• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok pada UD. Kreasi Lutvi. dengan Pendekatan House Of Risk (HOR) TUGAS SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok pada UD. Kreasi Lutvi. dengan Pendekatan House Of Risk (HOR) TUGAS SARJANA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok pada UD. Kreasi Lutvi dengan Pendekatan House Of Risk (HOR)

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

GINA LATHIFAH 160403064

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Judul : Analisis dan Mitigasi Rantai Pasok pada UD. Kreasi Lutvi dengan Pendekatan House of Risk (HOR)

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 27 Juli 2021

Gina Lathifah NIM.160403064

(6)

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir ini telah selesai tepat pada waktunya.

Tugas sarjana merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok pada UD. Kreasi Lutvi dengan Pendekatan House Of Risk (HOR).

Penulisan tugas sarjana dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah provinsi Sumatera Utara. Data – data, proses yang terjadi serta hasil penelitian yang telah dibuat oleh penulis dalam tugas sarjana diharapkan dapat menjadi literatur dan informasi pendukung agar dapat digunakan untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya.

Akhirnya, peneliti ini berharap tugas sarjana ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS,

MEDAN, JULI 2021 GINA LATHIFAH

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta Kedua Orangtua yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi, baik berupa dukungan moril, doa maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Penulisan Tugas Sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, karena atas kuasa-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

2. Kepada diri saya sendiri yang telah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam mengerjakannya. Terimakasih.

3. Kedua Orang tua yang selalu mendukung saya baik secara moril maupun materil dan mendoakan penulis selama pelaksanan tugas sarjana.

4. Ibu Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, MT, IPM sebagai Ketua Departemen dan Bapak Buchari, ST, M.Kes, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan pelaksanaan tugas sarjana.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku koordinator tugas sarjana yang telah memberi saran dan masukan untuk laporan tugas sarjana.

(8)

memberikan saran dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.

7. Pihak UD. Kreasi Lutvi yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan data yang mendukung penelitian tugas sarjana.

8. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dengan memberikan ilmu teknik industri selama perkuliahan.

9. Staf pegawai Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Bang Tumijo, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, Bang Eddy, Kak Neneng, Kak Ester, dan Kak Mia.

10. Sahabat terbaik selama kuliah: AMC (Minyo dan Bunun), yang selalu mendukung saya dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

11. Mew Suppasit Jongcheveevat, Tay Tawan Vihokratana, dan Cha Jun Ho yang menjadi bagian dari motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Rekan seperjuangan yang satu dosen pembimbing, Bezaleel Gabriel Saragih, Lufia Ulva Hutapea, Yolanda Putri dan Desmar Saputra yang telah memberikan dukungan motivasi dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana Ini.

13. Teman-teman seperjuangan penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khususnya teman-teman angkatan 2016 (FIERLAS) yang tidak

(9)

dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas sarjana ini.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

MEDAN, JULI 2021 GINA LATHIFAH

(10)

UD. Kreasi Lutvi adalah salah satu perusahaan di bidang industri makanan yang memproduksi keripik singkong. UD. Kreasi Lutvi sering mengalami kendala dalam aktivitas rantai pasok seperti keterlambatan penerimaan bahan baku dari supplier, keterlambatan pemenuhan order (late order) dan tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan sesuai jadwal (non perfect order). Hal ini tentu mengakibatkan UD. Kreasi Lutvi mengalami kerugian dari segi waktu maupun biaya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisa risiko dan rancangan strategi mitigasi risiko, untuk meminimalisasi risiko atau gangguan yang berpeluang timbul pada aktivitas supply chain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prioritas risiko mana yang harus dikelola lebih lanjut untuk dilakukan mitigasi risiko menggunakan House of Risk (HOR) yaitu tools untuk menentukan prioritas dari strategi penanganan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara berupa form penilaian kepada pihak UD.Kreasi Lutvi. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukannya 24 risk event dan 24 risk agent, terdapat 5 penyebab risiko dominan yaitu faktor internal perusahaan, bencana alam, permintaan mendadak, terbatasnya alat angkut/sarana transportasi, faktor jarak dan komunikasi perusahaan dengan konsumen. Didapatkan aksi mitigasi yang direncanakan yaitu mengelola manajemen persediaan, mempererat kerjasama, kolaborasi dan informasi antar bagian dalam perusahaan, menjaga komunikasi dengan konsumen untuk pelayanan prima dalam mengatasi komplain atau keluhan pelanggan, menambah moda transportasi alat angkut dan mengelola manajemen transportasi dan mempersiapkan kesiapsiagaan terhadap bencana alam.

Kata kunci :Late Order, Supply Chain, House of Risk, Risk Event, Risk Agent

(11)

ABSTRACT

UD. Kreasi Lutvi is one of the companies in the food industry that produces cassava chips. UD. Lutvi's creations often experience problems in supply chain activities such as delays in receiving raw materials from suppliers, delays in order fulfillment (late orders) and non-fulfillment of order deliveries according to schedule (non-perfect orders). This of course resulted in UD. Lutvi's creations suffered losses in terms of time and cost. Therefore, it is necessary to carry out risk analysis and design risk mitigation strategies, to minimize risks or disruptions that may arise in supply chain activities. This study aims to determine which risk priorities must be managed further for risk mitigation using the House of Risk (HOR), which is a tool to determine the priority of the handling strategy.

This research was conducted using an interview method in the form of an assessment form to the UD.Kreasi Lutvi. The results of this study are the discovery of24 risk events and 24 risk agentsThere are 5 dominant risk causes, namely internal company factors, natural disasters, sudden requests, limited means of transportation/transportation facilities, distance factors and company communication with consumers. ObtainedThe planned mitigation actions are managing inventory management, strengthening cooperation, collaboration and information between departments within the company, maintaining communication with consumers for excellent service in overcoming customer complaints or complaints, adding modes of transportation for transportation equipment and managing transportation management and preparing preparedness for natural disasters.

