• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diperoleh sebanyak 10069 individu terdiri dari 10 spesies. Jenis Fitoplankton dan jumlah individu yang di temukankan pada setiap stasiun penelitian dihitung dengan cara menghitung langsung setiap individu yang di temukan pada saat identifikasi di SRC pada mikroskop dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis fitoplankton dan jumlah individu yang ditemukan pada setiap stasiun penelitian

No Kelas fitoplankton Jenis Fitoplankton Stasiun Jumlah Individu I II III

1 Bacillariophyceae Melosira octogona + + + 5004 2 Bacillariophyceae Hemiaulus hauckii + + + 678 3 Bacillariophyceae Melosira sulcata + + + 698 4 Coscinodiscophyceae Coscinodiscus subconcavum + + + 542 5 Coscinodiscophyceae Actinocyclus ehrenbergi + + + 437 6 Coscinodiscophyceae Coscinodiscus wailesi + + + 382

Keterangan : (+) ditemukan; (-) tidak ditemukan

Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 5 kelas yaitu Bacillariophyceae, Coscinodiscophyceae, Oligotrichea, Mediophyceae dan Euglenophyceae. Spesies fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yaitu Melosira octogona, Hemiaulus hauckii, Melosira sulcata, Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus ehrenbergi,

Coscinodiscus wailesi, Tintinnopsis lohmanni, Tintinnopsis gracilis, Cerataulina smithii dan Euglena agilis (lampiran 3).

Spesies yang ditemukan pada stasiun 1 dan 2 sebanyak 9 spesies dan pada stasiun 3 sebanyak 10 spesies. Jumlah individu fitoplankon yang ditemukan terbanyak yaitu jenis Melosira octogona sebanyak 5004 individu dan jumlah individu fitoplankton yang ditemukan paling sedikit yaitu jenis Euglena agilis sebanyak 237 individu.

Kelimpahan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kelimpahan fitoplankton tertinggi pada stasiun 3 dengan nilai kelimpahan 2870,7 individu/liter dan nilai kelimpahan terendah yaitu pada stasiun 1 dengan nilai kelimpahan 1464,97 individu/liter. Nilai kelimpahan yang ditemukankan pada setiap stasiun penelitian dapat di lihat pada tabel 4 dan laampiran 4

Tabel 4. Kelimpahan fitoplankton yang diperoleh

No Spesies Kelimpahan (ind/L)

1 2 3

1 Melosira octogona 985.4 1022.9 1179.0

2 Coscinodiscus subconcavum 103.18 96.8 145.2 3 Actinocyclus ehrenbergi 22.93 119.7 135.7

4 Hemiaulus hauckii 109.55 175.8 146.5

Jumlah Total Kelimpahan 1464.97 2077.7 2870.7

Total kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 sebanyak 1464,97 individu/liter, yang terdiri dari 9 spesies. Nilai total kelimpahan pada stasiun 2 sebanyak 2077,7 individu/liter yang terdiri dari 9 spesies dan stasiun 3 sebanyak 2870,7 individu/liter yang terdiri dari 10 spesies.

Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C)

Berdasarkan analisis data, nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) fitoplankton pada tiap stasiun dapat dilihat pada tabel 5 dan lampiran 5.

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman sedang). Hasil analisis data yang didapat memiliki nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu menonjol. Hasil analisis data yang didapat memilliki indeks dominansi mendekati nilai 0 maka tidak ada jenis fitoplankton yang mendominansi.

Parameter Lingkungan Perairan

Berdasarkan hasil pengamatan nilai rata-rata parameter fisika dan kimia air pada Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel 6. Parameter yang mendukung kehidupan fitoplankton meliputi suhu perairan. Dikarnakan suhu di setiap stasiun masih

dalam suhu yang baik untuk kehidupan fitoplankton yaitu 26-27°C. Kecerahan merupakan hal yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk kelangsungan hidupnya.

