• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amarillo DALAM TUMPANGSARI DENGAN

PEMBAHASAN UMUM

Penyediaan pakan berkelanjutan merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peretenakan. Oleh sebab itu perlu upaya-upaya dalam peningkatan produktivitas pakannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penyediaan pupuk hayati yang dilakukan melalui ekplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula

(FMA) rizosfir Arachis pintoi yang ada dibawah tegakan kelapa. Adapun

pemilihan tanaman A. pintoi sebagai pakan karena tanaman ini mempunyai

nutrisi tinggi sebagai pakan dan tidak melilit jika ditanam secara tumpangsari.

Diharapkan FMA yang ada pada rizofir A. pintoi adalah FMA yang

potensial yang digunakan kembali sebagai inokulan pada tanaman tersebut.

Dengan mengembalikan FMA indigenous pada tanaman A. pintoi diharapkan

lebih kompatibel dibandingkan dengan FMA dari rizosfir tanaman lain. Oleh sebab itu penelitian ini adalah untuk mendapatkan keragaman dan isolat FMA

yang potensial yang ada di rizosfir A. pintoi dibawah tegakan kelapa.

Hasil yang diperoleh yakni jenis Acaulospora-sp., Glomus-sp., Gigaspora-

sp dan Sclorystis-sp. Inokulan campuran ini diinokulasikan pada tanaman A.

pintoi untuk menegetahui kandungan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang diakibatkan oleh pengaruh pemberian FMA.

Hasil yang diperoleh adalah terjadi peningkatan-peningkatan senyawa metabolit sekunder atau senyawa-senyawa fenolik yang sangat bermanfaat bagi

tanaman itu sendiri, maupun ternak yang mengkonsumsi A. pintoi sebagai

pakan. Adapun senyawa yang diperoleh dari uji fotokimia adalah Alkaloid, Flavonoid, saponin, tannin, steroid dan triterpenoid dan untuk senyawa kuinon

tidak terdapat pada ekstrak etanol A. pintoi.

Senyawa Flavonoid ekstrak daun dan akar A. pintoi yang diperoleh adalah

merisetin, kuersetin, keemferol dan biflafonil kayaflafon. Senyawa-senyawa ini sangat penting, diketahui bahwa tipe fenolik berkhasiat sebagai antioksidan adalah asam fenolik dan flavonoid, dengan tingginya senyawa flavonoid

meningkatkan aktivitas antioksidan. A. pintoi yang diinokulasi FMA

mengandung antioksidan yang tinggi memberikan tambahan fungsi yang lebih

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa pakan ruminansia yang mengandung antioksidan dapat mencega kerusakan atau degenerasi sel yang

disebabkan oleh radikal bebas (Jaitak et al. 2010). Asupan antioksidan pada

ternak ruminansia dapat meningkatkan motility dan viability sperma, dan dapat menurunkan peroksidasi lipid. Sehingga produktivitas daging ternak yang

mengkonsumsi A. pintoi diinokulasi FMA tetap terjaga kulaitas dan kuantitas

daging yang dihasilkan.

Aktivitas antioksidan yang diperoleh dari hasil uji yang dinyatakan dengan

nilai persentase inhibisi IC50 pada daun lebih tinggi yaitu 124.24/µg/mL

dibandingkan dengan pada akar yaitu 135.135µg/mL. Artinya semakin kecil

nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya.

Pada hasil uji sitoksisitas A. pintoi yang diinokulasi FMA mendapakan

bahwa terjadi peningkatan konsentrasi sampel yang digunakan, meningkatkan kematian dari larva uji. Pada larutan ekstrak etanol akar lebih toksik

dibandingkan dengan etanol daun dengan nilai LC50 pada akar 300.32 µg/mL

dan daun 413.99 µg/mL. Dalam kisaran menurut Meyer et al (1982), nilai LC50

200-100 µg/mL menunjukan bahwa senyawa dalam material tersebut dapat

berkhasiat sebagai biopestisida. Artinya A. pintoi yang diinokulasi FMA

mempunyai aktivitas biopestisida dan ini penting memberikan keuntungan, karena dapat menjaga ketahanan tanaman dari serangan jamur misalnya fusarium sp, patogen dan hama, serta menurunkan kepekaan tanaman terhadap patogen bawah tanah.Pada beberapa penelitian Flavonoid penghambat

pertumbuhan jamur Fusarium sp yang menginfeksi akar tanaman.

Flavonoid dapat menghambat cAMP-depent protein kinase yang

diperlukan dalam proses gerimnase Fusarium solani (Bagga & Stroney 2000).

Sarangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

usaha pertanian. Dengan ditemukannya A. pintoi yang diinokulasi FMA dapat

bersifat biopestisida, maka penelitian ini dilanjutkan pada tanaman lain sebagai tumpang sari yaitu pada jagung atau sorgum.

