• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPU LED DI BAGAN PETEPETE

5 PEMBAHASAN UMUM

Bagan perahu (boat liftnet) yang menggunakan mesin penggerak sendiri, di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan disebut bagan petepete. Bagan petepete merupakan salah satu jenis bagan yang bertahan sampai sekarang karena dapat bergerak dengan cepat ke fishing ground dan balik lagi ke fishing base serta dapat berlindung jika terjadi cuaca buruk di fishing ground.

Informasi dari beberapa nelayan bagan yang ada di Kabupaten Barru bahwa bagan petepete pertama kali masuk Kabupaten Barru pada tahun 1965. Nelayan Kabupaten Barru pertama yang membuat bagan petepete adalah Abd. Kasse dengan ukuran bagan 9x11 meter dengan menggunakan mesin katinting sebagai penggeraknya. Perkembangan bagan petepete di Kabupaten Barru berawal di Kecamatan Mate’ne terus berkembang ke Kecamatan Takalasi dan terus menyebar ke pulau-pulau. Bagan petepete terus berkembang sampai sekarang dengan ukuran semakin besar 24x24 meter dan menggunakan lampu merkuri sebagai lampu pemikat ikan dalam jumlah yang besar (40 unit 250 watt) dengan mesin pendorong Yanmar 30 PK atau mesin mobil Toyota Dyna TS 300.

Beberapa bagian dari konstruksi bagan petepete perlu mendapat perhatian karena di dalam pengoperasiannya tidak bertahan lama dan menggunakan bahan yang sudah dilarang. Bagian dari konstruksi yang perlu mendapat perhatian karena bahan yang digunakan sudah dilarang yaitu penggunaan kayu bakau pada bingkai bagan. Penggunaan bingkai bagan dapat menggunakan pipa paralon yang telah diisi dengan cor semen di dalamnya, tetapi penggunaan pupa paralon masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penggunaan cadik dari bambu petung walaupun tidak dilarang tapi dapat diganti dengan pipa paralon yang didalamnya dapat disuntikkan

styrofoam agar daya apungnya semakin tinggi. Bagian dari konstruksi bagan petepete yang juga perlu mendapat perhatian adalah penggunaan tali baja yang berdiameter lebih besar pada tempat-tempat yang menerima tekanan pada saat melakukan hauling agar tidak putus seperti yang terjadi pada bagan yang ada sekarang ini. Alat bantu penangkapan ikan juga harus mendapat perhatian khusus, karena penggunaan lampu merkuri sebanyak 40 unit 250 watt sudah menyalahi Peraturan Menteri Kelautan Nomor 42 Tahun 2014 yang memperbolehkan bagan apung 30x30 meter hanya menggunakan lampu dengan daya listri sebesar 2000 watt. Penggunaan lampu merkuri yang menggunakan daya listrik yang besar secara langsung meningkatkan biaya operasional. Alternatif pengganti lampu merkuri yang terbaik sekarang ini adalah penggunaan lampu LED yang mempunyai daya listrik yang rendah, hemat energi dan ramah lingkungan serta memenuhi aturan yang ada dengan intensitas cahaya dan nilai hasil tangkapan yang tidak terlalu berbeda.

Proses pengoperasian bagan petepete yang menggunakan lampu merkuri maupun lampu LED berbeda. Proses setting pada bagan rambo dilakukan sebelum lampu dinyalakan, tidak dapat berpindah tempat jika cuaca buruk atau hasil tangkapan. Proses pengoperasian bagan petepete satu kali hauling membutuhkan waktu rata-rata 267.5 menit, sehingga pengoperasian bagan petepete dapat melakukan hauling 3 kali dalam satu trip. Lamanya proses pengoperasian dalam satu kali hauling sangat tergantung dari jumlah hasil tangkapan. Semakin banyak

hasil tangkapan, maka semakin lama proses hauling dan semakin lama ikan di serok ke atas kapal.

Kelayakan teknis yang diamati pada penggunaan lampu LED pada bagan petepete adalah intensitas cahaya, pola tingkah laku, dan hasil tangkapan. Pengoperasian bagan petepete yang menggunakan cahaya sebagai alat penangkapan ikan merupakan hal yang paling penting mendapat perhatian. Bagan petepete yang dioperasikan saat ini dapat ditingkatkan efisiensi dan efektifitasnya dengan menggunakan lampu LED. Inisiasi penggunaan lampu LED sebagai alat bantu penangkapan dapat dilakukan karena sifat cahaya lampu LED 80 watt yang mempunyai sebaran cahaya lebih baik ke arah vertikal dibandingkan dengan lampu merkuri 250 watt. Sifat cahaya lampu LED yang demikian ini memerlukan penelitian lebih lanjut tentang sudut pencahayaan mulai dari lampu terluar sampai lampu fokus agar dapat menarik dan mengumpulkan ikan dari jauh sampai akhirnya berada di dalam areal tangkapan bagan petepete.

Pola tingkah laku ikan yang menggunakan 20 unit lampu LED 80 watt memperlihatkan bahwa ikan mendatangi bagan dari segala arah dengan kawanan ikan yang masih kecil. Semakin lama penyinaran, jumlah kawanan ikan yang mendatangi sumber pencahayaan semakin banyak, baik besar kawanan maupun jumlah kawanan ikan. Pergerakan kawanan ikan belum terkonsentrasi pada sumber pencahayaan pada saat semua lampu masih dinyalakan. Pergerakan kawanan ikan mendatangi pencahayaan pada saat semua lampu menyala berada pada jarak 40-60 meter, kawanan ikan masih berada di luar daerah tangkapan (catchable area). Penyebaran kawanan ikan sebagian sudah berada di daerah catchable area setelah lampu terluar dipadamkan. Kawanan ikan bergerak tidak teratur. Saat lampu terluar dipadamkan kawanan ikan berjarak 10-60 meter dengan kedalaman 20-30 meter. Pola penyebaran kawanan ikan belum diketahui dengan pasti, apakah bergerak memutar atau mendekat dan menjauhi sumber pencahayaan. Setelah lampu terluar dipadamkan, beberapa saat kemudian pola pergerakan ikan cenderung membentuk pola pergerakan yang teratur memutar (melingkari) sumber pencahayaan. Terlihat ikan kadang-kadang bergerak menjauhi dan mendekati sumber pencahayaan. Saat lampu yang berada di bawah bingkai bagan dipadamkan, ikan semakin terkonsentrasi di sekitar catchable area, walaupun masih ada kawanan ikan yang terlihat meninggalkan lokasi pencahayaan dan ada pula yang mendekati sumber pencahayaan.

Kawanan ikan secara vertikal diamati untuk melihat pola pergerakan sejak tiba di fishing ground sampai hauling telah dilaksanakan. Ikan telah berada di atas dasar perairan pada saat lampu belum dinyalakan. Keberadaan ikan di atas dasar perairan adalah ikan yang telah menempati daerah penangkapan. Kawanan ikan bertambah seiring semakin lamanya lampu dinyalakan. Pola kawanan ikan yang datang setelah lampu dinyalakan nampak pada kedalaman sekitar 20 meter. Kawanan ikan ini juga terus bertambah seiring dengan semakin lamanya lampu dinyalakan. Sebagian besar kawanan ikan pada saat lampu terluar dipadamkan berada di kedalaman lebih dari 20 meter. Kawanan ikan sudah nampak bertambah banyak dibandingkan pada saat lampu terluar masih dinyalakan, walaupun kedalaman renang kawanan ikan masih dikedalaman lebih dari 20 meter yang kemungkinan karena iluminasi lampu LED dapat menembus kedalam perairan yang lebih dalam.

Pola kawanan ikan bergerak kepermukaan setelah hanya lampu fokus yang dinyalakan. Kawanan ikan berada di catchable area dengan jarak 0-10 meter secara horizontal dengan kedalaman 0-10 meter dari sumber pencahayaan. Keberadaan kawanan ikan di sekitar lampu semakin rapat seiring dengan lampu diredupkan, walaupun terlihat ada kawanan ikan yang terpisah dari kawanan yang besar. Hal ini mungkin disebabkan adanya predator yang menyerang. Penyebaran ikan berada di sekitar waring bagan dan tepat berada di bawah rangka bagan. Pola penyebaran seperti ini diindikasikan adalah pola penyebaran ikan teri yang berada di bawah rangka bagan, sedangkan ikan kembung dan tembang yang berada di sekitar bingkai bagan. Hampir semua ikan akan semakin ke permukaan dan berada di bawah rangka bagan seiiring semakin diredupkannya lampu fokus sampai hauling dilakukan. Ikan akan tertangkap jika ikan berada tetap di bawah rangka bagan sampai bingkai waring berada di atas rangka bagan.

Kawanan ikan masih terlihat di sekitar bagan saat hauling telak dilaksanakan. Kawanan ikan ini diindikasikan adalah kawanan ikan yang dapat meloloskan diri dari cakupan bingkai jaring dan ikan-ikan yang berada di luar catchable area tetapi tidak meninggalkan daerah bagan pada saat hauling dilaksanakan. Hal ini dapat terjadi karena pada saat bingkai jaring sampai di atas permukaan air, semua lampu langsung dinyalakan untuk segera dilakukan penggiringan ikan ke dalam kantong waring. Ikan-ikan yang tidak tertangkap ada yang menjauhi bagan dan ada yang tetap berada di sekitar bagan. Diduga ikan yang tetap berada di daerah bagan adalah ikan-ikan yang menyenangi cahaya atau dengan kata lain berfototaksis positif. Kemungkinan kedua adalah ikan predator yang datang memangsa ikan-ikan kecil yang stres akibat proses hauling sehingga dapat dengan mudah dimangsa.

Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada lampu merkuri sama dengan yang tertangkap pada lampu LED. Jenis ikan tersebut adalah teri hitam (Stolephorus insularis), teri putih (Stolephorus indicus), layang (Decapterus ruselli), kembung lelaki (Rastrelliger canagurta), tembang (Sardinella fimbriata), bete-bete atau peperek (Leiognatus aureus), cumi-cumi (Loligo sp), layur (Lepturacanthus savala), barakuda (Sphyraena genie), talang-talang (Scomberoides lysan), selar (Megalaspis cordyla), beronang lingkis (Siganus canaliculatus), japuh (Dussumieria acuta), barakuda obtesu (Sphyraena obtusata), dan lolosi merah (Pterocaesio chrysozona). Jenis-jenis ikan yang dominan tertangkap dengan menggunakan lampu merkuri dan LED juga sama walaupun dengan komposisi yang berbeda. Jenis ikan tersebut adalah ikan adalah teri hitam (Stolephorus insularis), teri putih (Stolephorus indicus), layang (Decapterus ruselli), kembung lelaki (Rastrelliger canagurta), tembang (Sardinella fimbriata), bete-bete atau peperek (Leiognatus aureus) dan cumi-cumi (Loligo sp). Komposisi hasil tangkapan yang menggunakan lampu merkuri 96 persen dan LED 94 persen didominasi oleh ikan teri hitam, teri putih tembang, kembung lelaki, tembang, cumi-cumi, dan peperek.

Distribusi rata-rata berat hasil tangkapan lampu merkuri dan LED turun berdasarkan waktu hauling. Distribusi nilai hasil tangkapan lampu merkuri turun berdasarkan waktu hauling, sedangkan distribusi rata-rata nilai hasil tangkapan lampu LED meningkat pada hauling ketiga. Rata-rata nilai hasil tangkapan lampu LED tinggi karena pada hauling ketiga tertangkap ikan teri putih yang lebih ekonomis dibandingkan yang tertangkap di lampu merkuri. Hal ini menunjukkan

bahwa pada bagan petepete yang menggunakan lampu LED lebih efektif mengumpulkan ikan teri putih yang nilainya lebih besar.

Tingginya hasil tangkapan ikan teri putih juga berhubungan dengan parameter oseanografi, hasil tangkapan pada lampu merkuri di pengaruhi oleh suhu kedalaman 5 meter dan kekeruhan sedangkan lampu LED dipengaruhi suhu kedalaman 5 meter dan arus permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa lampu merkuri sangat terbatas kemampuannya dalam menembus perairan. Lampu LED lebih fokus sehingga dapat menembus perairan lebih juah dan dalam karena lampu LED mempunyai colour temperatures dalan Kelvin Scale (K) sebesar 5500-6000K dengan panjang gelombang cahaya yang lebih pendek dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya lampu merkuri (4100K). Sementara itu ikan teri putih yang lebih ekonomis lebih banyak tertangkap di sekitar pantai (3-4 mil dari daratan) yang kekeruhannya tinggi karena berhadapan dengan muara sungai.

Perbandingan berat hasil tangkapan lampu merkuri lebih besar atau berpengaruh nyata di bandingkan lampu LED, sedangkan perbandingan nilai hasil tangkapan antara lampu merkuri dan LED tidak berbeda nyata secara statistik. Hal ini karena lampu LED menangkap ikan teri putih lebih banyak dari lampu merkuri yang harganya lebih tinggi.

Lampu LED lebih ekonomis dibandingkan lampu merkuri berdasarkan daya yang digunakan. Lampu merkuri menggunakan 10 000 watt menghasilkan 4.916 kg/watt, sedangkan lampu LED hanya menggunakan 1600 watt menghasilkan 17,334 kg/watt hasil tangkapan. Hal ini terjadi karena lampu LED memiliki iluminasi cahaya tinggi dan efisien (emisi cahaya yang terarah sedangkan lampu lainnya memancarkan ke segala arah) antara sumber cahaya yang ada. Berat dan nilai hasil tangkapan berdasarkan berat hasil tangkapan (kg) per jumlah cahaya tampak yang dipancarkan oleh sumber lampu (lumen) yang digunakan juga menunjukkan bahwa lampu LED lebih baik dibandingkan dengan lampu merkuri. Lampu LED menghasilkan 0.1693 kg/lumen sedangkan lampu merkuri 0.0965 kg/lumen dan 747.50 Rp/lumen untuk lampu LED, sedangkan lampu merkuri 321.56 Rp/lumen. Hasil ini dapat terjadi karena sebaran cahaya LED lebih terfokus sedangkan lampu merkuri lebih berpencar dan panjang gelombang lampu LED lebih pendek dari panjang gelombang cahaya lampu merkuri.

Melihat hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa lampu LED mempunyai hasil tangkapan dari segi berat mapun nilai yang lebih baik dari lampu merkuri berdasarkan daya listrik maupun jumlah cahaya tampak yang dipancarkan oleh sumber lampu yang digunakan. Namun, dari segi kelayakan usaha, pengembangan, keramahan lingkungan dan keberlanjutan perlu mendapat perhatian.

Kelayakan usaha bagan petepete dengan menggunakan lampu LED secara umum memenuhi aspek analisis ekonomi sebagai alat bantu penangkapan ikan sehingga layak dikembangkan, walaupun pendapatan awak kapal di bawah upah minimum regional (UMR) Provinsi Sulawesi. Kekurangan pendapatan nelayan masih bisa tertutupi oleh kegiatan tambahan nelayan yang melakukan pemancingan pada masa soaking yang menjadi penghasilan tersendiri yang diperbolehkan oleh pemilik bagan dan hasil tangkapannya menjadi milik pemancing. Pendapatan awak kapal harus mendapat perhatian dari pemilik bagan dan regulasi dari pemerintah agar awak kapal yang bekerja di bagan petepete memperoleh pendapatan minimal setara UMR yang berlaku.

Skenario untuk meningkatkan pendapatan awak kapal adalah dengan cara mengurangi biaya operasional, salah satunya mengganti genset yang ada. Genset yang digunakan sekarang adalah genset kebutuhan lampu merkuri yang kapasitasnya besar. Kapasitas genset lampu merkuri terpasang 20 KVA sedangkan untuk kebutuhan lampu LED 80 watt sampai dengan jumlah 40 buah cukup dengan genset 5 KVA. Penggunaan genset yang ada dapat menghemat sebesar 13,64 persen atau sebesar Rp8 424 000 per tahun.

Penggunaan genset yang lebih kecil selain menghemat biaya operasional juga ramah lingkungan karena secara tidak langsung mengurangi polusi udara yang disebabkan penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit.

Keramahan lingkungan penggunaan lampu LED pada bagan petepete secara keseluruhan tergolong lebih ramah lingkungan dibandingkan lampu merkuri. Namun kriteria tingkat selektivitas relatif masih rendah dan by-cacth yang tinggi. Hal ini merupakan fenomena umum yang terjadi pada semua jenis perikanan bagan. Dalam upaya mengurangi by-cacth dan meningkatkan selektivitas, maka bagan petepete sebaiknya melakukan operasi jauh dari pinggir pantai. Lokasi saat ini di pinggir pantai merupakan nursery ground dan habitat juvenil ikan berada.

Bagan petepete yang menggunakan lampu LED memenuhi tingkat keberlanjutan yang lebih baik dari bagan petepete yang menggunakan lampu merkuri. Namun ada hal yang perlu menjadi perhatian yaitu undang-undang yang mengatur jumlah watt lampu LED, karena kalau mengikuti aturan yang ada sekarang penggunaan lampu yang di izinkan untuk perikanan bagan hanya 2000 watt, sehingga penggunaan lampu merkuri sudah melanggar aturan. Pengaturan penggunaan lampu LED yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu penggunaan lampu pada perikanan purse seine.

Bagan petepete yang mengggunakan lampu LED layak secara teknis, ekonomis, keberlanjutan, dan keramahan lingkungan digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan pada perikanan bagan petepeta. Secara teknis lampu LED lebih efisien 48%, secara finansial lebih ekonomis 26% dibandingkan dengan penggunaan lampu merkuri. Tingkat keberlanjutan dan keramahan lingkungan lampu LED adalah berkeberlanjutan dengan nilai 15, dan ramah lingkungan dengan nilai 24.

Strategi penerapan penggunaan lampu LED sebagai alat bantu penangkapan ikan pada bagan petepete berdasarkan analisis SWOT dapat dilakukan cara: sosialisasi kepada nelayan, lembaha pemerintah terkait dan LSM bahwa lampu LED sebagai alat bantu penangkapan ikan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas bagan petepete, program penggunaan lampu LED dilakukan secara bertahap, pelatihan teknis kepada nelayan tentang penerapan lampu LED, mengembangkan koperasi nelayan untuk penyediaan lampu dan suku cadang lainnya, program bantuan atau permodalan dan teknologi.

Dokumen terkait