• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman kacang bambara memiliki karakter morfologi yang cukup beragam yang dapat dilihat dari perbedaan warna testa. Menurut Redjeki (2007) perbedaan warna testa disebabkan oleh faktor genetik, namun juga dapat disebabkan oleh fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Masing-masing warna testa dari aksesi yang sama pun terkadang memiliki keragaman dalam tipe pertumbuhan dan morfologi tanaman.Kacang bambara aksesi Sumedang memiliki beberapa warna testa yang berbeda antara lain hitam, coklat, dan hitam keunguan. Dalam penelitian ini diamati karakter morfologi, pertumbuhan, dan potensi produksi kacang bambara warna testa hitam keunguan dari aksesi Sumedang.

Kacang bambara aksesi Sumedang testa hitam keunguan membutuhkan waktu pemunculan kecambah (field emergence) 10 hari setelah tanam (HST), mulai berbunga 39 HST, mulai berpolong 9 MST, dan dipanen pada 19 MST (123 HST). Berdasarkan karakter morfologi yang diamati di lapangan kacang bambara aksesi Sumedang testa hitam keunguan memiliki bentuk daun lanceolate, warna daun hijau terang, bentuk kanopi semi bunch, dan warna bunga kuning. Menurut deskriptor dari IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute) kacang bambara secara umum memiliki tiga macam tipe tumbuh yaitu bergerombol, semi bergerombol, dan menyebar. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kacang bambara aksesi Sumedang testa hitam keunguan tergolong ke dalam tipe semi bergerombol (semi bunch). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Wicaksana et al. (2013) yang mengamati karakter morfologi kacang bambara di daerah Jawa Barat yang menyatakan bahwa aksesi Sumedang memiliki tipe tumbuh menyebar. Wicaksana et al. (2013) juga mengungkapkan bentuk daun yang mendominasi pada tanaman kacang bambara aksesi Sumedang adalah Lanceolate. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bentuk daun kacang bambara aksesi Sumedang testa hitam keunguan adalah Lanceolate.

Secara keseluruhan berdasarkan karakter morfologi yang diamati dalam penelitian ini kacang bambara aksesi Sumedang warna testa hitam keunguan lebih menyerupai dengan karakter pada kacang bambara warna testa cream dan putih karena memiliki bentuk daun lanceolate dan warna daun hijau terang. Heller et al. (1995) menyatakan bahwa aksesi kacang bambara yang memiliki warna testa merah dan hitam memiliki bentuk daun broad sedangkan warna testa cream dan putih memiliki bentuk daun lanceolate. Kebadumetse (1994) juga menyatakan bahwa pada umunya aksesi yang memiliki warna testa hitam dan merah memiliki warna hijau daun yang lebih tua dibanding dengan aksesi warna testa cream dan putih yang mempunyai warna hijau lebih terang.

Berdasarkan hasil pengamatan produksi saat panen, kacang bambara aksesi Sumedang testa hitam keunguan menghasilkan bobot basah polong sebanyak 1.99 ton ha-1, bobot kering polong 0.59 ton ha-1, dan bobot biji 0.426 ton ha-1. Hasil ini tergolong rendah karena menurut Madamba dalam Redjeki (2007), pada kondisi lingkungan tumbuh marjinal di Zimbabwe dihasilkan 300 kg ha-1, namun pada kondisi lingkungan tumbuh optimum akan menghasilkan 4 ton ha-1 biji kering. Secara umum produktivitas kacang bambara di Indonesia memang masih tergolong rendah, oleh karena itu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas salah satunya adalah dengan penggunaan benih yang

