TEGAKAN KELAPA
ada 6 sudut bidang pandang Kode :
1 2 3 4 5 6 infeksi Vesikula Vesikula + hifa hifa Arbuskula
10 bagian yang diletakan pada preparat kaca dan dilakukan 3 ulangan. Apabila dalam pengamatan 6 bidang pandang terdapat salah satu antara lain, spora, hifa, vesikul dan arbuskula maka diberi tanda positif (+), sedangkan pengamatan tidak terdapat salah satu dari kriteria tadi diberi tanda negatif (-),seperti terlihat pada Gambar 6.
HASIL
Isolasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis
pintoi cv Amarillo dibawa Tegakan Kelapa, Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain di Kayuwatu Provinsi Sulawesi Utara. Pada percobaan ini diperoleh jenis-
jenis FMA yakni jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan Sclorystis-
sp dengan jumlah spora beturut-turut yakni 6, 5, 3 dan 2 jenis. Gambar 7, spora
sebelum penangkaran dan Gambar 8, spora sesudah penangkaran. Pengambilan contoh yang tanah yang dilakukan pada musim kemarau berbeda penyebaran spora dibandingkan dengan pengambilan contoh tanah pada musim hujan. Pada musim kemarau FMA aktif bersporulasi membentuk spora sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Rainiyati (2007), mendapatkan bahwa pada musim kering FMA aktif untuk bersporulasi membentuk spora, sedangkan pada musim hujan terjadi kondisi sebaliknya. Terdapat kecendrungan peningkatan jumlah spora dengan berkuranngnya jumlah curah hujan, fluktuasi kelembaban tanah dapat
berpengaruh pada pembentukan spora atau sporulasi. Jenis Acaulospora
mendominasi jenis spora dirizosfir A. pintoi, kemudian diikuti oleh Glomus,
gigaspora dan Sclorystis. Jenis FMA sesudah penangkaran lebih beragam dibandingkan dengan sebelum penangkaran. Diduga faktor lingkungan
mempengaruhi jenis FMA pada rizosfir A. pintoi dibawah tegakan kelapa.
Jumlah spora yang diperoleh sebelum penangkaran relatif sedikit yaitu 201 spora /50 g tanah, sedangkan setelah penangkaran terjadi peningkatan menjadi
455 spora/50 g tanah. A. pintoi dapat bersimbiosis dengan FMA, hal ini terlihat
dari morfologi perakaran tanaman hasil pewarnaan, akar yang terinfeksi FMA dapat dilihat pada Gambar 9. Infeksi akar ditandai dengan adanya, hifa, spora dan vesikula, sedangkan arbuskula tidak ditemui. Setiap jenis FMA mungkin mempunyai kemampuan berbeda dalam membentuk hifa di dalam tanah, baik distribusi maupun kuantitas hifa tersebut.
Isolasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis
pintoi cv Amarillo dibawa Tegakan Kelapa, Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain di Kayuwatu Provinsi Sulawesi Utara. Pada percobaan ini diperoleh jenis-
jenis spora yakni jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan Sclorystis-
sebelum penangkaran dan Gambar 8, spora sesudah penangkaran. Pengambilan contoh yang tanah yang dilakukan pada musim kemarau berbeda penyebaran spora dibandingkan dengan pengambilan contoh tanah pada musim hujan. Pada musim kemarau FMA aktif bersporulasi membentuk spora sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Akar yang terinfeksi FMA dapat dilihat pada Gambar 9. Infeksi akar ditandai dengan adanya, hyfa, spora dan vesikula, sedangkan arbuskula tidak ditemui.
Keterangan :
1 Kumpulan spora awal sebelum dilakukan penangkaran
2 Acaulospora-sp1. bentuk spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaan spora halus dan berdinding tebal. Spora lolos sarngan 125 µm.
3 Acaulospor-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaan kasar seperti jeruk, berdinding tebal dan spora lolos saringan 125 µm.
4 Acaulospora-sp3, bentuk spora bulat, berwarna kuning, permukaan spora halus dan berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm
5 Acaulospora-sp4, bentuk spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaan halus, berdinding tebal. Spora lolos saringan 125 µm. Bereaksi dengan pewarna Melzer’s terjadi perubahan warna dari kuning menjadi coklat kemerahan, bagian dalam spora berwarna coklat kemerahan dan bagian luar berwarna kekuningan.
6 Glomus-sp1, bentuk spora bulat, spora berwarna coklat kehitam-hitaman, permukaan spora halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm, tidak bereaksi dengan pewarna Melzers.
7 Glomus-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning jernih, permukaan halus.
tidak mempunyai hyphal attachments. Spora lolos saringan 125 µm. Tidak
bereaksi dengan pewarna Melzers.
8 Glomus-sp3, bentuk spora bulat, berwarna kuning jernih, permukaan halus.
Tidak mempunyai hyphal attechments. Spora lolos saringan 125 µm.
9 Sclerystis-sp1, bentuk spora bulat bergerigi, spora berwarna coklat kehitaman,
permukaan kasar, berdinding tebal, tidak mempunyai hyphal attachment,
Gambar 8 Jenis spora sesudah penangkaran Keterangan :
1. Kumpulan spora sesudah penangkaran
2. Glomus-sp1, Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, mempunyai hyphal attachment, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.Tidak bereaksi dengan pewarna Melzers. Tidak bereaksi dengan pewarna Melzers
3. Glomus-sp2, spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.
4. Glomus-sp3, spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.
5. Gigaspora-sp1, bentuk pora bulat, berwarna kuning, mempunyai hyphal attachment, permukaan halus. Spora lolos saringan 125 µm.
6. Acaulospora-sp1, bentuk spora bulat, berwarna orange kemerahan, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
7. Acaulospora-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan spora halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
8. Acaulospora-sp2, betuk spora bulat, spora berwarna kuning kecoklatan, permukaan halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
9. Acaulospora-sp3, bentuk spora bulat, berwarna coklat kekuningan, berdinding tebal, permukaan spora halus, lolos saringan 125 µm.
Gambar 9 (1) Akar yang terinfeksi FMA, (2) akar yang tidak terinfeksi FMA. 2
1
PEMBAHASAN
Isolasi spora dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Contoh tanah sebelum dan sesudah penangkaran mempengaruhi jenis dan
jumlah spora yang diperoleh. Hasil isolasi dan identifikasi spora FMA rhizosfer A.
pintoi di bawah tegakan kelapa sebelum dilakukan penangkaran diperoleh 3 jenis
spora FMA yang terdiri dari Acaulospora- sp, Glomus-sp, dan Sclerocystis-sp2.
Setelah dilakukan penangkaran selama 4 bulan, spora yang diperoleh lebih banyak
jumlahnya, tapi yang muncul adalah dari jenis Glomus-sp, diikuti oleh
Acaulospora-sp dan Gigaspora-sp, sedangkan untuk spora Sclerocystis tidak
nampak. Hal ini dapat disebabkan bahwa spora Sclerocystis dalam keadaan
dorman, sehingga spora yang ada lebih didominasi oleh spora Glomus-sp,
Acaulospora-sp dan Gigaspora-sp.
Hasil penelitian menyatakan bahwa Glomus cukup baik digunakan sebagai
isolat dilapangan karena kemampuannya dalam pembentukan spora juga sangat
baik. Acaulospora mempunyai kemampuan memperbanyak diri di dalam jaringan
akar tanaman cukup tinggi sehingga cocok digunakan sebagai inokulan. Gigaspora-sp adalah salah satu FMA yang telah berhasil dikembangkan, dimana FMA tersebut infektif dan efektif terhadap pertumbuhan tanaman perkebunan seperti pada tanaman kelapa sawit (Widiastuti 2004), jambu mete dan kakao (Trisilawati 2001). Menurut Sieverding (1991), adanya keanekaragaman dalam penyebaran FMA dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam tingkat kesuburan tanah, kandungan air tanah, kandungan bahan organik, intensitas cahaya dan ketinggian dari permukaan laut. Adanya perbedaan keanekaragaman dan jumlah spora ditentukan oleh lingkungan dan tata kelola lahan serta tipe lahan
Corryanti et al. (2008).
Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Opik et al. (2006), dari
sejumlah FMA yang paling sering di jumpai yaitu genus G intraradices, G
fasciculatum dan Glomus mosseae yang tersebar di seluruh dunia baik pada habitat alami maupun yang telah terganggu. Hal ini disebabkan karena keanekaragaman FMA disetiap lokasi akan berbeda tergantung pada perbedaan jenis tanah, vegetasi yang ada di sekitarnya, cara pengolahan tanah, pemupukan,
pemeliharaan tanaman serta organisme lain yang mungkin ada dilokasi tersebut (Rainiyati 2007).
Infeksi FMA pada Akar Tanaman
Hasil pengamatan kolonisasi FMA pada inang Pueraria javanica yang
menggunakan tanah rizosfir A. pintoi di bawah tegakan kelapa hanya ditemukan
spora, vesikula dan hifa, sedangkan arbuskula tidak ditemukan. Kemungkinan tidak ditemukan arbuskula pada saat pengamatan adalah: (1) siklus arbuskula yang sangat singkat yaitu berkisar antara 4 sampai 15 hari, bahkan pada tanaman
tertentu hanya 2 sampai 5 hari (Cooke et al. 1993), (2) akar tanaman sudah agak
tua. Hifa FMA tanpa arbuskula sering dijumpai pada akar-akar yang lebih tua
(Brundrett et al. 1994). Pada penelitian ini terlihat adanya infeksi akar pada akar
Pueraria javanica (Gambar 9). Pengamatan jumlah infeksi akar pada pengamatan musim kemarau lebih tinggi yaitu 85,55%, sedangkan kolonisasi pada musim hujan diperoleh 65,55%. Intensitas infeksi FMA dipengaruhi oleh berbagai faktor yanmg meliputi pemupukan, nutrisi tanaman, pestisida, intensitas cahaya, musim, kelembaban tanah, pH tanah, kepadatan inokulum dan tingkat kerentanan tanaman (Fakuara 1998).
SIMPULAN
Hasil penelitian keragaman FMA rizosfer A. pintoi di bawah tegakan kelapa
di Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain (BALITKA), Provinsi Sulawesi Utara
sebelum penangkaran terdapat jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, dan Sclerocystis-
sp. Setelah melalui penangkaran spora diperoleh Glomus-sp, Acaulospora-sp,
kemudian diikuti oleh Gigaspora-sp.Pada pengamatan kolonisasi akar terlihat
adanya infeksi akar pada tanaman inang yang ditandai dengan adanya spora, vesikula dan hifa.