TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR TERHADAP PANDEMI COVID-19 MELALUI VIRTUAL
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD ARDHY HIDAYAH 170100148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Bahan Untuk Persyaratan Mengambil \ Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
MUHAMMAD ARDHY HIDAYAH 170100148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
i f
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada utusan- Nya, Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’at Beliau di hari akhir nanti. Aamiin Aamiin yaa Rabbal’Alamiin. Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui Virtual ” yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaannya kepada :
1. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, ayahanda : Dr. Mhd.
Rahmani Dayan SH., MH. dan ibunda Elfi Sahara S.Pd., M.Si yang telah banyak memberikan dorongan moril, doa, materiil serta pengorbanannya sehingga bisa mengantarkan penulis sampai titik ini.
2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 3. Prof. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.
4. Dr. dr. Delyuzar M.Ked(PA), Sp.PA(K), selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis mulai dari awal penyusunan penelitian hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.
5. Dr. dr. Isti Ilmiati Fujiati MSc, CM-FM, M.Pd Ked dan dr. Katharine M.Ked(PD), Sp.PD selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat membangun dan membantu penulis untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada penelitian ini.
iii
6. dr. Lambok Siahaan MKT selaku dosen penasihat akademik penulis dan seluruh staf pengajar FK USU yang telah banyak memberikan bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuliahan hingga terselesainya masa studi penulis..
7. Bapak Yuki Febrianto selaku Kepling (Kepala lingkungan) Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, serta para Masyarakat yang telah memberikan dukungan, izin dan memfasilitasi tempat penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
8. Teman terbaik penulis Antania yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis tetap semangat untuk menjalani dan menyelesaikan penelitian ini.
9. Saudara saya atau sepupu saya Ziyaad dan Adrian yang selalu mengajari saya dalam segala hal.
10. Teman-teman saya, Sayyid, Habib, Izky, Lionel dan masih banyak lagi yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini dan masih banyak lagi yang tidak bias saya sebutkan namanya.
11. Saudara, sahabat serta sejawat, terkhusus angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang senantiasa menemani dan memberikan motivasi kepada penulis selama proses penelitian.
Demikianlah skripsi ini penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran.
Medan Desember 2020 Hormat saya,
Muhammad Ardhy Hidayah
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR SINGKATAN ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK ... ix
BAB I ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II ... 5
2.1 Pengetahuan ... 5
2.1.1 Tingkat Pengetahuan ... 5
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6
2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan ... 8
2.2 Coronavirus ... 8
2.2.1 Patofisiologi ... 8
2.2.2 Manifestasi Klinis ... 10
2.2.3 Diagnosis ... 15
2.2.4 Diagnosis banding ... 20
2.2.5 Pencegahan ... 21
2.3. Kerangka Teori ... 22
2.4 Kerangka Konsep... 23
BAB III ... 23
3.1 Rancangan Penelitian... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23
3.2.2. Waktu Penelitian ... 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3.3.1. Populasi ... 23
3.3.2. Sampel Penelitian ... 23
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24
3.4.1 Kriteria Inklusi ... 24
3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 24
3.5 Definisi Operasional ... 25
3.6 Instrumen Penelitian ... 24
3.7. Metode Pengolahan Data ... 27
3.8. Metode Analisa Data ... 27
v
BAB IV ... 28
4.1 Hasil Penelitian ... 28
4.1.1 Analisis Univariat ... 28
4.1.2 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 29
4.1.3 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 29
4.1.4 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 30
4.1.5 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 30
4.1.6 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 31
4.1.7 Tabulasi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui Virtul ... 31
4.2 Pembahasan ... 33
BAB V ... 39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 41
vi
Gambar 2.2 Gambaran CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-19
di Wuhan, Tiongkok (Huang et al, 2020) ...9 Gambar 2.3 Kerangka Teori ... 23 Gambar 2.4 Kerangka Konsep ... 24
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Severe Community-Acquired Pneumonia ... 12 Tabel 3.1 Defnisi Operasional……….. 24 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakterisik Masyarakat
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir... 28 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19
Melalui Virtual ... 28 Tabel 4.3 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi
COVID-19 Melalui Virtual... 28 Tabel 4.4 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung
Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui
Virtual ……...28 Tabel 4.5 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung
Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui
Virtual ……... 29 Tabel 4.6 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan
PendidikanTerhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung
Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui
Virtual ……... 31 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi Covid-19 Melalui
Virtual... ...31
ix
DAFTAR SINGKATAN
2019 N-COV : 2019 Novel-Coronavirus
ACE2 : Angiotensin-Converting Enzyme 2
APD : Alat Pelindung Dir
APTT : Activated Partial Thromboplastin Time ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome BAL : Bakteri Asam Laktat
CAP : Community-Acquired Pneumonia COVID-19 : Corona Virus Disease 2019
CPAP : Continuous Positive Airway Pressure
CRP :C-Reactive Protein
CSSE :Center for Systems Science and Engineering CT SCAN : Computed Tomography Scan
FIO : Fraction of Inspired Oxygen
GCSF : Granulocyte Colony-Stimulating Factor HKU1 : Hong Kong University-1
ICU' : Intensive Care Unit
IFNΓ : Interferon-Gamma
IL10 : Interleukin-10 IL1Β : Interleukin-1-Beta
IL4 : Interleukin 4
IP10 : Induced Protein 10
ISPA : Infeksi Saluran
Pernafasan Akut LED : Laju Endap Darah
MAP : Mean Arterial Pressure
MCP-1 : Monocyte Chemoattractant Protein-1 MERS : Middle East Respiratory Syndrome
MIP-1A : Macrophage Inflammatory Protein 1 Alpha NIV : Non-Invasive Ventilation
NL63 : Netherland 63
x
OC43 : Organ Culture 43
ODP : Orang Dalam Pengawasan
PDP : Pasien Dalam Pengawasan
PEEP : Positive End-Expiratory Pressure
PT : Prothrombin Time
PAO₂ : Partial Of Oxygen
RBD : Reseptor-Binding Domain
RBM : Receptor Binding Motif
RNA : Ribonucleic Acid
RT-PCR : Reverse Transcription-Polymerase Chain SARI : Severe Acute Respiratory Infection SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SARS-COV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrom
SOFA : Sequential (Sepsis-Related) Organ Failure Assesment SPSS : Statistic Program For Social Science
SPO2 : Blood Oxygen Saturation Levels TNFΑ : Tumor Necrosis Factor Alpha
TH1 : T-Helper 1
USG : Ultrasonography
WHO : World Health Organization
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Untuk Calon Subjek Penelitian ... 34 Lampiran 2. Kuesioner ... 36 Lampiran 3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 41
xi ABSTRAK
Latar Belakang: World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
Pada tanggal 31 maret 2020 pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tercantum pada peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020.Menghadapi kebijakan PSBB tersebut, respon masyarakat tampak berbeda-beda.
Ada masyarakat yang secara sukarela patuh terhadap instruksi pemerintah (obedience to authority). Tapi, ada juga sebagian masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan pemerintah mengenai PSBB tersebut (disobedience to authority). Di Indonesia, penambahan jumlah kasus terkonfirmasi terus meningkat, Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitiandeksriptif dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang.
Hasil: Dari hasil analisis univariat yang dilakukan diperoleh hasil tingkat pengetahuan baik sebanyak 38%, cukup sebanyak 56%, dan kurang sebanyak 6%. Kesimpulan:
Tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Tanjung Mulia Hilir terhadap pandemi COVID-19 melalui virtual paling banyak dalam kategori cukup.
Kata Kunci: Pengetahuan, COVID-19, Masyarakat
xii
ABSTRACT
Background: The World Health Organization named the new virus Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) and its disease name as Coronavirus disease 2019 (COVID-19). At first the transmission of this virus could not be determined whether it can be through between humans. The number of cases continues to grow over time. There have been 15 cases of medics being infected by one of the patients, one of them suspected of being a "super spreader." It was finally confirmed that the transmission of this pneumonia can be transmitted from human to human. Until now this virus is rapidly spreading is still mysterious and research is still ongoing. On March 31, 2020, the government imposed large-scale social restrictions (PSBB) contained in government regulation number 21 of 2020.Facing the PSBB policy, the public response seemed different. There are communities that voluntarily comply with government instructions about the PSBB (disobedience to authority). In Indonesia, the number of confirmed cases continues to increase, on March 2, 2020, Indonesia reported 2 confirmed cases of COVID-19. As of March 25, 2020, Indonesia has reported 790 confirmed cases of COVID-19 from 24 provinces. Objective: This study aims to find out the picture of people's level of knowledge about the COVID-19 pandemic. Method: This research uses descriptive research design with a sample number of 100 people. Result: From the results of univariate analysis obtained the results of good knowledge level as much as 38%, enough as much as 56%, and less as much as 6%. Conclusion: The level of knowledge of the people of Tanjung Mulia Hilir village to the COVID-19 pandemic through virtual is the most in the category of sufficient.
