• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekstur Tanah

Hasil pengukuran tekstur tanah disajikan pada Tabel 7. Dari hasil analisa tekstur tanah, diketahui tanah entisol dan inceptisol bertekstur lempung berpasir, dan fraksi pasir lebih dominan dari fraksi debu dan liat. Tekstur tanah ditentukan dengan menggunakan segitiga USDA (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Menurut Sarbini dan Qoriansyah (2013) bahwa tanah bertekstur lempung berpasir tergolong tanah agak kasar.

Tabel 7.Hasil analisa tekstur tanah

Jenis Tanah Fraksi

Kriteria Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

Entisol 55,28 34,56 10,16 Lempung Berpasir

Inceptisol 53,64 26,92 19,44 Lempung Berpasir

Fraksi pasir yang lebih dominan pada tekstur tanah ini menyebabkan pemberian air yang diberikan pada tanah serta air yang berada dalam tanah lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena mudahnya perakaran tanaman dalam menembus tanah, namun kemampuan menyimpan airnya lebih sedikit sehingga tanah akan lebih mudah mengalami kekeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haridjaja dkk. (2013) bahwa tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang air dari pada tanah bertekstur pasir. Semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan airnya. Apabila dilihat berdasarkan persentase ketiga fraksi untuk kedua jenis tanah tersebut, tanah entisol memiliki

kandungan pasir dan debu yang lebih besar, namun kandungan liatnya lebih kecil bila dibandingkan dengan tanah inceptisol.

Bahan Organik, pH, N-Total, dan P-Tersedia Tanah

Hasil analisa bahan organik, pH, N-Total, dan P-Tersedia tanah dapat dilihat dari Tabel 8. Dari Tabel 8 didapat hasil pengukuran kandungan bahan organik dan kandungan N-Total dari kedua jenis tanah termasuk kedalam kriteria sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Afandi dkk. (2015) bahwa tanah entisol merupakan lahan marjinal yang memiliki bahan organik rendah dan memiliki konsentrasi N yang tergolong rendah. Menurut Muyassir dkk. (2012) inceptisol merupakan tanah muda yang mulai berkembang dan pembentukannya agak lambat dan memiliki kadar bahan organik yang rendah dan mempunyai kadar unsur hara yang rendah terutama unsur hara nitrogen (N), dan fosfor (P).

Analisa pH tanah pada kedua jenis tanah mempunyai kriteria yang sama, yaitu tanah asam. pH mempunyai peranan yang penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, khusunya P. Peningkatan pH akan mengurangi retensi P. pH pada tanah inceptisol lebih tinggi dibandingkan tanah entisol. Hal tersebut dapat menyebabkan kadar P-Tersedia pada tanah inceptisol akan lebih kecil dibandingkan tanah entisol. Berdasarkan penelitian Rahmi (2017) kadar P-tersedia pada tanah entisol berkisar antara 12,87 ppm sampai 48,52 ppm sedangkan menurut penelitian

Nursyamsi dan Setyorini (2009) kadar P-Tersedia pada tanah inceptisol adalah 1 ppm. Kadar P-Tersedia yang sangat tinggi pada tanah entisol pada penelitian ini

diduga terjadi karena adanya pemupukan atau penumpukan P yang berlebihan.

Tabel 8. Hasil analisa kandungan bahan organik, pH, N-Total, dan P-Tersedia tanah

Parameter Satuan Nilai Kategori

Entisol

C-Organik % 0,83 Sangat rendah

Kandungan Bahan Organik % 1,43 Sangat rendah

pH - 5,78 Asam

P tersedia ppm 47,17 Sangat tinggi

N total % 0,05 Sangat rendah

Inceptisol

C-Organik % 0,34 Sangat rendah

Kandungan Bahan Organik % 0,59 Sangat rendah

pH - 5,95 Asam

P tersedia ppm 2,36 Sangat rendah

N total % 0,04 Sangat rendah

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density), Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density), dan Porositas Tanah

Hasil pengukuran kerapatan massa tanah (bulk density), kerapatan partikel tanah (particle density), dan porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 9. Dari Tabel 9 didapat hasil pengukuran kerapatan massa dan kerapatan partikel tanah entisol lebih besar dibandingkan tanah inceptisol. Nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel pada tanah entisol adalah 1,20 g/cm3 dan 2,06 g/cm3 sedangkan pada tanah inceptisol adalah 1,05 g/cm3 dan 1,68 g/cm3. Hal ini disebabkan oleh persen fraksi penyusun tekstur tanah yang dimiliki oleh masing-masing jenis tanah. Pada tanah entisol dengan fraksi pasir yang lebih banyak dan fraksi liat yang lebih kecil daripada tanah inceptisol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haridjaja dkk. (2013) bahwa tanah berpasir memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan tanah liat.

Porositas tanah entisol lebih tinggi dibandingkan tanah inceptisol. Hal ini disebabkan oleh persen fraksi pasir penyusun tanah entisol lebih banyak daripada tanah inceptisol, sedangkan persen fraksi liat pada tanah inceptisol lebih besar dari

dari kedua jenis tanah ini diketahui bahwa proporsi volume padatan terhadap volume total pada tanah inceptisol lebih besar dibandingkan tanah entisol. Hal ini menunjukkan bahwa porositas pada tanah entisol akan lebih besar dari tanah inceptisol. Porositas merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poros berarti tanah mempunyai cukup ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah sedangkan tanah tidak poros menyebabkan air dan udara

tidak leluasa pergerakannya. Selain itu sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2003) bahwa bahan organik juga mempengaruhi porositas tanah,

semakin tinggi bahan organik maka porositas juga akan semakin tinggi Tabel 9. Kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas tanah

Jenis Tanah Kerapatan Massa pengukuran perkolasi tanah dalam kondisi jenuh menunjukkan bahwa laju perkolasi pada tanah entisol lebih besar dari pada tanah inceptisol. Berdasarkan Tabel 7 fraksi pasir pada tanah entisol lebih besar daripada tanah inceptisol sedangkan fraksi liat pada tanah entisol lebih kecil sehingga tanah entisol akan bersifat lebih porous. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haridjaja dkk. (2013) bahwa tanah yang lebih kasar akan sulit menahan air. Selain itu, nilai porositas dari tanah entisol lebih besar daripada tanah inceptisol (Tabel 9). Porositas yang lebih besar pada tanah entisol akan menyebabkan tanah mempunyai pori yang lebih

porous untuk pergerakan air yang masuk dan keluar dari tanah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Limantara (2010) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkolasi antara lain porositas dan kandungan fraksi dari tanah tersebut.

Tabel 10. Hasil pengukuran perkolasi

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena kedua jenis tanah memiliki tekstur yang sama yaitu lempung berpasir sehingga nilai kadar air pada masing-masing tanah tidak akan berbeda nyata.

Tabel 11. Hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang Jenis Tanah

Tabel 12. Analisis sidik ragam nilai kadar air kapasitas lapang (%)

SK Db JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Perlakuan 5 16,458 3,292 0,523 tn 3,106 5,064

Galat 12 75,529 6,294

Total 17 91,987

Keterangan : tn : tidak nyata

Dari Tabel 11 diketahui bahwa KAKL volumetrik pada tanah entisol lebih besar daripada tanah inceptisol yaitu dengan rata-rata masing-masing sebesar 35,28 % dan 34,05 %. Nilai KAKL pada entisol lebih besar karena nilai kerapatan massa pada tanah entisol dan kandungan bahan organik yang lebih besar dibanding tanah inceptisol serta porositas tanah entisol lebih besar dibandingkan tanah inceptisol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haridjaja dkk. (2013) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah terdiri dari kadar bahan organik, tekstur tanah, serta pori tanah.

Nilai KAKL tanah entisol metode drainase bebas 48 jam lebih kecil daripada metode pressure plate. Sedangkan pada tanah inceptisol, nilai KAKL metode drainase bebas 48 jam lebih besar daripada metode pressure plate. Hal ini disebabkan kemampuan tanah dalam menyimpan air untuk tanah entisol lebih kecil dibanding dengan inceptisol sehingga lebih mudah mengalami kekeringan.

Penurunan KAKL tekstur lempung berpasir sangat tajam pada hari pertama (24 jam) sampai kedua (48 jam). Tanah bertekstur kasar mempunyai pori makro (pori drainase) yang dominan sehingga pada kondisi kadar air tinggi proses drainasenya jauh lebih cepat (Haridjaja, dkk., 2013). Hal tersebut membuat air tanah pada tekstur entisol metode drainase bebas 48 jam lebih mudah hilang dibandingkan dengan metode drainase bebas 48 jam pada tanah inceptisol.

Nilai KAKL ini sejalan dengan hasil penelitian Baskoro dan Tarigan (2007) bahwa nilai KAKL yang diukur dengan metode pressure plate pF 2,54 cenderung lebih kecil dibanding dengan hasil pengukuran metode drainase bebas. Hal ini disebabkan karena tanah pengukuran KAKL metode pressure plate dilakukan

dengan menggunakan contoh tanah yang diberi tekanan setara pF 2,54, tetapi

pemberian tekanan itu hanya merupakan pendekatan, berapa tekanan sebenarnya yang harus diberikan berbeda untuk setiap tekstur tanahnya.

Baskoro dan Tarigan (2007) menyatakan bahwa KAKL untuk tanah berpasir lebih sesuai jika disetarakan dengan KA pada pF 2.

Evapotranspirasi

Hasil pengukuran evapotranspirasi dan luas daun dapat dilihat dari Gambar 2 dan Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan nilai evapotranspirasi pada tanah

entisol dengan kondisi KAKL memiliki nilai yang hampir sama pada fase tengah dan fase akhir pertumbuhan tanaman dan pada tanah inceptisol juga menunjukkan nilai yang hampir sama. Nilai evapotranspirasi pada fase tengah hingga akhir, kebutuhan air tanaman tidak jauh berbeda, karena suhu pada kedua fase ini hampir sama dan produktivitas tanaman untuk pertumbuhan vegetatif maksimal 45 hari pada fase akhir pertumbuhan tanaman. Untuk produksi tanaman pakcoy apabila melewati masa tanam pada fase akhir, maka akan mempengaruhi kondisi vegetatif yang tidak sesuai untuk dikonsumsi. Selain itu, pada fase akhir bagian tanah lebih banyak yang tertutup oleh tanaman sehingga kontribusi evaporasi tanah terhadap total evapotranspirasi menurun. Perbandingan antara evaporasi langsung dari tanah

dan transpirasi dari tanaman ditentukan oleh banyaknya bagian permukaan tanah yang tertutup tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sinulingga dan Darmanti (2007) bahwa evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi. Proses transpirasi dan evaporasi terjadi secara bersamaan dan sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lain.

Nilai evapotranspirasi pada tanah entisol lebih besar disebabkan oleh nilai KAKL pada tanah ini lebih besar dibandingkan tanah inceptisol. Pada tanah inceptisol, fraksi liat lebih besar sehingga tanah akan lebih mengikat tanah dan air yang menguap akan berkurang. Sinulingga dan Darmanti (2007) menyatakan bahwa ketika kandungan air tanah turun maka kecepatan evaporasi juga akan turun.

Selain itu, luas rata-rata daun tanaman yang ditanaman pada tanah entisol juga lebih besar dibandingkan tanah inceptisol yaitu 28,5 cm2 pada tanah entisol dan pada tanah inceptisol 25,6 cm2 sehingga akan menyebabkan evapotranspirasi yang terjadi lebih besar.

Tabel 13. Hasil pengukuran evapotranspirasi, dan luas daun Jenis Tanah

Fase Pertumbuhan Tanaman (hari) Luas Daun (cm2)

Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

Hasil pengukuran bobot basah tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dapat

dilihat pada Lampiran 14, dan rata-rata bobot basah tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dapat dilihat pada Tabel 14. Pada analisis sidik ragam

(Lampiran 16) dapat dilihat bahwa nilai KAKL dari 6 perlakuan menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap bobot basah tanaman. Uji DMRT pengaruh metode KAKL terhadap bobot basah tanaman dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Dari hasil uji DMRT, bobot basah daun dan batang yang paling besar didapat pada perlakuan entisol metode pressure plate. Uji DMRT menunjukkan perlakuan ini berbeda nyata pada bobot basah daun dan batang dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan jenis tanah yang digunakan berbeda. Kandungan bahan organik, N-Total dan P-Tersedia pada tanah entisol lebih besar sehingga bobot basah tanaman pada tanah entisol akan lebih besar.

Pada tanah entisol bobot basah batang dan daun tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate. Hasil uji DMRT menunjukkan pada tanah entisol KAKL metode pressure plate berbeda nyata dengan metode drainase bebas 24 jam dan metode drainase bebas 48 jam untuk bobot basah batang dan daun.

Pada tanah inceptisol, bobot basah batang dan daun tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate. Hasil uji DMRT menunjukkan metode pressure plate berbeda tidak nyata dengan metode drainase bebas 24 jam, namun berbeda nyata dengan metode drainase bebas 48 jam pada

bobot basah batang dan daun tanaman. Oleh karena itu pada tanah inceptisol metode drainase bebas dengan waktu 24 jam bisa digunakan untuk menentukan KAKL jika terdapat keterbatasan alat untuk metode pressure plate. Sedangkan, metode drainase bebas dengan waktu 48 jam menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan metode drainase bebas 24 jam dan pressure plate. Perbedaan hasil dari tanaman pada tiap perlakuan ini disebabkan oleh banyaknya air yang diberikan pada tiap perlakuan berbeda. Selain air, tanaman memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Kadar air yang lebih besar akan membuat pori tanah diisi oleh air yang lebih banyak dan udara berkurang, sedangkan kekurangan oksigen akan menghambat akar dalam menyerap hara dari tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan McGrath dan Henry (2016) bahwa pori-pori tanah berisi udara dan air.

