Tanaman jarak pagar secara alami mempunyai pola pertumbuhan cabang secara spiral, tipe percabangan yang tumbuh dari tunas terminal yang sedang berbunga dichotomus (membagi dua), berbunga terminal dan bersifat indeterminate (Raden 2009). Sudut cabang jarak pagar berkisar antara 40-450, dengan demikian menunjukkan bahwa arah tumbuh atau sifat percabangan jarak condong ke atas (patens). Tjitrosoepomo (2005) menyatakan bahwa cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 450 disebut condong ke atas. Jika tanaman memiliki sedikit cabang primer, maka tipe pertumbuhan tampak tegak. Namun bila cabang primer banyak, maka tipe pertumbuhan tampak seperti semak dan kondisi ini hampir ditemukan pada semua ekotipe. Jika tanaman hingga berumur dua tahun dan tidak dilakukan pemangkasan, akan menimbulkan tinggi tanaman bervariasi di antara ekotipe, namun secara umum tanaman memiliki tinggi sedang antara 1-2 m dan yang terendah ditemukan pada ekotipe IP–2P, IP–1A dan IP–1M.
Ukuran diameter batang suatu ekotipe atau provenan akan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah cabang (batang) primer. Hal ini disebabkan percabangan primer banyak terbentuk dipangkal batang yang dekat permukaan tanah. Sistem percabangan pada jarak pagar tidak beraturan. Cabang sekunder tumbuh dan berkembang pada batang utama dekat permukaan tanah (pangkal batang - akar) sehingga sering dijumpai pada tanaman dan sulit dibedakan batang utama dengan cabang primer. Dan perpanjangan cabang primer terhenti setelah terbentuk bunga pada bagian terminal cabang tersebut (Tjitrosoepomo 1987).
Tajuk merupakan refleksi dari pola pertumbuhan batang tanaman, sistem percabangan, stuktur dan distribusi daun, tempat induksi pembungaan dan buah atau pembentukan pucuk terminal (Halle et al. 1987). Pemangkasan batang utama dapat mengubah bentuk dan ukuran tajuk atau model tajuk tanaman jarak pagar. Model tajuk ini terbentuk seperti payung dan menyebar dan perubahan model tajuk ini merupakan indikasi dari struktur visual (view) bentuk pohon yang merefleksikan perilaku bentuk pohon akibat dominasi apikal. Tanaman yang dipangkas batang utamanya akan kehilangan dominasi apikal karena pengendali tunas apikal dihilangkan dari pucuk batang utama sehingga tunas - tunas lateral
dapat tumbuh dan berkembang menjadi cabang tanaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Raden (2009) dan Marini (2003) yang berpendapat bahwa pemangkasan pucuk batang utama dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan vegetatif dekat bagian yang dipangkas.
Pemangkasan merangsang pertumbuhan tunas lateral. Tumbuhnya tunas- tunas lateral ini posisinya tepat pada posisi pangkas pucuk batang utama, dengan panjang tunas lateral yang relatif tidak begitu jauh berbeda dengan cabang- cabang bagian bawah lainnya. Hasil penelitian Raden (2009) menunjukkan bahwa tanaman kontrol (tidak dipangkas) atau yang dipangkas tunas apikalnya maka model tajuk terbentuk seperti kerucut. Wilson (2000) dan Cline (1997) menyatakan bahwa arsitektur tajuk tanaman pohon dikendalikan oleh dominasi apikal.
Model pangkasan batang utama dengan ketinggian 30 cm ini dapat menyebabkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam kanopi tanaman lebih tinggi dan dapat memperbaiki sirkulasi udara dalam kanopi tanaman serta mengurangi kelembaban udara di bawah pohon tanaman jarak pagar. Kondisi ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit, hal berhubungan dengan pergerakan udara kering sepanjang kanopi tanaman. Menurut Marini (2003) cahaya sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk perkembangan tunas, bunga, fruit set, serta pertumbuhan dan perkembangan buah. Hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi jarak pangkasan dari permukaan tanah, maka induksi jumlah cabang yang akan dihasilkan semakin banyak pula. Ini terjadi karena batang utama yang lebih tinggi dari permukaan tanah memiliki tunas-tunas lateral (axillary bud) lebih banyak dibandingkan dengan batang utama yang dipangkas lebih pendek dari permukaan tanah. Disamping itu pula yang terjadi pada diameter batang yang menunjukkan perubahan bahwa semakin tinggi pangkasannya dari permukaan tanah memiliki diameter batang yang lebih besar pula. Hal ini berhubungan erat dengan karakter batang utama tanaman untuk mendukung percabangan yang banyak (Tabel 4).