Keywords: Late Order, Supply Chain, House of Risk, Risk Event, Risk Agent

(12)

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-6 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... 1-7 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-8

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-3 2.6. Struktur Organisasi... II-4 2.7. Proses Produksi ... II-4 2.7.1. Bahan yang Digunakan ... II-5 2.7.1.1. Bahan Baku ... II-5

(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.7.1.2. Bahan Tambahan ... II-5 2.7.1.3. Bahan Penolong ... II-5 2.7.2. Uraian Proses... II-6

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengertian Supply Chain ... III-1 3.1.1. Supply Chain Management (SCM) ... III-2 3.2. Pola Aliran ... III-3 3.2.1. Metode Pengukuran Risiko ... III-5 3.3. Rincian Bagian/Departemen ... III-7 3.4. House of Risk (HOR)... III-9 3.4.1. House of Risk 1 (HOR 1) ... III-12 3.4.2. House of Risk 2 (HOR 2) ... III-14 3.5. Diagram Pareto ... III-15

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-8 4.8. Instrumen Penelitian ... IV-8 4.9. Pengolahan Data ... IV-8 4.10. Analisa dan Pembahasan ... IV-9 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-10

(14)

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain ... V-1 5.1.2. Identifikasi Risiko ... V-3 5.1.2.1. Kejadian Risiko (Risk Event) ... V-3 5.1.2.2. Agen Risiko (Risk Agent) ... V-5 5.1.2.3. Penilaian Risiko ... V-6 5.2. Pengolahan Data dan Analisis ... V-14 5.2.1. Analisis Risiko ... V-14

5.2.1.1. Perhitungan Agregate Risk Potential

(ARP) ... V-14 5.2.1.2. House of Risk I ... V-15 5.2.2. Evaluasi Risiko... V-15 5.2.3. Penanganan Risiko (Aksi Mitigasi) ... V-20 5.2.3.1. Aksi Mitigasi Risiko ... V-20 5.2.3.2. Penilaian Aksi Mitigasi Risiko ... V-20 5.2.3.3. Perhitungan Total Effectiveness (TEk)... V-23 5.2.3.4. Perhitungan Effectiveness to Difficulty Ratio

(ETDk) ... V-24 5.2.3.5. House of Risk Fase II ... V-25

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis House of Risk Fase I ... VI-1 6.2. Analisis House of Risk Fase II ... VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 2.2. Saran ... VII-2

(15)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

TABEL HALAMAN 3.1. Metode Pengukuran Beberapa Tipe Risiko ... II-6

4.1. Level Severity pada Form Penilaian ... IV-4 4.2. Level Occurance pada Form Penilaian ... IV-5 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian ... IV-5 4.4. Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Risiko ... IV-6 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk

Agent ... IV-6 5.1. Pemetaan Aktivitas Berdasarkan Model SCOR ... V-2 5.2. Risk Event di UD. Kreasi Lutvi... V-3 5.3. Risk Agent di UD. Kreasi Lutvi ... V-5 5.4. Makna Nilai Severity... V-7 5.5. Form Rekapitulasi Penilaian Severity ... V-8 5.6. Makna Nilai Occurance ... V-9 5.7. Penilaian Agen Risiko (Risk Agent) ... V-9 5.8. Makna Nilai Relationship ... V-11 5.9. Penilaian Relationship ... V-12 5.10. Peringkat Risk Agent Potential ... V-16 5.11. Perankingan Risk Agent ... V-18 5.12. Aksi Mitigasi Risiko ... V-20 5.13. Makna Nilai Hubungan Aksi Mitigasi Risiko dengan Risk

Agent ... V-21 5.14. Penilaian Hubungan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent ... V-22 5.15. Makna Nilai Difficulty ... V-23 5.16. Penilaian Tingkat Kesulitan ... V-23 5.17. House of Risk Fase II ... V-25 5.18. Urutan Perankingan Aksi Mitigasi Risiko ... V-26 6.1. Risk Agent Prioritas ... VI-1

(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.2. Prioritas Aksi Mitigasi Risiko... VI-2

(18)

GAMBAR HALAMAN 1.1. Grafik Produksi Singkong 2016-2020 Kabupaten Deli

Serdang dan Tanah Karo ... I-3 2.1. Lokasi Perusahaan UD. Kreasi Lutvi ... II-2 2.2. Struktsur Organisasi UD. Kreasi Lutvi ... II-4 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran

yang Dikelola ... III-2 3.2. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR ... III-8 3.3. House of Risk I (HOR I) ... III-13 3.4. House of Risk II (HOR II) ... III-15 3.5. Diagram Pareto ... III-16 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-7 5.1. Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok UD. Kreasi Lutvi ... V-1 5.2. Diagram Pareto ARP Risk Agent ... V-18

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Form Penilaian Penelitian... L-1 2. Surat Kemajuan Mahasiswa (Tranksrip Nilai) ... L-2 3. Form Pengajuan Tugas Akhir ... L-3 4. Kartu Kehadiran Kuliah Umum, Seminar Hasil, Workshop, dan

Conference ... L-4 5. Form Asistensi Laporan ... L-5

(20)

1.1 Latar Belakang

Singkong merupakan produk pertanian yang cocok untuk di jadikan unit bisnis karena manfaat yang di peroleh komoditi tersebut cukup banyak dan bermanfaat. Begitu pula dengan pangsa pasar yang menggiurkan atas bahan baku singkong. Salah satu hasil olahan singkong yang paling sering kita lihat dan kita nikmati adalah keripik singkong. Keripik singkong adalah makanan ringan yang dibuat dari singkong yang diiris tipis, digoreng, dan diberi bumbu tertentu atau hanya diberi garam.

Peluang usaha keripik singkong sendiri mempunyai prospek dan pengembangan yang luas di Indonesia bahkan hingga ke pasar ekspor. Ekspor produk olahan singkong asal Sumatera Utara ke Korea Selatan terus meningkat pada masa pandemi Covid-19. Per awal November 2020, produk olahan singkong Sumatera Utara yang diekspor berjumlah 20 ton atau senilai Rp1 miliar. Angka ini menunjukkan adanya kenaikan ekspor pada tahun ini sampai 30% dibanding dari tahun kemarin.

Salah satu UMKM yang mengekspor hasil olahan singkong ke Korea Selatan adalah UD. Kreasi Lutvi. UD. Kreasi Lutvi adalah perusahaan di bidang industri makanan yang memproduksi keripik singkong. Dalam proses produksinya dari mulai bahan baku sampai hasil produksi dikirim ke konsumen, masih banyak ditemui risiko yang mengganggu kegiatan industri tersebut tidak berjalan lancar.

(21)

I-2

Risiko/hambatan tersebut salah satunya adalah keterlambatan bahan baku utama yaitu singkong. Singkong dengan kualitas yang baik sulit didapatkan karena pertumbuhan singkong terkendala dengan musim/cuaca. Kualitas singkong yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil keripik dengan kualitas yang tidak sesuai sehingga tidak layak untuk dipasarkan.

UD. Kreasi Lutvi memiliki 6 supplier tetap dan 4 supplier tambahan singkong untuk memenuhi kebutuhan bahan baku singkong. Supplier tersebut tersebar di kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo. Dalam penerimaan bahan baku, berdasarkan keterangan dari pemilik UD. Kreasi Lutvi, bahan baku sering kali mengalami terlambat sekitar 1-2 hari untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.

