PT. GI salah satu agroindustri yang bergerak dibidang pengolahan susu segar yang terintegrasi dengan peternakan. Jumlah sapi di peternakannya kurang lebih sebanyak 8000 ekor sapi. Selain itu untuk memenuhi permintaan produksi, PT. GI juga bekerja sama dengan peternak setempat yang dikoordinir melalui koperasi untuk menambah persediaan susu segar. PT GI menghasilkan produk utama berupa susu dan keju (mozzarella dan boccocini cheese). Produk – produk tersebut dibuat ditujukan mayoritas untuk memenuhi permintaan ekspor oleh negara – negara seperti China, Vietnam, Philipina, dan Singapura. Secara umum, produk susu dari agroindustri ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu produk susu UHT (Ultra High Temperatur) dan produk susu pasteurisasi ESL (Extended Shelf Life). Produk – produk susu dari PT GI disajikan pada Lampiran 8.
Perusahaan terdiri dari dua unit bagian, yaitu unit peternakan yang berperan dalam penyediaan suplai bahan baku dan unit pemrosesan yang berperan dalam pengolahan bahan baku menjadi berbagai macam produk. Seluruh sistem peternakannya menggunakan sistem dan teknologi modern. Perusahaan memiliki beberapa subsistem yang berkaitan langsung dengan manajemen rantai pasok, yaitu peternakan, pemrosesan, penyimpanan dan penggudangan, transportasi dan distribusi, serta perencanaan dan penjadwalan. Dari kelima subsistem tersebut, subsistem transportasi dan distribusi merupakan bagian terpisah dari perushaan. Perusahaan PT. GI menggunakan jasa dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan transportasi dan distrbusi produknya.
Konfigurasi Rantai Pasok Struktur Rantai Pasok
Menurut Heizer dan Render (2005) jaringan rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Hanna and Newman (2001) mendefinisikan rantai pasok sebagai konfigurasi, koordinasi, dan peningkatan dari sebuah gabungan rangkaian operasi yang saling terkait. Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl (2001) struktur jaringan rantai pasok tidak hanya terdiri dari pabrik pengolahan, tetapi juga terdiri dari transportir, pedagang besar, toko ritel dan konsumen akhir. Rantai pasok agroindustri susu pasteurisasi tersusun atas integrasi dan koordinasi antar anggota di dalam rantai pasok untuk memenuhi permintaan konsumen. Sistem agroindustri susu meliputi beberapa sub sistem, yaitu kegiatan usaha peternakan sapi perah yang memproduksi susu segar, koperasi pengumpul susu yang menerima susu segar peternak untuk dijadikan bahan baku susu dan Industri Pengolahan Susu (IPS) yang mengolah susu menjadi produk olahan (Septiani 2015). Secara umum agroindustri susu memperoleh bahan baku dari peternakan sendiri atau dari koperasi pengumpul susu. Sebelumnya, telah dilakukan aktivitas pemeliharaan ternak, pembibitan dan pemerahan untuk mendapatkan bahan baku susu segar mentah. Bahan baku selanjutnya dibawa ke industri pengolahan susu untuk diolah menjadi berbagai
macam produk, salah satunya susu pasteurisasi. Produk tersebut yang telah sesuai dengan standar mutu selanjutnya didistribusikan ke konsumen melalui beberapa aktor, seperti perusahaan distributor, perusahaan kemitraan, dan konsumen industri. Konfigurasi rantai pasok agroindustri susu pasteurisasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Peternakan Sapi Perah
Koperasi Pengumpul Susu Segar Konsumen Industri Konsumen Akhir Industri Pengolahan Susu
Pemeriksaan kesehatan ternak Pembibitan/ peremajaan ternak Komposisi Pakan ternak Cooling Unit
Gambar 10 Konfigurasi rantai pasok agroindustri susu (Septiani 2015) Menurut Septiani (2015) ketiga sub sistem tersebut baik secara langsung ataupun tidak, sama-sama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, masyarakat di sekitar lokasi usaha, konsumen Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) dan atau produk susu olahan, kondisi lingkungan makro ekonomi dan moneter, politik, sosial dan budaya. Kemampuan sistem agroindustri susu untuk dapat mencapai tujuan sangat tergantung pada kinerja masing – masing sub sistem dalam mengelola sumber daya dan faktor inputnya. Agroindustri susu pada umumnya, memiliki kebutuhan yang beragam di setiap subsistemnya. Contohnya kebutuhan peternak yaitu peningkatan harga jual susu dan jumlah produksi, sementara kebutuhan koperasi adalah jaminan
