APLIKASI FOSPAT ALAM PADA Arachis pintoi cv Amarillo
DALAM TUMPANG SARI DENGAN JAGUNG (Zea mays L)
ATAU SORGUM (sorghum bicolor L, Moench)
OLEH :
AGNITJE RUMAMBI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
AGNITJE RUMAMBI. Penyediaan Pakan Berkelanjutan Melalui Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Aplikasi Fosfat Alam pada Arachis pintoi cvAmarillo dalam Tumpangsari dengan Jagung (Zea mays L) atau sorgum (sorghum bicolor L, Mench
).
Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH, SOEDARMADI HARDJOSOEWIGNJO, PANCA DEWI, MHKS, IRDIKA MANSUR, danANAS D SUSILA.Penyediaan pakan berkelanjutan merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peretenakan.Oleh sebab itu perlu upaya-upaya dalam peningkatan produktivitas pakannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penyediaan pupuk hayati yang dilakukan melalui ekplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis pintoi yang ada dibawah tegakan kelapa. Adapun pemilihan tanaman A. pintoi sebagai pakan karena tanaman ini mempunyai nutrisi tinggi sebagai pakan dan tidak melilit jika ditanam secara tumpangsari.
Diharapkan FMA yang ada pada rizofir A. pintoi adalah FMA yang potensial yang digunakan kembali sebagai inokulan pada tanaman tersebut. Dengan mengembalikan FMA indigenous pada tanaman A. pintoi diharapkan lebih kompatibel dibandingkan dengan FMA dari rizosfir tanaman lain
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data keragaman fungi mikoriza arbuskula (AMF) indigenous rizosfir A. pintoi cv Amarillo di bawah tegakan kelapa, mendapatkan isolat indigenous rizosfir A. pintoi cv Amarillo di bawah tegakan kelapa, mengidentifikasi jenis metabolit sekunder golongan polifenolyang terdapat pada A. pintoi, menentukan apakah metabolit sekunder pada daun akar A. pintoi berperan sebagai antioksidan, sitotoksik, dan mendapatkan tumpangsari yang ideal antara A. pintoi diinokulasi AMF dan aplikasi fosfat alam pada tanaman jagung dan sorgum sebagai upaya penyediaan pakan berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, terdiri dari: 1) Eksplorasi spora AMF rizosfir A. pintoi dibawah tegakkan kelapa di Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain metode Pacioni (1992), dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi metode Brundrett et al (1996); 2) Analisis fitokimia dan kandungan Flavonoid Ekstrak A. pintoi metode (Harborne 2006); 3) Analisis antioksidan dengan uji 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) berdasarkan Hanani et al. (2005); 4) Analisis sitotoksisitas metode brine shrimp lethality test (BSLT) dengan menggunakan hewan uji larva udang Artemia salina Leach (McLaughlin et al. 1998); 5) Menguji isolat AMF yang diinokulasi ke tanaman A. pintoi dan penambahan pupuk FA pada tumpang sari jagung dan sorgum.
Hasil penelitian yang diperoleh dari eksplorasi FMA dibawah tegakan kelapa rizosfir A. pintoi adalah jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan Sclorystis-sp. Isolat yang diperoleh digunakan untuk diinokulasikan pada tanaman A. pintoi untuk menguji senyawa-senyawa metabolit sekunder yang ada pada ekstrak etanol daun dan akar.
yang diperoleh adalah merisetin, kuersetin, keemferol dan biflafonil kayaflafon. Senyawa-senyawa ini sangat penting, diketahui bahwa tipe fenolik berkhasiat sebagai antioksidan adalah asam fenolik dan flavonoid, dengan tingginya senyawa flavonoid meningkatkan aktivitas antioksidan. A. pintoi yang diinokulasi FMA mengandung antioksidan yang tinggi memberikan tambahan fungsi yang lebih dari A. pintoi sebagai pakan ternak ruminansia.
Antioksidan diperoleh lebih tinggi pada daun dibandingkan dengan akar, yakni secara berturut-turut; IC50 135.86 µg/mL, 124.24 µg/mL. Uji sitotoksisitas diperoleh nilai LC50 pada akar dan pada daun berturut-turut 300.32 µg/mL, 413.99 µg/mL.
Uji BSLT yang berbeda antara ekstrak etanol akar dan daun kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah dan jenis senyawa sitotoksik yang ada dalam tanaman A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA. Persen mortalitas atau kematian meningkat dengan meningkatnya konsentrasi sampel yang digunakan. Nilai LC50 ekstrak etanol akar lebih toksik dibandingkan dengan ekstrak etanol daun A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA, dengan nilai LC50 secara berurutan
adalah 300.32 dan 413.99 μg/ mL. Ekstrak etanol daun maupun akar A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA memiliki potensi hayati atau farmakologi yang sangat baik, karena nilai LC50< 1000 μg/ mL.
Pada penelitian selanjutnya adalah tumpang sari A. pintoi yang diinokulasi FMA dan aplikasi fosfat alam pada jagung atau sorgum untuk mengetahui transfer nutrien dari A. pintoi akibat pemanfaatan FMA pada jagung atau sorgum dengan aplikasi fosfat.
PADA Arachis pintoi cv Amarillo DALAM TUMPANG SARI DENGAN JAGUNG (Zea mays L)
ATAU SORGUM (Sorghum bicolor L, Moench)
AGNITJE RUMAMBI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Penyediaan Pakan Berkelanjutan Melalui Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Aplikasi Fosfat Alam Pada Arachis pintoi cv Amarillo dalam Tumpang sari dengan Jagung (Zea mays L) atau Sorgum (Sorghum bicolor L, Moench) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Februari 2012
Mycorrhizal Fungi Inoculation and Rock Phosphat Aplication on Arachis pintoi cv Amarillo in intercropping with Zea mays L or Sorghum bicolor L. Advised by LUKI ABDULLAH, SOEDARMADI HARDJOSOEWIGNJO, PANCA DEWI MHKS, IRDIKA MANSUR, and ANAS D SUSILA.
Forage is the main feed of ruminant animal in the tropics. Generally, the development of forage only utilize marginal lands which are characterized by scarcity of food nutrients P and acid pH. Therefore, the use of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) is very possible to be applied. The purpose of this study was to obtain indigenous rizosfir AMF diversity of A. pintoi cv Amarillo under coconut stands, get the indigenous rizosfir isolates, identify the type of polyphenol secondary metabolites in A. pintoi, determine whether both leaves and root secondary metabolites of A. pintoi acts as either antioxidant or cytotoxic, and get an ideal intercropping of AMF inoculated A. pintoi and natural phosphate application on corn and sorghum as an effort to provide sustainable feed.
The research was conducted in several stages, consists of 1) spores exploration of A. pintoi AMF rizosfir under coconuts in Coconut Research Center and Other Palma (Pacioni method 1992), followed by centrifugation technique method (Brundrett et al. 1996); 2) Analysis of phytochemical and flavonoid content of A. pintoi extract (Harborne 2006); 3) Analysis of antioxidants with 1.1 diphenyl-2-pikrilhidrazil (DPPH) test based on Hanani et al. (2005); 4) Analysis cytotoxicity based on brine shrimp lethality test method (BSLT) using shrimp larvae of Artemia salina Leach as the test animals (McLaughlin et al. 1998); 5) test animals the AMF isolates were inoculated into the A. pintoi and the addition of NP fertilizer on maize and sorghum intercropping.
The results obtained from the isolation and identification of the A. pintoi AMF rizosfir spores under coconut stands, consists of Acaulospora-sp, Glomus-sp Gigaspora-sp and Sclorystis-sp. Analysis of antioxidant with the 1.1 diphenyl-2-pikrilhidrazil (DPPH) test, found the secondary metabolites of the phenolic groups were flavonoids, tannins, saponins, steroids and terpenoids. The quinone was not found in extracts of A. pintoi. The antioxidant obtained were higher in the leaves than the roots respectively: IC50 135.86 µg/ml, 124.24 µg/ml. In cytotoxicity test, the LC50 values obtained at the root and the leaves successively 300.32 µg /ml, 413.99 µg/ml. The AMF inoculation on A. pintoi and application of natural phosphate on maize and sorghum intercropping provide results of maize and sorghum yields (plant height, number and width of leaves, fresh weight and dry weight) were higher than without A. pintoi. AMF inoculation and the presence of natural phosphate application generates a higher growth and production of maize and sorghum. The interaction among intercropping and phosphate, intercropping and inoculation, phosphate and inoculation, and of intercropping, phosphate and inoculation would enhance the growth and production of maize and sorghum for the provision of sustainable forage.
AGNITJE RUMAMBI. Penyediaan Pakan Berkelanjutan Melalui Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Aplikasi Fosfat Alam pada Arachis pintoi cv Amarillo dalam Tumpangsari dengan Jagung (Zea mays L) atau sorgum (sorghum bicolor L, Mench). Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH, SOEDARMADI HARDJOSOEWIGNJO, PANCA DEWI, MHKS, IRDIKA MANSUR, danANAS D SUSILA.
Penyediaan pakan berkelanjutan merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peretenakan. Oleh sebab itu perlu upaya-upaya dalam peningkatan produktivitas pakannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penyediaan pupuk hayati yang dilakukan melalui ekplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis pintoi yang ada dibawah tegakan kelapa. Adapun pemilihan tanaman A. pintoi sebagai pakan karena tanaman ini mempunyai nutrisi tinggi sebagai pakan dan tidak melilit jika ditanam secara tumpangsari.
Diharapkan FMA yang ada pada rizofir A. pintoi adalah FMA yang potensial yang digunakan kembali sebagai inokulan pada tanaman tersebut. Dengan mengembalikan FMA indigenous pada tanaman A. pintoi diharapkan lebih kompatibel dibandingkan dengan FMA dari rizosfir tanaman lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data keragaman fungi mikoriza arbuskula (AMF) indigenous rizosfir A. pintoi cv Amarillo di bawah tegakan kelapa, mendapatkan isolat indigenous rizosfir A. pintoi cv Amarillo di bawah tegakan kelapa, mengidentifikasi jenis metabolit sekunder golongan polifenolyang terdapat pada A. pintoi, menentukan apakah metabolit sekunder pada daun akar A. pintoi berperan sebagai antioksidan, sitotoksik, dan mendapatkan tumpangsari yang ideal antara A. pintoi diinokulasi AMF dan aplikasi fosfat alam pada tanaman jagung dan sorgum sebagai upaya penyediaan pakan berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, terdiri dari: 1) Eksplorasi spora AMF rizosfir A. pintoi dibawah tegakkan kelapa di Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain metode Pacioni (1992), dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi metode Brundrett et al (1996); 2) Analisis fitokimia dan kandungan Flavonoid Ekstrak A. pintoi metode (Harborne 2006); 3) Analisis antioksidan dengan uji 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) berdasarkan Hanani et al. (2005); 4) Analisis sitotoksisitas metode brine shrimp lethality test (BSLT) dengan menggunakan hewan uji larva udang Artemia salina Leach (McLaughlin et al. 1998); 5) Menguji isolat AMF yang diinokulasi ke tanaman A. pintoi dan penambahan pupuk FA pada tumpang sari jagung dan sorgum.
Hasil penelitian yang diperoleh dari eksplorasi FMA dibawah tegakan kelapa rizosfir A. pintoi adalah jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan Sclorystis-sp. Isolat yang diperoleh digunakan untuk diinokulasikan pada tanaman A. pintoi untuk menguji senyawa-senyawa metabolit sekunder yang ada pada ekstrak etanol daun dan akar.
pada ekstrak etanol A. pintoi. Senyawa Flavonoid ekstrak daun dan akar A. pintoi yang diperoleh adalah merisetin, kuersetin, keemferol dan biflafonil kayaflafon. Senyawa-senyawa ini sangat penting, diketahui bahwa tipe fenolik berkhasiat sebagai antioksidan adalah asam fenolik dan flavonoid, dengan tingginya senyawa flavonoid meningkatkan aktivitas antioksidan. A. pintoi yang diinokulasi FMA mengandung antioksidan yang tinggi memberikan tambahan fungsi yang lebih dari A. pintoi sebagai pakan ternak ruminansia.
Antioksidan diperoleh lebih tinggi pada daun dibandingkan dengan akar, yakni secara berturut-turut; IC50 135.86 µg/mL, 124.24 µg/mL. Uji sitotoksisitas diperoleh nilai LC50 pada akar dan pada daun berturut-turut 300.32 µg/mL, 413.99 µg/mL.
Uji BSLT yang berbeda antara ekstrak etanol akar dan daun kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah dan jenis senyawa sitotoksik yang ada dalam tanaman A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA. Persen mortalitas atau kematian meningkat dengan meningkatnya konsentrasi sampel yang digunakan. Nilai LC50 ekstrak etanol akar lebih toksik dibandingkan dengan ekstrak etanol daun A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA, dengan nilai LC50 secara berurutan adalah 300.32 dan 413.99 μg/ mL. Ekstrak etanol daun maupun akar A. pintoi yang diinokulasi oleh FMA memiliki potensi hayati atau farmakologi yang sangat baik, karena nilai LC50< 1000 μg/ mL.
Pada penelitian selanjutnya adalah tumpang sari A. pintoi yang diinokulasi FMA dan aplikasi fosfat alam pada jagung atau sorgum untuk mengetahui transfer nutrien dari A. pintoi akibat pemanfaatan FMA pada jagung atau sorgum dengan aplikasi fosfat.
Hasil yang diperoleh adanya interaksi antara pola tanam, aplikasi fosfat dan inokulasi FMA mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jagung dan sorgum, kombinasi pola tanam tumpang sari dengan A. pintoi, aplikasi fosfat 200 kg/ha, dan inokulasi FMA menghasilkan pertumbuham vegatatif dan generatif paling tinggi pada tanaman jagung dan sorgum.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepenttingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Institut Pertanian Bogor
PADA Arachis pintoi cv Amarillo DALAM TUMPANG SARI DENGAN JAGUNG (Zea mays L)
ATAU SORGUM (Sorghum bicolor L, Moench)
AGNITJE RUMAMBI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Ternak
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji luar ujian tertutup :
1. Prof. Dr. Ir. I Komang G. Wiryawan, M.Sc.Agr
Staf Pengajar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, Bogor
2. Dr. Despal, S.Pt, M.Sc.
Staf Pengajar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Bogor
Penguji luar ujian terbuka :
1. Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Sc.
Staf Pengajar Fakultas Pertanian IPB, Bogor 2. Dr. Ir. Mursyid Ma'sum, M.Agr.
mays L) atau Sorgum (Sorghum bicolor L, Moench)
Nama : Agnitje Rumambi
NRP : D061050011
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr Ketua
Prof. Dr. Ir. Soedarmadi, H, MSc. Dr. Ir. Panca Dewi, MHKS, MS
Anggota Anggota
Dr. Ir, Irdika Mansur, M. For. Sc. Dr. Ir. Anas D. Susila, MS
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
telah melimpahkan kasih dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi dengan judul “Penyediaan Pakan Berkelanjutan Melalui Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Aplikasi Fosfat Alam pada Arachis pintoi cv Amarillo dalam Tumpang Sari dengan Jagung (Zea mays L) atau Sorgum (Sorghum bicolor L, Moench)”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat penyelesaian pendidikan program Doktoral (S3) pada Program Studi Ilmu Ternak sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Luki Abdullah selaku ketua komisi pembimbing. Prof. Dr. Ir. Soedarmadi Hardjosoewignjo, Dr. Ir. Panca Dewi, MHK, Dr. Ir. Irdika Mansur, dan Dr. Ir. Anas D Susila, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing. Atas kesungguhan, kesabaran dan kebijakan yang diberikan selama membimbing penulis.
2. Ketua Program studi Ilmu Ternak yang tidak jemu-jemu memberikan dorongan, arahan dan motivasi selama masa studi sampai penyusunan disertasi ini.
3. Rektor Universitas Sam Ratulangi dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
4. Seluruh staf dan teknisi pada Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB (Faiq, Nana, Susan, Desy, Arie atas bantuan fasilitas dan kerjasama selama penelitian berlangsung.
dengan tulus penuh kesabaran, pengertian dan sikapnya yang selalu mendorong penulis belajar, bekerja dengan giat dan tekun.
7. Orang tua ayah Paulus Rumambi (Alm), ibu Hermina Bolang (Alm), serta mertua Sukardi Kadari dan Sukarsi (Alm) yang walaupun tidak melihat keberhasilan ini, semasa hidup mereka banyak memberi kasih sayang dan juga saudara-saudara (keluarga) yang selalu memberikan dorongan dan motivasinya.
8. Yurike Rauf, SPt atas keikutsertaan dan kerjasama dalam pengumpulan data lapangan, sehingga yang bersangkutan dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Petrenakan Universitas Sam Ratulangi Manado..
9. Teman-teman Asrama Sam Ratulangi Sempur (Dr. Femi Elly, Dr. Sukmarayu Gedoan, Dr. Noli Barri, Yeremia Mokosuli, James Mangobi, Altin, Iqbal, Nelda, Charles, serta Nando atas kerjasama dan motivasinya. 10.Teman-teman asrama Bogor Baru I dan II ( Dr. Johanes Tulung, Dr. Sendy
Rondonuwu, Dr Jeannete Soputan, Dr Edwin Ngangi, Davy Pijoh, Linda Lapian, Tiltje Ransalele, Lady Lengkey, Lucia Lambey, Johly Rembet, Nicolas, dan Sabrina), atas motivasi dan kerjasamanya.
11.Teman-teman Dr. Betty Bagau, Dr. Jardie A. Andaki, Ir. Melky Telleng, Ir. Nontje Kumayas, M.Si, Ir. Abraham Pendong, Msi, Ir Grace Mandagi, M.Si yang banyak membantu memberi saran dan kerjasamanya.
12.Pimpinan Dikti Mendiknas yang telah memberikan beasiswa program doktor kepada penulis sehingga dapat melanjutkan studi S3.
13.PT Toyota Astra Indonesia yang telah berpartisipasi memberi bantuan dana untuk kelancaran studi kepada penulis.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberi bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkan informasi yang berkaitan dengan disertasi ini.
tunggal dari ibu bernama Hermina Bolang (Alm) dan ayah bernama Paulus Rumambi (Alm). Pada tahun 1977 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Atas. Pada tahun 1978 melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, dan tamat pada thn 1986. Pada Tahun 1984 Penulis Menikah dengan Chadik Wibowo, S.SiT dan di karuniai tiga putra yaitu Adrian Novry, Avianto Januar dan Alvin Marco Rumambi Wibowo.
Tahun tahun 1987 penulis diterima sebagai staf pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Pada tahun 1993 melanjutkan studi magister sains di KPK IPB, Bogor pada program studi Ilmu Tanaman, dan tamat pada tahun 1995.
Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis melanjutkan studi program doktor di Sekolah Pascasarjana IPB pada program studi Ilmu ternak. Penulis selama studi S2 dan S3 mendapat beasiswa BPPS. Selama studi, penulis mendapat kesempatan meneliti sebagai ketua dan anggota lewat skim penelitian PDM, Hibah Bersaing.
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Manfaat penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
Kebaruan (Novelty) ... Error! Bookmark not defined.
Tahap I
PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
BAHAN DAN METODE ... Error! Bookmark not defined.
Tempat dan waktu penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Bahan dan Alat ... Error! Bookmark not defined.
Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Pengambilan Contoh Tanah ... Error! Bookmark not defined.
Isolasi dan Identifikasi Spora Mikoriza Arbuskula
sampai Tingkat Genus ... Error! Bookmark not defined.
Perhitungan Persen Infeksi FMA pada Akar TanamanError! Bookmark not defined.
HASIL… ... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
Isolasi spora dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) ... Error! Bookmark not defined.
Infeksi FMA pada Akar Tanaman ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
MATERI DAN METODE ... Error! Bookmark not defined.
Tempat dan Waktu ... Error! Bookmark not defined.
Bahan dan Alat ... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN ...
Penyiapan Sampel Tanaman A. pintoi cv AmarilloError! Bookmark not defined.
Ekstraksi Daun dan Akar A. pintoi ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Fitokimia dan Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol
Daun dan Akar A. pintoi ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Antioksidan Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not defined
Analisis Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not define
HASIL…. ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Fitokimia dan Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol
Daun dan Akar A. pintoi ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Antioksidan Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not defined
Analisis Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not define
PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Fitokimia dan Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol
Daun dan Akar A. pintoi ... Error! Bookmark not defined.
Analisis Antioksidan Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not defined
Analisis Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Daun dan Akar A. pintoiError! Bookmark not define
SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
BAHAN DAN METODE ... Error! Bookmark not defined.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... Error! Bookmark not defined.
Materi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Peubah Yang Diamati ... Error! Bookmark not defined.
Pertumbuhan Tanaman ... Error! Bookmark not defined.
HASIL… ... Error! Bookmark not defined.
Tinggi Tanaman ...
Jumlah Daun ... Error! Bookmark not defined.
Lebar Daun... Error! Bookmark not defined.
Berat Segar dan Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Berat Segar ... Error! Bookmark not defined.
Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Bobot Pipilan ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen dan Fosfor pada Daun dan AkarError! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Daun ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Akar ... Error! Bookmark not defined.
Konsentrasi Fosfor pada Daun ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Fosfor pada Akar ... Error! Bookmark not defined.
Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Lebar DaunError! Bookmark not defined.
Tinggi Tanaman... Error! Bookmark not defined.
Jumlah Daun ... Error! Bookmark not defined.
Lebar Daun ... Error! Bookmark not defined.
Berat Segar dan Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Berat Segar ... Error! Bookmark not defined.
Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Berat Tongkol ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen dan Fosfor pada Daun dan AkarError! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Daun Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Akar Error! Bookmark not defined.
Kandungan Fosfor pada Daun.... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Fosfor pada Akar .... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tinggi tanaman, Jumlah Daun, dan Lebar DaunError! Bookmark not defined.
Berat Segar dan Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Bobot Pipilan ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Daun dan AkarError! Bookmark not defined.
Tanaman sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Lebar DaunError! Bookmark not defined.
Berat Segar dan Berat Kering ... Error! Bookmark not defined.
Berat Tongkol ... Error! Bookmark not defined.
Kandungan Nitrogen pada Daun dan AkarError! Bookmark not defined.
Kandungan Fosfor pada Daun dan AkarError! Bookmark not defined.
SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN UMUM ... Error! Bookmark not defined.
SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
SARAN.. ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol Akar dan Daun A.
pintoi yang Diinokulasi dan Tidak Diinokulasi FMAError! Bookmark not defined.
Tabel 2 Hasil Analisis Golongan Flavonoid Ekstrak Etanol Akar dan
Daun A. pintoi yang Diinokulasi dan Tidak Diinokulasi FMAError! Bookmark not define
Tabel 3 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Peredaman Radikal
Bebas DPPH Ekstrak Etanol Akar dan Daun A. pintoi yang
Diinokulasi oleh FMA ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4 Hasil Uji Sitotoksisitas (brine shrimp lethality test) pada
Ekstrak Etanol Akar dan Daun A. pintoi yang Diinokulasi
oleh FMA ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 5 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 6 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai). . Error! Bookmark not defined.
Tabel 7 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Lebar Daun Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 8 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Fosfat Alam, dan
Inokulasi FMA pada Berat Segar dan Berat Kering Tanaman
Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 9 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Berat Segar Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 10 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi Pada
Berat Kering Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 11 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam,
dan Inokulasi FMA pada Bobot Pipilan Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Tabel 12 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Bobot Pipilan Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 13 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam,
dan Inokulasi FMA pada konsertrasi N dan P pada Daun dan
Tabel 14 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
konsentrasi N DaunTanaman Jagung .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 15 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Kandungan N Akar Tanaman Jagung .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 16 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Kandungan P Daun Tanaman Jagung .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 17 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Kandungan Fosfor Akar Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Tabel 18 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Aplikasi Fosfat, dan
Inokulasi FMA pada Jumlah Daun, Lebar Daun dan Tinggi
Tanaman Sorgum. ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 19 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Tinggi Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 20 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Jumlah Daun Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 21 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Lebar Daun Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 22 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Aplikasi Fosfat, dan
Inokulasi FMA pada Berat Segar dan Berat Kering Tanaman
Sorgum... Error! Bookmark not defined.
Tabel 23 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Berat Segar Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 24 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Berat Kering Tanaman sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 25 Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat, dan
Inokulasi FMA pada Berat TongkolTanaman SorgumError! Bookmark not defined.
Tabel 26 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi Pada
Berat Tongkol Tanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 27 Pengaruh Perlakuan Tumpang sari, Aplikasi Fosfat, dan
Inokulasi FMA pada Berat Segar dan Berat
TongkolTanaman Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 28 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Tabel 29 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Kandungan N Akar Tanaman Sorgum .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 30 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
Kandungan P Daun Tanaman Sorgum .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 31 Interaksi Antara Tumpang sari, Fosfat dan Inokulasi pada
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Bagan Alur Permasalahan, Pemecahan Masalah dan
Tahapan Penelitian. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2 Susunan media dalam pot kultur. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3 Zeolit yang telah dicuci bersih dan diautoclave.Error! Bookmark not defined.
Gambar 4 Penangkaran FMA yang berumur 2 minggu dan 2 bulan
dengan inang Pueraria javanica. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5 (a) Larutan KOH10% pada akar, (b) larutan lacto glycerol.Error! Bookmark not define
Gambar 6 Pengamatan 6 bidang pandang infeksi akar.Error! Bookmark not defined.
Gambar 7 Spora sebelum penangkaran ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8 Jenis spora sesudah penangkaran ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9 (1) Akar yang terinfeksi FMA, (2) akar yang tidak
terinfeksi FMA. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10 Ekstrak A. pintoi cv Amarillo yang diinokulasi FMAError! Bookmark not defined.
Gambar 11 Bagan Alir Uji brine shrimp lethality test (BSLT)Error! Bookmark not defined.
Gambar 12 Pengujian sitotoksisitas metode brine shrimp lethality test
(BSLT) ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 13 Kandungan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun dan
Akar A. pintoi yang Diinokulasi dengan FMAError! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Tinggi Tanaman Jagung ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Jumlah Daun Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Lampiran 3 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Lebar Daun Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Lampiran 4 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Berat Segar Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Lampiran 5 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Berat Kering Tanaman JagungError! Bookmark not defined.
Lampiran 6 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Bobot Pipilan Jagung... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 7 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan N Daun Jagung Error! Bookmark not defined.
Lampiran 8 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan P Daun Jagung Error! Bookmark not defined.
Lampiran 9 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang
sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan N Akar Jagung Error! Bookmark not defined.
Lampiran 10 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan P Akar Jagung . Error! Bookmark not defined.
Lampiran 11 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Lampiran 12 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Jumlah Daun Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 13 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Lebar Daun Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 14 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Berat Segar Sorgum... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 15 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Berat Kering Sorgum... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 16 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Berat Tongkol Sorgum ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 17 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan N Daun SorgumError! Bookmark not defined.
Lampiran 18 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan P Daun SorgumError! Bookmark not defined.
Lampiran 19 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
Rataan Kandungan N Akar SorgumError! Bookmark not defined.
Lampiran 20 Hasil Analisis Keragaman Pengaruh PerlakuanTumpang sari, Aplikasi Fosfat Alam dan Inokulasi FMA Terhadap
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak ruminansia merupakan salah satu sumber utama pangan hewani
dengan produk utama adalah daging dan susu. Permintaan produk ternak ini setiap
tahun meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi dan kesehatan. Meningkatnya permintaan ini tentunya diikuti oleh
peningkatan populasi ternak, yang pada gilirannya membutuhkan ketersediaan
hijauan berkesinambungan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun yang
menjadi masalah dalam penyediaan pakan hijauan adalah rendahnya produktivitas
lahan yang ditandai dengan kahat unsur hara P dan pH masam. Umumnya lahan
produktif digunakan untuk tanaman pangan dan lahan-lahan marginal digunakan
untuk pengembangan hijauan pakan sehingga penyediaan pakan berkualitas dan
kontinyu sulit dicapai, hal ini tercermin pada produktivitas ternak yang dihasilkan.
Salah satu alternatif yang paling memungkinkan untuk mengatasi lahan
tersebut yaitu dengan mengintegrasikan legum pakan dengan tanaman pangan
dalam pola tumpang sari. Ketersediaan unsur hara dalam pola tumpang sari sangat
penting, karena tanaman yang tumbuh berdampingan dapat secara interaktif
memanfaatkan unsur hara tersebut. Untuk menjaga ketersediaan unsur hara
pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula (FMA) sebagai pupuk hayati dipandang
sebagai upaya murah dan berkelanjutan terutama dalam menyediakan unsur hara
P. Mikoriza mengeluarkan ensim fosfatase yang dapat mengurai fosfat dalam
keadaan tidak tersedia untuk diubah menjadi tersedia dan siap diserap oleh
tanaman (Fakuara 1994).
FMA memiliki banyak manfaat diantaranya adalah membantu meningkatkan
status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan,
penyakit, dan kondisi tidak menguntungkan lainnya (Auge 2001; Al-Karaki et al.
2003). Fungsi lain yang dimiliki oleh FMA antara lain ialah produksi hormon
tumbuh tanaman, melindungi akar tanaman inang dari serangan patogen,
menyerap logam berat, mentoleransi salinitas, dan melindungi tanaman dari bahan
radioaktif (Selvaraj et al. 2005). FMA dapat meningkatkan produksi hormon
auksin berfungsi memperlambat proses penuaan akar sehingga fungsi akar sebagai
penyerap unsur hara dan air akan bertahan lebih lama (Imas et al. l989). Interaksi
antara FMA dan tanaman merupakan komponen penting dalam fungsi ekosistem
(Martínez-García et al. 2011).
FMA dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi dalam
membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman yang
ditanam pada lahan-lahan marjinal (Gupta & Mukerji. 2000; Al-Karaki et al.
2003). Keunggulan yang diperoleh dari pemanfaatan FMA adalah pemakaiannya
aman artinya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, berperan aktif dalam
siklus hara dan sekali tanaman terinfeksi FMA maka manfaatnya akan diperoleh
selama hidup tanaman. Lebih dari 80% tanaman membentuk FMA dan
meningkatkan penyerapan nutrien khususnya fosfat (Dalpe 2004; Parniske 2004).
Simbiosis FMA sangat penting interaksinya di dalam tanaman di mana dasar
dari interaksi saling menguntungkan terletak pada pertukaran nutrien. Tanaman
menyediakan karbon dan kebutuhan lainnya untuk fungi, serta menyediakan
nutrien dari tanah terutama fosfor (ortofosfat, Pi), tetapi juga nitrogen pada
tanaman serta pertahanan terhadap stres (Gianinazzi-Pearson et al. 2006).
Kebanyakan tanaman memiliki hubungan dengan sedikitnya satu jenis mikoriza
(Smith & Read, 2008). Setiap jenis FMA berbeda-beda dalam kemampuannya
membentuk hifa di dalam tanah, baik distribusi maupun kuantitasnya yang
berhubungan dengan kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Delvian 2003).
Pertumbuhan hifa dan aktivitas transkripsi dari FMA distimulasi oleh
eksudat akar dari tanaman inang (Buee et al. 2000). Eksudat akar berisi molokul
kimia yang mengatur perkembangan dari simbiosis fungi dan tanaman (Dakora
&Philips 2002). Eksudat akar dari hifa FMA juga menginduksi ekspresi gen pada
akar M. truncatula, yang menghasilkan hipotesis bahwa faktor “Myc” merupakan
sinyal dalam interaksi FMA, analog pada faktor Nod pada simbiosis rhizobial
(Kosuta et al 2003); (Weidman et al. 2004).
Pemanfaatan FMA sebagai agen hayati merupakan pendekatan biologis yang
lebih ramah lingkungan dan telah dikembangkan secara luas pada bidang
(2006) mengungkapkan bahwa inokulasi FMA pada tanaman leguminosa dapat
meningkatkan pertumbuhan dan penyerapan N. Inokulasi campuran tiga jenis
FMA mampu meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan serapan fosfor enam
jenis rumput pakan yang ditanaman pada tanah masam yang rendah unsur hara
Karti et al. (2000). Dengan demikian inokulasi FMA dapat menyediakan sumber
tambahan N dan P. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada tanaman serealia
yang diinokulasi FMA. Infeksi FMA akan lebih efektif apabila menggembalikan
jenis-jenis indigenousnya dalam peningkatan produktivitas tanaman. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mansur (2002), bahwa isolasi FMA dari tanaman lokal
akan lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman lokal dari pada
menggunakan isolat dari luar daerah.
Potensi penggunaan FMA dalam pertanian telah banyak mendapat perhatian
dalam dekade terakhir ini karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan
pestisida (Harrier & Watson 2004; Sharma et al. 1997). Dalam upaya
pemanfaatan FMA dalam mengatasi berbagai permasalahan lahan, antara lain
lahan marginal di bawah kelapa maka perlu mengetahui keanekaragaman FMA
indigenous yang ada dilahan tersebut guna mendapatkan isolat FMA yang
potensial dan efektif. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan mengadakan
ekplorasi rizosfir Arachis pintoi yang ada dibawah tegakan kelapa.
Inokulasi FMA dapat menginduksi serangkaian respon biokimia dan
molekuler pada tanaman inang, sebagai contoh FMA dilaporkan dapat
meningkatkan kadar berbagai allelokimia (senyawa kimia bersifat larut yang
terikat pada dinding sel, misalnya terpen, alkaloid, minyak esensial, dan senyawa
sekunder lainnya), ekspresi gen yang terlibat dalam mekanisme pertahanan diri
tanaman misalnya fenilalanin ammonia-liase, khalkone sintase, dan khitinase yang
mengkodekan gen (Bi et al. 2007; Yao et al. 2007). Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui khasiat antioksidan dan sitotoksisitas serta kandungan
metabolit sekunder dari ekstrak etanol daun dan akar A. pintoi yang diinokulasi
dengan FMA.
Pada dasarnya penggunaan FMA mempunyai peran dalam memperkuat
jaringan akar dan memperluas jangkauan penyerapan hara terutama P yang sangat
stabilitas keanekaragaman tanaman dengan cara transfer unsur hara dari satu akar
ke akar tanaman lain yang berdekatan melalui struktur yang disebut hifa (Allen &
Allen 1992). Untuk itu penelitian tumpang sari Arachis pintoi yang diinokulasi
FMA dan aplikasi FA pada jagung atau sorgum diharapkan dapat terjadi transfer
unsur hara secara sinergis. FMA membantu penyediaan unsur hara, sehingga
unsur hara diperkaya untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman dimanfaatkan. Hifa
eksternal dari FMA dapat meningkatkan penyerapan hara lain seperti N, K dan
Mg yang bersifat mobil (Sierverding 1991). Kontribusi FMA pada peristiwa
simbiosis sangatlah kompleks, tetapi aspek utama meliputi transfer nutrien
terutaman P. Adanya simbiosis mikoriza dapat menyebabkan tanaman mampu
memanfaatkan sumber-sumber fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi
tersedia dan dapat diserap tanaman.
Fosfat merupakan unsur hara esensial yang diperlukan untuk sintesis ATP
yaitu senyawa organik yang bersifat sebagai kunci utama reaksi-reaksi energetik
pada berbagai proses metabolisme tanaman. Pada umumnya pertumbuhan
tanaman dibatasi oleh ketersediaan fosfat karena fosfat memiliki kelarutan yang
rendah, ekstraksi fosfat oleh akar tanaman dari tanah membutuhkan sistem
pengambilan yang sangat efesien. Oleh karena itu akar harus memiliki transporter
dengan afinitas tinggi, dimana kejenuhan pada rentang 1 sampai 5 µM fosfat
(Held &Held 2005).
Kandungan fosfat pada berat kering tanaman sekitar 0.2%. Fosfat
merupakan makronutrien kunci sintesis biomolekul seperti asam nukleat,
fosfolipid dan ATP sehingga pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada
ketersediaan biomolekul tersebut. Disamping itu fosfat inorganik (Pi) juga
memiliki peran kunci dalam reaksi enzimatis seluler dan regulasi jalur
metabolisme tumbuhan (Schachtman et al. 1998). Jumlah total P didalam tanah
biasanya tinggi, tetapi dalam bentuk yang tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh
tanaman. Oleh karena itu tanaman harus memiliki sistim transpor khusus pada
akar untuk mengekstraksi Pi dari larutan atau mekanisme lain untuk transpor Pi
melewati membran antar kompartemen intraselular. Tanaman juga harus memiliki
sistem efflux yang memainkan peranan dalam redistribusi sumber P ketika tidak
ketersediaan unsur P dapat dilakukan dengan penambahan pupuk P yang slow
release seperti fosfat alam (FA), pupuk FA dapat diberikan dalam jumlah besar,
karena dalam melepaskan hara secara lambat selain itu FA dapat meningkatkan
C-organik tanah dibandingkan dengan pemberian pupuk TSP dan kapur.
Tumpang sari merupakan kegiatan penanaman dua jenis atau lebih tanaman
di lahan dalam waktu bersamaan dengan alasan untuk meningkatkan produktivitas
perluasan luas (Sullivan 2003). Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh secara
bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang
yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama (cooperation) dan meminimumkan
kompetisi (competition). Di dalam tumpang sari terdapat interaksi berbagai faktor
antara lain genetik tanaman, teknik budidaya, iklim dan tanahyang membuat
sistem ini menjadi sangat kompleks.
Kompetisi pemanfaatan sumberdaya cahaya, air dan hara merupakan
bentuk-bentuk interaksi negatif, sedangkan adanya penambahan bahan organik
dalam tanah merupakan bentuk interaksi positif (Suwarto 2005). Pada tumpang
sari, tanaman yang lebih tinggi akan menaungi tanaman yang lebih pendek,
sehingga tanaman yang terletak pada strata yang lebih rendah akan menerima
radiasi matahari yang lebih sedikit.
Jagung dan sorgum memiliki tajuk lebih tinggi akan menerima cahaya
matahari lebih banyak dari pada A. pintoi. Jagung dan sorgum mempunyai jalur
fotosintesis C4 membutuhkan radiasi matahari yang tinggi untuk mencapai laju
fotosintesis maksimum, sedangkan A. pintoi mempunyai jalur fotosintesis C3
tidak membutuhkan cahaya matahari yang tinggi untuk mencapai laju fotosintesis
maksimum. Dengan demikian kombinasi tanaman dengan dua tipe fotosintesis ini
akan memaksimumkan pemanfaatan radiasi matahari. Proses fotosintesis dapat
berlangsung pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Kloroplas adalah
salah satu pigmen fotosintetik yang berperan penting dalam proses fotosintesis
dalam menyerap energi matahari.
Penelitian tentang pola tanam tumpang sari A. pintoi yang diinokulasi FMA
dan aplikasi FA pada jagung atau sorgum perlu dipelajari, oleh karena itu
tumpang sari dengan jagung atau sorgum, sebagai penyediaan pakan
berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan data keragaman FMA indigenous rizosfir A. pintoi cv
Amarillo di bawah tegakan kelapa.
2. Mendapatkan isolat indigenous rizosfir A. pintoi cv Amarillo di bawah
tegakan kelapa
3. Untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dan khasiat
antioksidan dan sitotoksisitas dari ekstrak etanol daun dan akar A. pintoi
yang diinokulasi dengan FMA.
4. Mendapatkan pola tumpang sari yang ideal antara A. pintoi dan jagung atau
sorgum yang diinokulasi FMA dan aplikasi FA sebagai upaya penyediaan
pakan berkelanjutan.
Manfaat penelitian
1. Tersedianya data tentang keragaman fungi mikoriza arbuskula rizosfir A.
pintoi di bawah tegakan kelapa
2. Tersedianya isolat FMA indigenous rizosfir A. pintoidi bawah tegakan
kelapa.
3. Tersedianya data senyawa-senyawa metabolit sekunder dan khasiat
antioksidan dari ekstrak etanol daun dan akar A. pintoi.
4. Memberikan informasi kepada petani/peternak tentang pemanfaatan FMA
sebagai pupuk hayati yang ramah lingkungan dan model pola tanaman
tumpang sari yang ideal antara A. pintoi dan jagung atau sorgum dalam
Hipotesis
1. Tumpangsari dengan A. pintoi akan meningkatkan pertumbuhan dan
produksi jagung dan sorgum.
2. Fosfat akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung dan sorgum.
3. Inokulasi FMA akan meningkatkan pertumbuhan produksi jagung dan
sorgum.
4. Interaksi antara tumpangsari dan fosfat, tumpang sari dan inokulasi, fosfat
dan inokulasi, serta interaksi tumpangsari, fosfat dan inokulasi akan
Adapun bagan alur permasalahan, pemecahan masalah dan tahapan
penelitian, digambar sebagai berikut (Gambar 1):
Gambar 1. Bagan Alur Permasalahan, Pemecahan Masalah dan Tahapan Penelitian.
INOKULASI FMA DAN APLIKASI FOSFAT ALAM PADA A. pintoi
Kebaruan (Novelty)
Nilai kebaruan yang diperoleh adalah: (1) isolat FMA indigenous rizosfir A.
pintoi dibawah tegakan kelapa, yaitu Acaulospora-sp, Glomus-sp, dan
Sclorystis-sp, (2) khasiat aktivitas antioksidan pada daun dan pada akar mempunyai aktivitas
sitotoksik terhadap patogen akar, (3) keberlanjutan penyediaan pakan dan
2 KERAGAMAN FUNGI MIKORIZA RBUSKULA
RIZOSFIR
Arachis pintoi
di BAWAH
TEGAKAN KELAPA
PENDAHULUAN
Penyediaan hijauan pakan yang berkualitas dan kontinyu mutlak diperlukan
dalam rangka meningkatkan produksi ternak ruminansia. Pentingnya pakan bagi
peningkatan produksi karena 60-80% total biaya produksi digunakan untuk pakan,
dan pada ternak ruminansia seperti sapi, domba dan kambing, 94% pakan yang
dikonsumsi berasal dari hijauan.
A. pintoi cv Amarillo merupakan hijauan pakan jenis leguminosa rambat, mempunyai gizi tinggi, mudah dipanen, produksi stabil dari tahun ke tahun
(Dywer l991). Masalah utama yang dihadapi dalam penyediaan pakan hijauan
adalah terbatasnya penggunaan dan pemilikan lahan. Umumnya lahan produktif
digunakan untuk tanaman pangan, sedangkan lahan -lahan marginal yaitu
lahan-lahan yang mempunyai tingkat kesuburan rendah digunakan untuk tanaman pakan
ternak, sehingga penyediaan hijauan pakan yang berkualitas dan kontinyu sulit
dicapai. FMA adalah mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam
memperbaiki produktivitas lahan, bersifat simbion obligat, karena tanpa tanaman
inang pertumbuhan hifa tidak berkembang, dan hanya mampuh bertahan hidup
20-30 hari (Fortin et al. 2002). Pemanfaatan Fungi mikoriza arbuskula pada
hijauan pakan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik.
Penggunaan FMA umumnya meningkatkan kesuburan tanaman, daya tahan
terhadap serangan patogen dan kekeringan (Ezawa et al. 2002). Inokulasi FMA
bertujuan untuk memperbaiki tingkat serapan hara dan air, terutama fosfor
(Gianinazzi-Pearson 1996) dan meningkatkan ketahanan terhadap patogen tanah
(Marschner 1997). Keunggulan yang diperoleh dari pemanfaatan FMA adalah
pemakaiannya aman artinya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan,
berperan aktif dalam siklus hara dan sekali tanaman terinfeksi FMA maka
Fungsi lain yang dimiliki oleh FMA antara lain ialah produksi hormon tumbuh
tanaman, melindungi akar tanaman inang dari serangan patogen, menyerap logam berat,
mentoleransi salinitas, dan melindungi tanaman dari bahan radioaktif (Selvaraj et al.
2005). Interaksi antara FMA dan tanaman merupakan komponen penting dalam
fungsi ekosistem (Martínez-García et al. 2011).
FMA dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi dalam
membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman yang
ditanam pada lahan-lahan marjinal (Gupta dan Mukerji 2000; Al-Karaki et al.