Nilai dari posfat yang sangat tinggi dapat memberi pengaruh buruk terhadap kelangsungan hidup fitoplankton. Nilai posfat yang melebihi batas wajar pada stasiun 1 dan 2 menyebabkan nilai kelimpahan, keseragaman dan keanekaragaman lebih rendah dari stasiun 3 yang memiliki kandungan posfat dalam batas wajar. Nilai N-total hasil penelitian pada stasiun 3 memiliki nilai yang lebih rendah dari stasiun 1 dan 2, namun nilai N-total dari stasiun 1 dan 2 memiliki nilai yang sangat tinggi dan tidak dapat ditoleransi oleh fitoplankton.

Hal ini dapat dilihat dari nilai kelimpahan, nilai keseragaman dan keanekaragaman paling rendah dari stasiun 3. Adapun nilai yang dapat menunjang kehidupan fitoplankton yaitu 0,9-3,5 mg/l. Nilai klorofil-α di Desa Jaring Halus masih sangat baik dikarnakan nilai yang didapati pada setiap stasiun <15 mg/l.

Tabel 6. Pengamatan nilai rata-rata parameter fisika dan kimia air

Parameter Satuan

Sumber baku mutu : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004

Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Kelimpahan Fitoplankton

Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan dihubungkan menggunakan Principal Component Analysis dengan kelimpahan fitoplankton. Hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap N-total, posfat, salinitas, kecerahan dan kedalaman tergolong negatif dengan membentuk sudut

>900 artinya berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton namun tidak searah.

Sementara hubungan pH, DO, Klorofil-α, suhu dan kecepatan arus terhadap kelimpahan fitoplankton tergolong positif dengan membentuk sudut <900 sehingga parameter tersebut berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dan juga searah dengan kelimpahan fitoplankton, hal ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

Dari hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan dihubungkan menggunakan (Principal Component Analysis) dengan

NITROGEN

Variables (axes F1 and F2: 55.86 %)

Active variables

kelimpahan fitoplankton, didapatkan nilai korelasi antar parameter (lampiran 6) sebagai berikut:

Tabel 7. Nilai korelasi person pada Principal Component Analysis

Parameter Nilai Korelasi Interpretasi

FISIKA

Suhu 0.070 sangat tidak kuat

Kecerahan -0.353 tidak kuat

Kecepatan Arus 0.002 sangat tidak kuat

Kedalaman -0.322 tidak kuat

Klorofil-α 0.166 sangat tidak kuat

Pembahasan

Kelimpahan Fitoplankton

Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diperoleh sebanyak 10069 individu/

liter terdiri dari 10 spesies. Fitoplankton di perairan Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat sangat banyak. Perairan di Desa Jaring Halus memiliki kualitas air yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh fitoplankton. Sehingga fitoplankton berkembang dengan baik di Pantai Pandaratan Desa Jaring Halus. Hal ini sesuai dengan Basmi (1995), menunjukkan bahwa lingkungan perairan tersebut mendukung kehidupan tersebut. Sebagaimana organisme lainnya, eksistensi dan kesuburan fitoplankton di dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh interaksinya terhadap faktor-faktor fisika, kimia, dan biologi. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan adalah akibat

pemanfaatan nutrien, dan radiasi sinar matahari, disamping suhu, dan pemangsaan oleh zooplankton.

Spesies fitoplankton yang ditemukan di Pantai Pendaratan Desa Jaring Halus kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yaitu Melosira octogona, Hemiaulus hauckii, Melosira sulcata, Coscinodiscus subconcavum, Actinocyclus ehrenbergi ,Coscinodiscus wailesi ,Tintinnopsis lohmanni ,Tintinnopsis gracilis, Cerataulina smithii dan Euglena agilis. Pada stasiun 1 dan 2 tidak didapati jenis Euglena agilis. Fitoplankton yang ditemukan pada penelitian ini memiliki spesies yang berbeda pada setiap staiun. Perbedaan komposisi fitoplankton pada setiap stasiun dipengaruhi oleh perbedaan faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk kehidupan fitoplankton di perairan oleh setiap spesies yang berbeda. Hal ini sesuai Fitriya dan Lukman (2015) yang menyatakan fitoplankton ada yang hidup di air tawar, payau dan laut. Namun demikian kehidupan fitoplankton dapat hidup di perairan dangkal maupun perairan dalam.