kontinuitas pasokan susu dari peternak dengan mutu yang baik dan seragam, juga kestabilan harga susu. Sedangkan, kebutuhan industri adalah kontinuitas pasokan bahan baku, dengan kualitas terbaik, serta harga yang kompetitif. Sedikit berbeda dengan agroindustri susu pada umumnya, PT. GI yang merupakan agroindustri susu yang terintegrasi dengan peternakan, konfigurasi rantai pasok yang terdiri dari unit peternakan, unit pemrosesan, kemudian distributor, serta konsumen industri dan komsumen perorangan. Konfigurasi rantai pasok PT. GI dapat dilihat pada Gambar 11. Unit Peternakan Kegiatan Pembiakan Manajemen Siklus Reproduksi Manajemen Pemeliharaan Sapi Jantan
dan anak sapi
Pengoptimalan pakan
Clean milk Production
Pemeliharaan Kesehatan Sapi Perah Pencegahan Mastitis Pemerahan Unit pemrosesan Distributor
Bahan Baku penunjang
Koperasi/MCC
Konsumen Industri
Konsumen Perorangan
Gambar 11 Konfigurasi rantai pasok PT. GI
Agroindustri ini telah terintegrasi dengan peternakan modern dan dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga dapat kontuinitas pasokan lebih terjamin dibandingkan agroindustri susu pada umumnya. Selain disuplai dari peternakan sendiri, perusahaan juga menerima suplai dari koperasi atau MCC (Milk Collection
Center). Semua proses bisnis antar subsistem telah diatur dalam kesepakatan
kontraktual yang menjamin keuntungan dan terpenuhinya kebutuhan antar sub sistemnya.
Model rantai pasok pada agroindustri ini lebih banyak melibatkan perusahaan, dan distributor sebagai anggota primer. Distribusi produknya menyertakan ikatan kontraktual antara anggota rantai. Dalam hal ini perusahaan memiliki peternakan unit peternakan yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan susu. Khusus untuk studi analisis ini akan dibahas produk susu segar pasteurisasi yang bahan baku utamanya 100% berasal dari peternakan milik perusahaan. Namun perusahaan juga membeli susu dari petani melalui KUD (Koperasi Unit Desa) dan MCC (Milk Collection Center ) untuk beberapa varian produk lain yang bahan bakunya tidak 100% dari unit peternakan seperti, seperti produk UHT yang menggunakan suplai susu 100% dari KUD. Diagram Model rantai pasok II (Marimin dan Maghfiroh 2010) dapat dilihat pada Gambar 12.
Dairy Farm KUD/MCC Pemrosesasn dan pengemasan Penyimpanan dan
penggudangan Distributor Konsumen
Perencanaan dan
penjadwalan Pemesanan
Gambar 12 Model rantai pasok II pada agroindustri susu pasteurisasi Anggota Rantai Pasok
a. Pemasok
Pemasok susu segar untuk perusahaan penghasil susu pasteurisasi adalah unit peternakan milik perusahaan dan juga KUD (Koperasi Unit Desa) atau MCC (Milk Collection Center), jumlah, kualitas dan ukuran harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Unit peternakan yang merupakan pemasok utama susu segar tersebut adalah bagian dari perusahaan, unit proses membeli semua transfer susu segar yang dihasilkan oleh Unit peternakan. Sarana produksi untuk pembibitan dan pemeliharaan ternak sapi perah hingga proses pemerahan diselenggarakan oleh unit peternakan dan terpisah dari unit proses. Kerjasama yang terjadi antara unit farm dan unit prosses sudah dirancang oleh perusahaan sesuai kontraktual bisnis yang telah ditetapkan. Unit farm menyuplai susu segar langsung ke unit proses dengan spesifikasi khusus yang telah ditetapkan. Apabila spesifikasi bahan baku tidak sesuai maka unit proses tidak menerima suplai dari farm dan bahan baku tidak dapat digunakan untuk produksi. Demikian halnya dengan pemasok KUD atau MCC, unit proses hanya menerima pasokan susu segar yang sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang telah ditetapkan. Dengan kerjasama ini, maka proses pengiriman atau transfer susu segar dilakukan oleh pemasok, dan unit proses hanya melakukan pengujian baik fisik, kimiawi, maupun mikrobiologi terhadap susu segar yang disuplai.
b. Unit pemrosesan
Unit Pemrosesan melakukan perencanaan produksi menggunakan prinsip make to order, yakni merencanakan produksi sesuai dengan daftar permintaan yang dikirimkan. Customer / distributor tersebut mengirimkan permintaan/order bulanan, mingguan, dan harian ke pabrik melalui email.
