• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

SKRIPSI

MELFRIANTI ROMAULI 080309006

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

SKRIPSI

MELFRIANTI ROMAULI 080309006

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL : TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

NAMA : MELFRIANTI ROMAULI

NIM : 080309006

PROGRAM STUDI : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Lily Fauzia M.Si) (Ir. M. Roem S, M.Si) NIP. 196210051987031005 NIP. 196703031998022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(4)

RINGKASAN

MELFRIANTI ROMAULI (080309006) dengan judul skripsi “TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK “. Studi kasus penelitian di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia M.Si sebagai Ketua Komis Pembimbing dan Ir. M. Roem S, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu budidaya padi organik di daerah penelitian, Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu budidaya padi organik di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena daerah ini merupakan desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi Sistem Pertanian Terpadu berupa PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada budidaya tanaman padi sawah. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi Rank Spearman dan secara deskriptif.

(5)

Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik.

(6)

RIWAYAT HIDUP

MELFRIANTI ROMAULI, lahir di Simpang Marbau pada tanggal 14 April 1990. Anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan M. Purba dan T. M. R Tampubolon.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 115509 Simpang Marbau dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Sei Raja dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Merbau dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara .

5. Bulan Juli – Agustus mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Yang Maha Esa atas anugerah dan kasihNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik “ (Studi Kasus di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Lily Fauzia M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis.

2. Ir. M. Roem, S M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Pengurus Kelompok tani Subur. 6. Warga desa di daerah penelitian.

7. Seluruh instansi terkait dalam penelitian ini yang telah membantu dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

(8)

serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman – teman di Jurusan Agribisnis Stambuk 2008 yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan menyelesaikan skripsi ini, atas dukungan doa dan motivasi .

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

(9)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 16

Kerangka Pemikiran ... 26

Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

Metode Penentuan Sampel ... 29

Metode Pengumpulan Data ... 29

Metode Analisis Data ... 30

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 35

Batasan Operasional ... 36

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Wilayah ... 37

Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 37

Keadaan Penduduk ... 37

(10)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik ... 43 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 51 6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Standart pertanian organik di Indonesia ... 1

2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011 ... 18

3. Parameter yang digunakan untuk mengukur Tingkat Adopsi Petani ... 31

4. Tabel Nilai Hubungan Korelasi menurut Guilford ... 35

5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di desa Lubuk Bayas tahun 2011 ... 38

6. Distribusi Penduduk Menurut Umur di desa Lubuk Bayas tahun 2011 .. 38

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di desa Lubuk Bayas tahun 2011 ... 38

8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di desa Lubuk Bayas tahun 2011 ... 39

9. Sarana dan Prasarana di desa Lubuk Bayas tahun 2011 ... 39

10.Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan di desa Lubuk Bayas tahun 2011 ... 40

11.Karakteristik Petani Sampel yang Mengusahakan Padi Organik ... 41

12.Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani di desa Lubuk Bayas ... 45

13.Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani ... 46

14.Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi ... 47

15.Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi ... 48

16.Hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Sampel

2. Biaya Produksi per Musim Tanam (Varietas) 3.Biaya Input Produksi per Musim Tanam 4. Biaya Tenaga kerja per Musim Tanam 5. Biaya Penyusutan Alat per Musim Tanam 6. Biaya Lain - Lain

7. Total Biaya Produksi per Musim Tanam 8. Total Penerimaan per Musim Tanam 9. Total Pendapatan per Musim Tanam 10. Tingkat Adopsi Petani

11. Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Tingkat Adopsi

12. Korelasi Rank Spearman antara Tingkat pendidikan dengan Tingkat Adopsi 13. Korelasi Rank Spearman antara Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi

(14)

RINGKASAN

MELFRIANTI ROMAULI (080309006) dengan judul skripsi “TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK “. Studi kasus penelitian di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia M.Si sebagai Ketua Komis Pembimbing dan Ir. M. Roem S, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu budidaya padi organik di daerah penelitian, Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu budidaya padi organik di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena daerah ini merupakan desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi Sistem Pertanian Terpadu berupa PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada budidaya tanaman padi sawah. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi Rank Spearman dan secara deskriptif.

(15)

Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun dekade terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha – usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah, air, dan udara. Akan tetapi karena kerawanan pangan sering terjadi dibanyak negara yang sedang berkembang, maka negara – negara industri berusaha mengembangkan teknologi “revolusi hijau” untuk mencukupi ketahanan pangan dunia (Sutanto, 2002).

Di Indonesia pertanian organik baru dikenal awal tahun 1990-an. Pertanian Organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir–akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan makin meningkat (Andoko, 2008).