2003). Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada tanaman serealia yang
diinokulasi FMA. Infeksi FMA akan lebih efektif apabila menggembalikan
jenis-jenis indigenousnya dalam peningkatan produktivitas tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mansur (2002), bahwa isolasi FMA dari tanaman lokal akan
lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman lokal dari pada
menggunakan isolat dari luar daerah.
Potensi penggunaan FMA dalam pertanian telah banyak mendapat perhatian
dalam dekade terakhir ini karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan
pestisida (Harrier & Watson 2004; Sharmaet al. 1997). Kebanyakan tanaman
memiliki hubungan dengan sedikitnya satu jenis darimikoriza(Smith &Read
2008). Dalam upaya pemanfaatan FMA guna mengatasi berbagai permasalahan
lahan, antara lain lahan marginal di bawah kelapa maka perlu mengetahui
keanekaragaman FMA indigenous yang ada dilahan tersebut guna mendapatkan
isolat FMA yang potensial dan efektif. Untuk itu penelitian keragaman FMA di
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Bioteknologi
Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi, IPB. Kegiatan penelitian
berlangsung sejak Maret 2006 sampai Februari 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah rizosfer A. pintoi di
bawah tegakan kelapa, zeolit, KOH 10%, HCL 2%, Trypan blue, aquades, larutan
PVLG, Melzer, hyponex merah, Pueraria javanica dan pot kultur. Alat yang
digunakan adalah wet sieving (penyaringan basah) dengan ukuran saringan: 41
µm, 250 µm, 425 µm, dan 710 µm (Gederman and Nicholson, 1963), sentrifuse,
pinset spora, timbangan analitik, autoclave, mikroskop binokuler, mikroskop
disecting, kaca preparat dan cover slip.
Metode Penelitian
Pengambilan Contoh Tanah
Contoh tanah yang di ambil dari rizosfir perakaran A pintoi cv Amarillo di
bawah tegakan kelapa perkebunan kelapa Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain
Manado Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan contoh tanah dengan metode
sampling pada beberapa titik kemudian di kompositkan. Prosedur kerja adalah
sebagai berikut: 1) Bersihkan rumput liar yang ada, 2) mengambil contoh tanah
dengan menggunakan cangkul atau skop sedalam 0 – 15 cm sebanyak 1000 g, 3)
masukan tanah ke dalam kantong plastik dan, 4) memberi label pada kantong
plastik. Sebagian contoh tanah diambil untuk analisis tanah dan untuk mengetahui
beberapa sifat contoh tanah diantaranya KTK, pH dan kandungan N, P dan K.
Untuk memudahkan pengamatan FMA dilakukan penangkaran spora (trapping)
dengan menggunakan tanaman inang Pueraria javanica dan zeolit sebagai media
tanam pada kultur pot. Di bawah ini menjelaskan susunan media tanam dalam pot
tanah dengan zeolit berukuran 3 – 4 mm yang terlebih dahulu telah dicuci bersih (Gambar 3).
Selanjutnya zeolit disterilisasi dengan autoclave pada tekanan 15 atm selama
45 menit, dengan tujuan untuk menghilangkan patogen. Pueraria javanica yang
telah dikecambahkan kurang lebih 10 hari sebagai inang ditanam pada pot kultur
yang terdiri dari zeolit – tanah- zeolit dengan volume 250 ml.
Gambar 2 Susunan media dalam pot kultur.
Gambar 4 Penangkaran FMA yang berumur 2 minggu dan 2 bulan dengan inang Pueraria javanica.
Isolasi dan Identifikasi Spora Mikoriza Arbuskula sampai Tingkat Genus
Mengisolasi spora FMA dilakukan dengan menggunakan teknik tuang saring
metode Pacioni (l992), dan dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi dari Brunrett et
al. (l996). Pelaksanaan kerja teknik tuang-saring, pertama adalah dengan
mencampurkan sampel tanah sebanyak 50 g dengan 200 – 300 ml air dan diaduk
agar butiran tanah hancur. Selanjutnya disaring dengan menggunakan saringan set
yang berukuran (250 µm, 125 µm, dan 45µm), yang disusun secara berurutan dari
atas kebawah.
Hasil saringan terakhir pada proses teknik tuang saring di dalam tabung
sentrifuse ditambah glukosa 60% dengan menggunakan pipet. Kemudian tabung
sentrifuse ditutup rapat dan disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 3 –
5menit. Diperoleh larutan supernatan, kemudian larutan tersebut diambil dengan
pipet dan dituang dalam saringan 45 µm dan dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan glukosa. Endapan yang tersisa dalam saringan tersebut dituang ke
dalam cawan petri, siap diperiksa di bawah mikroskop binokuler untuk
perhitungan spora. Pembuatan preparat untuk identifikasi spora FMA dengan
terpisah pada preparat kaca. Spora-spora FMA yang diperoleh dari ekstraksi
setelah dihitung diletakan dalam larutan Melzers dan PVLG. Spora-spora tersebut
dipecahkan secara hati-hati dengan cara menekan cover slip dengan menggunakan
ujung lidi. Perubahan warna spora dalam larutan Melzers merupakan salah satu
indikator untuk menentukan tipe spora. Analisis jenis spora FMA sesuai
morfologi ukuran, warna, dan struktur sub-seluler.
Perhitungan Persen Infeksi FMA pada Akar Tanaman
Kolonisasi FMA pada akar tanaman dilakukan dengan menggunakan teknik
visual (slide) untuk mengetahui apakah tanaman contoh tersebut berasosiasi
dengan FMA. Pembersihan dan pewarnaan akar sampel menggunakan metode
Kormanik dan McGraw (1982). Pertama-tama adalah memilih akar-akar halus dan
segar dengan diameter 0.5-2.0 mm, kemudian akar dicuci dengan air mengalir
hingga bersih. Akar sampel dimasukan ke dalam larutan KOH 10% dan dibiarkan
semalam sehingga akar berwarna putih atau pucat.
Gambar 5 (a) Larutan KOH10% pada akar, (b) larutan lacto glycerol.
Tujuannya adalah untuk mengeluarkan semua isi sitoplasma dan sel akar
sehingga memudahkan untuk pengamatan struktur infeksi FMA. Larutan KOH
10% dibuang dan akar contoh dicuci dengan air mengalir selama 5-10 menit,
kemudian direndam dalam larutan HCL 2% selama satu malam. Selanjutnya HCL
2% dibuang dan akar sampel direndam dalam trypan blue 0.05%. Larutan trypan
blue dibuang dan diganti dengan larutan lacto glycerol untuk proses destaining
- tdk ada infeksi
vesikul dan arbuskula maka diberi tanda positif (+), sedangkan pengamatan tidak
terdapat salah satu dari kriteria tadi diberi tanda negatif (-),seperti terlihat pada
Gambar 6.
