ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK SUSU PASTEURISASI
DENGAN
FUZZY FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
NATALIYA SUKMAWATI PUTRI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Risiko Rantai Pasok Susu Pasteurisasi Dengan Fuzzy Failure Mode And Effect Analysis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Fuzzy Failure Mode And Effect Analysis. Dibimbing oleh MARIMIN dan ELISA ANGGRAENI
Manajemen rantai pasok produk pertanian khususnya susu segar berbeda dengan manajemen risiko rantai pasok produk manufaktur. Produk susu bersifat mudah rusak oleh mikrobial, dan sangat berpotensi tinggi rusak sebelum diproses, sehingga analisis risiko dibuat guna meminimalisasi potensial risiko pada agroindustri susu pasteurisasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penilaian risiko serta membuat upaya mitigasi risiko pada agroindustri susu pasteurisasi. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko di setiap rantai prosesnya, selanjutnya dengan perhitungan nilai risiko rantai pasok berdasarkan penilaian beberapa pakar dengan pendekatan fuzzy FMEA (Failure Mode Effect Analysis), dari hasil analisis nilai risiko kemudian digunakan sebagai dasar dalam membuat upaya mitigasi. Hasil risiko teridentifikasi yang ada disetiap kegiatan rantai pasok dipilih risiko dengan kategori Sedang sampai Sangat Tinggi untuk selanjutnya dibuat alternatif mitigasi risikonya. Berdasarkan hasil penilaian, risiko yang prioritas untuk ditangani adalah risiko distribusi produk hingga ke retail (850) dengan kategori Sangat Tinggi, risiko kontaminasi mikrobiologi (850), logam berat dan kimia berbahaya (850), risiko kecelakaan dan bencana alam (850), risiko ketidaksesuaian kondisi proses (725) dengan kategori Tinggi, risiko kontaminasi pengotor (725), risiko ternak sakit dan penularan penyakit pada ternak (725) dan risiko serangan hama (334) dengan kategori Sedang. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan langkah pencegahan risiko seperti, uji laboratorium berkala untuk memastikan risiko – risiko kontaminasi tidak terjadi pada bahan baku serta produk, mengoptimalkan kebersihan peralatan industri dan peternakan, serta mengoptimalkan monitoring setiap kegiatan rantai pasok. Kata kunci: Fuzzy Failure Mode Effect Analysis, risiko rantai pasok, susu
priority for very high risk category is distribution from manufacture to retail (850). Meanwhile, microbiology contamination (850), heavy metal and dangerous chemical (850), accident and disaster (850) and uncontrolled process (725) are classified as the most priority risk for high category. Dirty contamination (725), sickness and disease prenvention in livestock (725) and pest attack are the most priority for middle risk category. Risk mitigation can be done by laboratory test periodically to ensure the contamination risks will not occur since raw material until final product. In addition, the monitoring for all supply chain activities and the hygiene of industrial and farm equipments must be employed optimally.
Keywords: Fuzzy Failure Mode Effect Analysis, milk pasteurization, supply chain risk.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK SUSU PASTEURISASI
DENGAN
FUZZY FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Analisis Risiko Rantai Pasok Susu Pasteurisasi Dengan Fuzzy Failure Mode And Effect Analysis” dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari banyak pihak. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, khususnya kepada:
1. Ibu penulis Rina Setyawati, Yangti, Yangkung, Om Heru Prabowo, dan Tante Vini Priyardianti, Yasmin, Omar, Icham, serta keluarga besar yang memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada penulis dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.
2. Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku dosen pembimbing pertama karena telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah.
3. Dr Elisa Anggraeni, STP MSc selaku dosen pembimbing kedua atas segala waktu yang diberikan dalam memberikan bimbingan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
4. Dr Prayoga Suryadharma, STP, MSc selaku dosen penguji skripsi atas segala koreksi, saran, serta masukan untuk karya ilmiah ini.
5. Dr. Yeni Herdiyeni, S.Kom, MSc, Dosen Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, atas masukan dan arahannya dalam penyusunan metode penelitian.
6. Ir Bambang Wijanarko selaku pembimbing lapangan ketika penulis melaksanakan penelitian, atas bimbingan, wejangan, dan doanya.
7. Keluarga besar TIN 48, yang senantiasa berbagi ilmu selama kegiatan perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian.
8. M. Asrol, Ari Adinugraha, Naura Narinda, Faisal Pratama, Indah Novidtri, Alfi, Chelsea, Cindo, Yusman, Abghi, Hanif, serta teman – teman seperjuangan lainnya yang selalu membantu dalam berbagi ilmu dan saling memberi dukungan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Tata Laksana Penelitian 4
Prosedur penelitian 4
Pengumpulan Data 7
Metode Pengolahan Data 7
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 14
Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Profil Perusahaan 17
Konfigurasi Rantai Pasok 17
Struktur Rantai Pasok 17
Anggota Rantai Pasok 20
Mekanisme Aliran Rantai Pasok 21
Hasil Identifikasi Risiko Rantai Pasok 23
Hasil Penilaian Risiko Rantai Pasok 27
Mitigasi Risiko Rantai Pasok 33
Rancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis 39
Implikasi Manajerial 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 46
RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL
1 Metode yang digunakan pada setiap tahap penelitian 8 2 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Severity. 10 3 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Occurence 10 4 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Detection 10
5 Parameter fungsi keanggotaan variabel Output 13
6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan 24 7 Hasil penilaian pakar terhadap risiko kegiatan distribusi dan transpotasi 27
8 Hasil penilaian risiko subsistem peternakan 28
9 Hasil penilaian risiko subsistem pemrosesan 29
10 Hasil penilaian risiko subsistem penyimpanan dan penggudangan 31 11 Hasil penilaian risiko untuk kegiatan distribusi dan transportasi. 32 12 Hasil penilaian risiko pada kegiatan perencanaan dan penjadwalan 33
13 Upaya Mitigasi Risiko Rantai Pasok. 37
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka penelitian 5
2 Diagram alir tahapan penelitian 6
3 Hirarki identifikasi risiko 9
4 Fungsi keanggotaan fuzzy untuk input tingkat keparahan (a), tingkat kejadian (b), dan tingkat deteksi (c). 11
5 Kurva segitiga (Triangular Fuzzy Number). 12
6 Fungsi keanggotaan untuk kurva segitiga 12
7 Fungsi keanggotaan output fuzzy RPN 13
8 Alur penyelesaian masalah dengan metode fuzzy menurut Marimin et al.
(2013). 14
9 Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak pendukung analisis 16 10 Konfigurasi rantai pasok agroindustri susu (Septiani 2015) 18
11 Konfigurasi rantai pasok PT. GI 19
12 Model rantai pasok II pada agroindustri susu pasteurisasi 20 13 Aliran rantai pasok secara umum pada perusahaan 22
14 Halaman utama sistem 39
15 Tampilan informasi umum mengenai sistem 40
17 Contoh hasil perhitungan risiko rantai pasok 41 18 Tampilan subsistem perhitungan nilai risiko rantai pasok 41
DAFTAR LAMPIRAN
1 Basis aturan Fuzzy 46
2 Diagram alir proses produksi susu pasteurisasi 53
3 Model identifikasi risiko rantai pasok susu pasteurisasi 54 4 Hasil penilaian risiko pada kegiatan rantai pasok 59 5 Spesifikasi kualitas susu segar dan produk susu pasteurisasi 65
6 Data Flow Diagram 67
7 Kebutuhan perangkat keras. perangkat lunak dan prosedur instalasi paket
perangkat lunak 68
8 Daftar produk – produk yang dihasilkan PT GI 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) secara umum, aliran komoditas pertanian termasuk susu segar terbagi dalam dua model rantai pasokan. Model pertama melibatkan peternak sebagai produsen susu segar dan anggota utama yang paling berperan, sedangkan model kedua yang melibatkan perusahaan sebagai grower dan merupakan anggota yang paling berperan dalam rantai pasok. Contoh dari model kedua rantai pasok susu ini adalah agroindustri susu di PT. GI yang mana industri pengolahan susu telah memiliki peternakan modern dengan teknologi tinggi yang terhubung langsung dengan unit pemrosesannya, sehingga risiko di tingkat peternak dapat lebih diminimalisir karena unit peternakan telah memiliki standar prosedur operasional yang harus dilaksanakan oleh pegawai peternakan. Inilah yang membedakannya dengan agroindustri susu yang melibatkan peternak rakyat sebagai produsen susu utama.