Kegiatan produksi dimulai dari penerimaan suplai susu dari unit peternakan maupun KUD. Susu segar yang diterima kemudian masuk ke tangki penerimaan untuk selanjutnya melalui proses pasteurisasi dan ultrapasteurisasi kemudian
dilakukan proses pre-cooling. Setelah susu mencapai suhu tertentu yang sudah ditentukan kemudian susu hasil ultrapasteurisasi masuk ke tangki penyimpanan sementara sebelum ke proses pengemasan. Kegiatan selanjutnya adalah proses pengemasan, dimulai dari proses persiapan kertas kemasan dan karton, kemudian proses pengisian produk susu dari tangki penyimpanan sementara ke kemasan dengan ukuran 1000 ml. Setelah produk terkemas kemudian produk dimasukkan ke kemasan sekunder berupa karton dan selanjutnya disimpan di gudang sementara dengan suhu penyimpanan yang telah ditentukan untuk selanjutnya dikirim ke customer institusi atau distributor. Adapun diagram alir proses pembuatan susu ultrapasteurisasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Distributor
Distributor merupakan anggota rantai pasok yang berperan dalam memasarkan dan mendistribusikan produk ke konsumen retail ataupun retailer sampai selanjutnya produk sampai pada konsumen perorangan. Distributor perusahaan ini bukan bagian dari perusahaan melainnya pihak kedua yang menjalin kemitraan dengan marketing perusahaan. Produk jadi dari pabrik dikirim ke distributor maupun pelanggan institusi atas sepengetahuan pihak marketing. Pihak pabrik berkewajiban untuk memantau dan mengawasi proses distribusi produk hingga ke konsumen, sehingga telah ditetapkan standar pendistribusian produk terutama pengkondisian suhu atau rantai dingin saat transportasi maupun saat penyimpanan.
d. Konsumen
Susu segar umumnya dikonsumsi langsung sebagai minuman hangat dan juga dingin atau dapat dicampurkan dengan bahan tambahan lainnya. Selain dapat dikonsumsi langsung sebagai minuman oleh konsumennya, tidak sedikit produk olahan makanan dan minuman yang berbahan dasar susu segar. Misalnya kue, cappucino, pasta, yogurth, dan lain sebagainya. Susu segar dalam jumlah banyak dan kualitas tinggi selain umumnya banyak digunakan oleh produsen makanan dan minuman seperti cafe dan restoran maupun bakery. Besarnya konsumsi susu pasteurisasi full cream ini tidak hanya di dalam negeri namun juga di negara – negara Asia lainnya seperti China, Malaysia, Hongkong, Singapura dan sebagainya. Sehingga selain memenuhi pasar lokal produk susu segar ultrapasteurisasi berkualitas tinggi ini juga dipasarkan ke sejumlah negara tersebut.
Mekanisme Aliran Rantai Pasok
Menurut Pujawan (2005) terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola pada suatu rantai pasok, yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir, aliran uang dan sejenisnya (finansial) yang mengalir dari hilir ke hulu, serta aliran informasi yang mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Aliran rantai pasok secara umum pada perusahaan dapat dilihat pada Gambar 13.