HASIL
Isolasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis
pintoi cv Amarillo dibawa Tegakan Kelapa, Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain di Kayuwatu Provinsi Sulawesi Utara. Pada percobaan ini diperoleh
jenis-jenis FMA yakni jenis-jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan
Sclorystis-sp dengan jumlah spora beturut-turut yakni 6, 5, 3 dan 2 jenis. Gambar 7, spora
sebelum penangkaran dan Gambar 8, spora sesudah penangkaran. Pengambilan
contoh yang tanah yang dilakukan pada musim kemarau berbeda penyebaran
spora dibandingkan dengan pengambilan contoh tanah pada musim hujan. Pada
musim kemarau FMA aktif bersporulasi membentuk spora sedangkan pada musim
hujan sebaliknya. Rainiyati (2007), mendapatkan bahwa pada musim kering FMA
aktif untuk bersporulasi membentuk spora, sedangkan pada musim hujan terjadi
kondisi sebaliknya. Terdapat kecendrungan peningkatan jumlah spora dengan
berkuranngnya jumlah curah hujan, fluktuasi kelembaban tanah dapat
berpengaruh pada pembentukan spora atau sporulasi. Jenis Acaulospora
mendominasi jenis spora dirizosfir A. pintoi, kemudian diikuti oleh Glomus,
gigaspora dan Sclorystis. Jenis FMA sesudah penangkaran lebih beragam dibandingkan dengan sebelum penangkaran. Diduga faktor lingkungan
mempengaruhi jenis FMA pada rizosfir A. pintoi dibawah tegakan kelapa.
Jumlah spora yang diperoleh sebelum penangkaran relatif sedikit yaitu 201
spora /50 g tanah, sedangkan setelah penangkaran terjadi peningkatan menjadi
455 spora/50 g tanah. A. pintoi dapat bersimbiosis dengan FMA, hal ini terlihat
dari morfologi perakaran tanaman hasil pewarnaan, akar yang terinfeksi FMA
dapat dilihat pada Gambar 9. Infeksi akar ditandai dengan adanya, hifa, spora dan
vesikula, sedangkan arbuskula tidak ditemui. Setiap jenis FMA mungkin
mempunyai kemampuan berbeda dalam membentuk hifa di dalam tanah, baik
distribusi maupun kuantitas hifa tersebut.
Isolasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) rizosfir Arachis
pintoi cv Amarillo dibawa Tegakan Kelapa, Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain di Kayuwatu Provinsi Sulawesi Utara. Pada percobaan ini diperoleh
jenis-jenis spora yakni jenis-jenis Acaulospora-sp, Glomus-sp, Gigaspora-sp dan
sebelum penangkaran dan Gambar 8, spora sesudah penangkaran. Pengambilan
contoh yang tanah yang dilakukan pada musim kemarau berbeda penyebaran
spora dibandingkan dengan pengambilan contoh tanah pada musim hujan. Pada
musim kemarau FMA aktif bersporulasi membentuk spora sedangkan pada musim
hujan sebaliknya. Akar yang terinfeksi FMA dapat dilihat pada Gambar 9. Infeksi
akar ditandai dengan adanya, hyfa, spora dan vesikula, sedangkan arbuskula tidak
ditemui.
Keterangan :
1 Kumpulan spora awal sebelum dilakukan penangkaran
2 Acaulospora-sp1. bentuk spora bulat, berwarna coklat kekuningan, permukaan spora halus dan berdinding tebal. Spora lolos sarngan 125 µm.
3 Acaulospor-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaan kasar seperti jeruk, berdinding tebal dan spora lolos saringan 125 µm.
4 Acaulospora-sp3, bentuk spora bulat, berwarna kuning, permukaan spora halus dan berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm
5 Acaulospora-sp4, bentuk spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaan halus, berdinding tebal. Spora lolos saringan 125 µm. Bereaksi dengan pewarna Melzer’s terjadi perubahan warna dari kuning menjadi coklat kemerahan, bagian dalam spora berwarna coklat kemerahan dan bagian luar
berwarna kekuningan.
6 Glomus-sp1, bentuk spora bulat, spora berwarna coklat kehitam-hitaman, permukaan spora halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm, tidak
bereaksi dengan pewarna Melzers.
7 Glomus-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning jernih, permukaan halus.
tidak mempunyai hyphal attachments. Spora lolos saringan 125 µm. Tidak
bereaksi dengan pewarna Melzers.
8 Glomus-sp3, bentuk spora bulat, berwarna kuning jernih, permukaan halus.
Tidak mempunyai hyphal attechments. Spora lolos saringan 125 µm.
9 Sclerystis-sp1, bentuk spora bulat bergerigi, spora berwarna coklat kehitaman,
permukaan kasar, berdinding tebal, tidak mempunyai hyphal attachment,
Gambar 8 Jenis spora sesudah penangkaran
Keterangan :
1. Kumpulan spora sesudah penangkaran
2. Glomus-sp1, Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, mempunyai hyphal attachment, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.Tidak bereaksi dengan pewarna Melzers. Tidak bereaksi dengan pewarna Melzers
3. Glomus-sp2, spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.
4. Glomus-sp3, spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan halus, spora lolos saringan 125 µm.
6. Acaulospora-sp1, bentuk spora bulat, berwarna orange kemerahan, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
7. Acaulospora-sp2, bentuk spora bulat, berwarna kuning orange, permukaan spora halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
8. Acaulospora-sp2, betuk spora bulat, spora berwarna kuning kecoklatan, permukaan halus, berdinding tebal, spora lolos saringan 125 µm.
9. Acaulospora-sp3, bentuk spora bulat, berwarna coklat kekuningan, berdinding tebal, permukaan spora halus, lolos saringan 125 µm.
Gambar 9 (1) Akar yang terinfeksi FMA, (2) akar yang tidak terinfeksi FMA. 2
1
PEMBAHASAN
Isolasi spora dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Contoh tanah sebelum dan sesudah penangkaran mempengaruhi jenis dan
jumlah spora yang diperoleh. Hasil isolasi dan identifikasi spora FMA rhizosfer A.
pintoi di bawah tegakan kelapa sebelum dilakukan penangkaran diperoleh 3 jenis
spora FMA yang terdiri dari Acaulospora- sp, Glomus-sp, dan Sclerocystis-sp2.
Setelah dilakukan penangkaran selama 4 bulan, spora yang diperoleh lebih banyak
jumlahnya, tapi yang muncul adalah dari jenis Glomus-sp, diikuti oleh
Acaulospora-sp dan Gigaspora-sp, sedangkan untuk spora Sclerocystis tidak
nampak. Hal ini dapat disebabkan bahwa spora Sclerocystis dalam keadaan
dorman, sehingga spora yang ada lebih didominasi oleh spora Glomus-sp,
Acaulospora-sp dan Gigaspora-sp.
Hasil penelitian menyatakan bahwa Glomus cukup baik digunakan sebagai
isolat dilapangan karena kemampuannya dalam pembentukan spora juga sangat
baik. Acaulospora mempunyai kemampuan memperbanyak diri di dalam jaringan
akar tanaman cukup tinggi sehingga cocok digunakan sebagai inokulan.
Gigaspora-sp adalah salah satu FMA yang telah berhasil dikembangkan, dimana FMA tersebut infektif dan efektif terhadap pertumbuhan tanaman perkebunan
seperti pada tanaman kelapa sawit (Widiastuti 2004), jambu mete dan kakao
(Trisilawati 2001). Menurut Sieverding (1991), adanya keanekaragaman dalam
penyebaran FMA dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam tingkat
kesuburan tanah, kandungan air tanah, kandungan bahan organik, intensitas
cahaya dan ketinggian dari permukaan laut. Adanya perbedaan keanekaragaman
dan jumlah spora ditentukan oleh lingkungan dan tata kelola lahan serta tipe lahan
Corryanti et al. (2008).
Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Opik et al. (2006), dari
sejumlah FMA yang paling sering di jumpai yaitu genus G intraradices, G
fasciculatum dan Glomus mosseae yang tersebar di seluruh dunia baik pada habitat alami maupun yang telah terganggu. Hal ini disebabkan karena
keanekaragaman FMA disetiap lokasi akan berbeda tergantung pada perbedaan