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengurangi dan meminimalisasi risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian risiko (Manuj dan Mentzer 2008). Menurut Holton (2004) mendefinisikan risiko sebagai keadaan terpapar (exposure) kepada suatu kemungkinan kejadian yang tidak pasti. Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian khususnya susu segar berbeda dengan manajemen risiko rantai pasok produk manufaktur, karena sebagai salah satu produk pertanian, produk susu segar memiliki sifat-sifat, yaitu mudah rusak oleh mikrobial, produksi bergantung pada produktivitas dan kesehatan sapi perah, serta susu segar yang dihasilkan peternak memiliki mutu yang tidak seragam. Manajemen risiko rantai pasok produk susu menjadi lebih rumit, karena adanya beberapa sumber ketidakpastian dan hubungan yang kompleks antar pelaku dalam rantai pasok tersebut.
Aliran rantai pasok susu segar di Indonesia umumnya dipengaruhi perbedaan kualitas, anggota rantai yang terlibat di dalamnya, serta aturan main atau sistem yang dibangun di antara berbagai pihak.Terjadinya perbedaan rantai pasok tersebut lebih karena kualitas susu yang dipasarkan. Menurut Septiani (2014) risiko pada rantai pasok susu timbul dari aktivitas serangkaian kegiatan rantai pasokan agroindustri di susu dari peternakan, pengiriman susu ke koperasi, koperasi penyimpanan dan pengiriman dari susu di koperasi untuk Industri Pengolahan Susu.
Risiko – risiko yang terjadi pada rantai pasok merupakan faktor-faktor yang menghambat operasional pada rantai pasok, yang mana risiko pada rantai pasok dapat terjadi mulai dari pemasok, pabrik, distributor, sampai ke retailer bahkan konsumen. Risiko tidak dapat dihilangkan sama sekali namun dapat diminimalisir dengan melakukan penanganan risiko yang tepat. Coyle et al (2011), mengelompokkan strategi penanganan risiko ke dalam empat kelompok yaitu menghindari risiko (risk avoidance), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer) dan menanggung risiko sendiri (risk retention). Risiko harus dikendalikan karena kalau tidak, akan ada peluang masalah pada pasokan bahan yang mengakibatkan kerugian finansial kepada perusahaan (Zsidisin et al. 2008).
Nastiti (2013) dalam tesisnya yang berjudul Pemodelan Kuantitatif Penanganan Rantai Pasokan Dan Mutu Pada Rantai Pasokan Tanaman Hias Mini telah membuat model kuantitatif untuk penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini, yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan risiko pada komoditas agroindustri. Tahapan dalam penelitian ini adalah identifikasi dan analisis risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini dengan menggunakan Fuzzy failure mode and effect analysis (Fuzzy FMEA) untuk mendapatkan profil risiko, kemudian mendisain model untuk penanganan risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini. Suharjito (2011) dalam disertasi yang berjudul Pemodelan Optimasi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Produk/Komoditas Jagung, melakukan identifikasi dan evaluasi faktor serta variabel risiko rantai pasokan jagung untuk setiap tingkatan rantai pasok dengan menggunakan pendekatan statistik. Wulandari (2013) dengan disertasinya yang berjudul Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Pada Investasi Agroindustri Lada memperbaiki proses identifikasi risiko, penilaian risiko, dan analisis lanjutan sebagai pelengkap dalam pengelolaan risiko menggunakan metode Fuzzy Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) dengan teknik Fuzzy Weighted Average.
Manajemen risiko yang akan dilakukan dimulai dari mengidentifikasi risiko yang terjadi dan faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya, dari mulai unit peternakan hingga produk jadi khususnya pada produk susu pasteurisasi. Kemudian dilakukan pengukuran risiko rantai pasok, dan penentuan upaya mitigasi risiko rantai pasok (Mishra dan Shekhar 2011).
Analisi risiko rantai pasok ini dikaji guna mereduksi atau meminimalisasi risiko – risiko rantai pasok susu pasteurisasi pada agroindustri susu pasteurisasi. Sehingga akan tercipta kestabilan pasokan pada produk susu pasteurisasi baik untuk produk lokal maupun ekspornya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang teridentifikasi, muncul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:
1. Bagaimana rantai pasok produk susu segar pasteurisasi?
3. Bagaimana hasil penilaian risiko pada setiap rantai prosesnya? 4. Bagaimana upaya mitigasi risiko rantai pasok susu pasteurisasi?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui rantai pasok produk susu segar pasteurisasi.
2. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko rantai pasok yang terjadi dari mulai unit peternakan hingga produk jadi, khususnya pada produk susu pasteurisasi.
3. Mengetahui alternatif upaya mitigasi risiko rantai pasok susu pasteurisasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari analisis risiko rantai pasok susu pasteurisasi ini adalah memberikan pengetahuan mengenai risiko dan faktor risiko yang mungkin terjadi pada rantai pasok produk susu pasteurisasi, sehingga dampak dari terjadinya risiko dapat diminimasi pada setiap jaringan rantai pasok untuk mendukung tindakan pengambilan keputusan yang tepat dalam manajemen rantai pasok.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat cakupan kajian tentang manajemen risiko rantai pasok suatu produk sebenarnya sangat luas karena mencakup integrasi aliran barang dan informasi mulai dari sumber bahan baku (produsen) sampai pengiriman produk ke konsumen. Mengingat cakupannya yang luas dan adanya kendala waktu, dana serta kendala lainnya, maka ruang lingkup dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi risiko dimulai dari kegiatan di peternakan, unit pemrosesan hingga kegiatan transportasi dan distribusi. Identifikasi risiko ini terpusat untuk potensial risiko yang menimbulkan dampak (keamanan pangan, kualitas, dan kuantitas) berdasarkan penilaian pakar praktisi dengan tingkat kejadian dan tingkat deteksi yang telah diketahui oleh pelaku industri. 2. Analisis risiko di PT. GI, dipilih pada produk yang bahan baku utamanya
berasal dari peternakan milik unit pemrosesan. Analisis nilai risiko dilakukan dengan pembobotan nilai risiko oleh pakar praktisi dan akademisi dengan skala ordinal.
3. Disusun upaya mitigasi untuk risiko – risiko yang berdasarkan hasil analisis risiko menjadi prioritas untuk ditangani.
METODE
Kerangka Pemikiran
Analisis risiko risiko yang dihasilkan, diharapkan akan mempermudah proses pengambilan keputusan yang dapat dilakukan pimpinan perusahaan dalam menentukan tindakan penanganan risiko berdasarkan hasil dari penilaian risiko. Kajian ini mencakup risiko yang teridentifikasi di setiap proses rantai pasok, hasil pengukuran dan penilaian risiko, kemudian penentuan upaya mitigasi. Identifikasi risiko pada setiap proses mulai dari unit peternakan hingga produk jadi, dianalisis berdasarkan studi literatur kemudian dilakukan konfirmasi dengan pengamatan langsung dilapangan dan konfirmasi kepada pakar. Setelah didapatkan risiko teridentifikasi dari seluruh proses dilanjutkan dengan evaluasi risiko rantai pasok. Pada proses ini dilakukan penilaian risiko di setiap risiko pada setiap kegiatan rantai pasoknya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko, terutama risiko rantai pasok susu adalah metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan logika Fuzzy. FMEA merupakan suatu metode yang sistematik dalam mengidentifikasi dan mencegah masalah yang terjadi pada produk dan proses (McDermott, 2009). Logika fuzzy adalah suatu cara untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Logika fuzzy merupakan salah satu metode untuk melakukan analisa sistem yang mengandung ketidakpastian (Kusumadewi, 2002). Penerapan logika fuzzy dalam FMEA adalah untuk membantu menentukan nilai Risk Priority Number dari kegagalan yang terjadi. Penilaian risiko yang dilakukan meliputi dampak risiko, probabilitas, penyebab terjadinya dan tingkat deteksi risiko. Penilaian akan dibuat berdasarkan penilaian para ahli, studi literatur, dan pengamatan dilapangan yang kemudian diolah dengan pendekatan fuzzy FMEA (Failure mode and Effect Analysis). Hasil output dari penilaian risiko selanjutnya akan menjadi dasar untuk dilakukan analisis mitigasi risiko. Kerangka hasil pemikiran disajikan pada Gambar 1.