Keywords: Knowledge, COVID-19, Society
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada akhir Desember 2019 lalu, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus (WHO, 2020) Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV) (Huang et al, 2019).
Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020).
Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader” (CAN, 2020; Wang et al, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia.
Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut (Relman et al, 2020).
Saat ini sebanyak 29 negara mengonfirmasi terdapatnya kecurigaan serta terkonfirmasi kasus COVID-19. Per-tanggal 13 Februari 2020, berdasarkan data terakhir website oleh Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas John Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir menunjukkan total kasus lebih dari 60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien dan perbaikan lebih dari 6.061 pasien (John, 2020). Saat ini data terus berubah seiring dengan waktu. Banyak kota di Tiongkok dilakukan karantina. Kasus-kasus yang ditemukan diluar Tiongkok sampai tanggal 12 Februari 2020 tercatat ada di 28
negara diantaranya: Amerika, Thailand, Hong Kong, Prancis, Malaysia, Singapura, Taiwan, Macau, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Australia, Nepal dan lainnya (Ref, 2020;Elseiver. 2020).
Kasus-kasus yang ditemukan di berbagai negara tersebut sebagian besar memiliki riwayat bepergian ke Wuhan atau berkontak dengan kasus confirmed yang memiliki riwayat bepergian ke Wuhan. Empat kasus di Singapura merupakan seorang laki-laki 36 tahun, warga negara Tiongkok Bersama keluarganya datang pada 22 januari dengan tanpa gejala kemudian hari berikutnya mengeluh batuk dan dikonfirmasi COVID-19 pada tanggal 25 Januari 2020. Laporan terbaru per tanggal 9 Februari 2020 sudah terdapat 43 kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19 di Singapura. Beberapa diantaranya dilaporkan tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok (Ref, 2020; Elseiver. 2020; Ministry, 2020).
Berdasarkan data sampai dengan 12 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia 2,1% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di Tiongkok adalah 0,16% (Ref, 2020;Elseiver.
2020). Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang et al, 2020).
Kasus kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver (The Straits Time, 2020).
Cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 melalui isolasi, deteksi dini dan melakukan proteksi dasar yaitu melindungi diri dan orang lain dengan cara sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan hand sanitizer, menggunakan masker dan tidak menyentuh area muka sebelum mencuci tangan, serta menerapkan etika batuk dan bersin dengan baik (Dirjen P2P Kemkes RI, 2020).
Pada tanggal 31 maret 2020 pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tercantum pada peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 Dengan diberlakukannya PSBB, maka ada beberapa aktivitas masyarakat yang juga dibatasi. Aktivitas yang dibatasi antara lain aktivitas sekolah, kerja, keagamaan, sosial, parawisata, transportasi dan kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan di
3
tempat umum. Masyarakat karenanya tidak lagi bebas melakukan kegiatan.
Menghadapi kebijakan PSBB tersebut, respon masyarakat tampak berbeda- beda. Ada masyarakat yang secara sukarela patuh terhadap instruksi pemerintah (obedience to authority). Mereka melakukan pembatasan berbagai kegiatan, dan hanya tinggal di rumah saja. Tapi, ada juga sebagian masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan pemerintah mengenai PSBB tersebut (disobedience to authority). Mereka tetap melakukan beberapa kegiatan. Ada penjual keliling yang masih keluar masuk komplek perumahan tanpa mengindahkan protokol yang disarankan; ada pasar kaget yang masih beroperasi di beberapa tempat; ada anak-anak muda yang masih berkumpul bergerombol di tempat-tempat umum; serta ada sebagian masyarakat yang masih menyelenggarakan shalat jumat atau shalat berjamaah di masjid-mesjid.