Menurut Sudaryanto dkk. (2005) dalam General Assembly Jaker PO, standar pertanian organik di Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Standart Pertanian Organik

No. Hal Standart

1. Benih/ bibit •Melarang benih hasil

(17)

•Benih-benih berasal bukan dari proses produksi bahan kimia.

•Melalui proses adaptasi.

•Benih teruji minimal 3 periode musim tanam.

•Diutamakan dari pertanian organik dan seleksi alam. •Asal usul harus jelas.

•Diutamakan benih lokal / benih petani.

2. Lahan •Masa konversi / peralihan

lahan bekas sawah selama 3-4 musim tanam berturut turut secara organik. Catatan : melihat karakteristik (ciri khas) sesuai jenis lahan.

•Lahan bukaan baru (alami) tanpa konversi.

•Percepatan pemulihan lahan menggunakan pupuk hijau.

3. Pupuk •Melarang penggunaan bahan

kimia sintetis dan pabrikan.

•Mendorong penggunaan pupuk hasil komposisasi.

•Mengutamakan dari pupuk kandang dan ternak sendiri. •Pupuk cair dari bahan alami. •Mendorong mikroorganisme

lokal. 4. Teknik Produksi :

a. Penyiapan lahan

•Tidak merusak lingkungan. •Pengelolaan secara bertahap.

•Pengolahan seminimal mungkin.

•Mengutamakan alat tepat guna, contoh : alat tradisional.

•Sesuai sifat tanaman dan kondisi tanah.

b. Penanaman •Sistem campuran (tumpang

sari), tumpang gilir dan mina padi.

(18)

c. Pemupukan

d. Pengolahan OPT

e. Gulma

f. Kontaminasi

g. Konfersi lahan dan air

h. Metode panen

lokal.

•Disesuaikan dengan kebutuhan.

•Disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.

•Pencegahan preventif alami. •Sehat dan aman.

•Mengendalikan populasi hama dengan prinsip alami.

•Pengamatan intensif.

•Dikendalikan sebelum merugikan tanaman.

•Dipandang sebagai sumber hara.

•Irigasi dibuat trap (perangkap pada parit).

•Mengutamakan pencegahan erosi.

•Mendukung pertumbuhan dan perkembangan mikro-organisme.

•Tepat waktu.

•Teknologi tepat guna.

5. Pasca Panen •Teknologi tepat guna untuk mendapatkan padi kadar air ideal, contoh: pengeringan.

(19)

bahan sintetis atau pengawet. •Penyimpanan di lumbung

padi.

6. Harga •Sistem fair trade : penetapan

harga harus mempertimbangkan jasa

petani sebagai penyokong kebutuhan pangan nasional. •Kemitraan produsen –

konsumen.

7. Label •Diserahkan kepada SC.

Pertanian organik sebagai bagian pertanian akrab lingkungan perlu segera dimasyarakatkan atau diingatkan kembali sejalan makin banyaknya dampak negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. Disamping itu, makin meningkatnya jumlah konsumen produksi bersih dan menyehatkan serta meluasnya gerakan “green consumer” merupakan pendorong segera disosialisasikan gerakan pertanian organik (Sutanto, 2002).

(20)

Hal inilah yang menjadi alasan penulis ingin meneliti tentang tingkat adopsi petani terhadap usahatani padi organik.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik di daerah penelitian ?

2. Apakah ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu budidaya padi organik di daerah penelitian ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik di daerah penelitian.

(21)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan referensi dan study untuk pengembangan ilmu bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan produksi usahatani padi organik.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka itu tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal – hal diatas merupakan penghalang, sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama tidak mengalami perubahan – perubahan (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri – ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena : • Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani

• Sesuai dengan nilai – nilai, pengalaman dan kebutuhannya • Tidak rumit

(23)

Hasil penelitian adopsi dapat digunakan oleh organisasi – organisasi penyuluhan untuk mempercepat tingkat adopsi inovasi atau mengubah proses adopsi inovasi sedemikian rupa sehingga kategori petani tertentu dapat mengadopsinya lebih cepat (Hawkins, dkk, 1999).

Menurut Kartasapoetra (1993) mengingat sikap pandangan, keadaan dan kemampuan daya pikir dan daya tangkap para petani maka dengan sendirinya keberhasilan penyuluhan untuk sampai kepada tahapan yang meyakinkan para petani sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa pentahapan. Pentahapan tersebut adalah sebagai berikut :

Awareness (Mengetahui dan menyadari) • Interesting (Penaruhan minat)

Evaluation (Penilaian)

Trial (Melakukan Pencobaan) • Adoption (Penerapan / Adopsi).

Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi teknologi melalui penyuluhan – penyuluhan pertanian, dapat dikemukakan beberapa golongan petani yang terlibat didalamnya antara lain :

• Pelopor (Inovator)

• Penerap inovasi teknologi lebih dini (Early Adopter) • Penerap inovasi teknologi awal (Early Mayority)

(24)

Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Dalam 25 tahun mendatang kebutuhan pangan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya penduduk Indonesia. Dengan demikian kebutuhan masukan teknologi tinggi berupa pupuk makin meningkat, demikian juga kebutuhan pestisida akan lebih besar daripada yang diperlukan sekarang. Dengan makin meningkatnya kebutuhan masukan energi tinggi, maka biaya produksi yang diperlukan akan semakin besar. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan (Sutanto, 2002).

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Manfaat Pertanian Organik

Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:

a. Kesehatan

(25)

dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.

3. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.

b. Lingkungan 1. Kualitas Tanah

Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik sebagai berikut:

• Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak.

• Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk organik.

(26)

• Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.

• Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring untuk mencegah erosi.

• Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari. • Menghindari penggembalaan yang berlebihan.

• Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme tanah dan merusak struktur tanah.

2. Penghematan energi

Sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.

3. Kualitas Air

Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.

(27)

sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.

4. Kualitas Udara

Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah.

5. Pengelolaan Limbah

Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.

6. Keanekaragaman Hayati

(28)

(Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan, kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.

c. Perekonomian masyarakat

Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :

1. Hasil

Pertanian organik yang dilakukan secara benar oleh petani yang berpengalaman seringkali hasilnya sama, atau bahkan lebih tinggi, dari hasil pertanian konvensional. Namun seringkali hasil pertanian organik lebih rendah dari pertanian konvensional. Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Di samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.

2. Biaya Produksi

(29)

menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati atau agen hayati. Di samping itu, dalam pertanian organik nilai penyusutan peralatan juga lebih rendah.

Dalam praktek pertanian organik, pengendalian gulma dilakukan secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik, pertanian organik justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.

3. Pendapatan

Pendapatan petani organik sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional. Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

4. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.

(30)

antara petani peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.

5. Pemasaran

Permintaan akan pangan organik akhir-akhir ini tumbuh dengan pesat di seluruh dunia, baik di Eropa, Canada, Amerika Utara, atau Jepang. Adanya pertumbuhan yang cepat ini menimbulkan fluktuasi di pasar. Sebagai contoh, beberapa pasar mempunyai persyaratan mutu yang sangat spesifik serta permintaannya selalu berubah dari tahun ke tahun. Industri organik baru berkembang, dan infrstruktur seperti sistem pengangkutan, pedagang dan distributor masih perlu menyesuaikan diri (Rachman, 2007).

(31)

Landasan Teori

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya.

(32)

Menurut Sutanto (2002) konsep perkembangan pertanian berkelanjutan sangatlah luas, tidak mungkin begitu saja dilaksanakan tanpa dukungan petani, ilmuwan, pemerintah bahkan politikus. Bagaimanapun juga arah kebijakan pembangunan pertanian sangat tergantung pada minat pemerintah untuk mendukung suatu sistem pembangunan pertanian. Banyak pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat internasional berusaha mengembangkan pertanian alternatif yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah yang sedang sakit. Salah satu usaha meningkatkan kesehatan tanah adalah membangun kesuburan tanah yang dilaksanakan dengan cara meningkatkan kandungan bahan organik melalui kearifan tradisional, atau menggunakan masukan dari dalam usahatani (on farm inputs) itu sendiri.

(33)

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011.

No Desa Kabupaten Kelompok

Sumber: BITRA Indonesia, 2012

Dari tabel dapat dilihat berdasarkan Luas Lahan dan Produksi, desa binaan BITRA di Lubuk Bayas lebih tinggi dibanding desa binaan BITRA di Namu Landor. LSM BITRA merupakan institusi yang memberikan pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara.

Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Sedangkan pengertian pertanian dalam arti luas, adalah pertanian masih memberi toleransi penggunaan bahan kimia dalam batas – batas tertentu. Pertanian yang baik adalah yang tidak mengabaikan ekosistem alam yang didalamnya termasuk tanaman budidaya, gulma dan jasad pengganggu, hama dan penyakit serta manusia.

(34)

persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah satu strategi yang ditempuh adalah pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 60.000 unit. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN (Deptan, 2008).

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan. Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca kegiatan dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan, pembukaan dan studi banding atau kunjungan lapang.

