B. Ekeskusi Gadai Saham Menurut Putusan Pengadilan
4. Pembahasan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Data putusan dan penetapan yang berhasil dikumpulkan oleh LKHP-FHUI adalah sebagai berikut:
Periode Tahun Putusan Jumlah Putusan yang Dikumpulkan
Yurisprudensi periode 1900–1942 Tahun 1931 = 15 Putusan Tahun 1932 = 8 Putusan Tahun 1934 = 14 Putusan Tahun 1936 = 15 Putusan Yurisprudensi periode 1942–1945
-Yurisprudensi periode 1950–1964 3 Putusan
Yurisprudensi Periode 1964–2009 Penetapan : 20 Putusan : 34
TOTAL Putusan : 89
Penetapan : 20
Khusus untuk data putusan periode tahun 1900–1942, data tersebut masih dalam bentuk Bahasa Belanda. Data diambil dari kumpulan yurisprudensi Belanda yang tersedia di Pusat Dokumentasi Hukum UI (PDH-UI).
Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dimasukkan dalam tabel yang disusun untuk mempermudah penganalisisan data penelitian. Format tabel penginputan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
46
Laporan PenelitianIsi1-ok.indd 46 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham47
46
Laporan PenelitianNo. Jumlah Putusan yang Dikumpulkan
No. putusan/penetapan Nomor Putusan dan Penerapan di Mahkamah
Agung yang diinput
Tahun Tahun diputuskan/ditetapkan
Jenis Jenis adalah putusan atau penetapan
Para pihak Pihak penggugat dan tergugat (gugatan),
Pemo-hon dan termoPemo-hon (penetapan)
Kasus Kasus Posisi timbulnya permasalahan
Putusan/penerapan pengadilan Isi dari Putusan/petetapan
Keterangan Norma hukum, Putusan Pengadilan tingkat
per-tama, banding
No. No. Putus Penetapan
Tahun Jenis Para Pihak Kasus Putusan/
Penetapan Pengadilan
Keterangan
Berikut adalah keterangan terhadap tabel data penginputan:
Berdasarkan data yurisprudensi yang dikumpulkan, khususnya data yurisprudensi periode 1942–2009 (1900–1942 masih dalam bahasa Belanda), LKHP-FHUI melaku-kan pemetaan dengan mengelompokmelaku-kan data yurisprudensi tersebut berdasarmelaku-kan materi yang diaturnya. Berikut adalah pemetaan tersebut:
Jenis Putusan Jumlah Putusan
Gadai Tanah 16 yurisprudensi
Gadai Tanah Adat 6 yurisprudensi
Hak Gadai 1 yurisprudensi
Putusan terkait Gadai 2 yurisprudensi
Penggugat/ Pemohon Tergugat/ Pemohon Isi1-ok.indd 47 12/13/2010 11:19:37 PM Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
48
Perspektif Internasional Gadai Umum (akibat Hu-kum terhadap barang yang digadaikan)5 yurisprudensi
Gadai Saham Penetapan:
20 Penetapaan, dengan perincian: 12 penetapan eksekusi
5 penetapan mengenai konfirmasi eksekusi
3 penetapan Pengadilan PT yang membatalkan 12 penetapan eksekusi
Putusan Pengadilan 4 yurisprudensi
Namun, dari data yang dikumpulkan LKHP-FHUI sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang memfokuskan pembahasan mengenai eksekusi gadai saham saja. Berdasarkan isu-isu hukum yang diajukan dalam proposal penelitian serta didukung dengan data yurisprudensi yang dikumpulkan, LKHP-FHUI setidaknya ada empat belas kasus penting mengenai gadai saham yang akan dianalisis.
Berikut adalah isu-isu hukum yang merupakan sudut telaah dalam restatement ini. 1) Apakah ketentuan eksekusi gadai saham dalam KUH Perdata membenarkan
eksekusi gadai dilakukan secara private tanpa melalui kantor lelang?
2) Apakah penentuan eksekusi gadai saham secara private atau melalui kantor lelang harus berdasarkan penetapan/putusan pengadilan?
3) Jika eksekusi secara private, yaitu tanpa melalui kantor lelang dibenarkan, bagaimana prosedur yang harus ditempuh oleh kreditur penerima gadai saham, apakah melalui prosedur permohonan ataukah harus melalui prosedur gugatan?
4) Apakah sebagai perjanjian accesoir, perjanjian gadai saham berakhir ketika perjanjian pokoknya berakhir?
5) Apakah pembuatan surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney, substansinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditur penerima gadai yang dilarang oleh Pasal 1154 KUH Perdata?