Tata Laksana Penelitian Prosedur penelitian
Gambar 1 Kerangka penelitian Agroindustri Susu
Pasteurisasi
Unit peternakan Industri pengolahan
Identifikasi struktur rantai pasok Identifikasi anggota
rantai pasok
Identifikasi mekanisme rantai pasok
Risiko – risiko rantai pasok
Tingkat deteksi Dampak risiko potensial
Penilaian risiko
Pengumpulan Data
Penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder untuk menjawab tujuan penelitian. Data-data yang diperlukan dikumpulkan melalui empat cara, yaitu:
1. Studi pustaka, diperlukan untuk mempelajari konsep manajemen rantai pasok agroindustri susu pasteurisasi, konsep identifikasi dan penilaian risiko rantai pasok, serta langkah mitigasi risiko.
2. Observasi lapang, yaitu melihat langsung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan manajemen dan aktivitas rantai pasok.
3. Wawancara diperlukan untuk memperoleh informasi yang akurat dan mengklarifikasi permasalahan yang ditemukan di lapangan baik kepada praktisi ataupun akademisi.
4. Opini pakar, merupakan data yang diperoleh langsung dari pakar melalui alat ukur berupa kuesioner dan wawancara. Pakar yang dilibatkan pada penelitian ini terdiri dari kalangan praktisi dan akademisi, yaitu:
Fajar Nur Prabowo, Manajer Quality Assurance, PT. GI, sebagai pakar praktisi yang menguasai penjaminan kualitas bahan baku sampai produk jadi, keamanan pangan, dan kondisi proses produksi di PT. GI.
Badruz Zaman Staff bagian produksi, PT. GI, sebagai pakar praktisi yang menguasai bidang produksi susu pasteurisasi di PT GI.
Yulius, ST, Manajer Logistik, PT. GI, sebagai pakar praktisi profesional di bidang manajemen logistik PT. GI.
Array ST, Planner bagian PPIC, PT. GI, sebagai profesional dibagian kegiatan perencencanaan dan penjadwalan di PT. GI.
Dokter Hewan Heru Prabowo, Head Unit Dairy Farm, PT. GI, sebagai dokter hewan yang profesional di bidang kesehatan dan pemeliharaan ternak serta manajemen peternakan sapi perah.
Dr. Epi Taufik, SPt, MSc. Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, sebagai pakar akademisi yang menguasai bidang peternakan dan teknologi pengolahan susu.
Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data pengembangan mitigasi dilakukan melalui tiga tahapan:
1. Identifikasi risiko rantai pasok.
2. Penilaian dan pengukuran risiko rantai pasok. 3. Penentuan langkah mitigasi risiko rantai pasok.
Tabel 1 Metode yang digunakan pada setiap tahap penelitian
Tahapan Metode Output
Tahap 1.
Identifikasi risiko rantai pasok
Pendekatan Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Risiko rantai pasok teridentifikasi
Tahap 2.
Pengukuran dan
penilaian risiko rantai pasok dan analisis nilai FRPN
Fuzzy Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Hasil evaluasi risiko rantai pasok
Keterangan
DF : Dairy farm MP : Milk processing WH : Warehouse D : Distributor PP : Production plan
Identifikasirisiko
Dampak Tingkatkejadian Tingkatdeteksi
Keamananpangan, kualitas, dan kuantitas
Frekuensi terjadinya, penyebab
Frekuensi risiko terdeteksi
DF MP WH D PP
Risiko, dampak , dan penyebab di
kegiatan peternakan
Risiko, dampak , dan penyebab di kegiatan proses
Risiko, dampak , dan penyebab di kegiatan penyimpanan dan
penggudangan
Risiko, dampak , dan penyebab di
kegiatan distribusi
Risiko, dampak , dan penyebab
di kegiatan perencanaan
dan penjadwalan
Penilaian Risiko Rantai Pasok
Penilaian terhadap risiko teridentifikasi dinilai berdasarkan tiga parameter sesuai dengan pendekatan konsep Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis, yaitu input Fuzzy FMEA berupa nilai tingkat dampak/severity rating (S), tingkat kejadian/occurence (O) dan tingkat deteksi/detection (D). Nilai-nilai S, O dan D ini dinilai dengan variabel input skala 1-10 dan dikelompokkan menjadi tujuh kategori tingkatan linguistik seperti Tabel 2, 3, dan 4. Fungsi keanggotaan input risiko dapat dilihat pada Gambar 4. Pengolahan data untuk mendapatkan nilai risiko dengan metode ini dimulai dengan membuat kuisioner penilaian risiko dengan tiga parameter tersebut (S, O, dan D). Kemudian kuisioner diisi nilai linguistik oleh pakar.
Tabel 2 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Severity.
Kategori Tipe kurva Parameter
Paling tinggi Segitiga [9 9.5 10]
Tabel 3 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Occurence
Kategori Tipe kurva Parameter
Pasti Segitiga [9 9.5 10]
Tabel 4 Parameter fungsi keanggotaan variabel input Detection
Kategori Tipe kurva Parameter
Fungsi keanggotaan untuk setiap kategori nilai input S, O, dan D beserta parameternya secara umum dapat ditentukan berdasarkan tipe kurva yang digunakan. Ketiga input tersebut difuzzifikasi menggunakan fungsi keanggotaan untuk menentukan derajat keanggotaan masing-masing input. Setelah didapatkan derajat keanggotaan masing – masing input, proses selanjutnya adalah komputasi secara fuzzy, dan defuzzifikasi untuk mendapatkan nilai tunggal (crips). Menurut Marimin (2009) Difuzifikasi adalah suatu proses pengubahan output fuzzy ke output bernilai tunggal (crips). Pada penelitian ini difuzzifikasi yang digunakan adalah centroid, yaitu nilai tunggal dari variabel output yang dihitung dengan menemukan nilai variabel dari center of gravity, berupa suatu fungsi keanggotaan untuk nilai dari fuzzy (Jaya et al. 2014). Model fungsi Tringular Fuzzy Number dipilih untuk penelitian ini karena berdasarkan pendapat Alavi (2012), menyatakan bahwa fungsi keanggotaan fuzzy segitiga telah banyak digunakan oleh para peneliti, karena memudahkan pakar untuk memberi penilaian.
Gambar 4 Fungsi keanggotaan fuzzy untuk input tingkat
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem Fuzzy (Kusumadewi 2010), yaitu :
1. Variabel Fuzzy, yaitu variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem Fuzzy
2. Himpunan Fuzzy, yaitu suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel Fuzzy, misalnya variabel umur terbagi menjadi tiga himpunan Fuzzy yaitu muda, parobaya, tua.
3. Semesta pembicaraan, yaitu keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel Fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan bilangan real yang selalu naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan, dan nilainya bisa berupa bilangan positif atau negatif
4. Domain himpunan Fuzzy, yaitu keseluruhan nilai yang diizinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan Fuzzy
Fungsi keanggotaan ( μ[x] ) merupakan suatu kurva yang menunjukkan
pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai atau derajat keanggotaan pada himpunan Fuzzy yang memiliki interval antara 0 dan 1, dan ini berbeda dengan nilai keanggotaan pada himpunan crisp yang hanya ada 2 kemungkinan yaitu 0 atau 1. Derajat keanggotaan sistem Fuzzy dapat diperoleh melalui pendekatan fungsi. Jenis fungsi keanggotaan yang biasa digunakan diantaranya adalah representasi kurva segitiga dan kurva trapesium.
Kurva segitiga (triangular Fuzzy number) pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis lurus (linear) naik dan turun sebagaimana disajikan pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 Kurva segitiga (Triangular Fuzzy Number).
Fungsi keanggotaan untuk kurva segitiga (triangular Fuzzy number) disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 6 Fungsi keanggotaan untuk kurva segitiga
(SR), Rendah (R), Sedang (S), Hampir Tinggi (HT), Tinggi (T), Sangat Tinggi (ST), dan Paling Tinggi (PT). Fungsi keanggotaan variabel output dan parameternya dapat ditentukan berdasarkan tipe kurva yang digunakan (Tabel 5 dan Gambar 7).
