• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Ekstraksi Daun Kecombrang

Tahapan ekstraksi adalah proses melarutkan senyawa senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak daun kecombrang, sedangkan skrining adalah proses pengujian ekstrak dengan larutan tertentu untuk mengetahui kandungan senyawa aktif pada daun kecombrang, Pelarut yang dipakai antara lain N-Heksana, Etil Asetat, Etanol, Selanjutnya, larutan tersebut dimasukkan kedalam masing masing toples kaca yang berisi serbuk daun kecombang sebanyak 2 liter dan diendapkan selama 3 hari yang tujuan agar pelarutnya dengan serbuk daun kecombrang menjadi homogen dan menyatu atau disebut dengan tahapan maserasi. Proses waterbath merupakan suatu proses pemanasan menggunakan suhu panas dari air yang mendidih yang membuat larutan ekstrak daun kecombrang menguap sehingga meninggakan ekstrak padat dan kental dari larutan tersebut. Hasil dari ekstraksi daun kecombrang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Kecombrang

No. Hasil Metanol Etil Asetat N-Heksana 1. Berat Sampel (gr) 200 200 200 2. Berat Ekstrak (gr) 1,877 3,698 0,325 3. Bentuk Pasta basah Pasta Basah Pasta Kering

4. Warna Hijau kemerahan Cokelat kemerahan Hijau Kekuningan Skrining Daun Kecombrang

Serbuk daun kecombrang diuji kandungan sifatnya dengan 8 larutan yaitu;

larutan FeCl3, larutan Coriksulfat, larutan Bouchardat, larutan Wagner, larutan Meyer, larutan Dragendorf, larutan Aqua ,larutan Etil Asetat. Tujuan dari skrining

ini untuk dapat membuktikan bahwa tumbuhan kecombrang merupakan tumbuhan aktioksidan mengandung senyawa saponin yang terdapat pada daun kecombrang tersebut. Hasil dari analisa uji kandungan sifat daun kecombrang dapat dilihat pada Tabel 2. kecombrang dengan pereaksi FeCl3 mengandung tanin sebesar positif 3 dengan keterangan kuat sekali yang merupakan salah satu faktor warna skrining ekstrak daun kecombrang memiliki hijau kehitam hitaman dikarenakan sisa sisa ekstrak daun kecombrang atau ampas tidak ikut larut semuanya. Ekstrak daun kecombrang juga mengandung terpen sebesar positif 3 dengan keterangan kuat sekali yang merupakan salah satu faktor penyebab warna daun kecombrang

menjadi hijau kecoklatan dengan pereaksi FeCl3, Ekstrak daun kecombrang juga melalui uji skrining mengandung saponin dengan pelarut Aqua sebesar positif 3 dengan keterangan kuat sekali, saponin merupakan larutan yang mengeluarkan busa saat proses skrining berlangsung, saponin juga diketahui sebagai antioksidan yang juga dapat digunakan sebagai anti mikroba khususnya dalam penelitian ini sebagai antifungi atau antijamur.

Uji Toksisitas Ekstrak Daun Kecombrang Pada Ikan Gurami

Data Hasil Uji Toksisitas ekstrak daun kecombrang dengan pelarut Etil Asetat, n-Heksana, Metanol pada ikan gurami dalam waktu 1 menit pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Uji Toksisitas ekstrak daun kecombrang dengan pelarut etil asetat,n- heksana, dan etanol yang di ujikan pada ikan gurami yang berukuran rata rata 7-10 cm, yang memiliki tingkat mortalitas yang paling tinggi adalah ekstrak kecombrang dengan pelarut N-heksana, Metanol, Etil Asetat sebanyak 10 ekor dalam masing masing perlakuan, hal ini disebabkan kandungan terpen dan tanin pada hasil skrining didalam tabel 2, yang kandungan tanin sebesar positif 3 dan kandungan terpen

juga memiliki kandungan sebesar positif 3 yang memiliki keterangan kuat sekali yang dapat mengubah faktor kondisi dalam air diakuarium, yang menyebabkan besarnya mortalitas sangat tinggi dalam masing masing ditiap perlakuan, yang memiliki tingkat mortalitas rendah dengan konsentrasi 10 ppm adalah ekstrak daun kecombrang dengan pelarut etanol memiliki mortalitas sebanyak 2 ekor, dan ekstrak kecombrang dengan pelarut etil asetat memiliki mortalitas sebanyak 4 ekor, dan ekstrak kecombrang dengan pelarut N-heksana memiliki mortalitas sebanyak 4 ekor, mortalitas rendah dengan konsentrasi 10 ppm darri ekstrak daun kecombrang dengan pelarut N-heksana, Etanol, Etil Asetat dalam konsentrasi yang masih dapat di tolerir oleh ikan gurami sehingga dapat bertahan dan memiliki mortalitas rendah, dan juga tidak mengubah faktor kondisi keseluruhan sehingga ikan gurami dapat hidup dalam konsentrasi tersebut.

Penularan Jamur Saprolegnia sp Pada ikan Gurami

Jamur Saprolegnia sp. merupakan salah satu jamur yang menyerang ikan konsumsi maupun ikan hias, salah satunya adalah yang menyerang ikan gurami, umumnya jamur ini menyerang ikan yang imunitas badannya yang tidak kuat menolerir kualitas air ditempat lingkungannya hidup sehingga mikroorganisme patogen dengan mudah menyerang inang yang lemah dengan kondisi lingkungan yang mendukung. Jamur Saprolegnia sp., umumnya menyerupai kapas yang berwarna putih ke abu – abuan atau pun putih kecoklatan yang terdapat pada sisik ikan, sirip ikan, atau bekas–bekas bagian luka yang bisa memunculkan pertumbuhan serta perkembangan jamur tersebut. Ikan yang sakit yang diduga terkena jamur saprolegnia didapat dari laboratorium Penyakit, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I, kemudian dipotong bagian-

bagian ikan yang di duga terserang jamur di inkubasi di cawan petri yang berisi PDA selama 2 sampai 4 hari dengan suhu ambiven, dengan suhu tersebut dapat mendukung pertumbuhan serta perkembangan jamur tersebut. Metode slide culture potongan PDA yang sudah ditumbuhi oleh kapang/jamur, Setelah kapang/

jamur tersebut sudah tumbuh dicawan petri dilakukan pewarnaan sederhana yang bertujuan untuk memperhatikan bentuk-bentuk bagian jamur seperti hifa, dan sporangium. Pewarnaan menggunakan metilen biru pekat dengan gelas objek yang ditempel digelas preparat yang potongan kecil PDA ditumbuhi oleh kapang tersebut. Bentuk gambar jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Gambar jamur yang dikultur dan diamati dengan mikroskop perbesaran 10x102mm

Jamur tersebut dikultur / diremajakan hasilnya ke beberapa cawan petri yang berisi media PDA dan setelah tumbuh, disiapkan sebagai media untuk uji daya hambat ekstrak daun kecombrang terhadap jamur Saprolegnia sp. Metode pengenceran digunakan untuk memperbanyak spora jamur yang digunakan sebanyak 3 cawan petri. Dan sisanya diencerkan ditabung reaksi sebanyak 9 ml lalu dimasukkan kedalam masing masing akurarium yang berisi air yang sudah di aerasi sebanyak 12 buah yaitu 3 perlakuan dan 3 ulangan dan 3 kontrol untuk

menguji ektrak daun kecombrang dengan pelarut metanol, Etil Asetat, dan N- Heksana sebagai pencegah jamur Saprolegnia sp. pada ikan gurami.

Uji daya hambat ekstrak daun Kecombrang terhadap Jamur Saprolegnia sp.

Potongan PDA yang telah ditumbuhi oleh jamur Saprolegnia sp. kemudian di potong dan di inkubasi ke media PDA yang baru selama 1 sampai 2 hari, kemudian kertas cakram yang sudah direndam dengan larutan ekstrak daun kecombrang diletakkan kedalam cawan petri yang berisi PDA yang telah diinkubasi dengan potongan miselium jamur dan diamati perkembangan selama 1 sampai 5 hari yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan jamur Saprolegnia sp. dan pengaruh hambat larutan ekstrak daun kecombrang terhadap jamur Saprolegnia sp. Aktivitas antifungi ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram, dan dengan rata rata diameter zona hambat ekstrak daun kecombrang terhadap jamur Saprolegnia sp. didalam Tabel 4. Dan gambar hasil uji ekstrak daun kecombrang pada gambar 7.