Ketidakpatuhan (disobedience) masyarakat terhadap peraturan pemerintah tersebut menarik untuk ditelaah secara mendalam. Ketidakpatuhan bukan hanya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri, tapi juga akan berakibat buruk terhadap keluarga, dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Resikonya pun sebenarnya tidak ringan, yaitu sekitar 7.5% persen pasien terkonfirmasi COVID-19 akhirnya meninggal (“Data COVID-19 Di Indonesia,” 2020).
Secara global kasus COVID-19 sebanyak 4.170.424 kasus dengan 287.399 kasus kematian (WHO Report, 2020). Di Indonesia, penambahan jumlah kasus terkonfirmasi terus meningkat, Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi,pada bulan Mei masih berada pada angka 10.551 kasus dengan 800 orang meninggal dunia (Kompas.com) , akan tetapi hingga 16 Juni 2020 kasus bertambah cukup signifikan menjadi berjumlah 40.400 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2231 kematian (KemkesRI,2020).
Kurangnya pengetahuan masyarakat berakibat mengabaikan protokol kesehatan sehingga akan menambah korban COVID-19 akibat ketidak tahuan dan ketidak patuhan. Untuk itu perlu diteliti bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap COVID 19.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahun masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir terhadap pandemi COVID-19?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahun masyarakat kelurahan Tanjung Mulia Hilir terhadap pandemi COVID-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan
2. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19 berdasarkan usia.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19 berdasarkan jenis kelamin.
5. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19 berdasarkan pekerjaan.
6. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pandemi COVID-19 berdasarkan pendidikan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dalam pencegahan menanggulangi penyakit infeksi COVID-19.
2. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dan puskesmas mengenai tingkat pengetahun masyarakat terhadap pandemi COVID-19
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGETAHUAN
Pengetahuan (knowledge) adalah penginderaan manusia atau tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoadmodjo, 2007).
2.1.1 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Bloom (dalam Notoadmojdo, 2007) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhann yang baru.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoattmodjo, 2007).
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2. Paparan informasi
Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
7
3. Media masa/ informasi
Media adalah sarana yang dapat dipergunakan seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan secara khusus dirancang untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.
4. Sosial ekonomi
Menurut WHO fasilitas dan sumber dana berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Besarnya kemampuan ekonomi berpengaruh pada kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kecakapan seseorang.
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, bukan sumber kesenangan, dan kegiatan yang menyita waktu (Wawan & M., 2010) Lingkungan pekerjaan dapat membuat seeorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Lingkungan Geografis
Lingkungan geografis berpengaruh pada penyediaan sarana informasi dan kemampuan untuk mendapatkan informasi. Perbedaan desa dan kota dapat mempengaruhi akses informasi. Sehingga dapat menimbulkan perbedaan tingkat pengetahuan antara satu daerah dengan lainnya.
7. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaiknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
Pengalaman ini akhirnya dapat membentu sikap positif dalam kehidupannya.
8. Umur
Umur dapat menggambarkan kematangan psikis dan social seseorang sehingga mempengaruhi baik tidaknya seseorang dalam proses belajar mengajar. Bertambahnya usia seseorang mempengaruhi bertambahnya pengetahuan termasuk pengetahuan kesehatan reproduksi yang bisa juga diperoleh dari pengalamannya (Sitorus, 2013).
2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu : pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh adalah 76%-100%
dari nilai tertinggi, pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh berkisar antara 56%- 75% dari nilai tertinggi, dan pengetahuan kurang apabila nilai yang diperoleh 0-55% dari nilai tertinggi (Notoatmodjo, 2012; Notoatmodjo, 2010).
2.2 CORONAVIRUS
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus (Huang et al, 2020; Wang et al, 2020).
2.2.1 Patofisiologi
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu (Huang et al, 2020; Wang et al, 2020;Korsman et al, 2012).
Gambar 2.1 Siklus hidup Coronavirus (SARS)
9
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai host alamiahnya (Ref, 2020; CDC, 2020).
Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses, dan oral.
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS- CoV), dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV).
Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut laringotrakeitis (croup) (Huang et al, 2020; Wang et al; CDC 2020).
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau usia lebih tua, dengan gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi (Wang et al, 2020).
Secara patofisiologi, pemahaman mengenai COVID-19 masih perlu studi lebih lanjut. Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di saluran napas bawah.2 Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai reseptor, sama dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-binding domain) termasuk RBM (receptor binding motif) pada SARS-CoV-2 kontak langsung dengan enzim
ACE 2 (angiotensin-converting-enzyme-2). Hasil residu pada SARS-CoV-2 RBM (Gln493) berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia, konsisten dengan kapasitas SARS-CoV-2 untuk infeksi sel manusia. Beberapa residu kritis lain dari SARS-CoV- 2 RBM (Asn501) kompatibel mengikat ACE2 pada manusia, menunjukkan SARS- CoV-2 mempunyai kapasitas untuk transmisi manusia ke manusia. Analisis secara analisis filogenetik kelelawar menunjukkan SARS-CoV-2 juga berpotensi mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan yang menggunakan spesies hewan ini sebagai inang perantara.(Wan et al, 2020).
Pada penelitian 41 pasien pertama pneumonia COVID-19 di Wuhanditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan MCP1, dan kemungkinan mengaktifkan respon sel T-helper-1 (Th1). Selain itu, berdasarkan studi terbaru ini, pada pasien- pasien yang memerlukan perawatan di ICU ditemukan konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan di ICU. Hal tersebut mendasari kemungkinan adanya cytokine storm yang berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit. Selain itu, pada infeksi SARS-CoV- 2 juga menginisiasi peningkatan sekresi sitokin T-helper-2 (seperti IL4 dan IL10) yang berperan dalam menekan inflamasi, yang berbeda dengan infeksi SARS-CoV.(Huang et al, 2020).
2.2.2 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (Wang et al, 2020, PDPI, 2020; DJPP, 2020).
11
Klasifikasi Klinis Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi : a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek (WHO, 2019).
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat (WHO, 2019).
Definisi takipnea pada anak:
< 2 bulan : ≥ 60x/menit
2-11 bulan : ≥ 50x/menit
1-5 tahun : ≥ 40x/menit.
c. Pneumonia berat Pada pasien dewasa
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
Kriteria definisi Severe Community-Acquired Pneumonia (CAP) menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Tabel 2.1 Kriteria Severe Community-Acquired Pneumonia
Pada pasien anak-anak:
Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
Sianosis central atau SpO2 <90%
Distress napas berat (retraksi dada berat)
Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan dengan diagnosis klinis, yang mungkin didapatkan hasil penunjang yang tidak menunjukkan komplikasi (WHO, 2019).
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnyaardsberdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO₂ ) kurang dari< 300 mmHg (WHO, 2019).
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT-Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps
13
paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahanardsserta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS (WHO, 2019).
Dewasa:
ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau CPAP
≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
ARDS berat: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
Tidak tersedia data PaO2: SpO2/FiO2 ≤315 diduga ards (termasuk pasien tanpa ventilasi) (WHO, 2019).
Anak:
Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah: PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.326 a. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia (WHO, 2019).
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin (WHO, 2019).
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu abnormal atau hitung leukosit.
b. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg danserum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi berikut:
Perubahan status mental
Bradikardia atau takikardia
Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau >150x/menit26
Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan bounding pulse
Takipnea
Kulit mottled atau petekia atau purpura
Peningkatan laktat
Oliguria
Hipertemia atau hipotermia (WHO, 2019).
15
2.2.3 Diagnosis a. Anamnesis
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat) (WHO, 2019; PDPI, 2020). Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak. Tapi perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda dan gejala infeksi saluran napas akut berat Severe Acute Respiratory Infection (SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu≥380C) dan batuk dengan onsetdalam 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi virus (Huang et al, 2019; WHO, 2019; PDPI, 2020).
b. Definisi kasus
Berikut ini adalah beberapa istilah terbaru yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam penanggulangan kasus COVID-19:
1. Kasus suspek
Seseorang dapat disebut sebagai suspek COVID-19 jika memiliki salah satu atau beberapa kriteria berikut ini:
Mengalami gejala infeksi saluran pernapasan (ISPA), seperti demam atau riwayat demam dengan suhu di atas 38 derajat Celsius dan salah satu gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, dan pilek Memiliki riwayat kontak dengan orang yang termasuk kategori probable atau justru sudah terkonfirmasi menderita COVID-19 dalam waktu 14 hari terakhir Menderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) dengan gejala berat dan perlu menjalani perawatan di rumah sakit tanpa penyebab yang spesifik.
