• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut asumsi peneliti mengenai pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paling banyak masyarakat berpengetahuan cukup. Masyarakat mengetahui tentang COVID-19 dikarenakan banyaknya informasi mengenai COVID-19 di televisi, media massa dan gadget mereka masing-masing. Untuk tindakan masih banyak masyarakat yang belum baik karena ketidakpedulian dan kurangnya kesadaran walaupun pada dasarnya mempunyai pengetahuan baik dan. Responden pengetahuan yang baik dikarenakan sebagian mendapatkan dukungan dari keluarga agar tehindar dari penyakit COVID-19. Masih banyak juga masyarakat yang beranggapan bahwa jika COVID-19 tidak akan menyerang tubuh mereka, sehingga masih banyak masyarakat yang masih tidak peduli contohnya dengan tidak menggunakan masker pada saat berpergian, bahkan kadang pada saat mereka berobat ke puskesmas.

Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU). Kasus kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan

Universitas Sumatera Utara

kelainan di liver. Indonesia juga termasuk negara dengan kasus infeksi COVID- 19 yang terus meningkat setiap harinya. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai infeksi COVID-19 sehingga kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan terjadinya COVID-19. Tingkat pengetahuan masyarakat sangat mempengaruhi pencegahan penyakit tersebut. Jika masyarakat disiplin, memiliki kesadaran tinggi, mau melindungi sesama, social distancing akan menahan laju penyebaran COVID-19.

Berdasarkan hasil distribusi pengetahuan masyarakat beserta distribusi kategori pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19, dikategorikan memiliki pengetahuan yang cukup terkait pandemi COVID-19 yang ditunjukkan dengan mayoritas jawaban benar pada item-item pertanyaan yang diberikan terkait pandemi COVID-19. Pengetahuan adalah salah satu hal yang penting diperhatikan dalam rangka penanganan kasus COVID-19. Pengetahuan masyarakat khususnya dalam mencegah transmisi penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat berguna dalam menekan penularan virus tersebut (Law, Leung, & Xu, 2020).

Kategori usia ini berkaitan dengan rentang usia yang kebanyakan aktif menggunakan jejaring sosial Whatsapp di kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat dari hasil penelitian ini usia 31-40 tahun aktif menggunakan Whatsapp dan memiliki persentase paling tinggi yang bersedia mengisi kuesioner ini.

Dengan memiliki pengetahuan yang baik terhadap suatu hal, seseorang akan memiliki kemampuan untuk menentukan dan mengambil keputusan bagaimana ia dapat menghadapinya (Purnamasari, Ika; Raharyani, 2020). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian klinis lainnya, dimana dari 1.102 responden di Indonesia, mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik terkait social distancing dalam rangka pencegahan penularan COVID-19 dengan prevalensi mencapai 99% (Yanti et al., 2020). Selain itu, penelitian lain di Provinsi DKI Jakarta juga memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian ini yaitu 83%

responden memiliki pengetahuan yang baik dalam pencegahan COVID-19 (Utami, Mose, & Martini, 2020). Dari beberapa penelitian tersebut, maka dapat dilihat bahwa pengetahuan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemecahan terhadap permasalahan khususnya terkait COVID-19.

Universitas Sumatera Utara

35

Terlihat pada penelitian ini bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Menurut Noviana (2011), wanita lebih peduli terhadap kesehatan dan lebih banyak melakukan pengobatan mandiri. Selain itu tingkat kesediaan dan respon positif responden perempuan untuk mengikutsertakan sebagai subjek penelitian lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki.

Berdasarkan Pekerjaan responden dapat dikatakan bervariasi bila dilihat dari persentasenya. Adapun hubungan pekerjaan dengan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 yakni apabila bergerak dalam bidang kesehatan, maka informasi yang didapat mengenai COVID-19 dapat meningkat, dan informasi tersebut dapat disebarkan ke masyarakat (Romziyah, 2020). Sedangkan jika berdasarkan pekerjaan secara umum tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan tentang COVID-19 (Prihati et al, 2020). Hal ini sesuai dengan penelitian ini dimana diperoleh hasil dimana responden yang tidak bekerja, mahasiswa, petani, wiraswasta, dan PNS memperoleh hasil tingkat pengetahuan rata-rata baik dan cukup, hal ini dapat terjadi karena paparan informasi tentang COVID-19 sudah sangat sering disebarluaskan oleh berbagai media.

Sedangkan hasil berdasarkan pendidikan masyarakat, dibuktikan dengan persentase SMA dengan pengetahuan baik. Masyarakat dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah dalam menerima dan menyerap suatu informasi. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, terbukti pada penelitian Yasin (2004) tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengobatan sendiri (self medication) di Wilayah Kabupaten Sleman Jogjakarta menyatakan bila tingkat pengetahuan meningkat, maka tingkat pengetahuan masyarakat juga ikut meningkat.

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini sendiri tentu memiliki

Universitas Sumatera Utara

kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut, antara lain jumlah responden yang hanya 100 orang, tentunya masih kurang untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Objek penelitian hanya di fokuskan pada pengetahuan masyarakat.

Dimana masih ada beberapa sudut pandang yang dapat dijadikan permasalahan dalam tema ini seperti tindakan, sikap dan perilaku masyarakat. Dalam proses pengambian data, informasi yang diberikan responden melalui kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya, hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman yang berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya. Selain itu selama pandemi COVID-19 masyarakat lebih membatasi bertemu dengan orang lain sehingga peneliti sulit menemukan responden yang bersedia menjadi responden penelitian.

Universitas Sumatera Utara

37 BAB V KESIMPULAN

Dokumen terkait