Keterlambatan ini disebabkan karena jumlah produksi yang tidak memenuhi jumlah order sehingga kekurangan harus dipenuhi melalui supplier lain yang tentunya membutuhkan waktu untuk mencapai jumlah kebutuhan bahan baku. Pernyataan ini selaras dengan data produksi singkong di kabupaten Deli Serdang dan Kaban Jahe yang kerap mengalami penurunan dari tahun 2016-2020. Grafik produksi singkong dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.

(22)

Sumber: Data BPS

Gambar 1.1. Grafik Produksi Singkong 2016-2020 Kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada kabupaten Deli Serdang terjadi penurunan jumlah produksi singkong dari tahun 2017-2020. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah permintaan ekspor yang meningkat.

Keterbatasan bahan baku ini menyebabkan keterlambatan penerimaan bahan baku dari supplier, keterlambatan pemenuhan order (late order) dan tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan sesuai jadwal (non perfect order). Melihat permintaan akan ekspor keripik yang meningkat, hal ini tentu dapat mengakibatkan kerugian.

Oleh sebab itu perlu dilakukan analisa risiko dan rancangan strategi mitigasi risiko, untuk meminimalisasi risiko atau gangguan yang berpeluang timbul pada supply chain.

Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem organisasi yang menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para costumer. Supply chain ini

0 50 100 150 200 250 300 350 400

2016 2017 2018 2019 2020

Grafik Produksi Singkong 2016-2020

Deli Serdang Tanah Karo

(23)

I-4

juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Proses supply meliputi proses perubahan barang tersebut, yaitu dari bahan mentah menjadi barang jadi, transformasi material menjadi produk setengah jadi dan produk jadi, serta distribusi produk jadi tersebut hingga ke customer (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Aktivitas supply chain memiliki peluang untuk timbulnya risiko. Oleh sebab itu manajemen risiko sangat diperlukan dalam penanganan risiko dengan tujuan untuk meminimisasi tingkat risiko dan dampak dari risiko tersebut (Hanafi, 2006).

Beberapa kajian tentang penelitian mitigasi risiko antara lain penelitian yang dilakukan oleh Iqbaal Ahmad Izzudin, dkk (2020) mengenai permasalahan distribusi, keterlambatan pengiriman ke konsumen, produk yang cacat sebelum dan saat pengiriman, serta sering menumpuknya stok yang ada di gudang. Metode penelitian yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner dan selanjutnya dilakukan analisis menggunakan metode house of risk (HOR), kemudian dilakukan evaluasi terhadap aksi mitigasi risiko dengan perhitungan nilai Total Effectivines of Action (TEA) dari setiap aksi mitigasi dengan mengakumulasi hasil perkalian antara Aggregate Risk Potential (ARP) tiap agen risiko dengan nilai korelasinya. Pada penelitian tersebut didapatkan 22 penyebab risiko dominan dan kemudian dibuat strategi mitigasi untuk mengurangi dampak dari 22 penyebab risiko yang dominan tersebut, sehingga dihasilkan perancangan mitigasi dari house of risk sebanyak 14 aksi mitigasi yang dirangking berdasarkan dampak paling besar terhadap kegiatan supply chain perusahaan.

(24)

Penelitian lainnya dilakukan oleh Dyah Lintang Trenggonowati, dkk (2017) terhadap aksi mitigasi risiko pada divisi pengadaan PT. XYZ. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah dengan melakukan observasi dan wawancara. Hasil dari observasi dan wawancara tersebut kemudian digunakan metode House Of Risk Fase 1 untuk menentukan sumber risiko mana yang diprioritaskan, setelah itu tahap House of Risk fase 2 untuk memberikan prioritas tindakan. Pada penelitian tersebut terdapat 24 kejadian risiko dan agen risiko pada perusahaan. Strategi mitigasi yang harus dilakukan untuk menangani prioritas agen risiko membuat kebijakan strategis pengambil keputusan (management plan), membuat acuan monitoring yang paten dan memperketat seleksi vendor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu House of Risk (HOR) untuk menentukan prioritas dari strategi penanganan. Metode ini merupakan turunan dari metode Failure Model and Effect Analysis (FMEA) untuk menyusun suatu framework dalam mengelola rantai pasok. Secara garis besar tahapan framework ini dibagi menjadi 2 fase yakni fase indentifikasi risiko (risk identification) dan fase penanganan risiko (risk treatment). Fase indentifikasi risiko adalah fase dimana kejadian risiko (risk event) dan penyebab risiko (risk agent) diidentifikasi dan diukur. Fase penanganan risiko adalah fase dimana penyebab risiko (risk agent) terpilih dari fase pertama, dinilai dengan tindakan penanganan atau aksi mitigasi risiko. Metode tersebut dirancang untuk menentukan prioritas penyebab risiko (risk agent) serta menentukan suatu strategi yang diharapkan dapat menangani dampak risiko yang timbul. Harapan dengan adanya identifikasi risiko dan mitigasi risiko pada rantai pasok proses pembuatan kripik ubi kayu, perusahaan

(25)

I-6

UD. Kreasi Lutvi dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik dan meminimalisasi kerugian yang biasa dialami serta dapat selalu bisa menyediakan produk kripik ubi kayu sampai ke konsumen akhir.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dihadapai UD. Kreasi Lutvi yaitu keterlambatan penerimaan bahan baku dari supplier, keterlambatan pemenuhan order (late order) dan tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan sesuai jadwal (non perfect order) maka perlu dilakukan analisis risiko supply chain untuk mengetahui prioritas risiko mana yang harus dikelola lebih lanjut untuk dilakukan mitigasi risiko.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum penelitian ini adalah merencanakan aksi mitigasi dari penyebab risiko dominan pada supply chain perusahaan dengan melakukan pendekatan House of Risk (HOR).

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Melakukan identifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko supply chain di UD. Kreasi Lutvi.

2. Menentukan penyebab risiko dominan pada supply chain di UD. Kreasi Lutvi.

3. Mendapatkan sejumlah rencana aksi mitigasi risiko supply chain UD.

Kreasi Lutvi.

(26)

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan mengasah kemampuan yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah dalam hal analisis mitigasi risiko supply chain menggunakan pendekatan House of Risk (HOR).

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja dari supply chain dan aksi mitigasi risiko supply chain yang dapat digunakan untuk memperbaiki performansi supply chain secara keseluruhan.

3. Mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Universitas Sumatera Utara khusunya dengan jurusan Teknik Industri USU.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup pengukuran kinerja supply chain yang diteliti di UD. Kreasi Lutvi adalah proses rantai pasok pemesanan bahan baku kripik ubi kayu dari pihak pemasok sampai ke perusahaan, dan proses produksi kripik ubi kayu sampai dikirim ke konsumen.

2. Identifikasi tahapan proses kegiatan rantai pasok menggunakan model SCOR yang terdiri dari lima proses (source, plan, make, deliver dan return) yaitu: Tahap I mengenai major processes dan Tahap II mengenai sub- processes.

(27)

I-8

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi perusahaan tidak mengalami perubahan selama proses penelitian.

2. Manajemen perusahaan tidak mengalami perubahan selama proses penelitian.

3. Kegiatan dalam rantai pasok perusahaan tidak mengalami perubahan selama proses penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukan penelitian, perumusan permasalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum, menguraikan gambaran umum perusahaan UD.

Kreasi Lutvi, sejarah perusahaan, ruang lingkup perusahaan, lokasi, daerah pemasaran, dampak sosial ekonomi terhadap lingkungan, struktur organisasi, dan proses produksi,

BAB III Landasan Teori, berisi teori mengenai Risiko, Supply Chain, Supply Chain Management, Metode House of Risk (HOR), Diagram Pareto.

BAB IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian,

(28)

rancangan penelitian, pengumpulan data, instrumen penelitian, pengolahan data, analisa dan pembahasan sampai kesimpulan dan saran.

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisikan pengumpulan data berupa data-data yang mendukung penelitian sebab akibat yang diolah sesai metode House of Risk (HOR) untuk membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI Analisis Pemecahan Masalah, berisikan hasil pengolahan data yang digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah.

BAB VII Kesimpulan dan Saran, berisikan intisari yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

UD. Kreasi Lutvi merupakan suatu perusahaan umkm yang bergerak di bidang industri makanan ringan yang memproduksi kripik singkong, berdiri pada tahun 1999. UD. Kreasi Lutvi terletak di lokasi Jl. Tunas Mekar No.285, desa Tuntungan II, Kecamatan Pancur Batu, Medan. Awal berdirinya perusahaan ini diawali oleh pemilik usaha yang membuka usaha sembako kecil-kecilan yang kemudian pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang membuat usaha yang dijalankan tidak bertahan lama dikarenakan harga barang semua naik atau terjadi inflasi. Pemilik usaha kemudian mencoba untuk membuat kripik singkong pada tahun 1999 karena saat itu singkong harganya murah.

Pada awal dimulainya usaha, singkong yang diolah hanya sebanyak 5 kg dan proses pengolahan kripik singkong masih secara manual dengan bantuan tenaga manusia. Namun karena peminat kripik singkong menjadi semakin banyak, pemilik usaha membuka toko besar untuk memasarkan produksi singkongnya dan sampai sekarang sudah berkembang pesat menjadi suatu perusahaan kripik singkong yang besar dimana sudah menembus pasar internasional.

UD. Kreasi Lutvi telah mendapat penghargaan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat dan mendapat berbagai macam penghargaan dr Provinsi Sumatera Utara yaitu SIDDHAKARYA, dan dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 yaitu PARAMAKARYA.

(30)

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup usaha dari perusahaan UD. Kreasi Lutvi yaitu dibidang manufaktur khususnya dalam produksi makanan ringan/cemilan. Keripik Singkong yang dihasilkan dibuat dengan beraneka rasa seperti rasa original, rasa balado, rasa barbecue, garlic dan mini stik. Adapun sistem penentuan jumlah produksi yaitu Make to Stock karena produksi yang dilakukan sudah pasti terjual ke pasaran. UD.

Kreasi Lutvi menjual produknya kepada toko-toko baik disekitar Medan maupun keluar daerah sampai keluar negeri.

2.3 Lokasi Perusahaan

UD. Kreasi Lutvi berlokasi di Jalan Tunas Mekar No.285, desa Tuntungan II, Kecamatan Pancur Batu, Medan.

Sumber : google maps

Gambar 2.1. Lokasi Perusahaan UD. Kreasi Lutvi

(31)

II-3

2.4 Daerah Pemasaran

UD. Kreasi Lutvi memiliki sistem pemasaran penjualan secara langsung terhadap pengecer yang dilakukan melalui grosir – grosir toko dan pedagang eceran.

Dimulai dari proses pemesanan, pesanan ini diterima oleh pihak perusahaan melalui bagian pemasaran, setelah pemesanan selesai di proses maka UD. Kreasi Lutvi akan mengantarkan pesanan langsung ke konsumen sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Daerah pemasaran keripik singkong ini adalah Aceh, Medan, Lubuk Pakam, Perbaungan, Batam dan pulau Jawa. Jasa pengangkutan keripik singkong melalui truk dan kapal yang membawa kontainer. Keripik singkong ini juga mendapat minat dari negara Malaysia, dan Korea Selatan.

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

Dampak sosial dari UD. Kreasi Lutvi adalah perusahaan memberikan bantuan di lingkungan sekitar seperti pembangunan jalan, dan menjalin hubungan yang baik dengan mengadakan kegiatan buka bersama secara rutin tiap tahunnya bagi masyarakat sekitar.

Dampak ekonomi dari UD. Kreasi Lutvi adalah bahwa keberadaan usaha ini dapat mendorong perkembangan daerah dan masyarakat di sekitar lokasi usaha sehingga dapat meningkatkan taraf hidup warga yang bermukim di sekitar perusahaan. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dengan cara membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar baik untuk tenaga kerja tidak tetap maupun tenaga kerja tetap.

(32)

2.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan- hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

Struktur organisasi pada UD. Kreasi Lutvi berbentuk lini staf dimana kebijakan dan wewenang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan secara langsung pada setiap departemen dengan pengawasan oleh seorang staf. Setiap stasiun kerja dapat memberikan perintah kepada anggota yang ada sesuai dengan bidang kerjanya. Struktur Organisasi UD. Kreasi Lutvi dapat dilihat pada Gambar 2.2

Pemilik

Pengawas Produksi

Stasiun Kerja Pengupasan

Stasiun Kerja Pengirisan dan

Pencucian

Stasiun Kerja Penggorengan

Stasiun Kerja Pencampuran

Bumbu

Stasiun Kerja Pengemasan

Sumber : UD. Kreasi Lutvi

Gambar 2.2. Struktsur Organisasi UD. Kreasi Lutvi

2.7 Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu cara, metode maupun teknik menghasilkan atau menambah nilai dari suatu barang/ jasa menggunakan sumber

(33)

II-5

daya tertentu seperti tenaga kerja, mesin, peralatan sehingga memiliki manfaat yang lebih baik.