(35)

Ciri SL-PTT :

1. Peserta dan Pemandu saling memberi dan menghargai

2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan)

3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh petani peserta

4. Pemandu tidak mengajari petani tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri, pemandu sebagai fasilitator memberikan bimbingan

5. Materi latihan, praktek dan sarana belajar ada dilapangan

6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam sehingga dalam periode tersebut diharapkan terdapat 10 – 18 kali pertemuan antara peserta dengan pemandu

Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT

Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani diwilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian :

1. Aspek Teknologi : Keterampilan dan Pengetahuan

(36)

2. Aspek Hubungan Antar Petani : Interaksi dan Komunikasi

SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerjasama, melakukan analisis secara bersama – sama, diskusi dan berkomunikasi dengan santun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain.

3. Aspek Pengelolaan : Manager di Lahan Usahatani Sendiri

Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Menurut Soekartawi (1998) Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi :

Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

b. Umur Petani

(37)

c. Luas Pemilihan Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan penggunaan sarana produksi.

d. Pengalaman Bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para petani dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kekurangannya dan dapat sendiri memenuhi kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan (oleh pihak penyuluh) yang akan memnyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu.

2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang bertambah baik.

(38)

Menurut Kartasapoetra (1993) perubahan perilaku yang diusahakan dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan :

• Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani

• Penyuluhan hal – hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal – hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberi keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Menurut Mosher dalam Penyuluhan Pertanian (1999) bahwa penyuluhan dapat berjalan dengan efektif apabila syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu :

• Pasar dan hasil – hasil pertanian

• Teknologi pertanian yang terus – menerus berubah • Tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal

• Insentif produksi yang menguntungkan petani untuk memproduksi lebih banyak, tidak hanya menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja

• Sarana transportasi dari desa ke desa.

Agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu kliennya untuk mencapai tujuannya :

• Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu masalah

(39)

• Memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari masing – masing alternatif

• Membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting

• Membantunya dalam mengambil keputusan secara sisitematis baik itu secara perorangan maupun berkelompok

• Membantunya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan

• Mendorongnya untuk tukar – menukar informasi dengan rekan petani.

Peranan – peranan lain dari organisasi penyuluhan dapat membantu petani : • Mengadakan percobaan dengan teknologi baru atau sistem usahatani baru • Menambah akses informasi yang relevan dengan aneka ragam sumbernya • Mengevaluasi dan menafsirkan informasi itu untuk keadaan mereka sendiri • Belajar dari pengalaman sendiri.

Kemampuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan dibidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu – ilmu sosial dalam penyuluhan. Agen penyuluhan tidak saja memikirkan perubahan tetapi juga cara memberikan bantuan pada masyarakat. Didalam berbagai kasus, agen penyuluhan tidak berurusan dengan hanya adopsi satu inovasi melainkan seluruh paketnya. Tidak jarang inovasi harus disesuaikan dengan situasi spesifik agar dapat digunakan.

(40)

selanjutnya. Masalahnya, sampai sejauh mana ilmu – ilmu yang telah dikuasainya itu dapat mendukung inovasi yang senantiasa hadir ke tengah – tengah kehidupan para petani. Tentunya selama pembangunan ini terus dilaksanakan kehadiran inovasi dalam kehidupan masyarakat desa adalah satu tolak ukur untuk mengetahui sampai batas mana saja pembangunan ini mengalami kemajuan dan perkembangannya (Sastraatmadja, 1993).

Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Pengetahuan, terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri. 2. Persuasi atau bujukan, terjadi ketika seseorang membentuk suatu sikap yang

kurang baik atau baik ke arah inovasi.

3. Pengambilan keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam aktivitas yang mendorong kearah suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Implementasi, terjadi ketika seseorang menggunakan suatu inovasi.

(41)

Kerangka Pemikiran

Petani padi organik dalam melakukan budidaya padi organik berdasarkan teknologi budidaya padi organik berdasarkan segi : bibit/benih, lahan, pupuk, teknik budidaya, pasca panen, harga dan label. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya para petani padi organik.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan total pendapatan.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi (teknologi).

(42)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Usahatani

Padi Organik

Karakteristik sosial ekonomi petani:

1. Umur

2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Pendapatan 5. Luas Lahan Tahapan – Tahapan

Teknologi Budidaya Padi Organik:

•Benih/ bibit •Lahan •Pupuk

•Teknik Produksi •Pasca Panen •Harga •Label

SEDANG

TINGGI RENDAH

(43)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usaha padi organik di daerah penelitian tinggi.

(44)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini dipilih karena merupakan desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi Sistem Pertanian Terpadu berupa PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada budidaya tanaman padi sawah dan karena merupakan daerah dengan produksi padi organik terbesar binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi padi organik menurut binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara pada Oktober 2011.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengelola usahatani padi organik di desa Lubuk Bayas sebanyak 64 KK. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Menurut Nazir (1983) mengatakan bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif minimal 30 sampel.