Tabel 5 Parameter fungsi keanggotaan variabel Output
Kategori Tipe kurva Parameter
Paling tinggi Segitiga [900 950 1000]
Sangat tinggi Segitiga [800 900 1000]
Tinggi Segitiga [600 750 900]
Sedang Segitiga [300 550 800]
Rendah Segitiga [200 350 500]
Sangat rendah Segitiga [100 200 300]
Hampir tidak ada Segitiga [1 100.5 200]
Nilai Input Fuzzy yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan aturan-aturan Fuzzy (IF-THEN rule) yang dibuat berdasarkan pendapat ahli yang diintegrasikan dengan observasi lapang dan studi literatur, yaitu bagian IF sebagai variabel input Fuzzy dan bagian THEN sebagai variabel output Fuzzy. Contoh ”IF Severity is Sangat Tinggi AND Occurence is Rendah AND Detection is Tinggi, THEN FRPN is Sangat Tinggi”. Pada Fuzzy FMEA ini, terdapat tiga variabel input (Severity, Occurence dan Detection) dengan tujuh tingkatan bahasa linguistik mulai dari Tidak Ada sampai Paling Tinggi, sehingga akan diperoleh jumlah 343 (7x7x7) kombinasi basis aturan Fuzzy dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan nilai fuzzy RPN dilakukan dengan menggunakan Matlab (Nastiti 2013). Pada penelitian ini, penalaran fuzzy menggunakan metode Mamdani, yaitu max-min operation, dan difuzifikasi dengan metode centroid. Menurut Sevani et al. (2009), proses ini mencakup lima tahap yaitu: (1) fuzifikai input melalui fungsi TFN, (2) mengaplikasikan operator fuzzy dengan operator AND dan OR, (3) mengaplikasikan metode implikasi dengan metode maksimum, (4) komposisi semua keluaran dengan metode maksimum, (5) defuzifikasi dengan metode centroid untuk mendapatkan nilai tunggal (crips). Menurut Marimin et al. (2013) alur penyelesaian masalah dengan fuzzy mencakup representasi natural, fuzzifikasi, komputasi secara fuzzy, dan defuzzifikasi. dapat dilihat pada Gambar 8.
Permasalahan nyata
Representasi natural
Fuzzifikasi
Komputasi secara
fuzzy
Defuzzifikasi
Solusi
Gambar 8 Alur penyelesaian masalah dengan metode fuzzy menurut Marimin et al. (2013).
Mitigasi Risiko Rantai Pasok
Mitigasi risiko ini dirancang untuk membantu PT. GI dalam menentukan langkah terbaik untuk mereduksi terjadinya risiko berdasarkan keadaan dan kemampuan perusahaan pada waktu pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap risiko potensial yang dapat terjadi di rantai pasok ini, kemudian dibuat langkah mitigasi risikonya untuk risiko – risiko yag menjadi prioritas untuk ditangani. Mitigasi risiko difokuskan untuk risiko dengan kategori Sedang sampai Sangat Tinggi (berdasarkan rekomendasi pakar) yang berpotensi terjadi di setiap kegiatan (peternakan, proses produksi, penyimpanan dan penggudangan, distribusi dan transportasi, serta perencanaan dan penggudangan). Alternatif langkah – langkah mitigasi didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku industri, studi literatur, serta rekomendasi dari pakar praktisi dan pakar akademisi, kemudian dari sejumlah alternatif yang sering disebutkan baik pada literatur, maupun rekomendasi pakar diambil intisarinya untuk dijadikan usulan alternatif mitigasi pada kajian ini.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
di PT. GI, Jawa Timur dan Lembaga Penelitian. Adapun tempat pengolahan data dan pengembangan sistem berlangsung di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2015.
Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis
Perancangan perangkat lunak pendukung analisis ini dibangun agar dapat memudahkan manajemen PT. GI dalam mengambil keputusan dengan cepat dan tepat sasaran. Perancangan perangkat lunak ini dilakukan setelah semua informasi yang berkaitan dengan penilaian risiko rantai pasok PT. GI telah lengkap sehingga dapat diimpelementasikan ke dalam sistem. Perangkat lunak yang dirancang ini menintegrasikan pengguna, pendapat pakar dan formulasi matematika sehingga memudahkan pengguna, lebih cepat dan hemat sumber daya.
Konfigurasi Sistem
Pengguna
Sistem Manajemen Dialog
Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen Basis Model
Model Perhitungan Nilai Risiko Rantai Pasok
Sistem Manajemen Basis Data
Data Mekanisme Rantai Pasok Susu Pasteurisasi pada Agroindustri yang
Terintegrasi
Data If Then Rules dari Pakar
Data Kategori dan Parameter Input Nilai Risiko
Data Kategori dan Parameter Output Nilai Risiko
Gambar 9 Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak pendukung analisis
Implementasi Sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Perusahaan
PT. GI salah satu agroindustri yang bergerak dibidang pengolahan susu segar yang terintegrasi dengan peternakan. Jumlah sapi di peternakannya kurang lebih sebanyak 8000 ekor sapi. Selain itu untuk memenuhi permintaan produksi, PT. GI juga bekerja sama dengan peternak setempat yang dikoordinir melalui koperasi untuk menambah persediaan susu segar. PT GI menghasilkan produk utama berupa susu dan keju (mozzarella dan boccocini cheese). Produk – produk tersebut dibuat ditujukan mayoritas untuk memenuhi permintaan ekspor oleh negara – negara seperti China, Vietnam, Philipina, dan Singapura. Secara umum, produk susu dari agroindustri ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu produk susu UHT (Ultra High Temperatur) dan produk susu pasteurisasi ESL (Extended Shelf Life). Produk – produk susu dari PT GI disajikan pada Lampiran 8.
Perusahaan terdiri dari dua unit bagian, yaitu unit peternakan yang berperan dalam penyediaan suplai bahan baku dan unit pemrosesan yang berperan dalam pengolahan bahan baku menjadi berbagai macam produk. Seluruh sistem peternakannya menggunakan sistem dan teknologi modern. Perusahaan memiliki beberapa subsistem yang berkaitan langsung dengan manajemen rantai pasok, yaitu peternakan, pemrosesan, penyimpanan dan penggudangan, transportasi dan distribusi, serta perencanaan dan penjadwalan. Dari kelima subsistem tersebut, subsistem transportasi dan distribusi merupakan bagian terpisah dari perushaan. Perusahaan PT. GI menggunakan jasa dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan transportasi dan distrbusi produknya.
Konfigurasi Rantai Pasok Struktur Rantai Pasok
macam produk, salah satunya susu pasteurisasi. Produk tersebut yang telah sesuai dengan standar mutu selanjutnya didistribusikan ke konsumen melalui beberapa aktor, seperti perusahaan distributor, perusahaan kemitraan, dan konsumen industri. Konfigurasi rantai pasok agroindustri susu pasteurisasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Peternakan Sapi Perah
Koperasi Pengumpul Susu Segar
Konsumen Industri
Konsumen Akhir Industri Pengolahan
Susu
Pemeriksaan kesehatan ternak
Pembibitan/ peremajaan ternak
Komposisi Pakan ternak
Cooling Unit
Gambar 10 Konfigurasi rantai pasok agroindustri susu (Septiani 2015)
kontinuitas pasokan susu dari peternak dengan mutu yang baik dan seragam, juga kestabilan harga susu. Sedangkan, kebutuhan industri adalah kontinuitas pasokan bahan baku, dengan kualitas terbaik, serta harga yang kompetitif. Sedikit berbeda dengan agroindustri susu pada umumnya, PT. GI yang merupakan agroindustri susu yang terintegrasi dengan peternakan, konfigurasi rantai pasok yang terdiri dari unit peternakan, unit pemrosesan, kemudian distributor, serta konsumen industri dan komsumen perorangan. Konfigurasi rantai pasok PT. GI dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Konfigurasi rantai pasok PT. GI
Agroindustri ini telah terintegrasi dengan peternakan modern dan dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga dapat kontuinitas pasokan lebih terjamin dibandingkan agroindustri susu pada umumnya. Selain disuplai dari peternakan sendiri, perusahaan juga menerima suplai dari koperasi atau MCC (Milk Collection
Center). Semua proses bisnis antar subsistem telah diatur dalam kesepakatan
kontraktual yang menjamin keuntungan dan terpenuhinya kebutuhan antar sub sistemnya.