Unit Peternakan KUD/MCC Unit Pemrosesan Proses Produksi Warehouse Distributor 1 Distributor 2 Distributor n Retailer 1 Retailer 2 Retailer n Konsumen 1 Konsumen 2 Konsumen n
Gambar 13 Aliran rantai pasok secara umum pada perusahaan Keterangan:
Aliran informasi terjadi pada semua pihak dalam rantai pasok. Pihak distributor melalui marketing menyampaikan permintaan atau order kepada industri melalui email yang digunakan sebagai dasar perencanaan produksi karena perusahaan menggunakan sistem make to order. Customer dan customer institusi melalui Marketing mengirimkan daftar permintaan bulanan, mingguan, dan harian ke pabrik atau industri pengolahan susu. Sistemnya adalah dengan mengirim daftar order bulan 1, dan mengirimkan forcast PO 5 bulan mendatang. Tujuan dibuat forcast 5 bulan mendatang adalah untuk antisipasi pemesanan bahan baku penunjang yang tidak dapat langsung dikirim. Atau untuk estimasi order baku penunjang yang lead time-nya melebihi 2 bulan. Setelah rencana daftar order diterima, kemudian dilakukan kalkulasi apakah baku penunjang dan bahan baku utama akan mampu memenuhi permintaan tersebut. Untuk membuat kalkulasi jumlah order yang dapat dipenuhi harus memperhatikan beberapa faktor diantaranya : kapasitas produksi, fresh milk requirement, supply susu, dan material penunjang. Lalu dihasilkan data besar permintaan yang dapat dipenuhi, jika ada pengurangan (produksi tidak sebesar daftar permintaan) maka disampaikan ke customer / marketing berapa banyak (persen tiap jenis produk) yang harus dikurangi. Maka customer / marketing menginformasikan revisi permintaan produk setelah pengurangan. Jika terjadi produksi susu berlebih dari dairy farm maka akan diinfokan kepada konsumen akan menambah order atau tidak, jika tidak maka kelebihan susu akan dialihkan untuk produksi produk – produk dengan shelf life lebih panjang, seperti UHT, atau keju mozzarella dan mengurangi order suplai susu segar dari KUD / MCC. Data ini yang akan digunakan oleh planner untuk membuat rencana produksi. Rencana produksi dibuat dalam bentuk bulanan, mingguan, dan harian. Rencana produksi harian dibuat untuk 3 hari ke depan. Setelah produksi selesai dan produk siap dikirim dokumen produk disiapkan oleh logistik untuk keperluan pengiriman dan informasi untuk keperluan distribusi dan untuk disampaikan ke distributor atau customer yang menerima produk.
: Aliran barang : Aliran informasi : Aliran finansial
Hasil Identifikasi Risiko Rantai Pasok
Identifikasi risiko merupakan tahapan pertama dalam manajemen risiko. Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan FMEA, yang meliputi elemen- elemen dasar sebagai berikut :
Tahapan proses/input, didefinisikan sebagai tahapan proses yang terjadi pada setiap rantai proses (peternakan, proses produksi, penggudangan, hingga distribusi)
Risiko, didefinisikan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian pada setiap proses/kegiatan tertentu.
Dampak risiko, didefinisikan sebagai dampak risiko potensial jika risiko tersebut terjadi pada suatu rantai proses tertentu, yang akan diukur dengan nilai severity.
Penyebab risiko, didefinisikan sebagai penyebab terjadinya risiko potensial pada setiap rantai kegiatan.
Probabilitas, didefinisikan sebagai tingkat kejadian risiko potensial yang diukur dengan nilai Occurence.
Deteksi, merupakan tingkat deteksi risiko potensial, seberapa besar sistem yang tersedia dapat mendeteksi potensi risiko, diukur dengan nilai detection. Dari hasil identifikasi risiko rantai pasok disemua subsistem, teridentifikasi sejumlah 52 jenis risiko yang dikelompokan berdasarkan jenis kegiatan dalam subsistem rantai pasok. Contoh model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dapat dilihat pada Tabel 6. Model identifikasi untuk subsistem penyimpanan dan penggudangan, kegiatan transprotasi dan distribusi, serta kegiatan perencanaan dan penjadwalan pada Lampiran 3.
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan
No Kegiatan No.
Risiko
Risiko Dampak Penyebab
1 Penerimaan suplai susu dari unit peternakan
1 Komposisi susu (fisikokimia) kurang memenuhi standar
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Terkait nutrisi pakan ternak
2 Risiko cemaran mikrobiologi (TPC melebihi standar yang sudah ditentukan)
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Sanitasi kurang optimal
3 Kontaminasi logam berat
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Kontaminasi dari sumber suplai 4 Kontaminasi aflatoksin
dan antibiotik
Susu segar tidak dapat digunakan / reject
Berkaitan dengan kesehatan ternak, kontaminasi sumber suplai
5 Kontaminasi pengotor seperti debu, pasir, kayu, bulu, dsb
Kualitas menurun sehingga memerlukan proses lanjutan
Kerusakan filter, proses sterilisasi tangki pembawa kurang efektif
2 Termisasi, ultrapasteurisasi, dan sterilisasi
6 Suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi
Jika suhu lebih rendah dan atau aliran lebih cepat menyebabkan pertumbuhan mikroba meningkat
Terlalu tinggi / terlalu rendah suhu: Suplai steam dari utilitas bermasalah
7 Timbul kerak pada fouling
Kerak dapat masuk ke produk dan menurunkan kualitas produk
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan (lanjutan) 8 Flowrate tidak sesuai
standar, dapat terlalu cepat atau terlalu lambat
Jika aliran terlalu lambat dan pemanasan suhu terlalu tinggi
menyebabkan kerusakan pada produk
Aliran susu tidak sesuai karena adanya masalah equipment masalah pada aliran
sebelumnya dan monitoring aliran masih manual, alat tidak terkalibrasi secara baik
3 Separasi 9 Karakteristik fisiko kimia kurang memenuhi standar yang ditentukan
Kualitas produk menurun Konten susu segar kurang sesuai dan atau setting separator kurang sesuai 4 Penyimpanan
sementara RCP tank, STG tank, ACT tank, BLC tank
10 Holding time dan suhu tidak sesuai spesifikasi
Kontaminasi mikroba (pertumbuhan mikrobiologi meningkat)
Suplai es dari utilitas
bermasalah dan atau distribusi suplai es bermasalah
5 Pre cooling dan atau cooling
11 Suhu optimum tidak tercapai
Kontaminasi mikrobiologi
pertumbuhan bakteri patogen dan non patogen shg kualitas produk
menurun
Suplai es dari utilitas
bermasalah dan atau distribusi suplai es bermasalah
6 Persiapan kertas kemasan
12 Susunan kemasan tidak tepat
Penumpukan packaging di mesin filling
Pemasangan tidak sesuai standar
7 Bottom Sealing 13 Risiko kebocoran seal Produk rusak, Waktu produksi lebih lama dari yang seharusnya
Maintanance kurang optimal 8 Cap sealing 14 Kebocoran seal Kontaminasi mikrobiologi Posisi cap kurang sesuai
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan (lanjutan) 15 Kontaminasi
mikrobiologi
Produk rusak Faktor lingkungan
9 Spraying H2O2 16 Ketidaksesuaian flow spray dan penyebaran H2O2
Produk rusak Monitoring kurang optimal
17 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Konsentrasi peroksida tidak
tercapai
18 Kontaminasi oli Produk rusak Filter rusak
10 UV sterilisasi 19 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Lampu UV off
11 Cooling at THE 20 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Cleaning sanitasi tidak optimum
12 Filling dan top sealing
21 Kontaminasi
mikrobiologi patogen
Hasil Penilaian Risiko Rantai Pasok
Input fuzzy yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan aturan-aturan fuzzy (IF-THEN rule). Variabel input yang digunakan yaitu severity (S), occurence (O) dan detection (D), dengan tujuh tingkatan kategori linguistik, sehingga diperoleh 343 kombinasi basis aturan fuzzy, seperti pada Lampiran 1. Penyusunan basis aturan fuzzy (IF-THEN rule) ini disusun berdasarkan pendapat pakar yang diintegrasikan dengan observasi lapang dan studi literatur mempertimbangkan bahwa nilai severity merupakan input yang paling menentukan untuk nilai fuzzy RPN, sehingga jika nilai Severity (S) adalah Sangat Tinggi (ST) maka nilai fuzzy RPN juga berada dalam kategori Sangat Tinggi (ST), berapapun nilai Occurence (O) dan Detection (O) yang diperoleh. Nilai fuzzy RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat risiko yang prioritas untuk ditangani. Nilai fuzzy RPN yang tinggi menunjukkan bahwa risiko tersebut lebih prioritas untuk ditangani. Hasil penilaian pakar terhadap risiko kegiatan distribusi dan transpotasi yang telah teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 7 Hasil penilaian pakar seluruh kegiatan rantai pasok dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Hasil penilaian pakar terhadap risiko kegiatan distribusi dan transpotasi No Kegiatan No.