42

bermutu. Mutu benih ini dipengaruhi oleh penangannya sejak benih diproduksi, pengolahan, penyimpanan, sampai pada perlakuan benih pratanam. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu benih adalah dengan perlakuan invigorasi benih salah satunya dengan Matriconditoning yang dilakukan pada percobaan selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian ke dua yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi benih dengan matriconditioning plus Rhizobium sp. dan fungisida dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah daun, jumlah tangkai, bobot kering bintil akar, bobot kering daun, dan bobot kering akar), produksi (bobot benih/tanaman), dan mutu benih (indeks vigor) dibanding perlakuan lainnya dan kontrol. Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa perlakuan matriconditioning pada benih dapat meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan mutu benih dibanding dengan tanpa matriconditioning. Matriconditioning merupakan perlakuan hidrasi pada benih dengan menggunakan media padatan. Selama proses hidrasi ini terjadi peningkatan elastisitas membran sel, sintesis RNA dan protein, jumlah ATP tersedia, terjadinya replikasi DNA lebih awal serta perbaikan laju kemunduran benih. Perlakuan ini juga dapat menurunkan kerusakan benih akibat imbibisi pada saat penanaman benih pada tanah bersuhu rendah dan juga mengurangi dormansi sekunder benih (Copeland dan McDonald 2001). Perlakuan matriconditioning dapat meningkatkan nilai viabilitas benih kacang bambara karena dengan conditioning proses pengambilan air oleh benih terjadi perlahan-lahan, sehingga kerusakan akibat imbibisi dan kebocoran elektrolit benih dapat dihindari. Smith et al. (1999) juga menyatakan bahwa hidrasi benih meningkatkan kandungan air dan selama proses ini mengaktifkan kembali fungsi sel.

Penelitian mengenai perlakuan matriconditoning pada kacang bambara sendiri belum banyak dilakukan padahal Menurut Khan et al. (1990), conditioning atau perlakuan benih pra tanam yang efektif dan lebih mudah dilakukan adalah matriconditioning. Khan et al. (1992) menyatakan perlakuan matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama dibanding perlakuan perendaman benih saja. Fase imbibisi yang cepat seperti pada perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya membran dikarenakan masuknya air ke dalam benih yang terlalu cepat. Khan et al. (1990) juga menyatakan bahwa pada benih berukuran besar, matriconditioning lebih efektif untuk meningkatkan perlakuan benih dibanding dengan osmoconditioning karena larutan yang digunakan dalam osmoconditioning memiliki viskositas yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang rendah. Pendapat ini diperkuat oleh Hartini (1997) yang menyatakan bahwa osmoconditioning dengan PEG 6000 kurang efektif dalam meningkatkan viabilitas benih kedelai dibanding dengan perlakuan matriconditioning.

Pemanfaatan Rhizobium yang diintegrasikan ke dalam matriconditioning terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, produksi, dan mutu benih kacang bambara. Hal ini dapat disebabkan karena akar-akar tanaman kacang bambara dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara, sehingga meningkatkan kesuburan tanah. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Ilyas dan Sopian (2013) pada kacang bambara yang menunjukkan bahwa perlakuan matriconditioning plus Rhizobium sp. dapat meningkatkan tinggi tanaman dan hasil (jumlah polong per tanaman dan bobot basah polong/petak) dibanding perlakuan invigorasi yang lain dan kontrol.

Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil dapat diintegrasikan ke dalam perlakuan matriconditioning untuk mengendalikan penyakit pada benih. Tanaman kacang bambara diketahui juga merupakan tanaman yang rentan akan serangan penyakit terutama pada kondisi curah hujan tinggi. Kusumawati (2014) menyatakan bahwa pertanaman kacang bambara mulai mengalami serangan cendawan Sclerotium spp. dan Fusarium spp. saat tanaman berumur 6 MST. Gejala tanaman yang terinfeksi daunnya menjadi layu kemudian mengering dan akhirnya tanaman mati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan matriconditioning plus Rhizobium sp. dan fungisida pada perlakuan tanpa pemupukan N, pemupukan N ¼ dan ½ dari dosis optimum rekomendasi Nnadi et al. (1976), mampu mengurangi tingkat infeksi penyakit pada benih dibandingkan dengan perlakuan tanpa invigorasi ataupun matriconditioning plus Rhizobium sp. Khan et al. (1992) juga menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning plus fungisida efektif mempercepat perkecambahan benih, menurunkan tingkat kematian benih, dan meningkatkan produksi pada tanaman table beet.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik invigorasi matriconditioning plus Rhizobium sp. dan fungisida dapat menjadi suatu rekomendasi paket teknologi perlakuan invigorasi benih yang murah, sederhana, dan praktis yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk mendapatkan benih kacang bambara yang bermutu tinggi baik mutu genetis, fisik, fisiologis, dan patologis.

5 SIMPULAN UMUM DAN SARAN

Dokumen terkait