Metode Pengumpulan Data

(45)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan 7 (tujuh) parameter. Setiap parameter diberi skor 4 untuk mengikuti semua teknologi sesuai anjuran, skor 3 untuk melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran, skor 2 untuk mengikuti semua anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya, skor 1 untuk melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran, skor 0 untuk tidak melakukan semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua anjuran. Maka tingkat adopsi dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 0-28 apabila skor :

(46)

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi petani dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik

No. Teknologi Budidaya

Teknologi Anjuran Pengukuran Skor

1. Benih/ bibit •Melarang benih hasil rekayasa genetika termasuk hibrida.

•Benih-benih berasal bukan dari proses produksi bahan kimia.

•Melalui proses adaptasi. •Benih teruji minimal 3

periode musim tanam.

•Diutamakan dari pertanian organik dan seleksi alam. •Asal usul harus jelas.

•Diutamakan benih lokal / benih petani.

1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua lahan bekas sawah selama 3-4 musim tanam berturut turut secara organik. Catatan : melihat karakteristik (ciri khas) sesuai jenis lahan. •Lahan bukaan baru (alami)

tanpa konversi.

•Percepatan pemulihan lahan menggunakan pupuk hijau.

1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

(47)

budidaya dan tidak melakukan semua anjuran.

3. Pupuk •Melarang penggunaan bahan kimia sintetis dan pabrikan. •Mendorong penggunaan

pupuk hasil komposisasi. •Mengutamakan dari pupuk

kandang dan ternak sendiri. •Pupuk cair dari bahan alami. •Mendorong mikroorganisme

lokal.

1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua

•Tidak merusak lingkungan. •Pengelolaan secara bertahap. •Pengolahan seminimal

mungkin.

•Mengutamakan alat tepat guna, contoh : alat tradisional.

•Sesuai sifat tanaman dan kondisi tanah.

1. Mengikuti semua

teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua

anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan

semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua

b. Penanaman •Sistem campuran (tumpang sari), tumpang gilir dan mina padi.

1. Mengikuti semua

(48)

c. Pemupukan

•Keragaman varietas sesuai dengan musim dan mempertimbangkan kearifan lokal.

•Disesuaikan dengan kebutuhan.

•Disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.

•Pencegahan preventif alami. •Sehat dan aman.

•Mengendalikan populasi hama dengan prinsip alami. •Pengamatan intensif.

•Dikendalikan sebelum merugikan tanaman.

•Dipandang sebagai sumber hara.

•Irigasi dibuat trap (perangkap pada parit).

•Mengutamakan pencegahan erosi.

•Mendukung pertumbuhan dan perkembangan mikro-organisme.

•Tepat waktu.

•Teknologi tepat guna.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua

anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan

semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua

5. Pasca Panen •Teknologi tepat guna untuk mendapatkan padi kadar air

1. Mengikuti semua

(49)

ideal, contoh: pengeringan.

•Dilarang menggunakan bahan sintetis atau pengawet.

•Penyimpanan di lumbung padi.

anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua

anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan

semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua

petani sebagai penyokong kebutuhan pangan nasional. •Kemitraan produsen –

konsumen.

1. Mengikuti semua

teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua

anjuran tetapi tidak melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan

semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua

7. Label •Diserahkan kepada SC. 1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran.

2. Melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran.

3. Mengikuti semua

4

3

(50)

melakukan teknologi budidaya.

4. Melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran.

5. Tidak melakukan

semua teknologi budidaya dan tidak melakukan semua anjuran.

1

0

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara faktor sosial

ekonomi petani dengan tingkat adopsinya dengan rumus :

rs = 1 – 6 ∑ 2��

�3

Dimana :

rs = koefisien korelasi

di = selisih antara rangking nilai karekteristik petani dengan tingkat adopsi

n = jumlah petani yang mengadopsi teknologi usahatani padi organik dimana range rs = -1 ≤ 0 ≥ 1

│th

│= r

s

�−2

1−��2

Dengan kriteria sebagai berikut :

t- hitung ≤ tα (0,05) ... Ho diterima, tidak ada hubungan t- hitung > tα (0,05)... Ho ditolak, ada hubungan

(51)

Tabel 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Koefisien Korelasi Keterangan

<0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel

Antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua variabel lemah

Antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua variabel sedang

Antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua variabel kuat

Antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua variabel sangat kuat

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

a. Petani sampel adalah petani yang mengelola usahatani padi organik.

b. Tahapan-tahapan teknologi adalah dilihat dari segi benih/bibit, lahan, pupuk, teknik produksi, pasca panen, harga, dan label.

c. Adopsi dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.

d. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengalaman bertani dan luas lahan.