Dengan percabangan tanaman yang terbentuk, baik tanaman yang melalui pemangkasan batang utama, selain merubah model struktur pohon juga dapat membawa dampak positif terhadap pertumbuhan generatif khususnya bunga, buah dan biji tanaman jarak pagar. Tanaman ini berbunga terminal,
produktivitasnya berkorelasi positif dengan jumlah cabang tanaman, karena semakin banyak jumlah cabang primer dan sekunder, maka produksi buah dan biji semakin tinggi pula, akan tetapi berdasarkan hasil penelitian ini tidak semua cabang primer yang terbentuk dapat menghasilkan bunga dan buah. Bunga pertama terinduksi dari pucuk cabang primer dengan cukup membutuhkan daun rata - rata 7-15 daun, induksi bunga ke dua kembali terjadi pada (terminal 2), demikian dan seterusnya induksi bunga ke-3 (terminal 3) dan ke-4 (terminal 4) terjadi pada cabang sekunder yang sama jika kondisi cabang pertumbuhannya baik (vigor). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan bunga pada masing – masing terminal (bunga dalam satu tandan) akan terjadi dalam satuan waktu yang tidak bersamaan oleh karena itu dapat menyebabkan waktu panen yang tidak serempak.
Sebelum Pemangkasan
Hasil menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar yang ditanam tanpa diberikan perlakuan (alami) pada percobaan pertama ternyata memberikan produksi yang cukup rendah seperti genotipe IP–1A (87.7 kg per ha) dan IP-2P (73.4 kg per ha). Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kondisi tanaman (alami). Kondisi lingkungan dengan curah hujan yang terlalu tinggi rata–rata curah hujan 337.6 mm per bulan, suhu harian antara 23.0oC–31.6oC, jumlah rata– rata bulan basah 12 bulan per tahun dan angin cukup kencang sehingga menyebabkan bunga yang terbentuk menjadi gugur (rontok). Disamping itu karena dengan kondisi tajuk tanaman yang terlalu rimbun atau lebih banyak dan jumlah daun yang banyak akan berpengaruh terhadap mikroklimat kurang baik di sekitar kanopi, penetrasi cahaya masuk lebih rendah akan berdampak terhadap produksi jumlah buah, jumlah biji dan bobot biji per tanaman.
Hasil penelitian Arisanti (2010) pada tahun pertama (tanpa pemangkasan) pengujian genotipe sama pada tempat yang sama menunjukkan produktivitas IP- 2P 558.33 kg/ha dan IP-1A 295.83 kg/ha. Hasil penelitian Santoso et al. (2008) pada tahun pertama di Lombok menunjukkan genotipe IP-1A ini memiliki produksi 656.5 kg/ha, Lombok Timur 376.3 kg/ha, Lombok Tengah 351.7 kg/ha, Sumbawa Besar 551.1 kg/ha dan Bima 604.7 kg/ha. Raden (2009) melaporkan
hasil tahun pertama di daerah Bogor untuk ekotipe Lombok Barat 272 kg biji kering per ha.
Setelah Pemangkasan
Data hasil mengindikasikan bahwa pemangkasan total dengan tinggi pangkasan 30 cm dari batang utama dan cabang yang dipelihara antara 3-5 cabang pada genotipe IP-2P dan IP-1A dapat meningkatkan produksi jumlah buah per tanaman (29.1 dan 15.9), jumlah biji per tanaman (906.3 dan 640.7), bobot kering biji per tanaman (498.46 g dan 365.20 g), bobot kering biji per petak (4.87 kg dan 4.56 kg) dan bobot kering biji per hektar (1014.2 kg dan 949.2 kg). Hal ini sejalan dengan pendapat Mahmud (2006), Raden (2009), Ginwal et al. (2004) yang menyatakan bahwa semakin banyak cabang produktif yang dihasilkan pada tanaman jarak pagar maka buah dan biji yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Hal ini terjadi karena telah menyederhanakan bentuk tajuk, mengurangi kompetisi antar organ, antagonisme pertumbuhan vegetatif dan generatif serta keseimbangan alokasi asimilat dalam menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman serta mengarahkan strategi pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang menguntungkan sehingga produktivitas tinggi. Selain itu pada percobaan setelah pemangkasan faktor curah hujan lebih rendah dan angin berkurang jika dibanding dengan tahun 2010.