2.7.1. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi di UD. Kreasi Lutvi dapat dikelompokkan atas bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong.

2.7.1.1.Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan UD. Kreasi Lutvi dalam proses pembuatan keripik singkong adalah singkong.

2.7.1.2.Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan keripik di UD.

Kreasi Lutvi adalah label dan kemasan plastik.

2.7.1.3.Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan dalam proses pembuatan keripik di UD.

Kreasi Lutvi diantaranya:

1. Minyak

2. Bumbu perasa seperti balado, barbecue dan garlic 3. Garam

4. Air 5. Enzim.

(34)

2.7.2. Uraian Proses

Urutan proses pembuatan keripik singkong di UD. Kreasi Lutvi adalah sebagai berikut :

1. Proses Pengupasan

Singkong dikupas secara manual dengan menggunakan pisau. Singkong kemudian diangkut ke bagian pengirisan dengan menggunakan beko untuk di iris menjadi irisan singkong.

2. Proses Pengirisan dan Pencucian

Singkong direndam dan dicuci terlebih dahulu agar bersih. Kemudian singkong di iris dengan menggunakan mesin pengiris. Irisan singkong yang ada di wadah akan digoreng sedangkan yang berserakan di lantai akan dibuat menjadi gaplek.

3. Proses Penggorengan

Singkong digoreng selama ±3 menit di dalam kuali besar yang dapat menampung sebanyak 3 kg singkong. Pekerja kemudian menambahkan air garam melalui tirisan untuk menambah cita rasa singkong.

4. Proses Pencampuran Bumbu

Keripik yang sudah di goreng diangkut ke stasiun pencampuran bumbu, dan ditambahkan bumbu seperti balado, barbecue dan garlic tergantung pesanan konsumen menggunakan mesin pencampur (mixer).

5. Proses Pengemasan

Keripik yang sudah dicampur bumbu di pilih dan dipisahkan mana yang berkualitas baik dan mana yang berkualitas rusak. Keripik dengan kualitas

(35)

II-7

bagus di kemas ke dalam plastik 25 kg kemudian di tutup dan diberi label.

Selanjutnya keripik singkong disimpan ke gudang penyimpanan.

6. Proses Penyimpanan

Produk kripik singkong yang sudah di kemas diangkut ke gudang untuk persiapan pengiriman ke pabrik pengemasan.

(36)

3.1. Pengertian Supply Chain

Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, manufaktur, distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa logistik. ( Pujawan, 2005).

Pada suatu supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).

Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.

Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh instansi yang mengirim maupun yang menerima. Gambar 3.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.

(37)

III-2

Supplier Manufacturer Distributor Ritel/toko Consumer

Finansial : invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : Pembayaran

Material : Return, Recycle, Repair Informasi : Order, Ramalan

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

3.1.1. Supply Chain Management (SCM)

Pujawan dan Mahendrawati (2010) menjelaskan bahwa pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat. Inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu supply chain management. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), manajemen supply chain adalah perluasan dan pengembangan konsep dan arti dari manajemen logistik, yang berperan dalam mengatur arus barang antar perusahaan dan semakin berkembang menyangkut kepada hal-hal yang diperlukan oleh pelanggan. Supply chain management (manajemen rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2004).

(38)

Supply chain management merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian berbagai organisasi yang lebih efisien dari supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan (Levi et al, 2000).

Menurut Rahadi (2012), perusahaan dalam mengimplementasikan Supply Chain Management (SCM), bertujuan untuk meningkatkan daya saing yang diwujudkan dalam peningkatan kinerja operasional. Pembagian informasi (information sharing) merupakan elemen penting dalam supply chain management, karena dengan adanya pembagian informasi yang transparan dan akurat dapat mempercepat proses rantai pasokan mulai dari supplier sampai ke pasar atau ke tangan konsumen. Hubungan jangka panjang (long term relationship) bisa tercipta dengan adanya hubungan yang berkesinambungan antara semua pihak yang terlibat dalam supply chain management, dan dengan kerjasama yang baik dan saling meguntungkan hal tersebut dapat dilakukan. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah proses yang terintegrasi dari penggabungan keseluruhan semua kegiatan yang ada di manajemen rantai pasokan agar semua kegiatan berjalan dengan lancar.

3.2. Manajemen Risiko

Menurut Handoko (2012), Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

(39)

III-4

organisasi yang telah ditetapkan. Begitu pula halnya dengan yang dikemukakan oleh Daft (2012), manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan organisasional secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasional.

Dalam melaksanakan perencanaan yang telah direncanakan pada sebuah organisasi tidak terlepas dari risiko-risiko yang dapat timbul pada saat pelaksanaannya, maka dari itu risiko-risiko yang dapat timbul tersebut tidak dapat diabaikan karena dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu perusahaan. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2015). Hal serupa juga disampaikan oleh Rivai dan Ismal (2013), bahwa risiko tersebut adalah ketidakpastian yang bisa diperkirakan atau diukur dan telah diketahui tingkat probabilitas kejadian, serta ketidakpastian yang tidak dapat diperkirakan tidak termasuk risiko.

Adapun dalam menangani sebuah risiko, maka diperlukan manajemen risko yang mana hal itu sangat diperlukan untuk mencegah adanya risiko, baik risiko kecil maupun risiko besar, yang dapat berdampak pada suatu perusahaan.

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Fahmi, 2015). Sedangkan pengertian manajemen risiko menurut Karim (2016) merupakan serangkaian prosedur dan metodologi

(40)

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan.

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha (Karim, 2016). Adapun tujuan manajemen risiko itu sendiri sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.

2. Memastikan tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.

3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.

4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

3.2.1. Metode Pengukuran Risiko

Secara umum langkah dalam pengukuran risiko ialah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut,

2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan dan menentukan prioritas risiko tersebut. (Hanafi, 2006).

Pada tahap mengidentifikasi risiko setiap bentuk risiko yang dialami oleh perusahaan, termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat dan melakukan

(41)

III-6

observasi terhadap potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.

(Fahmi, 2010)

Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko. Jika risiko bisa diukur, bisa dilihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan.

Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko. Kuantifikasi bisa dilakukan dengan metode yang sederhana sampai metode yang sangat kompleks. Tabel 3.1 dibawah ini menunjukkan tipe risiko yang berbeda menghadirkan teknik pengukuran yang berbeda pula. (Hanafi, 2006).