Risiko Risiko S O D Output
1 Pengiriman produk lokal 1 Kecelakaan 9 PT 3 SJ 3 SS PT 2 Kerusakan truk pengirim 3 SR 3 SJ 3 SS S 3 Bencana alam 9 PT 3 SJ 3 SS PT 2 Pengiriman produk dari gudang ke pelabuhan 4 Kerusakan truk pengirim 3 SR 3 SJ 3 SS S 5 Kecelakaan 9 PT 3 SJ 3 SS PT 3 Memastikan pengiriman sesuai schedule 6 Pengiriman tidak sesuai jadwal, Pengiriman lebih cepat atau lebih lambat dari yang dijadwalkan 3 SR 3 SJ 3 SS S 4 Persiapan dokumen 7 Kesalahan input data, dan Keterlambatan dokumen 3 SR 7 J 3 SS S 5 Kegiatan distribusi hingga ke retail 9 Risiko kerusakan atau kebocoran pack 9 PT 8 SS 8 J PT 10 Susu basi, asam, serta menggumpal 9 PT 8 SS 8 J PT
Hasil penilaian risiko pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kejadian risiko untuk subsistem peternakan yang prioritas untuk ditangani karena memiliki nilai fuzzy RPN tinggi adalah risiko ternak sakit dan terserang bakteri patogen, penularan penyakit ke ternak lain, haet stress pada hewan ternak (725), cemaran mikrobiologi, fisiko kimia saat proses pemerahan (850), Kualitas bahan pakan tidak homogen (550), frekuensi kelahiran sapi kurang optimal (400), suplai air kurang mencukupi (334), dan ketersediaan air untuk membersihkan kandang kurang mencukupi (275). Risiko potensial umumnya terjadi karena kebersihan dan sanitasi kurang optimal sehingga memicu pertumbuhan mikroorganisme patogen yang dapat menyerang kesehatan hewan. Kemudian adanya potensi cemaran pada kegiatan pemerahan juga disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan pada proses dan lingkungan pemerahan yang kurang optimal. Sehingga untuk pencegahannya perlu adanya pengecekan ulang terhadap keadaan ternak, mesin pemerahan, dan lingkungan sekitar sesaat akan dilakukan proses pemerahan. Menurut (Driehuis 2008) pengendalian kontaminasi harus dilakukan dengan meminimisasi adanya sumber kontaminan di lingkungan peternakan, minimisasi transmisi mikrobial, dan melakukan langkah – langkah pencegahan pertumbuhan mikroba berbahaya di lingkungan pemerahan, serta menjaga hiegienitas fasilitas dan operasi pemerahan. Tabel 8 Hasil penilaian risiko subsistem peternakan
No. Kegiatan No. Risiko Risiko Nilai FRPN Kategori Risiko 1 Pemberian pakan
1 Kualitas bahan pakan (tebon jagung) tidak homogen
550 HT
2 Pembersihan kandang
2 Ketersediaan air untuk membersihkan kandang kurang mencukupi
275 R
3 Penyediaan air
3 Suplai air kurang mencukupi
334 S
4 Pemeliharaan 4 Ternak sakit, terserang bakteri patogen
725 T
5 Penularan penyakit ke ternak lain
725 T
6 Ternak mengalami heat stress
725 T
5 Pemerahan 7 Cemaran bahan kimia 850 ST
8 Cemaran mikrobiologi 850 ST
9 Kontaminasi benda asing (air, pasir, bulu, dsb)
850 ST
Hasil penilaian risiko pada subsistem proses dan pengemasan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa potensial risiko yang memiliki nilai FRPN dengan kategori Sangat Tinggi (ST) terjadi pada kegiatan – kegiatan proses yang rentan oleh kontaminasi mikrobiologi, bahan kimia berbahaya, serta kontaminasi benda asing, yaitu penerimaan susu dari unit peternakan, penerimaan susu Transfer susu dari tangki truk ke tangki penerimaan, proses thermisasi dan ultrapasteurisasi, serta pada beberapa proses pengemasan. Secara keseluruhan kegiatan proses pada subsistem
ini mempunya potensial risiko dengan rata – rata nilai Tinggi hingga Sangat Tinggi. Hal ini menunjukkan dalam proses produksi memerlukan kontrol proses yang ketat. Perusahaan pun telah membuat regulasi penanganan bahaya dari risiko – risiko yang berpotensial besar terjadi dan merugikan. Mitigasi dan penanganan yang telah dibuat oleh perusahaan terhadap risiko – risiko potensial pada kegiatan proses produksi mengacu pada penjaminan mutu dan keamanan pangan. Sehingga telah ditetapkan titik – titik kritis proses yang harus dikontrol dan dijaga kondisi optimumnya pada setiap kegiatan produksi mulai dari penerimaan bahan baku, proses pengemasan hingga produk jadi. Regulasi untuk pencegahan dan penangan proses yang telah ada menjadi dasar untuk membuat langkah mitigasi risiko rantai pasok pada subsistem ini untuk setiap kegiatannya yang mengandung risiko potensial.
Pada kegiatan proses produksi, risiko tertinggi terjadi kontaminasi baik kontaminasi benda asing, kimia berbahaya, maupun mikrobiologi berbahaya dengan besar nilai risiko 850 yang berarti risiko Sangat Tinggi sehingga potensi