Gambar 7. Hasil uji daya hambat ekstrak daun kecombrang dengan pelarut a) pelarut n – heksana, b) pelarut metanol, c) pelarut etil asetat

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa zona hambat pada hari ke 1 dengan pelarut Etil Asetat dengan konsentrasi 60% memiliki zona hambat yang tinggi yaitu dengan ukuran sebesar 2,4 mm dan pelarut Etanol dengan zona hambat yaitu dengan ukuran 1,9 mm dan pelarut N- Heksana dengan yaitu dengan ukuran 1,3 mm yang mampu menghambat perkembangan dan pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. Pada Hari ke 2, zona hambat yang paling tinggi dengan pelarut Etil Asetat yaitu dengan ukuran 3,3 mm, dan pelarut Etanol dengan ukuran yaitu 2,5 mm, dan pelarut N- Heksana dengan ukuran yaitu 1,2 mm. Pada Hari ke 3, zona hambat dengan pelarut dengan ukuran ukuran 9,7 mm, dan pelarut etanol dengan ukuran yaitu sebesar 2,7, dan pelarut N- Heksana dengan ukuran yaitu 1,3 mm.

Pengamatan Kualitas Air

Pengukuran parameter kualitas dilakukan selama penelitian berlangsung yang digunakan sebagai parameter pendukung dalam hasil penelitian, tujuan dari pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui dan serta membandingkan parameter kondisi kualitas air pada penelitian ini. Pengukuran parameter dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Pengukuran kualitas air selama penelitian

Tabel 5. Data Kualitas Air Selama Penelitian dilakukan menggunakan termometer yang dicelupkanke dalam air diakuarium dan didapat hasil pada termometer tersebut pada tiap perlakuan dan ulangan dan

Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pendukung diparameter dalam penelitian ini, pengukuran oksigen terlarut menggunakan DO meter yang celupkan kedalam air diakuarium sehingga didapat hasil sesuai yang tertera dialat, diketahui rata–rata adalah 6,2mg/l sampai 7,5mg/l. Kandungan Oksigen terlarut yang paling rendah adalah 6,2 mg/l dan yang paling tinggi adalah 7,5 mg/l, salah

satu faktor rendahnya oksigen terlarut tersebut disebabkan saat penebaran ikan gurami di akuarium, sehingga mengalami proses aklimitisasi, yaitu proses adaptasi dari lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru. Oksegen terlarut (Disolved Oksigen) juga memiliki pengaruhi dari suhu yang ambiven sehingga kandungan oksigen terlarut mengalami peningkatan dan stabil pada penelitian.

Derajat Keasaman (pH) diukur dengan menggunakan alat pHmeter yang dicelupkan kedalam air diakuarium dan didapat hasil sesuai yang tertera dialat.

Tujuan pengukuran Derajat keasaman ini untuk mengetahui kondisi asam basahnya sifat air diakuarium tersebut, diketahui rata – rata derajat keasaman (pH) adalah 7,0 sampai 7,8. Derajat keasaman (pH) yang paling rendah adalah 7,0 dan yang paling tinggi adalah 7,8. Perbedaan derajat keasaman juga dipengaruhi oleh suhu dan oksigen terlarut (Disolved oksigen). Derajat Keasaman (pH) yang paling rendah adalah 7,0 yang merupakan keadaan standar atau keadaan netral, tidak basah dan tidak asam pada kondisi air tersebut juga di pengaruhi oleh suhu yang ambiven, oksigen terlarut (Disolved Oksigen) yang tetap dan stabil, dan derajat keasaman (pH) yang tetap.

Analisis Data

Gambar 8. Grafik hubungan pemberian konsentrasi ekstrak daun kecombrang dengan mortalitas ikan gurami

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa ekstrak daun kecombrang dengan pelarut n – heksana, pelarut etil asetat, pelarut metanol dengan kadar konsentrasi ppm yang berbanding dengan jumlah mortalitas (ekor), didalam grafik dapat dilihat bahwa besarnya kadar konsentrasi berbanding lurus dengan besarnya

Dokumen terkait