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Beberapa Tipe Risiko

Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran

Risiko Pasar Harga pasar bergerak ke arah yang tidak menguntungkan (merugikan)

Value At Risk (VAR), StressTesting

Risiko Kredit

Counterparty tidak bisa membayar kewajibannya (gagal bayar) ke

perusahaan

Credit Rating, Creditmetrics

Risiko perubahan tingkat bunga

Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan kerugian pada

portofolio perusahaan

Metode pengukuran jangka waktu, durasi

Risiko Operasional

Kerugian yang terjadi melalui operasi perusahaan misal sistem

yang gagal, serangan teroris

Matriks frekuensi dan signifikansi kerugian, VAR operasional, House

of Risk (HOR) Matriks, Failure Mode and Effects

Analysis (FMEA)

Risiko Kematian

Manusia mengalami kematian dini (lebih cepat dari usia kematian

wajar)

Probabilitas kematian dengan tabel mortalitas

(42)

Tabel 3.1. Metode Pengukuran Beberapa Tipe Risiko (Lanjutan)

Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran

Risiko

Kesehatan Manusia terkena penyakit tertentu

Probabilitas terkena penyakit dengan menggunakan tabel

morbiditas Risiko

Teknologi

Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi negatif terhadap

perusahaan

Analisis skenario

3.3. Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)

SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be).

b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain.

(43)

III-8

Sumber: Supply Chain Council

Gambar 3.2. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR

Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1, SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return.

Kelima proses tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu:

a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian (alignment) supply chain plan dengan financial plan.

b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer to order products.

(44)

c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make to stock), atas dasar pesanan (make to order), atau engineer to order. Proses yang terlibat disini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work in process), memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya.

d. Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi.

Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan bagian dari proses return.

3.4. House of Risk (HOR)

HOR merupakan modifikasi FMEA (Failure Modes and Effect of Analysis) dan House of Quality (HOQ) untuk memprioritaskan sumber risiko mana yang pertama dipilih untuk diambil tindakan yang paling efektif dalam rangka mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Kelebihan FMEA (Failure Mode and

(45)

III-10

Effect Analisis) adalah sebagai perangkat analisa yang dapat mengevaluasi reliabilitas dengan memeriksa modus kegagalan dan merupakan salah satu teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan. Dalam langkah perhitungan pertama menggambarkan dasar proses rantai pasok berdasarkan SCOR (Supply Chain Operations Reference). Alasan menggunakan metode SCOR karena metode ini bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan data yang ada serta bisa mengidentifikasikan dimana perbaikan perlu dilakukan. Adapun kekurangan dari metode ini implemantasinya membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang diinginkan.

Dasar proses rantai pasok ini dianalisa untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dan konsekwensi jika terjadi. Kemudian digambarkan dalam suatu kumpulan potensi risiko dari masing-masing sumber risiko dan dampak yang disebabkan sumber risiko. Model ini juga berdasarkan pada dugaan/perkiraan yang proactive dari manajemen risiko rantai pasok yang memusatkan pada aksi pencegahan, dan menurunkan/mengurangi kemungkinan sumber risiko yang terjadi.

Penurunan kejadian sumber risiko akan mencegah sebagian dari kejadian risiko yang terjadi. Dalam beberapa kasus perlu untuk mengidentifikasi kejadian/peristiwa risiko dan kaitannya dengan sumber risiko. Dalam satu sumber risiko dapat mempengaruhi lebih dari satu kejadian risiko. Sebagai contoh untuk permasalahan seorang penyalur sistem produksi bisa mengakibatkan kekurangan material.

(46)

Dalam FMEA, penilaian risiko dapat diperhitungkan melalui perhitungan RPN (Risk Potential Number) yang diperoleh dari perkalian tiga faktor yaitu probabilitas terjadinya risiko, dampak kerusakan yang dihasilkan, dan deteksi risiko.

Namun dalam pendekatan house of risk perhitungan nilai RPN diperoleh dari probabilitas sumber risiko dan dampak kerusakan terkait risiko itu terjadi. Dalam hal ini untuk mencari kemungkinan sumber risiko dan keparahan kejadian risiko.

Jika Oi adalah kemungkinan dari kejadian sumber risiko j, Si adalah keparahan dari pengaruh jika kejadian risiko i, dan Rj adalah korelasi antara sumber risiko j dan kejadian risiko i (dimana menunjukkan seberapa kemungkinan besar sumber risiko j yang masuk kejadian risiko i) kemudian ARPj (Aggregate Risk Potential of Risk Agent j) dapat dihitung dengan rumus :

ARP j = Oj Σ Si Rj

Model HOQ disesuaikan untuk menentukan mana dari sumber risiko yang harus diprioritaskan untuk dilakukan tindakan pencegahan. Perankingan untuk masing-masing sumber risiko berdasarkan pada besarnya Aggregate Risk Potential (ARP). Karenanya jika ada banyak sumber risiko, perusahaan dapat memilih prioritas utama dari beberapa pertimbangan yang mempunyai potensi risiko besar.

Dalam penelitian ini mengusulkan dua model penyebaran yang disebut HOR yang keduanya berdasarkan pada HOQ yang dimodifikasi yaitu HOR 1 digunakan untuk menentukan agen risiko harus diberikan prioritas untuk tindakan preventif sedangkan HOR 2 adalah untuk memberikan prioritas kepada tindakan yang dianggap efektif tetapi dengan finansial yang wajar dan komitmen sumber daya.

(47)

III-12

3.4.1. House of Risk 1 (HOR 1)

Dalam model HOQ, ditemui satu set persyaratan (apa) dan satu set tanggapan (bagaimana) di mana setiap respon dapat mengatasi satu atau lebih persyaratan. Tingkat korelasi biasanya diklasifikasikan sebagai tidak ada (dan diberi nilai setara dengan 0), rendah (satu), sedang (tiga), dan tinggi (sembilan).

Setiap persyaratan memiliki kesenjangan tertentu untuk mengisi dan setiap respon akan memerlukan beberapa jenis sumber daya dan dana.

Mengadopsi prosedur di atas, HOR I dikembangkan melalui langkah- langkah sebagai berikut (Pujawan dan Geraldine 2009) :

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses bisnis.

Hal ini dapat dilakukan melalui proses pemetaan supply chain (plan, source, make, deliver, dan return) dan kemudian mengidentifikasi "apa yang bisa salah" dalam setiap proses-proses tersebut.

2. Menilai dampak (severity) dari kejadian risiko (jika terjadi) dengan skala 1- 10 di mana 10 mewakili sangat parah. Tingkat keparahan dari setiap peristiwa risiko dimasukkan ke dalam kolom kanan dan, diindikasikan sebagai Si.