Gambar 12 Model rantai pasok II pada agroindustri susu pasteurisasi
Anggota Rantai Pasok a. Pemasok
Pemasok susu segar untuk perusahaan penghasil susu pasteurisasi adalah unit peternakan milik perusahaan dan juga KUD (Koperasi Unit Desa) atau MCC (Milk Collection Center), jumlah, kualitas dan ukuran harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Unit peternakan yang merupakan pemasok utama susu segar tersebut adalah bagian dari perusahaan, unit proses membeli semua transfer susu segar yang dihasilkan oleh Unit peternakan. Sarana produksi untuk pembibitan dan pemeliharaan ternak sapi perah hingga proses pemerahan diselenggarakan oleh unit peternakan dan terpisah dari unit proses. Kerjasama yang terjadi antara unit farm dan unit prosses sudah dirancang oleh perusahaan sesuai kontraktual bisnis yang telah ditetapkan. Unit farm menyuplai susu segar langsung ke unit proses dengan spesifikasi khusus yang telah ditetapkan. Apabila spesifikasi bahan baku tidak sesuai maka unit proses tidak menerima suplai dari farm dan bahan baku tidak dapat digunakan untuk produksi. Demikian halnya dengan pemasok KUD atau MCC, unit proses hanya menerima pasokan susu segar yang sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang telah ditetapkan. Dengan kerjasama ini, maka proses pengiriman atau transfer susu segar dilakukan oleh pemasok, dan unit proses hanya melakukan pengujian baik fisik, kimiawi, maupun mikrobiologi terhadap susu segar yang disuplai.
b. Unit pemrosesan
Unit Pemrosesan melakukan perencanaan produksi menggunakan prinsip make to order, yakni merencanakan produksi sesuai dengan daftar permintaan yang dikirimkan. Customer / distributor tersebut mengirimkan permintaan/order bulanan, mingguan, dan harian ke pabrik melalui email.
dilakukan proses pre-cooling. Setelah susu mencapai suhu tertentu yang sudah ditentukan kemudian susu hasil ultrapasteurisasi masuk ke tangki penyimpanan sementara sebelum ke proses pengemasan. Kegiatan selanjutnya adalah proses pengemasan, dimulai dari proses persiapan kertas kemasan dan karton, kemudian proses pengisian produk susu dari tangki penyimpanan sementara ke kemasan dengan ukuran 1000 ml. Setelah produk terkemas kemudian produk dimasukkan ke kemasan sekunder berupa karton dan selanjutnya disimpan di gudang sementara dengan suhu penyimpanan yang telah ditentukan untuk selanjutnya dikirim ke customer institusi atau distributor. Adapun diagram alir proses pembuatan susu ultrapasteurisasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Distributor
Distributor merupakan anggota rantai pasok yang berperan dalam memasarkan dan mendistribusikan produk ke konsumen retail ataupun retailer sampai selanjutnya produk sampai pada konsumen perorangan. Distributor perusahaan ini bukan bagian dari perusahaan melainnya pihak kedua yang menjalin kemitraan dengan marketing perusahaan. Produk jadi dari pabrik dikirim ke distributor maupun pelanggan institusi atas sepengetahuan pihak marketing. Pihak pabrik berkewajiban untuk memantau dan mengawasi proses distribusi produk hingga ke konsumen, sehingga telah ditetapkan standar pendistribusian produk terutama pengkondisian suhu atau rantai dingin saat transportasi maupun saat penyimpanan.
d. Konsumen
Susu segar umumnya dikonsumsi langsung sebagai minuman hangat dan juga dingin atau dapat dicampurkan dengan bahan tambahan lainnya. Selain dapat dikonsumsi langsung sebagai minuman oleh konsumennya, tidak sedikit produk olahan makanan dan minuman yang berbahan dasar susu segar. Misalnya kue, cappucino, pasta, yogurth, dan lain sebagainya. Susu segar dalam jumlah banyak dan kualitas tinggi selain umumnya banyak digunakan oleh produsen makanan dan minuman seperti cafe dan restoran maupun bakery. Besarnya konsumsi susu pasteurisasi full cream ini tidak hanya di dalam negeri namun juga di negara – negara Asia lainnya seperti China, Malaysia, Hongkong, Singapura dan sebagainya. Sehingga selain memenuhi pasar lokal produk susu segar ultrapasteurisasi berkualitas tinggi ini juga dipasarkan ke sejumlah negara tersebut.
Mekanisme Aliran Rantai Pasok
Unit
Gambar 13 Aliran rantai pasok secara umum pada perusahaan
Keterangan:
Aliran informasi terjadi pada semua pihak dalam rantai pasok. Pihak distributor melalui marketing menyampaikan permintaan atau order kepada industri melalui email yang digunakan sebagai dasar perencanaan produksi karena perusahaan menggunakan sistem make to order. Customer dan customer institusi melalui Marketing mengirimkan daftar permintaan bulanan, mingguan, dan harian ke pabrik atau industri pengolahan susu. Sistemnya adalah dengan mengirim daftar order bulan 1, dan mengirimkan forcast PO 5 bulan mendatang. Tujuan dibuat forcast 5 bulan mendatang adalah untuk antisipasi pemesanan bahan baku penunjang yang tidak dapat langsung dikirim. Atau untuk estimasi order baku penunjang yang lead time-nya melebihi 2 bulan. Setelah rencana daftar order diterima, kemudian dilakukan kalkulasi apakah baku penunjang dan bahan baku utama akan mampu memenuhi permintaan tersebut. Untuk membuat kalkulasi jumlah order yang dapat dipenuhi harus memperhatikan beberapa faktor diantaranya : kapasitas produksi, fresh milk requirement, supply susu, dan material penunjang. Lalu dihasilkan data besar permintaan yang dapat dipenuhi, jika ada pengurangan (produksi tidak sebesar daftar permintaan) maka disampaikan ke customer / marketing berapa banyak (persen tiap jenis produk) yang harus dikurangi. Maka customer / marketing menginformasikan revisi permintaan produk setelah pengurangan. Jika terjadi produksi susu berlebih dari dairy farm maka akan diinfokan kepada konsumen akan menambah order atau tidak, jika tidak maka kelebihan susu akan dialihkan untuk produksi produk – produk dengan shelf life lebih panjang, seperti UHT, atau keju mozzarella dan mengurangi order suplai susu segar dari KUD / MCC. Data ini yang akan digunakan oleh planner untuk membuat rencana produksi. Rencana produksi dibuat dalam bentuk bulanan, mingguan, dan harian. Rencana produksi harian dibuat untuk 3 hari ke depan. Setelah produksi selesai dan produk siap dikirim dokumen produk disiapkan oleh logistik untuk keperluan pengiriman dan informasi untuk keperluan distribusi dan untuk disampaikan ke distributor atau customer yang menerima produk.
Hasil Identifikasi Risiko Rantai Pasok
Identifikasi risiko merupakan tahapan pertama dalam manajemen risiko. Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan FMEA, yang meliputi elemen-elemen dasar sebagai berikut :
Tahapan proses/input, didefinisikan sebagai tahapan proses yang terjadi pada setiap rantai proses (peternakan, proses produksi, penggudangan, hingga distribusi)
Risiko, didefinisikan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian pada setiap proses/kegiatan tertentu.
Dampak risiko, didefinisikan sebagai dampak risiko potensial jika risiko tersebut terjadi pada suatu rantai proses tertentu, yang akan diukur dengan nilai severity.
Penyebab risiko, didefinisikan sebagai penyebab terjadinya risiko potensial pada setiap rantai kegiatan.
Probabilitas, didefinisikan sebagai tingkat kejadian risiko potensial yang diukur dengan nilai Occurence.
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan
No Kegiatan No.
