• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN

4.7. Pembahasan Umum

Secara umum, sebelum dan selama fase pengisian biji hingga panen, keduabelas varietas kacang tanah yang diuji menunjukkan perbedaan antara

varietas dalam karakter kapasitas source, tetapi aktivitas sourcenya relatif tidak

berbeda. Laju akumulasi bahan kering pada MT-2007 memang menunjukkan perbedaan antara varietas tetapi perbedaan hanya pada laju akumulasi bahan kering dalam tajuk dan bukan dalam polong/biji. Hal ini menunjukkan adanya varietas yang mampu menghasilkan source yang lebih tinggi daripada varietas lain

tetapi peningkatan kapasitas source ini tidak berdampak pada peningkatan

asimilat untuk sink produktif.

Berdasarkan perbandingan karakter kapasitas sourcenya pada awal periode

pembentukan dan pengisian polong (42HST) kedua belas varietas kacang tanah

dapat dibagi menjadi varietas dengan kapasitas source tinggi yaitu Kancil,

Pelanduk, Gajah, Kidang, Mahesa, Jerapah dan Garuda3, dan varietas dengan

kapasitas source rendah yaitu Badak, kelinci, Panter, Sima dan Turangga. Selama

periode pengisian biji tanaman kacang tanah masih terus mengakumulasi bahan kering dalam tajuk, tetapi ada beberapa varietas yang lebih tinggi akumulasi bahan keringnya dan ada beberapa varietas yang pertambahan bahan kering tajuk sedikit tertekan. Varietas dengan akumulasi bahan kering yang tinggi pada

periode pengisian biji (kapasitas source tinggi pada 70 HST) adalah Sima,

Turangga, Pelanduk, Kidang, Jerapah dan Mahesa. Varietas dengan pertambahan

bahan kering tajuk terbatas pada periode pengisian biji (kapasitas source rendah

pada 70 HST) adalah Garuda3, Gajah, Kancil, Badak, Panter dan Kelinci. Pada kacang tanah jumlah polong/tanaman merupakan karakter yang dipengaruhi oleh genetik dan relatif stabil. Jumlah polong, yang merupakan

kapasitas sink, sudah ditentukan banyaknya sebelum periode pengisian biji

mempengaruhi hasil/bobot polong, bobot biji, Indeks Panen maupun kualitas produksi (persentase polong penuh) tanaman. Banyaknya polong yang dapat terbentuk sebelum 40 HST dalam penelitian ini tidak banyak ditentukan oleh banyaknya bunga yang terbentuk pada periode tersebut. Semua varietas yang diuji menghasilkan cukup bunga untuk menghasilkan 15 polong/tanaman sebelum 40 HST, walaupun terdapat perbedaan antar varietas dalam pola pembungaan, akan tetapi perhatian perlu ditujukan pada pembentukan ginofor menjadi polong karena proses ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh.

Berdasarkan perbandingan karakter kapasitas sinknya (jumlah dan bobot

polong/tanaman), varietas Badak, Pelanduk, Kancil, Sima dan Panter dapat

dikelompokkan sebagai varietas dengan kapasitas sink tinggi, sedangkan varietas

Garuda3, Kidang, Turangga, Kelinci, Gajah, Mahesa dan jerapah termasuk

kelompok dengan kapasitas sink rendah.

Dari penelitian ini didapatkan adanya tujuh pola hubungan source dan sink

pada kacang tanah. Ketujuh pola hubungan source dan sink itu adalah :

1. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source tinggi sejak awal

pertumbuhannya, mampu menghasilkan bahan kering tinggi pada awal fase pembentukan dan pengisian polong/biji, luasan daun hijau terus ditingkatkan

selama fase pengisian untuk mempertahankan aktivitas source tinggi pada

fase pengisian hingga masuk fase pemasakan biji. Ginofor banyak yang menjadi polong pada awal fase pembentukan dan pengisian biji sehingga jumlah polong/tanaman saat panen lebih dari 15 polong, ginofor juga masih banyak dihasilkan tanaman hingga akhir fase pengisian biji. Tingginya bahan kering yang dihasilkan tanaman mengakibatkan tanaman mampu mengisi lebih banyak polong sehingga disamping menghasilkan bobot polong/tanaman tinggi dan persentase polong penuh >70% tetapi Indeks Panen rendah. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Pelanduk.

2. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source tinggi sejak awal

pertumbuhannya, mampu menghasilkan bahan kering tinggi pada awal fase pembentukan dan pengisian polong/biji, luasan daun hijau terus ditingkatkan

selama fase pengisian untuk mempertahankan aktivitas source tinggi pada

ginofor selama fase pengisian. Kapasitas sink tergolong rendah karena kemampuan menghasilkan bunga dan ginofor yang menjadi polong pada awal fase pembentukan dan pengisian polong/biji rendah. Karena jumlah polong sedikit persentase polong penuh >70% dengan Indeks Panen sedang. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Kidang, Mahesa dan Jerapah.

3. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source tinggi sejak awal

pertumbuhan, mampu menghasilkan bahan kering tinggi pada awal fase

pembentukan dan pengisian polong/biji. Kapasitas sink tergolong tinggi

karena mampu menghasilkan banyak bunga dan ginofor yang menjadi polong pada awal fase pembentukan dan pengisian polong/biji. Kapasitas

source dan pembentukan ginofor pada fase pengisian biji terbatas, tanaman mampu mempertahankan luasan daun yang ada tetap hijau. Indeks Panen tinggi, menghasilkan bobot polong/tanaman tinggi, persentase polong penuh >70% dan bobot 100 biji tinggi. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Kancil.

4. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source tinggi sejak awal

pertumbuhan, mampu menghasilkan bahan kering tinggi pada awal fase

pembentukan dan pengisian polong/biji. Kapasitas sink tergolong rendah

karena kemampuan menghasilkan ginofor menjadi polong yang rendah pada awal fase pembentukan polong sehingga jumlah polong sedikit. Indeks Panen tinggi, persentase polong penuh >70% dan bobot 100 biji tinggi. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Gajah dan Garuda3.

5. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source pada awal pertumbuhan yang

cenderung lambat. Kapasitas dan aktivitas source terus meningkat dengan

cepat selama fase pengisian hingga masuk fase pemasakan biji. Tanaman menghasilkan ginofor dan polong tinggi sejak fase pembentukan ginofor dan polong sehingga pada saat panen jumlah polong/tanaman dapat lebih dari 15 polong, ginofor juga masih banyak muncul pada fase pengisian. Indeks Panen dan persentase polong penuh rendah karena distribusi asimilat ke dalam polong terganggu kebutuhan untuk meningkatkan luasan daun hijau serta pembentukan bunga dan ginofor. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Sima.

6. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source pada awal pertumbuhan yang

cenderung lambat. Kapasitas dan aktivitas source terus meningkat dengan

cepat selama fase pengisian hingga masuk fase pemasakan. Kemampuan sink

rendah karena menghasilkan ginofor menjadi polong kurang serempak, ginofor terus terbentuk selama fase pengisian. Indeks panen rendah, persentase pengisian yang relatif rendah sehingga produksi polong juga rendah. Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Turangga.

7. Tanaman dengan kapasitas dan aktivitas source yang lebih rendah daripada

varietas lainnya pada awal fase generatif, pertambahan bahan kering tidak terlalu cepat sehingga pada akhir fase pengisian akumulasi bahan kering relatif sedang. Tanaman mampu menghasilkan banyak ginofor dan polong sehingga jumlah polong/tanaman lebih dari 15 polong. Distribusi asimilat kedalam polong tidak banyak terganggu oleh persaingan asimilat dengan tajuk sehingga persentase polong penuh dan Indeks Panen tinggi (>0,38).