Pada hasil penelitian didapati spesies fitoplankton Euglena tidak di temukan pada stasiun 1 dan 2 di karenakan. Fitoplankton jenis ini sangat rentan terhadap kodisi perairan yang melebihi batas normal fitoplankton. Nilai posfat dan N-total pada stasiun 1 dan 2 sangat tinggi yaitu dengan nilai posfat pada stasiun 1 sebesar 0.35 mg/l dan stasiun 2 sebesar 0.16. nilai N-total pada stasiun 1 sebesar 42.26 mg/l dan stasiun 2 sebesar 4.79 mg/l. Euglena tidak dapat tumbuh dengan keadaan kondisi tersebut. Hal ini sesuai dengan Kumar et al., (2015) Euglena adalah waterunicellular segar microalgadistributed di tubuh kebanyakan air dengan nutrisi yang kaya menonjol mekar alga musiman dan merupakan salah satu yang paling awal berasal protista eukariotik dengan baik tanaman dan hewan

seperti fitur. Euglena membutuhkan H, C, N, O, Mg, P, S, Cl, K, Ca, Mn, Co, Zn dan beberapa elemen Euglena membutuhkan H, C, N, O, Mg, P, S, Cl, K, Ca, Mn, Co, Zn dan beberapa elemen lainnya pada tingkat yang sangat rendah.

Total kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 sebanyak 1464,97 individu/liter, yang terdiri dari 9 spesies. Nilai total kelimpahan pada stasiun 2 sebanyak 2077,7 individu/liter yang terdiri dari 9 spesies dan stasiun 3 sebanyak 2870,7 individu/liter yang terdiri dari 10 spesies. Kelimpahaan tertinggi pada stasiun 3. Kelimpahan terendah pada stasiun 1. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan nutrien seperti N-total dan posfat yang mempengaruhi pertumbuhan plankton pada stasiun tersebut. Banyaknya hara disebabkan stasiun 3 merupakan stasiun yang kontrol yang masih memiliki banyak mangrove sehingga konsentrasi posfat dan N-total yang mengakibatkan suburnya pertumbuhan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Nybakken (1992). Fitoplankton dapat menghasilkan energi dari molekul yang kompleks jika tersedia bahan dan nutrisi. Nutrisi yang paling penting adalah N-total dan posfat.

Kelimpahan fitoplankton yang tertinggi ditemukan pada stasiun 3 dengan nilai 2870,7 individu/liter sedangkan kelimpahan fitoplankton dengan kelimpahan terendah ditemukan pada stasiun 1 sebanyak 1464,97 individu/liter. Hal ini disebabkan oleh pengaruh faktor fisika-kimia dan aktifitas masyarakat yang berpengaruh langsung terhadap penghasil energi yang ada di perairan. Adanya aktifitas masyarakat menjadi pendukung kebutuhan nutrisi untuk fitoplankton pada stasiun 1. Hal ini sesuai dengan Pugesehan (2010) seperti halnya nitrogen, kandungan posfat merupakan unsur yang penting dalam ekosistem perairan. Zat-zat organik seperti protein mengandung N-total dan posfat yang terdapat dalam sel

makhluk hidup dan berperan penting dalam penyedia energi. Keberadaan senyawa posfat dan N-total dalam ekosistem perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam proses pembentukan senyawa protein dan metabolisme bagi organisme. Fluktuasi dari populasi plankton dipengaruhi oleh perubahan berbagai kondisi lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di perairan.

Untuk nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi plankton.

Indeks Keanekaragaman (H´), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) pada setiap Stasiun Penelitian

Dari hasil yang diperoleh diketahui indeks keanekaragaman setiap stasiun memiliki nilai stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman sedang). Sebaran individu memiliki kategori sedang serta memiliki komunitas yang sedang dan merata. Hal ini sesuai dengan Odum (1996), Kisaran 1-3 menunjukan indeks keanekaragaman yang sedang dengan sebaran individu sedang dan kestabilan komunitas sedang, nilai keanekaragaman >3 menunjukan keadaan suatu daerah yang mengalami tekanan ekologi rendah dan indeks keanekaragaman spesiesnya tinggi dengan sebaran individu tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.