(52)

f. Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah menurut standar “organik” yang ditetapkan.

g. Paket teknologi anjuran adalah perangkat modern dalam pelaksanaan mendayagunakan sumber daya pertanian yang sudah ditetapkan atau dianjurkan oleh Petugas Penyuluh Lapang.

Batasan Operasional

1. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani padi organik. 2. Daerah penelitian adalah desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan

kabupaten Serdang Bedagai.

(53)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis

Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.

Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 869 Ha. Desa Lubuk Bayas terletak 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin • Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan. Keadaan Penduduk

(54)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki – Laki 1509 47,15

2. Perempuan 1691 52,85

Total 3200 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012

Pada tabel menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dominan di Desa Lubuk Bayas adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 1691 jiwa atau sekitar 52,85 % dari keseluruhan jumlah penduduk.

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-5 286 8,94

2. 6-12 775 24,22

3. 13-16 910 28,44

4. 17-59 1055 32,97

5. 60 + 174 5,43

Total 3200 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012

(55)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011

No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. PNS 5 0,15

2. ABRI/ POLRI 0 0,00

3. Karyawan 168 5,25

4. Wiraswasta 137 4,28

5. Jasa 11 0,34

6. Tani 224 7,00

7. Nelayan 18 0,56

8. Buruh 61 1,90

9. Lainnya 2576 80,52

Total 3200 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012

Tabel menunjukkan bahwa 224 penduduk Desa Lubuk Bayas bermata pencaharian sebagai petani, 2576 lainnya, 168 orang karyawan, 137 orang wiraswasta,61 orang buruh, 18 orang nelayan, 11 orang jasa dan 5 orang PNS.

Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. TK 110 3,43

2. SD 260 8,12

3. SMP 209 6,53

4. SMA 112 3,50

5. D1 25 0,78

6. D2 6 0,18

(56)

8. S1 84 2,62

9. S2 0 0

10. S3 0 0

11. Tidak Berpendidikan 2347 73,38

Total 3200 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012

Tabel menunjukkan bahwa penduduk Desa Lubuk Bayas dominan tamat SD yakni sebanyak 260 orang, SMP 209 orang, 112 orang SMA, 110 orang TK, orang S1, 47 orang D3, 25 orang D1 dan 6 orang D2 dan tidak berpendidikan sebanyak 2347 orang.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana umum yang ada akan memepengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik fasilitas sarana dan prasarana pendukung yang ada akan mempercepat laju kemajuan masyarakat di Desa tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya sarana dan prasarana yang ada di Desa Lubuk Bayas dapat dilihat pada tabel 10.

(57)

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Sekolah

• SD Negeri 1

• SD Swasta -

• SLTP Negeri -

• SLTP Swasta 1

• SLTA Negeri -

• SLTA Swasta -

2. Fasilitas Kesehatan

• Rumah Sakit -

• Rumah Sakit Bersalin -

• Rumah Bersalin -

• Poliklinik -

• Puskesmas -

• Puskesmas Pembantu 1

• Balai Pengobatan -

3. Tempat Ibadah

• Masjid 3

• Surau/ Langgar 6

(58)

Tabel 11. Banyaknya Jumlah Tenaga Kesehatan di Lubuk Bayas Tahun 2011 No. Tenaga Kesehatan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Dokter 0 0

2. Bidan 2 33,33

3. Bidan Desa 1 16,67

4. Dukun Bayi 2 33,33

5. Para Medis 1 16,67

Total 6 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012

Tabel 11. menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang ada di Desa Lubuk bayas terdapat Bidan dan Dukun Bayi sebanyak 2 jiwa serta Bidan Desa dan Para Medis sebanyak 1 jiwa.

Karakteristik Sampel Penelitian

(59)

Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel yang mengusahakan Padi Organik

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 25-58 43,40

2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 9,06

3. Pengalaman Bertani Tahun 2-23 4,70

4. Total Pendapatan Rupiah 1.630.000 -1.4536.000 6. 232.950

5. Luas Lahan Ha 0.02 – 1,44 0,49

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Tabel menunjukkan bahwa umur rata – rata petani adalah 43,4 tahun dengan range 25-58 tahun artinya petani sampel sebagian besar masih dalam usia produktif.

Tingkat pendidikan petani rata – rata 9,06 tahun dengan range 6-12 tahun artinya petani paling rendah tamat SD dan paling tinggi SMA.

