• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal yang sering terjadi berupa kondisi inflamasi kronis yang berpengaruh terhadap jaringan pendukung gigi.10,11 Penyakit periodontal mudah terjadi pada perokok, orang tua, individu dengan tingkat pendidikan yang rendah, kesehatan gigi yang buruk, destruksi periodontal sebelumnya, dan penyakit sistemik seperti diabetes dan inveksi HIV.7 Etologi dari penyakit periodontal ini terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor – faktor primer dan faktor – faktor sekunder. Faktor primer dari penyakit periodontal ini adalah iritasi bakteri, sedangkan faktor sekunder dari penyakit periodontal terbagi lagi menjadi lokal dan sistemik. Pada faktor lokal yaitu lingkungan gingiva yang merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Sedangkan pada faktor sistemik berupa hospes yang dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.6

Klasifikasi dari penyakit periodontal ini terdiri dari gingivitis yang diinduksi oleh plak dan gingivitis yang tidak diinduksi oleh plak, periodontitis kronis lokalisata dan periodontitis kronis generalisata, periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis agresif generalisata, periodontitis yang dimanifestasikan oleh penyakit sistemik yang berupa periodontitis nekrosis, abses pada jaringan periontal, periodontitis yang disebabkan oleh lesi endodontik.11,12

Tabel 1. Rekomendasi Pemeriksaan Radiografi pada Status Periodontal

Kasus Rekomendasi

Pasien yang diperiksa secara klinis dengan indikasi yang memang dibutuhkan untuk pemeriksaan seluruh gigi dan

jaringan pendukung periodontal.

Pemeriksaan seluruh gigi dan status tulang alveolar dapat menggunakan :

• Hanya mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik.

• Mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik dengan tambahan radiografi periapikal melihat keadaan status klinis.

• Menggunakan radiografi periapikal.

Menentukan teknik yang digunakan, bergantung pada situasi klinis, kualitas gambar, dan berlandaskan pada dosis yang akan diterima.

Dicurigai adanya lesi periodontal/ endodontik.

Indikasi menggunakan radiografi periapikal

Kasus spesifik periodontal : pasien dengan kedalaman saat probing kurang dari 3-4 mm

Kedalaman tingkat probing mengindikasikan bahwa periodontal dalam keadaan sehat. Penggunaan radiografi tidak dianjurkan untuk melihat status tulang alveolar pada situasi ini.

Kasus spesifik periodontal : pasien dengan tingkat kedalaman probing 4 – 5 mm.

Pemeriksaan tingkat kerusakan tulang akan lebih akurat dengan radiografi horizontal bitewing untuk prosedur pemeriksaan karies, ditambah oleh radiografi periapikal pada gigi tertentu yang dilihat pada situasi klinis.

Kasus spesifik periodontal: pasien dengan tingkat kedalaman probing 6 mm

Menggunakan radiografi vertikal bitewing, ditambah dengan radiografi periapikal untuk gigi anterior.

Penyakit periodontal ini secara radiografi akan terlihat adanya lesi inflamasi pada tulang alveolar. Perubahan yang terjadi ini dapat dibagi menjadi perubahan

secara morfologi jaringan pendukung tulang alveolar dan kepadatan (densitas) internal dan bentuk trabekula dari tulang alveolar.7

Penyakit periodontal ini dapat mengubah gambaran morfologi tulang dengan terjadinya pengurangan ketebalan tulang. Pengurangan ketebalan tulang ini berupa kerusakan tulang alveolar dan badan tulang dievaluasi melalui besarnya tulang alveolar dan ketebalan tulang yang tersisa.12 Pengukuran penurunan tulang alveolar ini dimulai dari puncak tulang alveolar atau ABC (alveolar bone crest) ke cemento enamel junction kemudian dikurangi 1 – 2 mm untuk menunjukkan adanya kehilangan tulang. Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran penurunan tulang alveolar adalah metode Proksimal RABL (resorbtion of alveolar bone loss)

yang didefinisikan sebagai cacat tulang sekurangnya 2 mm dari CEJ dan puncak alveolar.13

Gambar 2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar.13

Hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC ( Alveolar Bone Crest )

pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal. Pada radiografi periapikal perhitungan jarak antara ABC dan CEJ kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar 10% dan pada radiografi bitewing kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar 6%.14 Penelitian Gedik et al juga memperlihatkan bahwa

A

B

C

radiografi periapikal.5 Tingkat kerusakan tulang terbagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Untuk kategori ringan kehilangan tulang pendukung terjadi sekitar 1 – 2 mm . kategori sedang terjadi kehilangan lebih dari 2 mm bahkan dapat terjadi kehilangan tulang sebesar setengah dari tulang pendukung normal, dan untuk kategori berat yang terjadi adalah kehilangan tulang sudah melebihi dari kategori ringan dan sedang.7 Pada pemeriksaan klinis untuk kehilangan tulang dengan kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5 mm.12

2.2.1 Pola kerusakan tulang secara horizontal

Pola kerusakan tulang secara horizontal ini merupakan pola yang paling sering muncul pada penyakit periodontal. Pada pola ini mengalami penurunan terhadap tinggi tulang, namun margin dari tulang tersebut kira – kira tetap tegak lurus pada permukaan gigi.7,15 Namun, pada tulang bagian interdental, labial/facial, dan lingual derajat kerusakannya tidak sama pada setiap bagian.7,16 Kehilangan tulang secara horizontal ini dapat diklasifikasikan dengan ringan, sedang, atau berat tergantung dengan luasnya kerusakan yang terjadi.7

Pada klasifikasi kehilangan tulang horizontal ringan, kehilangan tulang yang terjadi sekitar 1-2 mm pada tulang pendukung, untuk klasifikasi sedang kehilangan tulang yang terjadi lebih besar dari 2 mm sampai dengan hilangnya setengah tinggi tulang pendukung, dan untuk klasifikasi berat kehilangan tulang yang terjadi melebihi dari klasifikasi ringan dan sedang.7

Gambar 3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior (A) pada regio posterior (B)7

2.2.2 Pola kerusakan tulang secara vertikal

Kehilangan tulang secara vertikal merupakan sebuah lesi tunggal yang terlokalisir pada satu gigi. Bentuk tulang yang tersisa pada pola kerusakan tulang secara vertikal ini biasanya menampilkan angulasi miring ke garis khayal yang menghubungkan CEJ gigi yang rusak ke gigi tetangganya. Pada awal terbentuknya pola kerusakan secara vertikal ini, akan terlihat pelebaran abnormal dari ruang ligamen periodontal di puncak tulang alveolar. Seringkali kerusakan vertikal sulit atau tidak mungkin untuk dikenali pada gambaran radiografi karena satu atau kedua lapisan tulang kortikal superimpose dengan kerusakan.7

Gambar 4.A dan B merupakan gambaran

kerusakan tulang alveolar secara vertikal.7

Dokumen terkait