Nilai keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 1.92.

hal ini disebabkan pada stasiun 3 terdapat jumlah jenis spesies fitoplankton lebih banyak ditemukan dibandingkan spesies fitoplankton yang ditemukan di stasiun 1 dan stasiun 2, disebabkan kualitas air yaitu nilai N-total dan posfat pada stasiun 3 mendukung kehidupan dari fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Langus (2004) suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi

apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relative merata.

Fitoplankton merupakan organisme melayang di perairan sehingga penyebarannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan tersebut. Suhu yang berbeda pada perairan dapat mempengaruhi sebaran fitoplankton. Kadar oksigen terlarut di perairan sangat mempengaruhi hidup plankton pada setiap stasiun memiliki DO yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Suin (2002), pola penyebaran plankton dalam badan air disebabkan oleh adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan fator-faktor lainnya.

Dari hasil yang di peroleh diketahui indeks keanekaragaman setiap stasiun memiliki nilai stabilitas komunitas biota 1<H’<3 maka dapat dimasukkan dalam kategori moderat (keanekaragaman sedang) . Sehingga komuitas fitoplankton yang ada di perairan desa Jaring Halus. Dapat dikatakan sedang di lihat dari spesies fitoplankton yang di temukan tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan Langus (2004), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata.

Dari hasil yang di peroleh indeks keseragaman setiap stasiun memiliki nilai stabilitas nilai E mendekati 1 maka keseragaman antar spesies relatif merata . Pada stasiun 1 dengan hasil 0.57 pada stasiun 2 dengan hasil 0.76 dan pada stasiun 3 dengan hasil 0.83. Nilai dari keseragaman mendekati 1 maka populasi fitoplankton memiliki keseragaman jumlah individunya merata. Hal ini sesuai dengan Krebs (1985), apabila Indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus tidak

sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut.

Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi plankton menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata.

Nilai indeks keseragaman pada stasiun 1 sebesar 0,57, stasiun 2 sebesar 0,76 dan pada stasiun 3 sebesar 0,83. Hasil analisis data yang didapat memiliki nilai indeks keseragaman mendekati 1, maka keseragaman antara spesies relative merata dan perbedaannya tidak begitu menonjol. Hal ini sesuaai dengan Basmi (2000), bahwa nilai keseragaman (E) mendekati 1, maka keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu menyolok. Nilai keseragaman (E) berkisar antara 0-1, semakin kecil nilai E artinya semakin kecil keseragaman suatu populasi dan ada kecenderungan bahwa satu jenis mendominansi populasi tersebut.

Indeks dominansi (C) pada stasiun 1 sebesar 0.48 , pada stasiun 2 sebesar 0.29 dan pada stasiun 3 sebesar 0.22 menunjukan bahwa di setiap stasiun tidak terjadi dominansi karena nilai pada masing-masing stasiun mendekati 0. Hal ini menandakan bahwa tidak ada fitoplankton yang mendominansi di badan air.

Masson (1981) nilai indeks dominansi memiliki nilai indeks dominansi rendah yang menggambarkan bahwa tidak ada spesies yang mendominansi pada komunitas tersebut. Hal ini menunjukan bahwa komunitas tersebut berada dalam keadaan stabil. Setiap stasiun memiliki dominasi rendah, karena kurangnya plankton yang dijumpai selama penelitian, sehingga mempengaruhi indeks dominansi spesies. Nilai indeks dominansi yang diperoleh menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian tidak terdapat jenis fitoplankton yang dominan. Walaupun

ada jenis tertentu yang selalu muncul pada setiap pengamatan namun kelimpahannya tidak menujukkan adanya dominansi.

Hasil analisis data yang didapat memilliki indeks dominansi mendekati nilai 0 maka tidak ada jenis fitoplankton yang mendominansi. Nilai pada stasiun 1 dominansi 0.48, pada stasiun 2 dominansi 0.29 dan pada stasiun 3 dominansi 0.22.

Hal ini sesuai dengan Odum (1971), nilai dominansi 1 menunjukkan dominansi oleh satu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun), indeks 0 menunjukkan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang mendominansi.

Nilai indeks dominansi yang diperoleh menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian tidak terdapat jenis fitoplankton yang dominan. Walaupun ada jenis tertentu yang selalu muncul pada setiap pengamatan namun kelimpahannya tidak menujukkan adanya dominansi. Indeks dominansi juga di pengaruhi oleh kondisi perairan yang tidak stabil pada setiap stasiun nilai dari fisika dan kimia air. Nilai fisika dan kimia air masih di dalam baku mutu seperti suhu, pH, DO, salinitas, dan klorofil-α. N-total dan posfat memiliki nilai melebihi baku mutu sehingga mempengaruhi dari indekss dominansi yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan (Novia et al., 2016). Nilai C masih mendekati 0, dimana tidak ada plankton yang mendominasi di perairan. Kondisi perairan yang kurang stabil yaitu adanya pengaruh dari beberapa faktor lingkungan yang berbeda atau ada fenomena yang terjadi di perairan.

Kualitas air Suhu

Dari hasil yang diperoleh suhu pada setiap stasiun berkisar antara 26-27°C yaitu stasiun 1 dengan suhu 27°C, pada stasiun 2 dengan suhu 26°C dan stasiun 3 dengan suhu 27°C. Suhu perairan yang ada di Desa Jaring Halus sangat mendukung bagi kehidupan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Anshorullah et al., (2008). Kelimpahan diatom diperairan dipengaruhi oleh faktor fisika kimia perairan,diantaranya adalah suhu. Suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar antara 20-30˚C.

Dari hasil yang di peroleh suhu pada setiap stasiun berkisar antara 26-27°C. Suhu pada perairan dapat mempengaruhi kehidupan fitoplankton tersebut jika suhu sangat tinggi maka fitoplankton akan sulit untuk bertahan. Hal ini sesuai dengan Rahmawati et al., (2014), yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan plankton adalah 22-30˚C. Suhu suatu perairan dapat mempengaruhi kelulusan hidup organisme yang berada di dalamnya termasuk plankton.

Kecerahan

Dari hasil yang di peroleh nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 33,16 cm dan nilai kecerahan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 22 cm, nilai kecerahan tertinggi disebabkan rendahnya bahan terlarut yang masuk ke badan perairan akibat tidak banyak aktivitas di kawasan ini sehingga matahari dapat menembus kebadan dan kecerahan yang paling rendah di sebabkan tingginya bahan terlarut di dalamnya. Hal ini sesuai dengan Odum (1993) penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air sehingga

membatasi zona fotosintesis. Apabila kecerahan pada suatu perairan rendah, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan terjadi karena adanya plankton, lumpur dan zat terlarut dalam air. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton.

Kecepatan arus

Dari hasil yang diperoleh kelimpahan plankton tidak berbeda terlalu jauh dikarnakan penyebaran plankton sangat di pengaruhi oleh arus. Fitoplankton merupakan organism yang sangat di pengaruhi oleh arus. Hal ini sesuai dengan Sudarto (1993), Arus air di air laut merupakan suatu fenomena dinamika air laut yang terjadi setiap hari dan merupkan pencerminan gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini sangat penting dalam proses perpindahan zat pencemar serta biota yang ada di dalam.

Dari hasil yang diperoleh DO pada setiap stasiun memiliki nilai relatif seragam yaitu 6,43-6,8 mg/L. Gas terlarut sangat dipengaruhi oleh arus. Dengan adanya arus penyebaran dari oksigen terlarut sangat merata pada setiap stasiun.

Hal ini sesuai dengan Barus (2004), arus air mempunyai peran penting dalam penyebaran organisma, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air pH

Dari hasil yang diperoleh nilai pH pada setiap stasiun sama yaaitu 7,33 mengindikasi pH pada setiaap stasiun yaitu stabil yang member pengaruh baaik bagi organism terutama fitoplankton. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), yang menyatakan bahwa Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisme.