Risiko
Risiko Dampak Penyebab
1 Penerimaan
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Terkait nutrisi pakan ternak
2 Risiko cemaran mikrobiologi (TPC melebihi standar yang sudah ditentukan)
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Sanitasi kurang optimal
3 Kontaminasi logam berat
Tidak dapat dilanjutkan keproses selanjutnya
Kontaminasi dari sumber suplai 4 Kontaminasi aflatoksin
dan antibiotik
Susu segar tidak dapat digunakan / reject
Berkaitan dengan kesehatan ternak, kontaminasi sumber suplai
5 Kontaminasi pengotor seperti debu, pasir, kayu, bulu, dsb
Jika suhu lebih rendah dan atau aliran lebih cepat menyebabkan pertumbuhan mikroba meningkat
Terlalu tinggi / terlalu rendah suhu: Suplai steam dari utilitas bermasalah
7 Timbul kerak pada fouling
Kerak dapat masuk ke produk dan menurunkan kualitas produk
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan (lanjutan) 8 Flowrate tidak sesuai
standar, dapat terlalu cepat atau terlalu lambat
Jika aliran terlalu lambat dan pemanasan suhu terlalu tinggi
menyebabkan kerusakan pada produk
Aliran susu tidak sesuai karena adanya masalah equipment masalah pada aliran
sebelumnya dan monitoring aliran masih manual, alat tidak terkalibrasi secara baik
3 Separasi 9 Karakteristik fisiko kimia kurang memenuhi standar yang ditentukan
Kualitas produk menurun Konten susu segar kurang sesuai dan atau setting separator kurang sesuai
Suplai es dari utilitas
bermasalah dan atau distribusi suplai es bermasalah
5 Pre cooling dan atau cooling
11 Suhu optimum tidak tercapai
Kontaminasi mikrobiologi
pertumbuhan bakteri patogen dan non patogen shg kualitas produk
menurun
Suplai es dari utilitas
bermasalah dan atau distribusi suplai es bermasalah
6 Persiapan kertas kemasan
12 Susunan kemasan tidak tepat
Penumpukan packaging di mesin filling
Pemasangan tidak sesuai standar
7 Bottom Sealing 13 Risiko kebocoran seal Produk rusak, Waktu produksi lebih lama dari yang seharusnya
Maintanance kurang optimal
Tabel 6 Model identifikasi risiko subsistem pemrosesan dan pengemasan (lanjutan) 15 Kontaminasi
mikrobiologi
Produk rusak Faktor lingkungan
9 Spraying H2O2 16 Ketidaksesuaian flow spray dan penyebaran H2O2
Produk rusak Monitoring kurang optimal
17 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Konsentrasi peroksida tidak
tercapai
18 Kontaminasi oli Produk rusak Filter rusak
10 UV sterilisasi 19 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Lampu UV off
11 Cooling at THE 20 Kontaminasi mikrobiologi
Produk rusak Cleaning sanitasi tidak optimum
12 Filling dan top sealing
21 Kontaminasi
mikrobiologi patogen
Hasil Penilaian Risiko Rantai Pasok
Input fuzzy yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan aturan-aturan fuzzy (IF-THEN rule). Variabel input yang digunakan yaitu severity (S), occurence (O) dan detection (D), dengan tujuh tingkatan kategori linguistik, sehingga diperoleh 343 kombinasi basis aturan fuzzy, seperti pada Lampiran 1. Penyusunan basis aturan fuzzy (IF-THEN rule) ini disusun berdasarkan pendapat pakar yang diintegrasikan dengan observasi lapang dan studi literatur mempertimbangkan bahwa nilai severity merupakan input yang paling menentukan untuk nilai fuzzy RPN, sehingga jika nilai Severity (S) adalah Sangat Tinggi (ST) maka nilai fuzzy RPN juga berada dalam kategori Sangat Tinggi (ST), berapapun nilai Occurence (O) dan Detection (O) yang diperoleh. Nilai fuzzy RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat risiko yang prioritas untuk ditangani. Nilai fuzzy RPN yang tinggi menunjukkan bahwa risiko tersebut lebih prioritas untuk ditangani. Hasil penilaian pakar terhadap risiko kegiatan distribusi dan transpotasi yang telah teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 7 Hasil penilaian pakar seluruh kegiatan rantai pasok dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7 Hasil penilaian pakar terhadap risiko kegiatan distribusi dan transpotasi No Kegiatan No.
Hasil penilaian risiko pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kejadian risiko untuk subsistem peternakan yang prioritas untuk ditangani karena memiliki nilai fuzzy RPN tinggi adalah risiko ternak sakit dan terserang bakteri patogen, penularan penyakit ke ternak lain, haet stress pada hewan ternak (725), cemaran mikrobiologi, fisiko kimia saat proses pemerahan (850), Kualitas bahan pakan tidak homogen (550), frekuensi kelahiran sapi kurang optimal (400), suplai air kurang mencukupi (334), dan ketersediaan air untuk membersihkan kandang kurang mencukupi (275). Risiko potensial umumnya terjadi karena kebersihan dan sanitasi kurang optimal sehingga memicu pertumbuhan mikroorganisme patogen yang dapat menyerang kesehatan hewan. Kemudian adanya potensi cemaran pada kegiatan pemerahan juga disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan pada proses dan lingkungan pemerahan yang kurang optimal. Sehingga untuk pencegahannya perlu adanya pengecekan ulang terhadap keadaan ternak, mesin pemerahan, dan lingkungan sekitar sesaat akan dilakukan proses pemerahan. Menurut (Driehuis 2008) pengendalian kontaminasi harus dilakukan dengan meminimisasi adanya sumber kontaminan di lingkungan peternakan, minimisasi transmisi mikrobial, dan melakukan langkah – langkah pencegahan pertumbuhan mikroba berbahaya di lingkungan pemerahan, serta menjaga hiegienitas fasilitas dan operasi pemerahan. Tabel 8 Hasil penilaian risiko subsistem peternakan
No. Kegiatan No.
1 Kualitas bahan pakan (tebon jagung) tidak homogen
550 HT
2 Pembersihan kandang
2 Ketersediaan air untuk membersihkan kandang
4 Pemeliharaan 4 Ternak sakit, terserang bakteri patogen
725 T
5 Penularan penyakit ke ternak lain
9 Kontaminasi benda asing (air, pasir, bulu, dsb)
850 ST
ini mempunya potensial risiko dengan rata – rata nilai Tinggi hingga Sangat Tinggi. Hal ini menunjukkan dalam proses produksi memerlukan kontrol proses yang ketat. Perusahaan pun telah membuat regulasi penanganan bahaya dari risiko – risiko yang berpotensial besar terjadi dan merugikan. Mitigasi dan penanganan yang telah dibuat oleh perusahaan terhadap risiko – risiko potensial pada kegiatan proses produksi mengacu pada penjaminan mutu dan keamanan pangan. Sehingga telah ditetapkan titik – titik kritis proses yang harus dikontrol dan dijaga kondisi optimumnya pada setiap kegiatan produksi mulai dari penerimaan bahan baku, proses pengemasan hingga produk jadi. Regulasi untuk pencegahan dan penangan proses yang telah ada menjadi dasar untuk membuat langkah mitigasi risiko rantai pasok pada subsistem ini untuk setiap kegiatannya yang mengandung risiko potensial.
Pada kegiatan proses produksi, risiko tertinggi terjadi kontaminasi baik kontaminasi benda asing, kimia berbahaya, maupun mikrobiologi berbahaya dengan besar nilai risiko 850 yang berarti risiko Sangat Tinggi sehingga potensi risiko ini menjadi titik berat yang harus segera dibuat langkah mitigasinya. Adanya potensi risiko ini berdasarkan hasil evaluasi risiko diperoleh bahwa pengaruh utama adalah sanitasi dan kesehatan hewan ternak. Kemudian untuk risiko kontaminasi benda asing seperti pengotor, debu, pasir, kayu disebabkan oleh kontaminasi dari sumber suplai, kerusakan filter, dan sanitasi proses transfer bahan baku. Adanya risiko di rantai proses ini berhubungan dengan risiko yang terjadi di rantai sebelumnya, yaitu kegiatan peternakan. Jika susu segar tidak sesuai standar yang dipersyaratkan, maka tidak dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya. Kemudian untuk potensi risiko kontaminasi pada kegiatan pengemasan dan risiko ketidaksesuaian kondisi proses berdasarkan hasil evaluasi, dipengaruhi oleh kurang optimalnya monitoring pada proses. Adanya risiko pada rantai proses ini akan berpengaruh untuk rantai proses selanjutnya jika tidak mendapat langkah pencegahan.
