• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan terhadap petani padi organik yang terdapat di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik dan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik.

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik di Daerah Penelitian

Adapun teknologi budidaya yang dianjurkan adalah sebagai berikut : 1. Varietas

Tidak semua varietas padi cocok dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik di Desa Lubuk Bayas adalah jenis atau varietas alami. Adapun 2 jenis varietas padi organik tersebut adalah :

• Cintanur merupakan beras/padi varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami yang melibatkan benih varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi. Pandan wangi dengan wanginya yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang kentara. Persilangan varietas lokal ini bukan GMO (genetic modified organisme) sehingga sangat aman untuk dikonsumsi semua orang. Oleh karena itu beras organik (organic rice) Cintanur jika dimasak rasanya sangat enak. Wangi sekaligus sangat pulen. Beras organik cintanur bahkan lebih

pulen daripada beras organik pandan wangi, dengan tingkat aroma wangi yang hampir dikatakan sama

• Ciherang merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khususnya yaitu butir beras ciherang berbentuk panjang. Untuk baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produktifitasnya pun, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011). 2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi organik dapat dilakukan

secara: (1)pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menangkap hama secara langsung atau menggunakan perangkap, (2) pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menanam tanaman inang di sekitar lahan tanaman padi organik, (3) pengendalian menggunakan pestisida organik urinsa yang dapat mengendalikan hama walang sangit, penggerek batang, wereng cokelat, dan wereng hijau (Sriyanto, 2010).

3. Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan,dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi. Pemupukan lahan konversi secara total sudah tidak menggunakan pupuk anorganik seperti urea, TSP, atau KCl sama sekali. Padi organik membutuhkan pupuk kandang dan pupuk kompos legume sebanyak 4 ton/ha (Parnata, 2010).

Tingkat adopsi diukur dengan melihat pemanfaatan teknologi yang disarankan yaitu mulai dari benih/bibit, lahan, pupuk, teknik produksi, pasca panen, harga dan label.

Penilaian tingkat adopsi petani padi organik dilakukan dengan menggunakan skor pada setiap parameter yang diukur pada setiap kegiatan petani dengan rentang skor 0 – 28, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor antara 0 – 9 : Rendah Skor antara 10 -19 : Sedang Skor antara 20 – 28 : Tinggi

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi organik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai : Tingkat Adopsi Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 21 70

Sedang 9 30

Rendah 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 10

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang mempunyai tingkat adopsi tinggi sebanyak 21 sampel (70%), tingkat adopsi sedang sebanyak 9 sampel (30%), dan tingkat adopsi rendah 0 sampel.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik tinggi diterima (terima H1 tolak H0).

Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi terhadap Pertanian Terpadu Budidaya Padi Organik

Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan tingkat adopsi patani adalah umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani.

Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. a. Analisis hubungan Umur dengan tingkat adopsi petani

Dalam penelitian ini diduga bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani terhadap teknologi akan semakin berkurang. Petani lamban dalam menerapkan teknologi bahkan tidak mau menerapkan teknologi baru tersebut karena petani juga terbiasa dengan usahatani yang dilakukanya secara turun temurun, disamping kesehatan dan kekuatan yang semakin menurun.

Gambaran hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 14. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Umur (Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 43,40 20.66

rs 0.102 ttabel :1.701

thitung : 0.542

Data diolah dari lampiran 11

Untuk melihat hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.Dari hasil analisis pada tabel 14. diperoleh rs =0.102. Sementara

thitung = 0.542 (α= 0,05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel= 1.701. Data ini

menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak dan H0 diterima artinya tidak

ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu ditolak.

b. Analisis hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi petani Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.

Gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian Tingkat Pendidikan

(Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 9.06 20.66

rs 0.239 ttabel :1.701

thitung : 1.302

Sumber : Data diolah dari lampiran 12

Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0.239. Sementara thitung=1.302 (α = 0.05) dengan db =

(n-2) = 28 maka ttabel = 1.701. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka

H1 ditolak dan H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu antara 0.2 s/d 0.4 artinya hubungan antara kedua variabel lemah. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap usahatani padi organik ditolak.

c. Analisis hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani.

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan penggunaan sarana produksi.

Gambaran hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Luas Lahan (Ha) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 0.49 20.66

rs -0.23 ttabel :1.701

thitung : -6.799

Sumber : Data diolah dari lampiran 13

Untuk melihat hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. diperoleh rs = -0,23.

Sementara thitung = -6.799 (α = 0.05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1.701.

Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak dan H0 diterima,

artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi organik ditolak.

d. Analisis hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi Petani. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian Pengalaman Bertani

(tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 4.70 20.66

rs 0.403 ttabel :1.701

thitung : 2.330

Sumber : Data diolah dari lampiran 14

Untuk melihat hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,403.

Sementara thitung = 2.330 (α = 0.05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1.701.

Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Maka H1 diterima dan H0 ditolak,

artinya ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.4 s/d 0.7 artinya hubungan antara kedua variabel sedang. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik diterima.

e. Analisis hubungan Total Pendapatan dengan Tingkat Adopsi Petani. Dalam penelitian ini diduga bahwa total pendapatan sebagai satu karakteristik sosial ekonomi petani mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan petani maka akan semakin tinggi tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik.

Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Total Pendapatan dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian Total Pendapatan

(Rp) Tingkat Adopsi (Skor) Rata - Rata 6.234.616,67 20,66

rs -0,203 ttabel :1,701

thitung : -1,097

Sumber : Data diolah dari lampiran 15

Untuk melihat hubungan total pendapatan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,203. Sementara

thitung = -1,097 (α = 0,05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1,701. Data ini

menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak H0 diterima, artinya tidak ada

hubungan antara total pendapatan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0,2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan total pendapatan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik ditolak.

Dokumen terkait