Dari hasil uji DMRT, bobot basah akar yang paling besar didapat pada perlakuan entisol metode pressure plate dan berbeda nyata dengan bobot basah akar pada perlakuan lainnya. Pada tanah entisol bobot basah akar tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate. Uji DMRT menunjukkan pada tanah entisol KAKL metode pressure plate berbeda nyata dengan metode drainase bebas 24 jam dan metode drainase bebas 48 jam untuk bobot basah akar. Pada tanah inceptisol, bobot basah akar tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate. Hasil uji DMRT menunjukkan metode pressure plate berbeda tidak nyata dengan metode drainase bebas 24 jam dan metode drainase bebas 48 jam pada bobot basah akar tanaman.

hasil diatas menunjukkan bahwa pengaruh KAKL terhadap bobot basah batang dan daun sejalan dengan bobot basah akarnya.

Dari Tabel 14 dapat dilihat rata-rata bobot tanaman 5,25-16,25 g. Menurut Kementrian Pertanian (2000) bobot per tanaman dapat mencapai bobot 250-300 g.

Bobot tanaman pakcoy yang dihasilkan masih jauh dari kondisi ideal, karena kandungan bahan organik, kandungan N-Total dan kandungan P-Tersedia yang terdapat pada kedua jenis tanah yang digunakan termasuk kriteria sangat rendah.

Selain itu suhu lingkungan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman pakcoy.

Suhu lingkungan berkisar antara 25ºC - 35ºC. Menurut pernyataan Cahyono (2003) pertumbuhan pakcoy yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC.

Tabel 14. Rata-rata bobot basah tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) Jenis Tanah

Perlakuan Rata-rata Bobot Basah Tanaman (g)

Akar Batang dan Daun

Keterangan : DB : Drainase Bebas

Tabel 15. Uji DMRT pengaruh metode KAKL terhadap bobot basah batang dan

Tabel 16. Uji DMRT pengaruh metode KAKL terhadap bobot basah akar tanaman

Tabel 17. Rata-rata bobot kering tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) Jenis

Tanah Perlakuan Rata-rata Bobot Kering Tanaman (g)

Akar Batang dan Daun

Keterangan : DB : Drainase Bebas

Pada dasarnya pengaruh metode pemberian air pada perlakuan KAKL terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman adalah sejalan. Dari hasil uji DMRT, bobot kering batang dan daun tanaman yang paling besar didapat pada

perlakuan entisol metode pressure plate dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pada tanah entisol bobot kering batang dan daun tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate dan berbeda nyata dengan drainase bebas 24 jam dan drainase bebas 48 jam. Pada tanah inceptisol, bobot kering batang dan daun tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate dan berbeda tidak nyata dengan drainase bebas 24 jam namun berbeda nyata dengan metode drainase bebas 48 jam.

Dari hasil uji DMRT, bobot kering akar tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan entisol metode pressure plate dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada tanah entisol bobot kering akar tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate dan berbeda nyata dengan drainase bebas 24 jam dan drainase bebas 48 jam. Pada tanah inceptisol, bobot kering akar tanaman yang paling besar didapat pada perlakuan KAKL metode pressure plate dan berbeda tidak nyata dengan drainase bebas 24 jam dan drainase bebas 48 jam.

Tabel 18. Uji DMRT pengaruh metode KAKL terhadap bobot kering batang dan daun tanaman (g)

Tabel 19. Uji DMRT pengaruh metode KAKL terhadap bobot kering akar tanaman

Kadar air pada batang, daun, dan akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 20 dan Tabel 21. Dari Tabel 20 dan Tabel 21 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air batang dan daun lebih besar dibandingkan dengan kadar air akar. Rata-rata kadar air batang dan daun untuk tanah entisol adalah 94,63 % dan tanah inceptisol 95,02

% sedangkan rata-rata kadar air akar pada tanah entisol adalah 81,95 % dan pada tanah inceptisol adalah 82,58 %. Menurut Musliman (2014) kadar air pada tanaman pakcoy berkisar antara 80 – 92,2 %.

Tabel 20. Kadar air batang dan daun tanaman

Jenis Tanah Perlakuan Bobot Basah Bobot Kering Kadar Air

(g) (g) (%)

Tabel 21. Kadar air akar tanaman

Jenis Tanah Perlakuan Berat Basah Berat Kering Kadar Air

(g) (g) (%)

Entisol DB 24 jam 1,64 0,17 89,63

DB 48 jam 1,03 0,03 97,09

pF 2,08 0,85 59,13

Inceptisol DB 24 jam 0,65 0,08 87,69

DB 48 jam 0,34 0,08 76,47

pF 0,67 0,11 83,58

Dokumen terkait