Tipe ini ditunjukkan oleh varietas Badak, Panter dan Kelinci. 

Tanaman kacang tanah membutuhkan kapasitas dan aktivitas source tinggi

untuk menghasilkan banyak asimilat. Daun-daun kacang tanah harus tahan penyakit yang menyerang daun seperti bercak daun, karat daun dan virus, terutama pada periode pengisian biji hingga 70-84 HST. Munculnya penyakit dapat menyebabkan produksi asimilat terganggu dan pada akhirnya mengganggu pengisian biji.

Selama periode utama pengisian biji (56-70 HST), fotosintesis selama periode ini merupakan penyedia utama asimilat untuk pengisian biji. Selama periode ini tanaman juga masih terus meningkatkan akumulasi bahan kering dalam tajuk. Adanya peningkatan jumlah dan luasan daun apabila terlalu besar menjadi tidak menguntungkan karena daun-daun akan saling menaungi yang menyebabkan daun-daun bagian bawah tidak lagi aktif berfotosintesis dan hanya berfungsi sebagai pesaing asimilat bagi polong yang sedang mengisi.

Untuk dapat menghasilkan asimilat tinggi dan meminimalkan daun-daun yang saling menaungi maka luasan daun perlu diperhatikan. Tanaman kacang tanah diharapkan menghasilkan ILD pada fase awal generatif (42 HST) mencapai 2, memasuki fase pengisian (56HST) diharapkan kanopi sudah menutup dan ILD

mencapai nilai 3-4 sehingga sebagian besar daun dapat menerima radiasi matahari secara maksimal. Pertambahan tajuk baru selama fase pengisian tidak diharapkan karena akan mengurangi asimilat untuk pengisian biji, akan tetapi karena sifat tanaman kacang tanah yang semideterminate maka nilai ILD mencapai 5-6 pada akhir fase pengisian biji (70 HST) sudah cukup baik. ILD 5-6 diharapkan cukup baik untuk mempertahankan kebutuhan asimilat pada fase-fase selanjutnya

Polong dan biji kacang tanah terbentuk di dalam tanah. Lokasi yang relatif

jauh dari tajuk (source) sehingga, tajuk yang terus tumbuh dapat menjadi

kompetitor kuat bagi polong dan biji dalam memperebutkan asimilat. Karena polong dan biji tidak dapat menjadi kompetitor asimilat yang kuat bagi tajuk, diduga mengakibatkan tajuk terus tumbuh selama fase pengisian biji, yang kemudian berakibat banyak daun menjadi saling menutupi, dan pada akhirnya distribusi asimilat ke polong dan biji makin terganggu. Untuk mencegah pertumbuhan tajuk yang terlalu dominan sebaiknya tinggi batang utama kacang tanah diupayakan untuk tidak terlalu tinggi. Tampaknya tinggi batang utama yang mencapai 70 cm sudah mencukupi. Pembatasan tinggi batang utama ini diharapkan dapat menekan pertumbuhan daun, bunga dan ginofor baru sehingga tidak menjadi pesaing asimilat bagi polong/biji yang sedang mengisi.

Varietas yang menghasilkan jumlah polong tinggi sebagian besar ditandai pula dengan kemampuan menghasilkan ginofor yang tinggi. Varietas-varietas ini

cenderung memiliki habitus tinggi tegak/kurang bercabang. Pada tanaman kacang

tanah, bunga dan ginofor terus muncul selama pertumbuhan tanaman kacang tanah, padahal ginofor merupakan kompetitor asimilat pula. Apabila ginofor terbentuk pada lokasi yang terlalu jauh dari permukaan tanah akibatnya ginofor ini tidak akan terbentuk menjadi polong. Sumarno dan Slamet (1993) menyatakan apabila tangkai ginofor tumbuh lebih dari 15 cm, maka ginofor akan berhenti tumbuh dan tidak akan membentuk polong. Munculnya ginofor pada fase pengisian akan menjadi pesaing bagi polong yang sedang mengisi dalam mendapatkan asimilat. Akan tetapi hasil sidik lintas menunjukkan bahwa, ada hubungan pengaruh langsung positif karakter jumlah ginofor dengan karakter produksi (bobot polong/tanaman). Hal ini memunculkan dugaan bahwa terbentuknya bunga dan ginofor mengakibatkan lebih banyak asimilat disediakan

oleh source untuk menyuplai kebutuhan ke bagian bawah tanaman (pengisian polong) daripada ke bagian atas tanaman untuk pertumbuhan tunas. Diduga pada

tanaman yang habitus tinggi dan kurang bercabang munculnya banyak bunga dan

ginofor yang terbentuk pada fase pengisian akan lebih menguntungkan untuk pengisian polong/biji.

Varietas yang membentuk percabangan sejak awal fase pertumbuhannya cenderung cepat menghasilkan daun yang dapat digunakan untuk menopang kebutuhan asimilat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman seawal mungkin. Ginofor banyak terbentuk pada buku-buku batang utama yang dekat permukaan tanah sehingga memudahkan ginofor untuk masuk kedalam tanah membentuk polong. Karena polong banyak terbentuk pada batang utama maka daun-daun pada batang utama merupakan penyuplai utama asimilat untuk pengisian polong/biji. Daun-daun yang tumbuh pada cabang merupakan

penyuplai asimilat utuk kebutuhan sink-sink lain selain biji. Polong dan biji dapat

menjadi sink yang kuat sehingga hanya sedikit bunga dan ginofor terbentuk pada

periode pengisian biji terutama pada puncak pengisian yaitu sekitar 56-70 HST. Hasil sidik lintas menunjukkan bahwa tanaman dengan bobot batang pada awal fase generatif (42 HST) berpengaruh walaupun tidak langsung terhadap bobot polong/tanaman dan persentase polong penuh. Tanaman yang bercabang banyak bobot batangnya juga tinggi karena jumlah cabang berkorelasi positif dengan bobot batang, dan data juga menunjukkan bahwa varietas kacang tanah yang bercabang pengisian polong/bijinya lebih baik daripada tanaman yang sedikit bercabang, lebih banyak polong terisi penuh dengan bobot 100 butir tinggi. Hal ini karena polong tidak banyak bersaing dengan tajuk dan ginofor selama fase pengisian. Walaupun demikian terdapat kekurangan dari tanaman bercabang yaitu apabila bunga, ginofor dan polong tidak terbentuk cukup serempak sehingga hanya sedikit polong yang dapat terbentuk. Polong yang terbentuk lebih dahulu

ini akan menjadi sink kuat dan mengakibatkan perkembangan ginofor dan polong

yang terbentuk kemudian menjadi terhambat.

Apabila diharapkan butir kacang tanah yang besar (bobot 100 butir > 50 gram) dan kualitas polong yang baik (polong penuh terisi biji), tanaman kacang tanah sebaiknya bercabang karena asimilat untuk pertumbuhan dan perkembangan

polong dan biji tidak banyak terbagi oleh kebutuhan sink-sink lain. Jumlah cabang maksimal 5-6 cabang pada 42-56HST sehingga dapat menopang banyak bunga dan ginofor pada awal fase generatif. Tinggi batang utama saat panen tidak terlalu tinggi 65-70cm, untuk menjamin ruang tumbuh tanaman tidak terlalu rimbun sehingga daun masih cukup mendapat radiasi matahari dan menghambat pembentukan bunga dan ginofor baru.

Banyaknya polong yang dapat dipanen sudah ditentukan sebelum periode pengisian biji (sebelum ± 40HST). Oleh karena itu untuk menghasilkan banyak polong, bunga diharapkan muncul serempak membentuk ginofor dan sebanyak mungkin ginofor serempak membentuk polong muda yang siap untuk diisi. Bunga kacang tanah muncul pada 26-28 HST dan sebaiknya dalam waktu 2-3 hari 50% populasi berbunga tercapai sehingga didapatkan periode waktu pengisian polong yang cukup (56-60 hari). Dari data yang diperoleh 60% bunga dari total bunga sudah muncul sebelum 40HST. Untuk menjamin jumlah polong/tanaman ±20 polong pada saat panen maka jumlah ginofor ±10 hari setelah berbunga mencapai 15-20 ginofor.

Indeks Panen varietas-varietas kacang tanah yang diperoleh dalam penelitian ini lebih baik dari Indeks Panen varietas kacang tanah Indonesia seperti yang dilaporkan Bell dan Wright (1997). Beberapa varietas bahkan dapat mencapai rata-rata Indeks Panen 0.40-0.5 yang menunjukkan besarnya asimilat yang didistribusikan untuk pengisian polong/biji. Indeks Panen ditemukan tidak berkorelasi dengan produksi tanaman kemungkinan hal ini disebabkan varietas- varietas kacang tanah yang dikembangkan masih bertumpu pada peningkatan produksi biomassa untuk mencapai produksi tinggi.

Berdasarkan hasil sidik lintas, bobot batang dan daun yang tinggi pada fase awal generatif berpengaruh langsung terhadap Indeks Panen. Diduga tanaman dengan pertumbuhan tajuk yang tinggi pada awal generatif dibutuhkan untuk mendapatkan cukup asimilat yang diperlukan untuk menghasilkan banyak ginofor menjadi polong (Tabel 6 dan 17). Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan karakter yang mampu meningkatkan Indeks Panen.

Ada indikasi terjadinya remobilisasi asimilat pada beberapa varietas untuk pengisian biji yang terjadi setelah periode utama pengisian biji (setelah 70 HST

hingga panen). Hal ini ditandai dengan meningkatnya bobot polong disertai dengan penurunan bobot batang dan daun, seperti yang terjadi pada varietas Garuda3, atau dengan bobot batang dan daun yang relatif tetap seperti terjadi pada varietas Gajah, Jerapah, Mahesa dan Kelinci. Masih perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya remobilisasi ini.

Berdasarkan penjelasan karakter-karakter source dan sink tadi maka

disusunlah satu tipe keragaan ideal tanaman kacang tanah yang diharapkan

mampu berproduksi tinggi dengan persentase pengisian biji yang tinggi. Ideotype

tanaman kacang tanah ini diharapkan memiliki karakter :

− Mempunyai kapasitas dan aktifitas source tinggi sehingga mampu

menghasilkan bahan kering yang besar dengan bobot 100 biji > 50 gram

− Ukuran daun kecil, relatif tegak dengan sudut daun sempit, kemampuan

menghasilkan asimilat tinggi. ILD pada fase awal generatif (42HST) mencapai 2, memasuki fase pengisian (56HST) mencapai 3-4, dan pada akhir fase pengisian ILD mencapai 5-6. ILD pada fase-fase selanjutnya dipertahankan 5-6 untuk pemasakan polong.

− Tanaman membentuk percabangan (maksimal 5-6 cabang) pada 42-

56HST sehingga dapat menopang banyak bunga dan ginofor pada awal fase generatif. Tinggi batang utama saat panen tidak terlalu tinggi ± 70cm

− Bunga muncul serempak pada 28HST dan dalam waktu 2-3 hari 50%

populasi berbunga tercapai. Enam puluh persen bunga dari total bunga sudah muncul sebelum 40HST. Jumlah ginofor 10 hari setelah berbunga mencapai 10-15 ginofor. Hal ini untuk menjamin jumlah polong/tanaman lebih dari 20 polong pada saat panen.

− Bunga dan ginofor tidak terbentuk pada periode puncak pengisian (56-

70HST)

− Indeks panen tanaman mencapai ± 0.40-0.50

   

Dokumen terkait