3. Identifikasi agen risiko dan menilai kemungkinan terjadinya setiap agen risiko. Di sini, skala 1-10 juga diterapkan di mana 1 berarti hampir tidak pernah terjadi dan nilai 10 berarti hampir pasti terjadi. Para agen risiko (Aj) ditempatkan pada baris atas tabel dan terjadinya terkait adalah di baris paling bawah, dinotasikan sebagai Oj.

(48)

4. Mengembangkan matriks hubungan, yaitu hubungan antara masing-masing agen risiko dan setiap kejadian risiko, Rij {0, 1, 3, 9} di mana 0 mewakili tidak ada korelasi dan 1, 3, dan 9 mewakili, masing-masing, rendah, sedang, dan korelasi yang tinggi.

5. Menghitung potensi risiko agregat agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai produk dari kemungkinan terjadinya j agen risiko dan dampak agregat yang dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh j agen risiko seperti pada persamaan yang telah dijelaskan.

6. Pemeringkatan agen risiko sesuai dengan potensi risiko agregat mereka dalam urutan menurun (dari besar ke nilai rendah).

Gambar 3.3. dibawah ini menunjukkan contoh tabel House of Risk I (HOR 1).

Gambar 3.3. House of Risk I (HOR I)

(49)

III-14

3.4.2. House of Risk 2 (HOR 2)

HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan terlebih dahulu, mengingat efektivitasnya berbeda serta sumber daya yang terlibat dan tingkat kesulitan dalam melakukan. Perusahaan idealnya memilih serangkaian tindakan yang tidak begitu sulit untuk dilakukan tapi efektif bisa mengurangi kemungkinan agen risiko yang terjadi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Pujawan dan Geraldine, 2009) :

1. Memilih sejumlah agen risiko dengan peringkat prioritas tinggi, mungkin menggunakan analisis Pareto atau nilai ARPj, yang akan dibahas dalam HOR kedua. Agen risiko yang terpilih akan ditempatkan sebagai “apa” di sisi kiri dari HOR2 seperti digambarkan dalam Gambar 3.3 Menempatkan nilai-nilai ARPj yang sesuai di kolom kanan.

2. Mengidentifikasi tindakan yang dianggap relevan untuk mencegah agen risiko.

Perhatikan bahwa satu agen risiko dapat ditangani dengan lebih dari satu tindakan dan satu tindakan secara bersamaan bisa mengurangi kemungkinan terjadinya lebih dari satu agen risiko. Tindakan diletakkan pada baris atas sebagai "bagaimana" untuk HOR ini.

3. Menentukan hubungan antara setiap tindakan pencegahan dan setiap agen risiko, Ejk. Nilai-nilai bisa {0, 1, 3, 9} yang mewakili masing-masing, tidak ada, rendah, sedang, dan tinggi hubungan antara aksi k dan agen j. Hubungan ini (Ejk) dapat dianggap sebagai tingkat efektivitas tindakan k dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risiko agen j.

4. Menghitung total efektivitas setiap tindakan sebagai berikut:

(50)

TEk = ∑j ARPjEjk

5. Memberi Nilai tingkat kesulitan dalam melakukan setiap tindakan, Dk, dan menempatkan nilai-nilai berturut-turut di bawah efektivitas keseluruhan.

Tingkat kesulitan, yang dapat diwakili oleh skala (seperti Likert atau skala lain), harus mencerminkan dana dan sumber daya lain yang dibutuhkan dalam melakukan aksinya.

6. Menghitung total efektivitas terhadap kesulitan, yaitu ETDk = TEk/Dk.

7. Menetapkan peringkat prioritas untuk setiap tindakan (Rk) dimana Peringkat 1 diberikan kepada tindakan dengan ETDk tertinggi.

Gambar 3.4. dibawah ini menunjukkan contoh tabel House of Risk II (HOR 2).

Gambar 3.4. House of Risk II (HOR II)

3.5. Diagram Pareto

Diagram pareto dibuat oleh Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi

(51)

III-16

Pareto dengan menyatakan 80% dari permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20% saja. Diagram pareto adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya (Heizer dan Render, 2009).

Diagram Pareto adalah histogram data yang mengurutkan frekuensi dari yang terbesar hingga yang terkecil (Evan&Lindsay, 2007), serta dihitung juga nilai kumulatifnya. Diagram ini membantu mengidentifikasi area paling kritis yang membutuhkan perhatian khusus dan cepat. Analisis pareto adalah proses memperingkat peluang untuk menentukan peluang potensial mana yang harus dikejar lebih dahulu. Analisis pareto harus digunakan pada berbagai tahap dalam suatu program peningkatan kualitas untuk menentukan langkah mana yang diambil berikutnya. Diagram Pareto adalah diagram batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Setiap permasalahan diwakili oleh satu diagram batang. Masalah yang paling banyak terjadi akan menjadi diagram batang yang paling tinggi, sedangkan masalah yang paling sedikit akan diwakili oleh diagram batang yang paling rendah. (Henny Tisnowati et al., 2008).

Sumber: Researchgate

Gambar 3.5. Diagram Pareto

(52)

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UD. Kreasi Lutvi yang berlokasi di Jl. Tunas Mekar No.285, desa Tuntungan II, Kecamatan Pancur Batu, Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021 hingga Juli 2021.

4.2. Objek Penelitian

Objek yang diamati antara lain risiko – risiko yang diidentifikasi pada aktivitas supply chain di UD. Kreasi Lutvi untuk ditentukan prioritas risiko yang akan direncanakan aksi mitigasi risikonya.

4.3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab dari risiko yang muncul pada aktivitas supply chain di UD. Kreasi Lutvi untuk di rencanakan aksi mitigasi risikonya . Pada penelitian ini digunakan metode wawancara yang ditujukan kepada Pemilik UD.

Kreasi Lutvi dan menggunakan form penilaian sebagai alat dalam pengumpulan data yang penting dalam penelitian..

(53)

IV-2

4.4. Variabel Penelitian

Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada variabel dependen dan variabel independen Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, sedangkan variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012).

1. Variabel independen (variabel bebas) pada penelitian ini ialah:

a. Severity yang menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko (risk event) terhadap proses bisnis perusahaan

b. Occurence menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu agen risiko (risk agent) sehingga mengakibatkan timbulnya suatu atau beberapa risk event yang menyebabkan gangguan pada proses bisnis perusahaan c. Relationship menyatakan tingkat hubungan antara risk event dan risk agent 2. Variabel dependen (variable terikat)

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini ialah prioritas aksi mitigasi risiko.

4.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model konseptual yang menunjukkan hubungan logis antara faktor atau variabel yang telah diidentifikasi penting untuk menganalisis masalah penelitian (Sukaria Sinulingga, 2017).