Banyak penelitian yang dilakukan dengan tumpangsari tanaman jagung dengan kedele atau jagung dengan ubi kayu namun penelitian tumpangsari

diinokulasi FMA belum pernah diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan

inokulasi FMA pada tanaman A. pintoi diharapkan dapat mempertahankan

stabilitas keanekaragaman tanaman dengan cara transfer nutrien dari satu akar ke akar tanaman lain yang berdekatan, melalui struktur yang disebut hifa (Allen & Allen 1992). Adanya FMA dapat menghubungkan banyak tanaman

dalam suatu komunitas (Giovannetti et al. 2006). Kehadiran FMA merupakan

jembatan atau media penyediaan transfer nutrien N dari A. pintoi yang

difiksasi dari udara sehingga terjadi peningkatan produktivitas jagung ataupun sorgum. Kontribusi FMA pada peristiwa simbiosis sangat kompleks, akan tetapi aspek utama meliputi transfer nutrien terutama P yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Fosfor merupakan unsur esensial yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain. Peran unsur P adalah dalam hal penyimpanan dan pemindahan energi serta reaksi biokimia seperti; pemindahan ion, kerja osmotik, reaksi fotosintesis dan glikolisis. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini ternyata dengan adanya inokulasi, aplikasi FA dan kehadiran A.

pintoi meningkatkan semua parameter yang diukur. Adanya asosiasi FMA dapat menyebabkan tanaman mampu memanfaatkan sumber-sumber fosfat yang tidak tersedia menjadi tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Adanya

tumpangsari A. pintoi yang diinokulasi FMA sebagai legum penutup tanah

diharapkan dapat memberikan sumbangan unsur nitogen dari fiksasi N dari udara untuk tanaman jagung atau sorgum dan juga unsur fosfat dengan bantuan dari hifa dari FMA.

A. pintoi sebagai tanaman tahunan atau perennial sangat baik sebagai inang FMA dalam sistim tumpangsari, apabila tanaman jagung dan sorgum

dipanen, A. pintoi tetap stay atau tetap berada dalam lahan tersebut sehingga

FMA tetap hidup pada inang A. pintoi, FMA dapat berkembang terus bersama

A. pintoi sampai pada penanaman berikut jagung atau sorgum.

Simbiosis FMA dan A. pintoi dapat mentransfer nutrien dan senyawa-

senyawa lain ke tanaman jagung atau sorgum untuk meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dan sorgum yang berkualitas. A.

pintoi yang diinokulasi FMA banyak memberikan keuntungan pada tanaman tumpangsari baik dalam hal nutrisi maupun dalam hal peningkatan senyawa-

senyawa metabolit sekunder untuk peningkatan aktivitas antioksidan dan bioproteksi terhadap hama dan penyakit.

Pada sistim tumpang sari dapat meningkatkan kapasitas tampung ternak yang lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur, baik jagung maupun sorgum, dengan tumpang sari dapat meningkatkan kualitas pakan menjadi lebih baik karena adanya suplay protein yang berasal dari legum sebagai campuran ransum. Pada jagung maupun sorgum monokultur menguntungkan dan layak dikembangkan, namun untuk tumpangsari masing-masing menghasilkan R/C Ratio > 1, yaitu 2,1 dan 2,2 lebih tinggi dari monokultur. Dengan demikian usaha ini menguntungkan dan layak dilaksanakan.

Pada sistim tumpang sari dapat diterapakan oleh masyarakat karena dapat menggunakan pupuk hayati yang dapat diproduksi sendiri dengan biaya yang murah dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, bahkan dapat menjaga kelestarian ekosistem menjadi lebih baik. Salah satu kendala dalam pemanfaatan FMA adalah belum adanya sosialisasi yang menyeluruh tentang manfaat yang positif dari FMA bagi peningkatan produktivitas tanaman. Dan juga produksi secara besar-besaran FMA belum ada, kalaupun ada masih pemanfaatannya masih terbatas.

Oleh sebab itu perlu peran pemerintah, swasta, akademisi maupun petani sebagai pelaku agar dapat berperan sinergis dalam kepentingan pemanfaatan FMA. Dari pihak pemerintah dapat membuat kebijakan dan ada peran swasta agar pemanfaatan pupuk ini dapat benar-benar dapat diaplikasikan oleh petani. Dari pihak petani perlu dilatih untuk memproduksi sendiri FMA lewat keompok-kelompok tani, sehingga secara perlahan tapi pasti pemanfaatan FMA dapat dilakukan secara berkelanjutan di seluruh pelosok Indonesia. Dengan kebiasaan memanfaatkan FMA dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang dapat berdampak buruk terhadap kelestarian lahan, dan dampak yang secara tidak langsung pada manusia yang mengkonsumsi hasil- hasil tani yang bersumber pada pupuk kimia. Dengan adanya tumpang sari ini penyediaan pakan berkelanjutan dapat tersedia, sehingga ternak mendapatkan pakan yang berkualitas baik.

SIMPULAN

Inokulasi FMA dan aplikasi fosfat alam pada A. pintoi tumpang sari jagung

atau sorgum dapat meningkatkan produktivitas pakan baik kualitas dan kuantitas

secara berkelanjutan. A. pintoi inokulasi FMA dan aplikasi FA pada tumpang sari

dengan jagung atau sorgum dapat menampung jumlah ternak lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur. Analisis R/C Ratio pada usaha jagung atau sorgum secara tumpang sari menghasilkan R/C Ratio lebih tinggi daripada jagung atau sorgum secara monokultur.

SARAN

Penelitian ini perlu dilaksanakan pada panen kedua dan ketiga, mengingat khusus tanaman sorgum adalah tanaman yang hanya satu kali penanaman dan dapat dipanen beberapa kali, agar memperoleh data yang lebih apikatif dan menyeluruh dalam suatu kesatuan model sistem pola tanaman tumpangsari.

Dokumen terkait