Pengalaman bertani petani padi organik rata – rata 4,7 tahun dengan range 2-23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani dalam mengusahakan padi organik masih ada pada tahap pemula dan ada yang sudah berpengalaman. Umumnya petani sampel telah ikut bertani secara konvensional sejak anak – anak dan memilih pekerjaan sebagai petani setelah berumah tangga. Dengan pengalaman bertani maka sangat diharapkan tingkat adopsi petani lebih tinggi dalam mengadopsi teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.

(60)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani padi organik yang terdapat di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik dan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik.

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik di Daerah Penelitian

Adapun teknologi budidaya yang dianjurkan adalah sebagai berikut : 1. Varietas

Tidak semua varietas padi cocok dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik di Desa Lubuk Bayas adalah jenis atau varietas alami. Adapun 2 jenis varietas padi organik tersebut adalah :

(61)

pulen daripada beras organik pandan wangi, dengan tingkat aroma wangi yang hampir dikatakan sama

• Ciherang merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khususnya yaitu butir beras ciherang berbentuk panjang. Untuk baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produktifitasnya pun, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011). 2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi organik dapat dilakukan

secara: (1)pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menangkap hama secara langsung atau menggunakan perangkap, (2) pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menanam tanaman inang di sekitar lahan tanaman padi organik, (3) pengendalian menggunakan pestisida organik urinsa yang dapat mengendalikan hama walang sangit, penggerek batang, wereng cokelat, dan wereng hijau (Sriyanto, 2010).

(62)

Tingkat adopsi diukur dengan melihat pemanfaatan teknologi yang disarankan yaitu mulai dari benih/bibit, lahan, pupuk, teknik produksi, pasca panen, harga dan label.

Penilaian tingkat adopsi petani padi organik dilakukan dengan menggunakan skor pada setiap parameter yang diukur pada setiap kegiatan petani dengan rentang skor 0 – 28, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor antara 0 – 9 : Rendah Skor antara 10 -19 : Sedang Skor antara 20 – 28 : Tinggi

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi organik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai : Tingkat Adopsi Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 21 70

Sedang 9 30

Rendah 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 10

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang mempunyai tingkat adopsi tinggi sebanyak 21 sampel (70%), tingkat adopsi sedang sebanyak 9 sampel (30%), dan tingkat adopsi rendah 0 sampel.

(63)

Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi terhadap Pertanian Terpadu Budidaya Padi Organik

Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan tingkat adopsi patani adalah umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman bertani.

Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. a. Analisis hubungan Umur dengan tingkat adopsi petani

Dalam penelitian ini diduga bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

(64)

Gambaran hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 14. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Umur (Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 43,40 20.66

rs 0.102 ttabel :1.701

thitung : 0.542

Data diolah dari lampiran 11

Untuk melihat hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.Dari hasil analisis pada tabel 14. diperoleh rs =0.102. Sementara

thitung = 0.542 (α= 0,05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel= 1.701. Data ini

menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak dan H0 diterima artinya tidak

ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu ditolak.

(65)

Gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Tingkat Pendidikan

(Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 9.06 20.66

rs 0.239 ttabel :1.701

thitung : 1.302

Sumber : Data diolah dari lampiran 12

Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0.239. Sementara thitung=1.302 (α = 0.05) dengan db =

(n-2) = 28 maka ttabel = 1.701. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka

H1 ditolak dan H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu antara 0.2 s/d 0.4 artinya hubungan antara kedua variabel lemah. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap usahatani padi organik ditolak.

c. Analisis hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani.

(66)

Gambaran hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Luas Lahan (Ha) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 0.49 20.66

rs -0.23 ttabel :1.701

thitung : -6.799

Sumber : Data diolah dari lampiran 13

Untuk melihat hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. diperoleh rs = -0,23.

Sementara thitung = -6.799 (α = 0.05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1.701.

Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak dan H0 diterima,

artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi organik ditolak.

(67)

Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Pengalaman Bertani

(tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Rata - Rata 4.70 20.66

rs 0.403 ttabel :1.701

thitung : 2.330

Sumber : Data diolah dari lampiran 14

Untuk melihat hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = 0,403.

Sementara thitung = 2.330 (α = 0.05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1.701.

Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Maka H1 diterima dan H0 ditolak,

artinya ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu <0.4 s/d 0.7 artinya hubungan antara kedua variabel sedang. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik diterima.

(68)

Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Total Pendapatan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Total Pendapatan

(Rp) Tingkat Adopsi (Skor) Rata - Rata 6.234.616,67 20,66

rs -0,203 ttabel :1,701

thitung : -1,097

Sumber : Data diolah dari lampiran 15

Untuk melihat hubungan total pendapatan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis diperoleh rs = -0,203. Sementara

thitung = -1,097 (α = 0,05) dengan db = (n-2) = 28 maka ttabel = 1,701. Data ini

menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Maka H1 ditolak H0 diterima, artinya tidak ada

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik di daerah penelitian tinggi dengan jumlah persentase 70 %.

2. Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik tetapi tidak terdapat hubungan antar karakteristik sosial ekonomi petani yang lain yaitu umur, tingkat pendidikan, luas lahan serta total pendapatan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.

Saran :

Kepada Pemerintah

Pemerintah melakukan kebijakan pengembangan usahatani padi organik di daerah sentra produksi padi dalam skala yang lebih luas dan melakukan pembinaan secara intensif kepada kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Kepada Petugas Penyuluh Lapang

Penyuluh Pertanian agar memberikan arahan dan mengawasi petani padi organik dalam proses pembudidayaan serta pencatatan guna kelengkapan pendataan tentang perkembangan usahatani.

Kepada Petani

• Kepada Petani agar lebih menyadari betapa pentingnya pertanian yang ramah lingkungan serta produk yang sehat untuk dikonsumsi.

(70)

Kepada Peneliti Selanjutnya :

• Diharapkan selanjutnya meneliti karakteristik yang lain seperti tingkat kosmopolitan, kepemilikan lahan, jumlah tanggungan dan lain sebagainya. • Agar meneliti masalah yang dihadapi petani dalam pemanfaatan teknologi

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Perbaungan Dalam Angka 2011. Medan.

BITRA Indonesia. 2012. Data Produksi Padi Organik di Sumatera Utara. Medan. Deptan. 2008. Sekolah Lapang PTT Padi, Bantu Petani Mempercepat Alih

Teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hawkins, dkk. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Kartasapoetra, A,G. 1993. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Mulyawan, B. 2011. Beras Organik. Bumi Ganesa. Bandung. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Parnata, A, S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agro Media. Jakarta Selatan.

Racman, C. 2007. Road Map Pengembangan Pertanian Organik 2008 – 2015. Departemen Pertanian.

Rogers, E. M. 1995. Diffution of Innovation fourth Edition. The Free Press. New York.

Sastraatmaja, E. 1993. Penyuluhan Pertanian Falsafah, Masalah, dan Strategi. Alumni. Bandung.

Sipayung, H. 2010. Bertani Organik dengan Teknologi Biofob. Lily Publisher. Yogyakarta.

Sudaryanto dkk. 2005. Standar Pertanian Organik di Indonesia. Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia (JAKER PO Indonesia). Yogyakarta.

Suprayono dan A, Setyono. 1997. Budi Daya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika. Departemen Sosial Ekonomi

(72)

Soekartawi. 1998. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press. Jakarta.

(73)
(74)
(75)

Lampiran 3.Biaya Input Produksi per Musim Tanam

No.

Kompos Organik Pupuk Organik Cair Urin Sapi Pestisida Nabati

(76)

Lampiran 4. Biaya Tenaga Kerja Per Musim Tanam

No

Persiapan Lahan dan Pengolahan Lahan Penyemaian Penanaman

(77)

Lanjutan Lampiran 4. Biaya Tenaga Kerja Per Musim Tanam

Pemeliharaan Panen

(78)

Lampiran 5. Biaya Penyusutan Alat Per Musim Tanam

No.

Cangkul Garpu

(79)

Lanjutan Lampiran 5. Biaya Penyusutan Alat Per Musim Tanam

Sprayer Sabit

(80)
(81)

Lampiran 6. Biaya Lain – Lain

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Tabel 3. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mar’atul Afifah belum dapat secara utuh memahami teks bacaan yang diberikan dan beberapa jawaban terkait pertanyaan yang diberikan dijawab dengan tidak tepat. Pada

Dalam kilasan itu kulihat bahwa dukun tersebut memiliki rupa yang sama seperti makhluk halus yang menyerupai pengawas perpustakaan.. Kemudian kilasan masa lalu

Dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan temperatur/suhu aspal pada pencampuran yang mempengaruhi mutu perkerasan aspal panas AC-WC ( Asphal Concrete - Wearing Course

Kebijakan yang digunakan pada program disesuaikan dengan kebutuhan, dan ini merupakan sebuah contoh sederhana terhadap implementasi keamanan yang dibutuhkan pada suatu jaringan

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

rahmat dan karunia Nya sehingga Tesis dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMPENSASI PADA KINERJA MANAJERIAL DENGAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SEBAGAI

yaitu, sistem PLTS hibrid yang terhubung dengan jaringan listrik lainnya dalam.. memenuhi kebutuhan energi listrik disatu tempat yang dikenal dengan

Penanganan risiko nasabah tidak memberikan informasi dengan benar disebabkan oleh moral hazard nasabah, pengelola BPRS Madinah memitigasi risiko dengan melakukan nasabah