6) Apakah kreditur penerima gadai harus meminta persetujuan dari debitur pemberi gadai untuk memperpanjang masa gadai ataukah kreditur penerima gadai cukup melakukan pemberitahuan (notification) kepada debitur pemberi gadai?
48
Laporan PenelitianIsi1-ok.indd 48 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham49
48
Laporan Penelitian7) Apakah terdapat perbedaan antara putusan maupun penetapan hakim atas eksekusi gadai saham dari perseroan yang tertutup dan putusan maupun hakim atas eksekusi gadai saham dari perseroan yang terbuka?
Bagan Kronologis Perkembangan Aliran Pemikiran/Mahzab Mengenai Gadai Saham dalam Lingkup Putusan MA RI
No. Isu Hukum Tahun No. Putusan/Penetapan Ringkasan
Maksud dari unsur “ke cuali ditentukan lain” dalam Pasal 1155 ayat (1) KUH Perdata. 2001 Penetapan No. 332/ Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel s/d Penetapan No. 343/ Pdt.P/2001/PN.Jak. Sel dengan pemohon: Deutsche Bank Aktieng-esellschaft
Berdasarkan share pledge
agreement, kreditur berhak
untuk menjual keseluruhan saham yang telah digadaikan secara privat atau secara “tidak di muka umum”.
2002 Penetapan No. PTJ. KPT.01.2005 s/d Penetap-an No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel
Kreditur telah menjual secara privat gadai saham yang dipegang dengan dasar telah diperjanjikan (memiliki hak parate eksekusi) namun setelah itu tetap meminta penetapan dari pengadilan
agar penjualan tersebut adalah sah.
2007 MA RI No. 115 PK/ PDT/2007 jo. No. 517/ PDT.G/2003/PN.JKT.PST
Penjualan harus dilakukan dengan cara lelang di muka umum atau dengan cara lain yang telah ditentukan oleh Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. 2. Maksud dari unsur “tuntu-tan (vorderen)” dalam Pasal 1156 KUH Perdata. 2002 Penetapan No. PTJ. KPT.01.2005 s/d Penetap-an No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel
Berdasarkan Pasal 1156 KUH Perdata untuk melakukan eksekusi maka lembaga jaminan gadai memerlukan Pengadilan.
Isi1-ok.indd 49 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
50
Perspektif Internasional3. Prosedur
apa-kah yang harus digunakan untuk melaku-kan eksekusi di Pengadil-an, apakah prosedur mengajukan gugatan atau mengajukan permohonan. 2002 Penetapan No. PTJ. KPT.01.2005 s/d Penetap-an No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/ Pdt.P/2002/PN. Jaksel
Prosedur eksekusi objek jaminan melalui perantaraan pengadilan adalah mela-lui permohonan eksekusi ter hadap objek jaminan. Dengan demikian, prosedur yang ditempuh tidaklah melalui upaya gugatan, tetapi dengan permohonan. Dalam hal ini, perjanjian gadai saham bersifat accesoir dan merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya hutang piutang sehingga termasuk dalam perkara sengketa yang ada para pihak yang saling berkepentingan, yaitu kreditur dan debitur sehingga seharusnya diajukan dalam bentuk gugatan. 4. Berakhirnya hak penerima gadai untuk melakukan eksekusi 2007 MA RI No. 240PK/ PDT/2006 jo 123/ PDT.G/2003/PN.JKT.PST
Hak mengeksekusi saham yang digadaikan ada pada penerima gadai selama
perjanjian itu masih berlaku.
Berakhirnya suatu gadai
bukan harus karena hutang
yang dijamin telah lunas. Saham-saham terikat sebagai jaminan hanya
selama jangka waktu yang te-lah disepakati para pihak dan bukan sampai seluruh hutang lunas. Dimungkinkan apabila suatu perjanjian gadai saham berakhir tanpa adanya pem-bebasan/pelunasan hutang yang dijamin.
2007 MA RI No. 115 PK/ PDT/2007 jo. No. 517/ PDT.G/2003/PN.JKT.PST
Perjanjian gadai saham terse-but merupakan perjanjian accesoir. Accesoir, artinya ber-lakunya hak gadai atas saham bergantung pada ada atau tidaknya perjanjian pokok atau hutang piutang, artinya
jika perjanjian hutang piutang sah maka perjanjian
50
Laporan PenelitianIsi1-ok.indd 50 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham51
50
Laporan Penelitiangadai sahamnya sebagai perjanjian tambahan juga sah,
seba1iknya jika perjanjian hu-tang piuhu-tang tidak sah maka perjanjian gadai sahamnya juga tidak sah.