Tabel 9 Hasil penilaian risiko subsistem pemrosesan
No. Kegiatan Risiko No. Risiko Nilai
FRPN
Kategori Risiko 1 Penerimaan suplai
Tabel 9 Hasil penilaian risiko subsistem pemrosesan (lanjutan)
6 Suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi
11 Suhu optimum tidak tercapai
601 HT
6 Persiapan kertas kemasan
12 Susunan kemasan tidak tepat
334 S
7 Bottom Sealing 13 Risiko kebocoran seal 10 UV sterilisasi 19 Kontaminasi
mikrobiologi
850 ST
11 Cooling at THE 20 Kontaminasi mikrobiologi
850 ST
12 Filling dan top sealing 21 Kontaminasi mikrobiologi patogen
Hasil evaluasi risiko pada sub sistem kegiatan penyimpanan dan penggudangan menunjukan bahwa pada ketiga kegiatan proses utamanya menunjukan potensial risiko yang Sedang. Dari hasil wawancara maupun observasi lapangan, diperoleh informasi bahwa potensial risiko tertinggi yang harus di kendalikan adalah ketidaksesuaian suhu ruang penyimpanan (334). Untuk mengatasi hal ini sudah dibuat sebuat alat deteksi suhu ruang penyimpanan yang jika terjadi penyimpangan akan secara otomatis mengirimkan pesan ke staf terkait untuk segera ditindaklanjuti. Namun dari evaluasi risiko, masih terdapat potensi risiko lain yang perlu untuk ditangani juga yaitu risiko penyimpanan yang tidak bersi, serangan hama, kemudian risiko kekeliruan dokumen dan risiko kecelakaan saat pengiriman produk antar gudang. Keempat risiko tersebut berpotensi terjadi saat monitoring pada setiap kegiatannya kurang optimal. Berikut hasil penilaian risiko pada kegiatan penyimpanan dan penggudangan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil penilaian risiko subsistem penyimpanan dan penggudangan
No Kegiatan No.
2 risiko penyimpanan tidak bersih
5 kejadian tak terduga di jalan, serta risiko kecelakaan
334 S
Tabel 11 Hasil penilaian risiko untuk kegiatan distribusi dan transportasi. atau lebih lambat dari yang dijadwalkan
9 Risiko kerusakan atau kebocoran pack
850 ST
10 Susu basi, asam, serta menggumpal
850 ST
Tabel 12 Hasil penilaian risiko pada kegiatan perencanaan dan penjadwalan
2 Rencana pemesanan bahan baku
Mitigasi Risiko Rantai Pasok
Berdasarkan hasil penilaian risiko dengan metode Fuzzy Failure Mode And Effect Analysis terdapat sejumlah risiko dengan kategori Sedang sampai Sangat Tinggi yang menjadi prioritas untuk dilakukan mitigasi. Hasil identifikasi upaya mitigasi terhadap risiko – risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Risiko bernilai Tinggi (725) pada subsitem peternakan yang cukup menjadi perhatian yaitu, risiko ternak sakit dan risiko adanya penularan penyakit ke ternak lainnya. Jika ternak yang terserang penyakit cukup banyak dapat menurunkan produksi susu segar. Hal ini dapat mengancam kestabilan suplai bahan baku utama. Perlu adanya langkah pencegahan agar risiko ini tidak terjadi. Upaya mitigasi yang telah dan sedang dijalankan oleh perusahaan adalah memonitoring kesehatan hewan ternak secara berkala, monitoring sanitasi, dan mengisolasi ternak sakit dan segera dilakukan pengobatan untuk mencagah terjadinya penularan penyakit. Sebagai peternakan modern, perusahaan telah memiliki sistem dan manajemen yang sangat baik untuk mengelola peternakan termasuk menjaga agar ternak tetap dalam kondisi sehat dan produktif.
komoditas pertanian termasuk susu segar yang rentan terhadap serangan mikroorganisme.
Adanya kontaminasi mikrobiologi selain merusak kualitas susu segar juga dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi, terlebih jika terdapat bakteri patogen di dalamnya. Kontaminasi mikrobiologi juga menjadi ancaman yang serius untuk produk pangan termasuk susu pasteurisasi. Jika risiko terjadi dan terdeteksi bahwa produk tercemar mikroorganisme patogen atau produk mengandung koloni mikroba melebihi standar, maka seluruh produk dalam periode produksi tersebut tidak dapat digunakan lagi. Hal ini akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan produk, sehingga mengganggu kestabilan rantai pasokannya. Ketika kontaminasi mikrobiologi berbahaya tidak terdeteksi hingga produk dipasarkan, dan dampak bahayanya diterima oleh konsumen, maka akan lebih merugikan perusahaan karena menimbulkan citra yang buruk dan permintaan produk akan sangat menurun.
Perusahaan tentu sudah menetapkan standar maksimal koloni mikroorganisme yang dapat diterima, baik untuk susu segar mentah maupun produk pada setiap tahapan proses. Standar kualitas susu segar dan produk pasteurisasi PT. GI dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan standar tersebut kemudian telah ditetapkan kondisi proses yang paling optimal. Perusahaan telah mengatur semua prosedur untuk menjaga agar risiko kontaminasi mikroorganisme tidak terjadi, dengan mengacu pada jaminan mutu dan keamanan pangan. Berdasarkan hal tersebut maka, mitigasi yang dapat dilakukan untuk mencegah agar risiko ini tidak terjadi adalah dengan mengotimalkan monitoring terhadap kondisi disetiap proses produksi yang rentan dengan kontaminasi mikroorganisme, mulai dari peternakan, penerimaan susu segar, proses produksi (pasteurisasi), hingga pengemasan dan produk jadi, dan juga mengoptimalkan monitoring sanitasi dan kebersihan lingkungan, serta mengoptimalkan monitoring terhadap proses pembersihan alat – alat produksi. Seperti yang dikatakan Elmoslemany et al. (2009), hal penting yang menjadi perhatian pada sistem pemerahan adalah faktor kebersihan pada kualitas hiegene tangki penerimaan susu segar. Langkah pencegahan yang juga telah diterapkan adalah dengan menguji sampel susu segar dan juga produk disetiap proses. Hal ini untuk memastikan produk yang dihasilkan dalam kondisi baik.
proses pembersihan alat – alat produksi, dan mengoptimalkan sanitasi dan kebersihan lingkungan sekitar.
Selain itu juga terdapat risiko kontaminasi benda asing, seperti debu, pasir, kayu, rambut atau bulu. Kontaminasi ini juga berbahaya jika tidak terdeteksi oleh sistem, walaupun bahayanya tidak sebesar kontaminasi mikrobiolgi dan bahan kimia. Risiko ini berdasarkan penilaian risiko termasuk pada kategori Tinggi (725). Risiko ini dapat diminimalisir dengan berbagai perlakuan proses, seperti dilakukan dua kali penyaringan susu segar sebelum masuk ke tangki penerimaan di unit proses. Setelah susu segar masuk ke proses produksi, sebelum dilakukan termisasi susu segar melalui proses separasi agar benda asing yang mungkin masih ada pada susu segar dapat terpisah. Kemudian dalam proses produksi terdapat risiko ketidaksesuaian kondisi proses. Risiko ini dapat terjadi pada kegiatan termisasi, ultrapasteurisasi. Pada proses ini rentan tidak tercapai suhu optimumnya karena suplai uap panas yang tidak stabil. Demikian juga dengan pada penyimpanan (334), penyimpanan sementara dan proses cooling dan pre-cooling yang memerlukan perlakuan suhu rendah, juga berisiko tinggi tidak tercapainya suhu optimum yang dibutuhkan karena suplai es tidak stabil. Akan sangat berbahaya jika proses – proses ini tidak luput dari pengawasan, seluruh produk selama setu periode produksi akan mudah rusak dan tidak terpakai. Perlu adanya langkah pencegahan untuk menghindari risiko tersebut. Langkah mitigasi yang dapat dilakukan beberapa diantaranya adalah pemantauan lebih ketat selama proses, Kalibrasi alat, dan mengoptimalkan kontrol aliran steam melalui alat pressure transmitter jika diketahui akan ada penurunan suplai steam akan dikoordinasikan dengan pihak utilitas, dan mengoptimalkan kontrol aliran es dari utilitas.