2. Kasus probable
Kasus probable adalah orang yang masih dalam kategori suspek dan memiliki gejala ISPA berat, gagal napas, atau meninggal dunia, namun belum ada hasil pemeriksaan yang memastikan bahwa dirinya positif COVID-19. Untuk memastikan atau mengonfirmasi kasus COVID-19, seseorang perlu menjalani pengambilan sampel dahak atau swab tenggorokan.
3. Kasus konfirmasi
Kasus konfirmasi COVID-19 adalah orang yang sudah dinyatakan positif terinfeksi virus Corona berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium berupa PCR. Kasus konfirmasi bisa terjadi pada orang dengan gejala virus Corona atau orang yang tidak mengalami gejala sama sekali.
4. Kontak erat
Kontak erat adalah kondisi ketika seseorang melakukan kontak dengan orang yang termasuk ke dalam kategori konfirmasi dan probable, baik kontak fisik secara langsung, bertatap muka dengan jarak kurang dari 1 meter setidaknya selama 15 menit, atau merawat orang dengan status konfirmasi dan probable.
5. Pelaku perjalanan
Setiap orang yang melakukan perjalanan dari wilayah dengan angka kasus COVID-19 yang tinggi, baik dalam maupun luar negeri, dalam waktu 14 hari terakhir.
6. Discarded
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan status suspek, tetapi hasil pemeriksaan PCR menunjukkan hasil negatif dan telah dilakukan sebanyak 2 kali secara berturut-turut dengan jeda waktu 2 hari.
Istilah discarded juga digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
17
7. Selesai isolasi
Seseorang termasuk kategori selesai isolasi apabila memenuhi salah satu dari beberapa syarat berikut ini: Terkonfirmasi menderita COVID-19, tetapi tanpa gejala dan telah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari terhitung sejak tes PCR menunjukkan hasil positif COVID-19. Kasus probable atau konfirmasi dengan gejala COVID-19 yang tidak dilakukan tes PCR, tetapi telah selesai menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak hari pertama gejala COVID-19 muncul dan telah sembuh dari gejala tersebut selama minimal 3 hari. Kasus probable atau konfirmasi dengan gejala COVID-19 yang telah menjalani pemeriksaan sebanyak 1 kali dan hasilnya negatif serta tidak menunjukkan gejala demam atau gangguan pernapasan setidaknya selama 3 hari.
8. Kematian
Kasus kematian akibat COVID-19 adalah kondisi ketika orang yang termasuk dalam kategori probable atau sudah dikonfirmasi COVID-19 meninggal dunia (Kemenkes, 2020).
c. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya manifestasi klinis.
Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran.
Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
Dapat disertai retraksi otot pernapasan.
Pemeriksaan fisik paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerahkonsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar (DJPP, 2020).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground- glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang) (Huang et al, 2019; Wang et al, 2020).
Gambar 2.2 Gambaran CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-19 di Wuhan, Tiongkok (Huang et al, 2020).
a. CT Toraks Transversal, Laki-Laki 40 Tahun, Menunjukkan Multiple Lobular Bilateral Dan Area Subsegmental Konsolidasi Hari Ke-15 Setelah Onset Gejala.
b. CT Toraks Transversal, Wanita 53 Tahun, Opasitas Ground-Glass Bilateral Dan Area Subsegmental Konsolidasi, Hari Ke-8 Setelah Onset Gejala.
c. Dan Bilateral Ground-Glass Opacity Setelah 12 Hari Onset Gejala.
19
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan orofaring).
Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal) (PDPI, 2020).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan risiko transmisi aerosol.
Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain (PDPI, 2020).
Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi.
Pada kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, spesimen dapat diambil sesering mungkin yaitu:
Harian (DJPP, 2020).
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi 5. Pemeriksaan kimia darah
Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit menurun.
Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
Analisis gas darah
Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
Fungsi ginjal
Gula darah sewaktu
Elektrolit
Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer meningkat
Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis) (Huang et al, 2019;PDPI, 2020; DJPP, 2020).
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah).
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan (PDPI, 2020; DJPP, 2020).
2.2.4 Diagnosis banding 1. Pneumonia bakterial
Gejala umum yang muncul diantaranya batuk, batuk berdahak, atau memberat seperti muncul dahak purulen, dahak berdarah, dengan atau tanpa adanya nyeri dada. Pada umumnya tidak bersifat infeksius, dan bukan penyakit infeksius (Wang et al, 2020).
2. SARS/MERS
Jenis virus baru ini memiliki kemiripan dengan virus SARS dan MERS namun analisis genetik menunjukkan serupa tetapi tidak sama. Virus jenis baru ini sudah mengalami evolusi. Studi menunjukkan virus baru ini kemampuan penyebaran dan patogenisitasnya lebih rendah daripada SARS (Wang et al, 2020).
3. Pneumonia Jamur
4. Edema paru kardiogenik (gagal jantung) (DJPP, 2020).
21
2.2.5 Pencegahan
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat, lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.
Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendapdi udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogenairborne dapat menyebar melalui kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus (Wang et al, 2020). Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID- 19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab.
Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
Saat berpergian dan saat sakit wajib menggunakan masker medis atau masker 3 lapis . Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.
Tingkat Pengetahuan
Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Penggnaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha- usaha pencegahan lainnya (WHO, 2020).
Penggunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat (WHO, 2020).
2.3. KERANGKA TEORI
Baik Cukup Kurang
Gambar 2.3 Kerangka Teori
COVID-19
Universitas Sumatera Utara
23
-Jenis Kelamin -Usia
-Pekerjaan -Pendidikan
2.4 Kerangka Konsep
Variable independen Variabel dependen
Gambar 2.4 Kerangka konsep
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pandemi
COVID-19
Universitas Sumatera Utara
24 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian menggunakan penelitian deskripsi, menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian menganalis gambaran tingkat pengetahun masyarakat terhadap pandemi COVID-19.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir melalui virtual.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Agustus-September 2020.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat yang merasakan dampak pandemi COVID-19 di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Medan.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian masyarakat terhadap pandemi COVID-19 yang meliputi kriteria. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Jumlah populasi tidak di ketahui jumlahnya, maka rumus yang dibutuhkan untuk mengetahui jumlah sampel adalah menggunakan rumus Lemeshow (dalam Riduwan & Akdon, 2010), yaitu:
Gambar 3.1 Rumus Lemeshow
Universitas Sumatera Utara
25
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Zα = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai α = 5% = 1.96
P = Prevalensi outcome, karena data belum didapat, maka dipakai 50%
Q= 1 –P
L= Tingkat ketelitian 10%
Berdasarkan rumus, maka n= (1,96)
2𝑋0,5𝑋0.5
(0.1)2
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 responden kemudian dibulatkan menjadi 100 orang.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi
• Masyarakat yang mengalami dampak COVID-19.
• Masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.
• Masyarakat yang berusia 17-50 tahun.
• Masyarakat yang bersedia menjadi responden.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
• Masyarakat yang tidak sehat.
• Masyarakat yang tidak bisa menggunakan gadget.
• Masyarakat yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap.
3.5. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner tersebut sudah dilakukan validitas dengan nilai r 0.913. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada masyarakat di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir hingga sampel terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
3.6. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Defnisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Uukur
Skala Uukur
Hasil Uukur Usia Lama hidup responden
dari lahir sampai saat penelitian
Kuisioner Nominal 1. 17-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun Pekerjaan Kegiatan utama yang
dilakukan responden dan mendapat
penghasilan atas kegiatan tersebut serta
masih dilakukan pada saat di wawancarai
Kuisioner Nominal 1.PNS 2. Wiraswasta 3.Petani 4.Mahasisw a 5. Tidak bekerja
Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden
Kuisioner Ordinal 1. SD
2. SMP 3. SMA S1
Jenis kelamin
Ketersediaan dalam mengisi kuesioner
Kuesioner Ordinal -Laki-laki -Perempuan Tingkat
Pengetahuan
Tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi
Kuesioner Ordinal Baik (Kode 1) Baik apabila menjawab benar 76- 100%
pertanyaan Cukup (Kode 2) apabila menjawab benar 56- 75%
pertanyaan 3.Kurang (Kode 3) apabila menjawab benar 40- 55%
pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
27
3.7. METODE PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan secara manual. Langkah-langkah pengelolaan data pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Data (editing), adalah memeriksa daftar pertanyaan pada lembar kuesioner yang diserahkan oleh para pengumpul data. Selanjutnya kuesioner dikumpulkan kepada peneliti dan diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan jawaban. Setelah memastikan bahwa semua pernyataan diisi lengkap, peneliti memberi kode dari lembar kuesioner responden.
b. Memberitahu Data Kode (coding), adalah pada tahap pengolahan ini peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori.
c. Scoring, adalah menentukan skor atau nilai untuk setiap item pernyataan dan menentukan nilai terendah dan tertinggi. Setelah diberi skor kemudian dimasukkan ke skala data.
d. Memasukkan Data (entry data), adalah jawaban-jawaban yang sudah diberikan kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data dengan cara menggunakan Statistic Program for Social Science (SPSS) versi 21.
e. Tabulasi (Tabulating)
Tabulating merupakan proses pengolahan data yang bertujuan untuk membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
3.8. METODE ANALISA DATA
Analisis Univariat dilalukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi persentase dari setiap variabel.
Universitas Sumatera Utara
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakterisik Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
11-20 tahun 15 15.0
21-30 tahun 29 29.0
31-40 tahun 38 38.0
41-50 tahun 18 18.0
Total 100 100
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 35 35.0
Perempuan 65 65.0
Total 100 100
Pekerjaan Frekuensi Persentase
PNS 29 29.0
Wiraswasta 31 31.0
Petani 23 23.0
Mahasiswa 7 7.0
Tidak Bekerja 10 10
Total 100 100
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 4 4.0
SMP 20 20.0
SMA 49 49.0
Sarjana 27 27.0
Total 100 100
Berdasarkan tabel 4.1 menyatakan bahwa mayoritas berusia 31-40 tahun sebanyak (38%). Berdasarkan jenis kelamin paling banyak responden perempuan (65%). Berdasarkan pekerjaan paling banyak responden bekerja sebagai wiraswasta (31%). Berdasarkan pendidikan paling banyak responden dalam kategori SMA (49%).
Universitas Sumatera Utara
29
4.1.2 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui Virtual
Tabel 4.3 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui Virtual.
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total
Usia n % n % n % n %
11-20 tahun 5 33,3 9 60 1 6,7 15 100
21-30 tahun 13 44,8 13 44,8 3 10,4 29 100
31-40 tahun 15 39,5 23 60,5 0 0 38 100
41-50 tahun 5 27,8 11 61,1 2 11,1 18 100
Berdasarkan tabel 4.3 menyatakan pengetahuan yang baik berdasarkan usia paling tinggi pada kategori usia 21-30 tahun sebanyak (44,8%) berpengetahuan cukup paling tinggi pada kategori usia 41-50 tahun sebanyak (61,1%), dan berpengetahuan kurang paling tinggi pada kategori 41-50 tahun sebanyak (11,1%).
4.1.3 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19 Melalui Virtual
Tabel 4.4 Tabulasi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Terhadap Pandemi COVID-19
Melalui Virtual.
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total
Jenis Kelamin n % n % n % n %
Laki-laki 11 31,4 23 65,7 1 2,9 35 100
Perempuan 27 41,5 33 50,8 5 7,7 65 100
Berdasarkan tabel 4.4 menyatakan pengetahuan yang baik berdasarkan jenis kelamin paling tinggi pada kategori Perempuan sebanyak (41,5%) berpengetahuan cukup paling tinggi pada kategori Laki-laki sebanyak (65,7%), dan berpengetahuan kurang paling tinggi pada kategori Perempuan sebanyak (7,7%).
Universitas Sumatera Utara