Keterkaitan pH dengan kelimpahan fitoplankton sangat terlihat, dengan pH yang stabil yaitu 7,33 sehingga fitoplankton memiliki metabolism yang sangat baik. Hal ini sesuai dengan Hamuna (2018), kondisi perairan yang sangat asam ataupun yang sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Dari hasil yang diperoleh indeks keanekaragaman stasiun memiliki nilai stabilitas komunitas biota bersifat moderat (keanekaragaman sedang). Hal ini dikarnakan nilai pH tidak terlalu rendah atau masih netral, sehingga keanekaragaman sedang. Hal ini sesuai dengan Sutanto dan Purwasih (2012), Semakin kecil pH maka sedikit pengaruh terhadap keanekaragaman organisme dengan kata lain semakin kecil pH yang didapat maka kemungkinan akan meningkatkan keanekaragaman organisme dan mikroorganisme yang mendiami tempat tersebut.

DO

Berdasarkan hasil penelitian di perairan Belawan diperoleh oksigen terlarut dari masing-masing stasiun berkisar 6,43 mg/l sampai dengan 6,8 mg/l.

oksigen terlarut yang baik akan memberikan dampak baik pada perairan Hal ini sesuai dengan Barus (2004), Nilai Oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg/l.

Berdasarkan hasil penelitian di perairan Jaring Halus diperoleh oksigen terlarut dari masing-masing stasiun berkisar 6,43 mg/l sampai dengan 6,8 mg/l.

nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 6,43 mg/l dan nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan 3 sebesar 6,8 mg/l rendahnya oksigen terlarut pada stasiun 1 disebabkan adanya aktifitas masyarakat

di sekitar stasiun tersebut. Tingginya nilai oksigen terlarut pada stasiun 2 dan 3 disebabkan didaerah ini merupakan daerah yang minim aktifitas atau daerah kontrol dan juga pada stasiun 3 terdapat vegetasi mangrove yang masih baik sehingga beban masukan dari luar untuk pengurairan zat organik sangat sedikit dan adanya vegetasi yang melakukan fotosintesis disekitar daerah ini menyuplai oksigen sehingga kadar oksigen terlarut didaerah ini tinggi Hal ini sesuai dengan Menurut Michael (1994) oksigen yang hilang dari air secara alami oleh adanya pernafasan biota, penguraian bahan organik, aliran masuk air bawah tanah yang miskin oksigen dan kenaikan suhu. Biota air sangat bergantung terhadaap oksigen terlarut yang ada di perairan. Oksigen terlarut merupakan komponen utama biota untuk kehidupan di perairan.

Salinitas

Nilai salinitas yang terukur di pada saat penelitian dilakukan berkisar 25 ppt sampai dengan 28 ppt. nilai salinitas terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 25 ppt dan nilai salinitas tertinggi pada stasiuin 2 sebesar 28 ppt . rendahnya salinitas pada stasiun 3 dikarenakan stasiun ini berada di dua muara sungai yang mengalir kearah perairan ini mendapat pengaruh dari massa air yang mengalir dari muara sungai. Sedangkan nilai salinitas tertinggi di stasiun 2 dikarenakan perairan ini sudah mengarah ke laut lepas dan tidak ada aliran sungai. Hal ini sesuai dengan Hartono (1998) yang menyatakan distribusi suhu di perairan estuari sebagian besar dipengaruhi oleh kedalaman yang merupakan efek masukan dari sungai dan pengaruh perubahan pasang surut. Pola gradien salinitas bergantung pada musim, topografis, pasang surut dan jumlah air tawar yang masuk.

Posfat dan N-total

Nilai posfat pada setiap stasiun yang ditemukan pada penelitian memiliki nilai yang berbeda antara tiap stasiunnya tergantung dari aktivitas yang berada pada lokasi penelitian, nilai posfat tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,35 mg/l dan nilai terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0.07. Nilai posfat tertinggi pada stasiun 1 dikarnakan pada stasiun tersebut berhubungan langsung dengan limbah rumah tangga. Hal ini sesuai dengan Novia et al., (2016). Kandungan posfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu,

Nilai posfat pada setiap stasiun yang ditemukan pada penelitian memiliki nilai yang berbeda antara tiap stasiunnya tergantung dari aktivitas yang berada pada lokasi penelitian, nilai posfat tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,35 mg/l dan nilai terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0.07. Nilai posfat tertinggi pada stasiun 1 dikarnakan pada stasiun tersebut berhubungan langsung dengan limbah rumah tangga. Hal ini sesuai dengan Novia et al., (2016). Kandungan posfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu,

Dokumen terkait