Serangan hama pada kegiatan penyimpanan merupakan salah satu risiko dengan kategori Sedang (334). Hama tersebut dapat berkembang biak dan menimbulkan kerusakan pada produk di gudang penyimpanan. Mengingat, perusahaan telah memiliki manajemen pest control yang sudah berjalan dengan baik. Mitigasi untuk menghindari risiko ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan manajemen pest control yang sudah dilaksanakan. Risiko selanjutnya dengan kategori Sangat Tinggi (850) adalah risiko kecelakaaan dan bencana alam yang dapat terjadi pada proses transportasi dan distribusi. Risiko ini dapat dihindari dengan beberapa alternatif seperti mempersiapkan armada pengiriman sebaik mungkin, memprediksi kondisi cuaca dan ilkim (kemungkinan terjadinya bencana alam di rute tertentu), mengoptimalkan penggunaan GPS tracking untuk memantau jalannya transportasi.
Tabel 13 Upaya Mitigasi Risiko Rantai Pasok
1 Risiko kontaminasi mikrobiologi melebihi standar minimal TPC dan kontaminasi mikroorganisme
patogen pada masing - masing proses
Pemerahan 850 ST Mengoptimalkan monitoring pembersihan peralatan proses, monitoring sanitasi, monitoring kondisi proses dan dilakukan uji laboratorium secara berkala Penerimaan susu
dari DF
Proses produksi Pengemasan 2 Kontaminasi logam berat dan kimia
berbahaya lainnya
Pemerahan 850 ST Uji laboratorium, mengoptimalkan monitoring pembersihan peralatan proses, monitoring sanitasi, dan monitoring terhadap proses
Penerimaan susu dari Unit
peternakan pengemasan 3 kontaminasi pengotor (debu, kayu,
bulu, dsb)
Pemerahan 725 T Dilakukan proses separasi untuk memisahkan pengotornya
penerimaan susu DF
Dilakukan 2 jenis filtrasi sebelum masuk ke tangki penerimaan di perusahaan
4 Ketidaksesuaian kondisi proses (kondisi proses tidak optimal)
Tabel 13 Upaya Mitigasi Risiko Rantai Pasok (lanjutan) Penyimpanan produk
334 S Mengoptimalkan kerja kontrol suhu otomatis secara online disetiap tempat penyimpanan dan kontainer pengiriman
5 Serangan hama Penyimpanan
produk
334 S Pengoptimalan pest management 6 Kecelakaan dan bencana alam Distribusi dan
transportasi
850 ST Persiapan armada pengiriman sebaik mungkin, Prediksi kondisi cuaca dan ilkim (kemungkinan terjadinya bencana alam di rute tertentu), Pengoptimalan penggunaan GPS tracking untuk memantau transportasi
7 Kerusakan produk atau kebocoran pack
Distribusi 850 ST Optimalisasi strategi dan teknik penanganan produk sampai ke konsumen, dan dilakukan monitoring terhadap sistem penangan produk hingga ke konsumen
8 Ternak sakit dan penularan penyakit Pemeliharaan ternak
Rancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis
Pada perangkat lunak pendukung ini menggunakan bahasa pemrograman Java, dirancang dalam sebuah program dengan nama Risk Analys Application. Aliran data pada sistem ini digambarkan pada Data Flow Diagram (DFD) level 0 dan level 1 yang dapat dilihat pada Lampiran 6 DFD tersebut menggambarkan bagaimana sistem bekerja tanpa melihat lingkungan fisiknya, sehingga dapat digambarkan aliran data dan informasi dalam sistem ini. DFD level 0 dijelaskan secara lebih rinci pada DFD level 1, keduanya disusun dengan aplikasi Visio. Sistem dan aplikasi yang dibangun diharapkan dapat memudahkan manajemen perusahaan untuk melakukan penilaian dan analisis risiko rantai pasok. Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak dan cara instalasi paket program ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
Verifikasi dan Validasi Model
Menurut Sargent (2007) verifikasi adalah proses pemeriksaan kesesuaian logika operasional model (program komputer) dengan logika diagram alur. Sedangkan, validasi adalah menentukan apakah program yang dirancang telah sesuai dengan input dan output model yang telah dirancang. Menurut Adhi (2014) verifikasi dan validasi digunakan untuk membuktikan bahwa model yang dibangun telah sesuai dengan perancangan. Tahapan verifikasi diperlukan untuk menentukan kelayakan sistem, validasi bertujuan menentukan dan menguji keakuratan sistem. Proses verifikasi sistem ini dilakukan dengan perbandingan hasil operasi pada perangkat lunak dan membandingkannya dengan perhitungan manual untuk model yang dirancang.
Pengguna akan memasuki halaman utama sistem, saat program ini dijalankan. Halaman utama sistem dapat dilihat pada Gambar 14, yang mengantarkan kepada subsistem – subsistem lain pada perangkat lunak ini. Pada perangkat lunak ini terdiri dari dua subsistem, yaitu subsistem informasi agroindustri susu pasteurisasi dan subsistem perhitungan nilai risiko.
Subsistem informasi agroindustri susu pasteurisasi
Subsistem ini terdiri dari informasi umum tentang sistem yang dibangun. Bagian informasi sistem merupakan halaman yang menerangkan informasi tentang perangkat lunak dan pengembangnya. Tampilan informasi umum mengenai sistem dapat dilihat pada Gambar 15. Selanjutnya ada bagian informasi mekanisme rantai pasok susu pasteurisasi pada agroindustri yang terintegrasi. Bagian informasi mekanisme rantai pasok menampilkan struktur dan mekanisme rantai pasok agroindustri susu pasteurisasi serta aktivitas yang ada di dalamnya. Tampilan informasi mekanisme rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 16. Kemudian terdapat bagian informasi contoh hasil perhitungan risiko rantai pasok. Bagian ini memberikan informasi mengenai contoh hasil perhitungan risiko pada salah satu kegiatan rantai pasok di PT. GI. Tampilan informasi ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Subsistem perhitungan nilai risiko
Pada subsistem ditampilkan halaman perhitungan nilai risiko rantai pasok, dimana pengguna dapat memasukkan inputan risko apa yang hendak dinilai, kemudian memasukkan nilai input variabel (Severity, Ooccurrence, dan Detection). Sehingga pada sistem akan ditampilkan nilai output dari risiko tersebut beserta kategori risikonya. Adanya sistem ini akan memudahkan pengguna untuk melakukan evaluasi risiko, dan menentukan mitigasi risiko rantai pasok khususnya rantai pasok susu pasteurisasi pada agroindustri yang terintegrasi. Tampilan subsistem perhitungan nilai risiko rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 17 Contoh hasil perhitungan risiko rantai pasok
Implikasi Manajerial
Model penilaian risiko rantai pasok yang telah dibuat mampu menganalisis nilai risiko di setiap kegiatan rantai pasok. Hasil penilaian risiko ini cukup merepresentasikan besar risiko – risiko rantai pasok di PT. GI. Perusahaan dapat menjadikan hasil penilaian risiko ini sebagai bahan acuan untuk mengevaluasi risiko – risiko rantai pasok yang dapat menghambat operasional rantai pasok serta mengganggu kestabilan suplai bahan baku maupun produk ke konsumen. Berdasarkan analisis nilai risiko dapat diketahui risiko mana saja yang menjadi prioritas untuk ditangani dengan telah disertakan alternatif upaya mitigasi yang dapat dilakukan perusahaan (secara umum). Upaya mitigasi sebaiknya dibuat sedetail mungkin dielaborasikan dengan hasil identifkasi risiko dan penyebabnya disetiap rantai proses, sehingga didapatkan langkah mitigasi yang lebih detail dan bersifat lebih operasional yang dapat lebih memudahkan pengambilan keputusan terkait mitigasi risiko. Seluruh anggota rantai pasok seperti pemasok, unit pemrosesan, dan distributor dapat berperan aktif dalam melaksanakan upaya mitigasi maupun mengoptimalkan upaya mitigasi yang selama ini telah perusahaan jalankan. Pelaksanaan upaya mitigasi secara lebih optimal diharapkan dapat mereduksi risiko – risiko potensial bahkan menghilangkan risiko – risiko tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan