung terjadi sekitar

1 – 2 mm . kategori sedang terjadi kehilangan lebih dari 2 mm bahkan dapat terjadi

kehilangan tulang sebesar setengah dari tulang pendukung normal, dan untuk kategori

berat yang terjadi adalah kehilangan tulang sudah melebihi dari kategori ringan dan

sedang.7 Pada pemeriksaan klinis untuk kehilangan tulang dengan kategori ringan

kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5

mm.12

2.2.1 Pola kerusakan tulang secara horizontal

Pola kerusakan tulang secara horizontal ini merupakan pola yang paling

sering muncul pada penyakit periodontal. Pada pola ini mengalami penurunan

terhadap tinggi tulang, namun margin dari tulang tersebut kira – kira tetap tegak lurus

pada permukaan gigi.7,15 Namun, pada tulang bagian interdental, labial/facial, dan

lingual derajat kerusakannya tidak sama pada setiap bagian.7,16 Kehilangan tulang

secara horizontal ini dapat diklasifikasikan dengan ringan, sedang, atau berat

tergantung dengan luasnya kerusakan yang terjadi.7

Pada klasifikasi kehilangan tulang horizontal ringan,

kehilangan tulang yang terjadi sekitar 1-2 mm pada tulang pendukung, untuk

klasifikasi sedang kehilangan tulang yang terjadi lebih besar dari 2 mm sampai

dengan hilangnya setengah tinggi tulang pendukung, dan untuk klasifikasi berat

(40)

Gambar 3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio

anterior (A) pada regio posterior (B)7

2.2.2 Pola kerusakan tulang secara vertikal

Kehilangan tulang secara vertikal merupakan sebuah lesi tunggal yang

terlokalisir pada satu gigi. Bentuk tulang yang tersisa pada pola kerusakan tulang

secara vertikal ini biasanya menampilkan angulasi miring ke garis khayal yang

menghubungkan CEJ gigi yang rusak ke gigi tetangganya. Pada awal terbentuknya

pola kerusakan secara vertikal ini, akan terlihat pelebaran abnormal dari ruang

ligamen periodontal di puncak tulang alveolar. Seringkali kerusakan vertikal sulit

atau tidak mungkin untuk dikenali pada gambaran radiografi karena satu atau kedua

lapisan tulang kortikal superimpose dengan kerusakan.7

(41)

Gambar

4.A dan B merupakan gambaran

kerusakan tulang alveolar secara vertikal.7

2.3 Tatalaksana Kerusakan Tulang

Perawatan penyakit periodontal secara tradisional yaitu menjaga oral hygine,

scalling, root planing pada permukaan gigi dan menghilangkan faktor – faktor lain

yang dapat mengakibatkan penyakit periodontal secara perlahan.17

Tujuan dari perawatan kerusakan tulang ini adalah untuk menghilangkan lesi

periodontal, untuk mendapat bentuk jaringan yang memungkinkan penderita

melakukan kontrol plak yang efisien, dan untuk mendapat pembentukan tulang,

menambah perlekatan gigi dan memperbaiki dukungan terhadap gigi. Terdapat tiga

pilihan perawatan yang dapat dilakukan :6

1. Membentuk tulang sehingga setelah pemulihan dan remodeliing, bentuk

tulang alveolar yang terjadi memungkinkan dilakukannya tindakan

pembersihan mulut yang efektif.

2. Upayakan mengisi daerah tulang yang cacat. Ini dapat diperoleh dengan atau

tanpa bonegraft.

3. Usahakan agar mendapat perlekatan jaringan ikat yang baru. Namun, upaya

ini hanya dapat diperoleh melalui teknik regenerasi jaringan yang terarah.

Osteoplasti merupakan istilah yang digunakan untuk memperbaiki bentuk tulang yang tidak langsung melekat pada gigi. Osteotomi adalah pemotongan tulang yang langsung berperan sebagai pendukung gigi. Pada banyak kasus, osteoplasti dan

osteotomi ini dilakukan secara bersama – sama. Hal ini dapat dilakukan dengan

(42)

carapemotongan tulang, lalu fragmen tulang tersebut dapat digunakan untuk mengisi

cacat tulang.6

Kuretase untuk mengisi tulang merupakan sebuah langkah berupa

pembersihan seluruh jaringan inflamasi dari daerah kerusakan tulang. Prosedur yang

paling sering dilakukan saat kuretase ini adalah penghilangan daerah kerusakan

tulang dengan cara memperbaiki bentuknya , oleh karena itu pada situasi dimana ada

keraguan tentang cara perawatan yang cocok untuk cacat tulang, posisi lesi dapat

digunakan untuk menentukan cara perawatan yang dilakukan.6

Bonegraft merupakan usaha untuk mengisi daerah cacat tulang dan mendapat perlekatan kembali dengan kuretase sederhana dari daerah kerusakan

tulang merupakan prosedur yang kurang dapat diandalkan dan sudah cukup banyak

tipe bahan bonegraft. Bahan dari bonegraft dapat dikelompokkan menjadi empat tipe umum yaitu, autograft dimana tulang diambil dari individu yang sama, alograft

dimana tulang diambil dari individu dengan jenis spesies yang sama, xenograft

dimana tulang diambil dari spesies yang berbeda, diawetkan dengan etilen diamin

untuk menghilangkan fraksi organik dan antigenetik, lalu graft dari bahan pengganti

tulang dan bahan sintesis, bahan yang paling sering digunakan untuk tujuan ini adalah

hidroksiapatit sintesis seperti periograft atau darapatite.6

2.4 Radiografi Intra Oral

Pemeriksaan radiografi intraoral merupakan radiografi yang sering digunakan

oleh dokter gigi. Radiografi intraoral ini dibagi menjadi 3 kategori: proyeksi

periapikal, proyeksi bitewing, dan proyeksi oklusal. Radiografi periapikal menunjukkan semua bagian pada gigi termasuk tulang pendukungnya. Radiografi

bitewing hanya menunjukkan bagian mahkota pada gigi dan batasan puncak tulang alveolar. Radiografi oklusal menunjukkan area gigi dan lebar tulang melebihi

radiografi periapikal.18

(43)

melihat gigi secara individual dan jaringan disekitar apikal. Gambaran yang

dihasilkan memperlihatkan dua sampai empat gigi dan menyajikan informasi

mendetail tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar.17 Indikasi klinis untuk

radiografi periapikal termasuk diantaranya adalah :17

• Mendeteksi infeksi/inflamasi apikal. • Pemeriksaan status periodontal.

• Sesudah trauma pada gigi dan kepadatan tulang alveolar. • Pemeriksaan keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi. • Pemeriksaan morfologi akar sebelum ekstraksi.

• Selama endodontik.

2.4.2 Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing diambil namanya dari teknik yang digunakan kepada

pasien yaitu menggigit atau bite pada sayap kecil (small wing) yang melekat pada film intraoral .17 Pada teknik radiografi, film digunakan untuk mendata bagian coronal dari gigi maxillaris dan mandibularis serta beberapa bagian dari akar gigi

pada film yang sama.19 Pada orang dewasa menggunakan film ukuran 2 sedangkan

untuk anak – anak menggunakan film ukuran 1. Radiografi bitewing ini juga disebut

sebagai teknik interproximal.19

Indikasi dari penggunaan radiografi bitewing diantaranya adalah untuk

mendeteksi karies proximal, memonitoring perkembangan karies gigi, mendeteksi

karies sekunder atau reccurent caries, pemeriksaan kepadatan restorasi, dan pemeriksaan jaringan periodontal: sangat penting untuk mengetahui tinggi tulang

alveolar dan perubahan yang terjadi, mendeteksi kalkulus yang menumpuk didaerah

interproximal, melihat jarak dari restorasi dengan kamar pulpa.17,19

Radiografi bitewing memasukkan mahkota gigi dari maxila dan mandibula

serta puncak tulang alveolar dalam satu film. Reseptor bitewing ini biasa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal yang baru akan terjadi sebelum dapat

(44)

untuk melihat puncak tulang alveolar, perubahan tinggi tulang, dan

membandingkannya dengan gigi sebelahnya. 18

Prinsip – prinsip pada teknik bitewing( gambar 5 ) :20

1. Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi –gigi di maksila dan

mandibula.

2. Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing film holder.

3. Central x-rays diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10°

Keuntungan dari radiografi bitewing ini antara lain adalah relatif sederhana dan mudah, reseptor gambar tetap dalam posisi dan tidak bisa diubah posisinya oleh

lidah, posisi tabung x-rays menentukan arah sinar sehingga mempermudah operator

dalam memastikan bahwa sinar x-rays selalu sudut kanan ke reseptor gambar, dapat

menghindari conning off atau cone cutting pada daerah anterior dari reseptor gambar, holder dapat berupa autoclavable atau berupa sekali pakai.Namun, radiografi bitewing ini juga terdapat kerugiannya diantaranya adalah beberapa holder relatif

memiliki harga yang mahal, dan terakhir, holder tersebut kurang nyaman jika

(45)

Gambar 5. Prinsip dan teknik Radiografi bitewing18

Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah

yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa

digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara

horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan

keberhasilan dari hasil perawatan.7 Ukuran film yang digunakan pada bitewing ini berbeda – beda, seperti size 0 digunakan untuk mempelajari gigi posterior pada anak – anak (22x35 mm), size 1 memeriksa gigi posterior pada masa gigi bercampur (24x40 mm), size 2 memeriksa gigi posterior pada dewasa (32x41 mm), size 3 lebih sempit dan lebih panjang dan hanya digunakan untuk radiografi bitewing.

Menjangkau secara horizontal dari premolar ke molar, tapi tidak direkomendasikan

(46)

Gambar 6. Letak posisi film pada radiografi bitewing. A) letak film

Secara Horizontal, B) letak film secara vertikal.17

(47)

2.6 Kerangka Teori

Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi Penyakit Periodontal

Vertikal Horizontal Radiografi Bitewing

(48)

Radiografi Bitewing

Perawatan Tulang Alveolar

Penyakit Periodontal

Kerusakan Tulang

(49)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk

dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk

menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat

dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan

satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan

pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan

pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang

alveolar, dan ligamen periodontal.1

Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang

menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan

manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri

subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi

lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi

kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan

mengakibatkan kehilangan gigi.1

Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis

kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang

terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap

bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak

berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan

penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara

(50)

Kerusakan tulang alveolar tidak dapat didiagnosa hanya dengan pemeriksaan

klinis saja, tetapi juga membutuhkan tes diagnostik yang spesifik seperti pemeriksaan

kedalaman poket periodontal dan radiografis.1 Alat yang sering digunakan untuk

diagnosis klinis pada penyakit periodontal dan menentukan perawatan yang dilakukan

adalah dengan periodontal probing dan radiografi intra oral.4Akerson et al,

melaporkan bahwa radiografi periapikal lebih akurat dalam melihat pola kerusakan

tulang jika dibandingkan dengan radiografi bitewing ataupun panoramik. Namun,

Gedik et al membantah dalam penelitiannya bahwa radiografi bitewing lebih unggul dari radiografi periapikal meski hanya sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan

radiografi panoramik.5 Penggunanaan radiografi interproksimal (bitewing), telah terbukti menjadi metode yang berharga untuk mendeteksi kehilangan tulang yang

terjadi, dan dapat dijadikan pilihan radiografi untuk memeriksa kerusakan tulang pada

penyakit periodontal.5

Berdasarkan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti pebandingan

pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada penyakit periodontal yang dilihat

menggunakan radiografi bitewing.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

pemasalahan sebagai berikut :

Bagaimana pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada pasien

penyakit periodontal di RSGM FKG USU

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang horizontal atau

(51)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan

tulang alveolar dapat dilihat menggunakan radiografi bitewing.

1.4.2 Manfaat Praktis

• Dengan bantuan foto bitewing dokter gigi dapat mengetahui lebih detail pola kerusakan tulang yang terjadi sebagai acuan perawatan.

• Radiasi yang terpapar pada pasien menggunakan radiografi bitewing

untuk pemeriksaan kerusakan tulang alveolar akan lebih kecil

dibandingkan foto periapikal, karena elemen gigi yang terlihat pada

(52)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk

dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk

menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat

dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan

satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan

pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan

pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang

alveolar, dan ligamen periodontal.1

Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang

menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan

manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri

subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi

lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi

kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan

mengakibatkan kehilangan gigi.1

Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis

kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang

terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap

bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak

berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan

penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara

(53)

POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA

PASIEN YANG DATANG KE INSTALASIPERIODONSIA

MENGGUNAKAN

RADIOGRAFI BITEWING

DI RSGM FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

KHANSA MAHDIYAH ROFIFAH

NIM: 120600151

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(54)

Fakultas Kedokteran Gigi

Unit Radiologi Kedokteran Gigi

Tahun 2016

Khansa Mahdiyah Rofifah Pola

kerusakan tulang alveolar pada pasien yang datang ke instalasi Periodonsia

menggunakan radiografi bitewing di RSGM FKG USU.

x + 33 Halaman

Penyakit periodontal merupakan suatu inflamasi kronis pada jaringan

pendukung gigi yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tulang alveolar.

Pola kerusakan tulang alveolar yang terjadi berupa horizontal ataupun vertikal dapat

dideteksi dengan menggunakan radiografi bitewing. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiografi bitewing lebih akurat dibandingkan radiografi lainnya dalam melihat kehilangan tulang alveolar dan pola kerusakannya. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang

horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada penderita penyakit

periodontal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel

dilakukan dengan cara simpel random sampling pada bulan Januari 2016 – Maret 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang yang terdiri dari 74 elemen gigi yang

terdeteksi kehilangan tulang. Hasil dari penelitian ini, diperoleh pola kerusakan

tulang paling banyak dijumpai secara keseluruhan adalah pola horizontal dengan

persentase 72,97%. Pola kerusakan tulang yang banyak dijumpai pada bagian mesial

adalah pola horizontal dengan persentase 75,67%, pada bagian distal persentase

terbanyak pada pola horizontal 71,62%. Untuk rahang atas paling banyak dijumpai

pola horizontal dengan persentase 82,85%, dan pada rahang bawah 61,11% juga

paling banyak pola horizontal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola kerusakan

tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU yang sering terjadi

berupa pola horizontal dengan persentase 72,97%, sedangkan besar tinggi kerusakan

tulang alveolar yang sering terjadi pada pasien penyakit periodontitis adalah kategori

ringan 43,24%.

(55)

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tanpa batas serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad

SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi di Unit Radiologi

Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

keluarga tercinta, ayahanda H. Ir. Agus Badrin, ibunda Hj.dr. Ipak Ridmah

Rikenawaty, M.Si serta keempat adinda Khaulah Nurul Fadhilah, Kharidah

Khairullah Nabiha, Khadijah Yashirah Hanifa, dan Khalid Abdul Malik R atas kasih

sayang yang berlimpah dan telah begitu banyak memberikan dukungan, doa dan

semangat kepada penulis selama proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG. selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membuka pemikiran penulis serta

meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan dukungan, bimbingan

dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

3. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Ketua Unit

Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak memberikan saran dan

masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. H. Amrin Thahir, drg. selaku staf pengajar senior di Unit

Radiologi Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG, Dewi Kartika, drg dan Maria

(56)

Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis

dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Rusfian, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat.

8. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak

membantu penulis selama menjalani penelitian di Unit Radiologi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

9. Ilham Ridwan selaku Om dari penulis yang sudah memberikan

masukan – masukan yang berarti selama proses penulisan dan dukungan

moril ataupun materil sehingga mempermudah proses penelitan dan

penulisan.

10. Para sahabat terbaik: Keumala Rizkia, Rizky Putri Pratiwi,

Jehan Elfandari, Rizka Malisa Sinaga, Fathia Tungga dewi, Sitti Maisara

amanda. Terima kasih atas persahabatan kalian, terima kasih atas dukungan,

masukan dan semangat yang diberikan.

11. Keluarga besar K-MUS FKG, DTC UKMI AD Dakwah dan

FULDMKG yang telah membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini

dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan

ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2016 Penulis

(57)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

2.2.1 Pola Kerusakan Tulang Secara Horizontal ... 8

2.2.2 Pola Kerusakan Tulang Secara Vertikal ... 9

2.3 Tatatlaksana Kerusakan Tulang ... 10

2.4Radiografi Intraoral ... 11

2.4.1 Radiografi Periapikal ... 12

2.4.2 Radiografi Bitewing ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 16

2.6 Kerangka Teori ... 17

(58)

3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel... 18

3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 19

3.4.1 Variabel Penelitian ... 19

4.2 Pola Kerusakan Tulang Pada Rahang Atas dam Rahang Bawah 24 4.3 Elemen Gigi Premolar dan Molar yang Terkena Kerusakan Tulang ... 25

4.4 Presentase Rasio Kehilangan Tulang Yang Terjadi... 25

(59)

Tabel Halaman

1. Rekomendasi pemeriksaan radiografi pada status periodontal ... 6

2. Pola kerusakan tulang secara keseluruhan ... 23

3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial ... 23

4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal ... 24

5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas ... 24

6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah... 25

7. Elemen gigi premolar dan molar yang terkena kerusakan tulang ... 25

(60)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar... 4

2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar ... 7

3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior ... 9

4. Gambaran kerusakan tulang alveolar secara vertikal ... 10

5. Prinsip dan teknik radiografi bitewing ... 14

6. Letak posisi film pada radiografi bitewing ... 15

(61)

Lampiran

1. Surat persetujuan komisi etik (Ethical clearance) 2. Data hasil penelitian

3. Data hasil perhitungan SPSS

4. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

5. Informed consent

6. Jadwal pelaksanaan penelitian

7. Rincian biaya penelitian

Gambar

tabel 2. Rahang atas dan rahang bawah
Tabel 3. Prevalensi premolar dan molar
Tabel 4.  Rasio kehilangan tulang
Gambar 7. Hasil penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

7 Pada kasus dimana resorpsi tulang mandibula yang ekstrim, foramen mental dapat berada sangat dekat ke alveolar ridge sehingga perlu dilakukan relief (pembebasan) dalam