5. Ketika kewa-jiban tidak dilaksana-kan, apakah kreditur dalam menjual gadai saham harus dilakukan de-ngan persetu-juan pemberi gadai? 2001 Penetapan 333/
Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel Penjualan seluruh saham yang digadaikan tanpa perlu mendapat persetujuan ter-lebih dahulu. 6. Ketika hutang belum lunas dan jangka waktu gadai sahamnya ter-batas, apakah kreditur dalam memperpan-jang gadai saham harus dilakukan de-ngan persetu-juan pemberi gadai atau cukup dengan pemberita-huan? 2007 Putusan PK Nomor 115 PK/PDT/2007 jo. No. 517/ PDT.G/2003/PN.JKT.PST
Cukup dengan pemberita-huan, merujuk pada Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perse-roan Terbatas. Ayat (1), bahwa pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak. Ayat (2), akta pemindahan hak sebagaimana dimaksud da-lam ayat (1) atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada perseroan sehingga
perpanjangan gadai saham cukup dengan pemberita-huan saja tidak memerlukan persetujuan. 7. Bagaimana perlindungan hak penerima gadai ketika pemberi ga-dai tidak ber-wenang untuk menggadaikan sahamnya?
2008 Putusan Arbitrase Pemer-intah Indonesia Melawan PT Newmont Nusa Teng-gara
Meskipun pemberi ga-dai tidak berwenang untuk menyerahkan gadai tersebut, penerima gadai tetap di lin-dungi (Pasal 1152 Ayat (4) KUH Perdata).
Isi1-ok.indd 51 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
52
Perspektif Internasional 8. Siapa yang menurut hukum lebih tepat untuk dilindungi, apakah penerima gadai saham atau pembeli saham?2008 Putusan Arbitrase Pemer-intah Indonesia Melawan PT Newmont Nusa Teng-gara
Berdasarkan Pasal 1492 KUH Perdata, Pemerintah Indone-sia dapat menuntut PT NTT sebagai penjual menjalankan kewajibannya dalam hal pe-nanggungan dan pemerintah
berhak untuk menerima gadai saham tersebut. 9. Bagaimana dampak pen-jualan saham terhadap pembeli yang beritikad baik? 2001 Penetapan 332/ Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel
Pembeli berhak untuk melak-sanakan dan menikmati segala hak-hak yang terbit dari saham-saham yang bersangkutan.
2007 Penetapan No. 09/2007 Eks
Menyatakan bahwa Putusan PK dalam Kasus PT Aryaputra Teguharta vs BFI (240PK/ PDT/2006 jo 123/PDT.G/2003/ PN.JKT.PST), adalah non
ex-ecutable. Ketika saham-saham
tersebut telah dijual di pasar modal meskipun kreditur kalah, perlindungan terhadap
pihak ketiga yang beritikad baik tetap diberikan.
1. Apakah eksekusi gadai saham bisa dilakukan secara private tanpa melalui kantor lelang?
Permasalahan hukum apakah eksekusi gadai saham bisa dilakukan secara
pri-vate tanpa melalui kantor lelang ini muncul karena frasa “kecuali ditentukan
lain” dalam Pasal 1155 ayat (1) KUH Perdata.
Dalam Penetapan No.332/Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel s/d Penetapan No. 343/ Pdt.P/2001/PN.Jak.Sel dengan pemohon Deutsche Bank Aktiengesellschaft, Pe-ngadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan bahwa kreditur berhak untuk
men-jual keseluruhan saham yang telah digadaikan secara privat atau “secara tidak di muka umum” karena hal tersebut diperjanjikan dalam suatu share pledge
agree-ment.