Pemangkasan cabang utama secara nyata pada beberapa genotipe dapat menunda waktu pembungaan tanaman. Tertundanya waktu pembungaan ini disebabkan tanaman jarak pagar membutuhkan waktu untuk menginduksi pertumbuhan tunas – tunas vegetatif baru terutama cabang lateral sehingga waktu berbunga lebih lambat. Coombs et al. (1994) menyatakan bahwa tanaman yang dipangkas menyebabkan pohon menunda pembungaan karena tanaman tersebut memerlukan waktu untuk membentuk kerangka (frame) kanopi. Secara umum persentase cabang berbunga dan jumlah buah per tandan lebih rendah dari tanaman sebelum dipangkas (alami), hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua cabang yang dipangkas total akan menghasilkan bunga dan buah.
Produksi tanaman jarak pagar bervariasi, tergantung kondisi kesuburan tanah dan iklim. Ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman jarak pagar. Percobaan dilakukan pada tanah yang bersifat masam dengan pH 5.0 dengan kriteria sifat kimia tanah C.organik, N, P205 dan K rendah.
Sementara itu KTK dan KB termasuk kriteria rendah serta hasil susunan kation hasil analisis sampel tanah menunjukkan bahwa Ca tinggi, Mg rendah, K kriteria rendah dan Na pada kriteria rendah pula. Kondisi tanah tersebut menggambarkan bahwa kesuburan tanah tempat penelitian termasuk dalam kriteria rendah (Tabel 1).
Kandungan Kadar Minyak Jarak Pagar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan minyak (rendemen) yang dihasilkan oleh ke delapan provenan adalah 29.45 %. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dari penelitian Hasnam et al. (2008) pada populasi komposit IP-2A hasil seleksi massa populasi IP-1A kadar minyak 31% - 32%, IP-2P hasil seleksi massa populasi IP-1P 32% - 34%, dan IP-2M hasil seleksi massa populasi IP-1P 31% - 32% menunjukkan nilai hampir sama. Jumlah buah banyak pada suatu tanaman akan menyebabkan ukuran dan bobot per buah berkurang (Forshey 1986) dan komponen kualitas buah menurun (McFadyen et al. 1996). Selanjutnya, Leon et al. (2003) menyatakan hasil minyak suatu tanaman ditentukan oleh jumlah biji per tandan atau per malai dan bobot biji. Cara panen dilakukan dengan memetik buah yang telah berwarna kuning. Hal ini sangat relevan dengan hasil penelitian Yeyen et al. (2006) bahwa tingkat kemasakan buah memberikan kadar minyak yang paling tinggi.
Raden (2009) melaporkan kandungan minyak biji jarak untuk tahun pertama panen berkisar 30.39 % - 34.43 %. Santoso (2009) melaporkan bahwa persentase kandungan minyak pada musim kemarau lebih tinggi dibanding dengan pada musim hujan. Arisanti (2010) melaporkan bahwa kadar minyak biji pada panen pertama tertinggi dicapai oleh genotipe Lombok Tengah (36.00 %). Produktivitas tanaman tergantung dari sifat genetik tanaman, kondisi iklim dan tanah setempat serta input produksi yang diberikan (Wiesenhutter 2003). Jika rendemen minyak sebesar 35% dan produktivitas 6-10 ton/ha, maka setiap hektar lahan diperoleh 2.1-3.5 ton minyak per hektar per tahun.
SIMPULAN
Genotipe IP-2P dan IP-1A merupakan genotipe yang memiliki keunggulan untuk dikembangkan di daerah beriklim basah. Sebelum pemangkasan produktivitas genotipe IP–2P mencapai 73.4 kg per ha, setelah pemangkasan produktivitas IP–2P mencapai 1014.2 kg per ha. Produktivitas genotipe IP–1A sebelum pemangkasan 87.7 kg per hektar dan setelah pemangkasan 949.2 kg per ha. Rendemen minyak biji jarak pagar yang diperoleh berkisar antara 26.21–32.61 %, sedangkan berdasarkan kernel 48.89–53.34 %. Genotipe Lombok Tengah menghasilkan kadar minyak tertinggi (32.61 %). IP-2P setelah pemangkasan dapat menghasilkan minyak 293.44 kg per ha sedangkan IP-1A menghasilkan minyak 278.12 kg per ha.