(54)

Kerangka konseptual dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Sumber: Pengumpulan Data

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang di susun demikian rupa, sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Rencana itu merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program penelitian (Kerlinger, 2000).

Level Severity menyatakan seberapa besar dampak atau intensitas kejadian mempengaruhi proses operasional. Severity dapat juga disebut sebagai dampak yang timbul apabila suatu kesalahan (failure) terjadi. Severity menggunakan level 1 sampai dengan 10. Level severity dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Severity (Risk Event)

Occurance (Risk Agent)

Relationship (Risk Event & Risk

Agent)

Aggregate Risk Potential (ARP)

Prioritas Aksi Mitigasi Risiko

(55)

IV-4

Tabel 4.1. Level Severity pada Form Penilaian

Level Severity Keterangan

1 Tidak ada dampak Tidak mengakibatkan apa-apa, tidak memerlukan penyesuaian

2 Sangat sedikit Rantai pasok tetap berjalan, hanya sedikit gangguan

3 Sedikit Rantai pasok dapat terus dilaksanakan namun ada penurunan

4 Kecil Rantai pasok dapat dilaksanaan, namun ada penurunan performa yang signifikan 5 Sedang Rantai pasok dapat berjalan normal dengan

atau tanpa hambatan

6 Signifikan Rantai pasok tidak dapat dilaksanakan karena sedikit hambatan

7 Besar Rantai pasok tidak dapat dilaksanakan karena hambatan yang cukup parah

8 Sangat besar Rantai pasok tidak dapat dilaksanakan karena hambatan yang parah

9 Serius

Rantai pasok gagal dilaksanakan dengan hambatan yang berdampak pada sistem namun

masih ada peringatan

10 Berbahaya

Rantai pasok gagal dilaksanakan dengan kerusakan yang berdampak pada sistem tanpa

ada peringatan

Sumber: Erni Sari, 2016

Level occurence menyatakan kemungkinan frekuensi dari kemunculan suatu agen risiko (risk agent) sehingga menghasilkan bentuk kegagalan selama

(56)

proses operasional atau dapat juga disebut frekuensi terjadinya kesalahan.

Occurance menggunakan level 1 sampai dengan 10. Level occurance dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Level Occurance pada Form Penilaian

Level Occurance Kejadian Risiko/Tahun

1 Hampir tidak pernah Tidak Terjadi

2 Sangat kecil Terjadi 1 kali

3 Sangat sedikit Terjadi 2 kali

4 Sedikit Terjadi 3 kali

5 Kecil Terjadi 4 kali

6 Sedang Terjadi 5 kali

7 Cukup tinggi Terjadi 6 kali

8 Tinggi Terjadi 7 kali

9 Sangat tinggi Terjadi 8 kali

10 Hampir pasti Terjadi 9> kali

Relationship merupakan tingkat hubungan/keterkaitan antara kejadian risiko (risk event) dengan agen risiko (risk agent). Level relationship pada kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Level Relationship pada Form Penilaian Nilai Deskripsi

0 Tidak terkait 1 Keterkaitan rendah 3 Keterkaitan sedang 9 Keterkaitan tinggi

Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009

(57)

IV-6

Tingkat kesulitan dalam melakukan setiap aksi mitigasi risiko dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Tingkat Kesulitan Aksi Mitigasi Risiko

Nilai Deskripsi

3 Kesulitan rendah (low)

4 Kesulitan sedang (medium) 5 Kesulitan tinggi (high) Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009

Skala hubungan keterkaitan aksi mitigasi dengan agen risiko (risk agent) dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Level Hubungan Keterkaitan Aksi Mitigasi dengan Risk Agent

Nilai Deskripsi

0 Tidak terkait

1 Keterkaitan rendah (low) 3 Keterkaitan sedang (moderate) 9 Keterkaitan tinggi (high)

Sumber: Pujawan dan Geraldine, 2009

(58)

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Metodologi Penelitian Identifikasi Masalah

Pengolahan Data

1. Pemetaan Aktivitas supply chain di UD. Kreasi Lutvi Berdasarkan Model SCOR

2. Identifikasi Risiko (Risk Event & Risk Agent) 3. Analisis Risiko

a. Melakukan penilaian severity pada risk event b. Melakukan penilaian occurance pada risk agent

c. Melakukan penilaian relationship (risk event & risk agent) d. Menghitung nilai ARP

4. Evaluasi Risiko

a. Menentukan peringkat

b. Merencanakan aksi mitigasi risiko c. Melakukan penilaian tingat hubungan d. Melakukan penilaian tingkat kesulitan

e. Melakukan perangkingan aksi mitigasi prioritas

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran Mulai

Selesai

Sumber: Pengumpulan Data

Gambar 4.2. Rancangan Penelitian

(59)

IV-8

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik UD. Kreasi Lutvi terkait risiko yang dialami perusahaan.

4.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah form penilaian yang digunakan untuk memitigasi risiko.

4.9. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi Risiko

Tahap ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dan berpotensi terjadi dalam aktivitas rantai pasok. Salah satu aspek penting yang dilakukan dalam mengidentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin dengan cara survei lapangan, brainstorming, wawancara dan kuesioner. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada Pemilik perusahaan UD.Kreasi Lutvi.

2. Pengukuran Risiko

Setelah melakukan identifikasi kejadian risiko, maka selanjutnya dilakukan identifikasi Agen Risiko (Risk Agent), dimana agen risiko ini merupakan penyebab terjadinya suatu kejadian risiko. identifikasi agen risiko ini dilakukan berdasarkan kejadian risiko yang sebelumnya telah teridentifikasi. kemudian

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian mutu dalam proyek pembangunan jembatan sendang tentu saja juga harus memaksimalkan alat yang digunakan, sebagai contoh memaksimalkan excavator

Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara

Menganalisis Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Dairi terkait Pengembangan Taman Wisata Iman dalam upaya meningkatkan pengunjung wisata yang meliputi

Dalam rangka pertanggungjawaban pencapaian kinerja dan pelaksanaan anggaran tersebut serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),

Klasifikasi tiga jenis ukuran butir digunakan sebagai titik awal untuk mengklasifikasikan dan nama terrigenous sedimen klastik dan batuan sedimen: kerikil dan

Dari hasil perancangan “ PROTOTIPE SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS MENGGUNAKAN LDR SEBAGAI SENSOR KEPADATAN KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA16

Untuk menunjang kegiatan tersebut masih ada kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan benih ikan baung salah satunya adalah suhu yang akan mempengaruhi laju

Pola perlawanan yang dikembangkan oleh organisasi petani SPPQT tidak dilakukan dengan mengubah struktur yang ada, melainkan mempergunakan struktur yang ada dan