52
Laporan PenelitianIsi1-ok.indd 52 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham53
52
Laporan PenelitianDalam Putusan MA RI No. 115 PK/PDT/2007 jo. No. 517/PDT.G/2003/PN.JKT. PST dinyatakan bahwa penjualan harus dilakukan dengan cara lelang di muka
umum atau dengan cara lain yang telah ditentukan oleh Putusan Pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap. Kesimpulan ini ditarik dari pertimbangan bahwa eksekusi gadai saham secara tegas telah diatur dalam ketentuan gadai yang bersifat tertutup dan tidak dapat disimpangi, di mana penjualan harus di-lakukan dengan cara lelang di muka umum (sesuai ketentuan Pasal 1155 KUH Perdata) atau dengan cara lain yang ditentukan oleh Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (sesuai dengan ketentuan Pasal 1156 KUH Per-data). Yang menarik untuk ditinjau dalam putusan ini adalah “cara lain” yang ditentukan oleh Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum. Putusan ini tidak menyatakan bahwa penjualan secara private tidak diizinkan, tetapi ha-rus melalui Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Dalam sudut pandang praktis, dari penjualan secara private (dan ditentukan oleh Putusan Pe-ngadilan yang berkekuatan hukum tetap) bisa didapatkan nilai penjualan yang lebih tinggi sehingga apabila disetujui oleh kedua pihak yang bersengketa, cara itu harusnya masuk akal untuk ditempuh. Aspek lain yang penting untuk di-catat dalam putusan ini adalah bahwa eksekusi gadai tidak dapat dikecualikan, artinya walaupun diperjanjikan oleh pemberi dan penerima gadai, tetap untuk mengeksekusi barang gadai harus tunduk pada aturan dan mekanisme yang mengaturnya, apalagi eksekusi gadai yang bersifat tertutup.
Kesimpulan, sejauh penetapan Pengadilan Jakarta Selatan di atas, eksekusi gadai saham bisa dilakukan secara private atau secara tidak di muka umum.
2. Apakah penentuan eksekusi gadai saham secara private atau melalui kan-tor lelang harus berdasarkan penetapan/putusan pengadilan?
Dalam Penetapan No. PTJ.KPT.01.2005 s/d Penetapan No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel, PN Jakarta Selatan menentukan walaupun kreditur telah menjual secara privat gadai saham yang dipegang dengan dasar telah diperjanjikan (memiliki hak parate eksekusi), setelah itu tetap meminta penetapan dari pengadilan agar
penjualan tersebut adalah sah.
Sikap yang sama juga diambil dalam Penetapan No. PTJ.KPT.01.2005 s/d Pene-tapan No. PTJ.KPT.04.2005 jo. PenePene-tapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel yang menyatakan bahwa
“Berdasar-Isi1-ok.indd 53 12/13/2010 11:19:37 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
54
Perspektif Internasionalkan Pasal 1156 KUH Perdata untuk melakukan eksekusi maka lembaga jaminan
gadai memerlukan Pengadilan.
Selanjutnya, dalam putusan MA RI No. 115 PK/PDT/2007 jo. No. 517/PDT.G/2003/ PN.JKT.PST, Mahkamah Agung menyatakan bahwa metode eksekusi harus di-lakukan berdasarkan yang telah ditentukan oleh Putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
Kesimpulan, penentuan apakah suatu gadai saham dieksekusi secara privat atau melalui kantor lelang harus berdasarkan penetapan/putusan pengadilan.
3. Jika eksekusi gadai saham secara private, yaitu tanpa melalui kantor lelang dibenarkan, apakah melalui prosedur permohonan ataukah harus melalui prosedur gugatan?
Pertanyaan selanjutnya, jika eksekusi gadai saham secara private dibenarkan, apakah harus dilakukan melalui prosedur permohonan atau gugatan?
Dalam Penetapan No. PTJ.KPT.01.2005 s/d Penetapan No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel, Pengadilan Jakarta Selatan menentukan memang secara umum prose-dur eksekusi objek jaminan melalui perantaraan pengadilan adalah melalui
permohonan eksekusi terhadap objek jaminan. Dengan demikian, prosedur yang
ditempuh tidaklah melalui upaya gugatan, tetapi dengan permohonan. Namun,
dalam kasus tersebut perjanjian gadai sahamnya bersifat accesoir dan merupakan
ikutan dari perjanjian pokok hutang piutang sehingga termasuk dalam perkara
sengketa yang terdapat para pihak yang berkepentingan (kreditur dan debitur) sehingga seharusnya diajukan dalam bentuk gugatan.
Kesimpulan, eksekusi gadai saham dilakukan melalui permohonan, kecuali jika perjanjian gadai sahamnya bersifat accesoir.
4. Apakah sebagai perjanjian accesoir, perjanjian gadai saham berakhir ke-tika perjanjian pokoknya berakhir?
Dalam putusan kasus PT Ongko Multicorpora (PT Mitra Investindo Multicorpo-ra) vs BFI. (Putusan PK Nomor 115 PK/PDT/2007 jo. No. 517/PDT.G/2003/PN.JKT. PST), MA RI menyatakan berlakunya hak gadai atas saham bergantung pada ada atau tidaknya perjanjian pokok atau hutang piutang, artinya jika perjanjian hutang piutang sah, perjanjian gadai sahamnya sebagai perjanjian tambahan
54
Laporan PenelitianIsi1-ok.indd 54 12/13/2010 11:19:38 PM
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :