• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan aktivitas puyuh jepang seiring dengan bertambahnya umur menyebabkan terjadinya peningkatan kadar SGPT dan SGOT dalam darah. Peningkatan progresif kadar SGPT terjadi mulai umur 7 bulan yaitu sebesar 38.04 U/L dan terus meningkat sampai 42.88 U/L pada umur 12 bulan. Terjadi peningkatan kadar SGOT mulai umur 7 bulan. Peningkatan kadar SGPT dan SGOT dapat dipakai sebagai indikator kerusakan hati. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya aktivitas hati secara terus menerus menyebabkan degenerasi parenkim hati yang menyebabkan enzim-enzim transaminase yang terlibat dalam metabolisme protein bermigrasi ke dalam pembuluh darah (Bigoniya et al. 2009). Degenerasi hati puyuh jepang terjadi setelah umur 7-8 bulan yang ditunjukkan dengan mulai terjadi penurunan prosentase bobot hati/bobot badan. Pada umur 8-9 bulan terjadi atrofi sel hepatosit yang ditandai dengan ukuran sel yang mengecil dengan ukuran diameter sel 15.84 µm. Hepatosit burung puyuh umur 11-12 bulan menunjukkan terjadi nekrosis sel yang ditandai sel mengecil dengan diameter 12.54 µm, inti piknotik. Hepatosit puyuh jepang pada umur 3 minggu (belum masak kelamin) adalah 16.06 µm,

Seiring dengan terjadinya kerusakan hati, maka terjadi penurunan fungsi hati yang ditunjukkan dengan menurunnya sintesis vitelogenin. Penurunan sintesis vitelogenin juga didukung dengan gambaran histologis hati puyuh jepang setelah umur 7-8 bulan, menunjukkan tidak adanya vakuola pada sitoplasma hepatosit yang diduga merupakan tempat akumulasi prekursor kuning telur.

Bertambahnya umur puyuh jepang juga menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ reproduksi yang ditunjukkan dengan penurunan bobot ovarium dan saluran reproduksi. Bobot ovarium ditentukan oleh diameter dan jumlah folikel yang berkembang. Hirarki folikel puyuh jepang umur 3 minggu belum berkembang. Mulai umur 6 minggu sampai umur 7-8 bulan terjadi peningkatan hirarki folikel sehingga bobot ovarium meningkat. Setelah umur 7-8 bulan hirarki folikel menurun dan diikuti penurunan bobot ovarium dan bobot saluran reproduksi.

Penurunan fungsi organ reproduksi diduga menyebabkan penurunan sekresi hormon reproduksi yang selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan fungsi hati

dalam sintesis vitelogenin. Selain itu juga dapat mempengaruhi kondisi fisiologis puyuh jepang. Penurunan kondisi fisiologis puyuh jepang ditunjukkan dengan perubahan bobot badan. Bobot badan puyuh jepang sebelum masak kelamin (3 minggu) masih rendah. Seiring dengan bertambahnya umur sampai umur 5-6 bulan terjadi peningkatan bobot badan. Mulai umur 7-8 bulan terjadi penurunan bobot badan.

Untuk memperbaiki kondisi fisiologis puyuh jepang digunakan serbuk kunyit. Serbuk kunyit berpotensi sebagai agen hepatoprotektif, dapat mencegah kerusakan hati (Negi et al. 2007). Serbuk kunyit mempunyai efek farmakologi antara lain anti inflamasi, antioksidan, antibakteri, dan imunostimulan. Kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri, kurkumin, monodesmetoksikurkumindan bidesmetoksikurkumin dll.

Hasil analisis kadar kurkumin dalam serbuk kunyit sebesar 7.97 %. Peningkatan dosis serbuk kunyit sampai dengan 54 mg/ekor/hari menunjukkan hasil optimal dalam memperbaiki kondisi fisiologis puyuh, jepang yang ditunjukkan dengan perbaikan fungsi hati. Efek hepatoprotektor serbuk kunyit ditunjukkan dengan penurunan kadar SGPT sebesar 15.63%, dan kadar SGOT mengalami penurunan sebesar 9.65% dibanding kontrol (Tabel 9).

Peningkatan aktivitas hepatosit dipacu oleh adanya kandungan fitoestrogen yang ada pada serbuk kunyit, yaitu sebesar 6.73%. Fitoestrogen adalah senyawa alami tanaman yang mempunyai kesamaan struktur dengan estrogen, dan memiliki efek estrogenik. Fitoestrogen dapat mengikat reseptor estrogen (Turner et al. 2007). Fitoestrogen berikatan dengan reseptor estrogen pada hepatosit dan akan menginduksi sintesis asam lemak, protein, dan kolesterol. Senyawa tersebut sebagai komponen vitelogenin (Salvante et al. 2007; Dashti et al. 1983). Vitelogenin setelah disintesis oleh hepatosit, dikeluarkan ke pembuluh darah, sehingga vitelogenin dalam darah meningkat hingga 20.69 mg/ml. Lewat aliran darah vitelogenin dibawa ke ovarium untuk pertumbuhan hirarki folikel ovarium. Sisa vitelogenin disimpan dalam sitoplasma hepatosit, sehingga semakin banyak vitelogenin yang disintesis, vakuola pada sitoplasma hepatosit semakin banyak atau semakin besar. Hal ini sejalan dengan penelitian Okumura et al (2001), bahwa terjadi peningkatan jumlah vakuola pada sitoplasma hepatosit Japanese eel selama matang seksual.

Pemberian serbuk kunyit mampu memperpanjang lama produksi puyuh jepang dengan mengoptimalkan dan memperbaiki fungsi hati. Hal ini terbukti bahwa puyuh jepang sampai umur 9 bulan masih mampu meningkatkan aktivitas hati untuk mensintesis vitelogenin dan menyimpannya dalam sitoplasma hepatosit (Tabel 9, Gambar 18-21). Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi merupakan suatu proses yang sangat penting agar hati dapat pulih dari kerusakan dan segera memperbaiki fungsi sel. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kadar DNA hati yang mencapai 2.66 mg/g sampel, sedangkan kadar DNA pada kontrol 2.38 mg/g sampel (Tabel 9).

Kurkumin diketahui membantu proses perbaikan fungsi hati, dengan cara mempercepat regenerasi sel hati. Regenerasi hati di bawah pengaruh faktor-faktor pertumbuhan dan aktivasi faktor transkripsi yang mengarah pada proses mitosis.

Kurkumin menginduksi beberapa faktor transkripsi, sitokinase, faktor-faktor pertumbuhan, dan enzym-enzym lainnya (Aggarwal et al. 2006). Peran serbuk kunyit dalam regenerasi sel dibuktikan dengan pemberian serbuk kunyit pada saat umur 7-8 bulan setelah masa reproduktivitas menurun, aktivitas hati untuk mensintesis vitelogenin kembali meningkat.

Perlakuan serbuk kunyit yang diberikan sebelum masak kelamin dan dengan pakan A dengan kadar protein 22.67% memberikan hasil paling optimal. Hal ini didukung oleh hasil pengukuran terhadap prosentase bobot hati/bobot badan, kadar DNA, kadar vitelogenin, konsumsi minum dan jumlah telur paling tinggi dibanding perlakuan lainnya (Tabel 7,8,9, dan 10). Pemberian serbuk kunyit sebelum masak kelamin akan memacu pertumbuhan dan proliferasi sel lebih awal, sehingga pada saat masak kelamin hati dan organ reproduksi lebih siap untuk mensintesis komponen telur. Keadaan tersebut didukung oleh gambaran histologi hati maupun saluran reproduksi baik pada magnum, isthmus dan uterus memperlihatkan pertumbuhan lapisan penyusun dinding saluran reproduksi dan sel-sel kelenjar berkembang paling baik (Gambar 18, 27,28,dan 29).

Pemberian dengan pakan B yang mengandung protein 25.19%, tidak mampu meningkatkan metabolisme hepatosit untuk meningkatkan sintesis prekursor kuning telur, yang ditunjukkan kurang berkembangnya vakuola yang merupakan tempat penyimpanan hasil metabolisme hepatosit, lebih rendahnya kadar vitelogenin, dan jumlah telur lebih sedikit (Gambar 22-26, Tabel 10). Hal ini menunjukkan pakan A lebih efektif untuk sintesis vitelogenin dari pada pakan B. Pakan A mempunyai kandungan karbohidrat lebih tinggi daripada pakan B. Pada masa produksi energi banyak digunakan untuk produksi telur, sehingga pemberian pakan B kurang efisien.

Pemberian suplemen serbuk kunyit mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas telur. Peningkatan jumlah telur disebabkan serbuk kunyit mampu memacu pertumbuhan hirarki folikel (Tabel 15 dan Gambar 27). Peningkatan jumlah telur juga didukung dengan terjadinya pemendekan waktu bertelur selama 5 jam 35 menit dalam satu siklus ovulasi (Gambar 12 dan 13). Ada 2 faktor yang diduga menyebabkan terjadinya pemendekan waktu bertelur setelah pemberian suplemen serbuk kunyit. Pertama, banyaknya sintesis vitelogenin yang dihasilkan oleh hepatosit akan memacu perkembangan hirarki folikel. Folikel yang cepat berkembang akan terdorong untuk segera mengalami ovulasi, sehingga akan mempercepat siklus ovulasi. Kedua, pemberian serbuk kunyit mempengaruhi perubahan profil hormon estriol (Gambar 13). Terjadi satu kali puncak estriol selama satu siklus ovulasi dan tidak terjadi fluktuasi sekresi kadar estriol hingga akhir siklus ovulasi. Hal ini diduga karena sel sel penyusun saluran reproduksi telah siap menghasilkan sekret untuk penyusun komponen putih telur, membran kerabang dan kerabang telur, sehingga ketika ovum melewati saluran reproduksi maka akan segera diikuti dengan pembentukan komponen-komponen telur tersebut dan akan memperpendek perjalanan telur dalam saluran reproduksi. Peningkatan jumlah telur tidak menyebabkan penurunan kualitas telur yang diproduksi sampai 9 bulan, yang ditunjukkan dengan tidak menurunnya indeks kuning telur, haugh unit, dan indeks kerabang telur (Tabel 10).

Peningkatkan kualitas telur burung puyuh dibuktikan dengan peningkatan bobot telur awal, indeks kuning telur, indeks kerabang telur dan haugh unit. Peningkatan bobot telur berkaitan dengan komponen penyusun telur yaitu kuning telur, putih telur dan kerabang telur (Tabel 5). Peningkatan indeks kuning telur ditentukan adanya deposit vitelogenin dalam folikel ovarium (Gambar 10). Indeks kuning tertinggi 0.44. Haugh unit ditentukan oleh albumin yang dihasilkan oleh sel sel pada saluran reproduksi. Serbuk kunyit mampu meningkatkan Indeks kerabang telur (Tabel 5).

Serbuk kunyit berperan dalam metabolisme kalsium untuk pembentukan kerabang telur. Pemberian serbuk kunyit meningkatkan kadar kalsium tulang dan kalsium kerabang dan menyebabkan penurunan kalsium feses (tabel 6). Hasil penelitian yang mendukung perkembangan kerabang telur ditunjukkan oleh berkembangnya sel-sel pada isthmus maupun uterus yang berkembang baik (Gambar 28-30). Konsumsi minum yang meningkat pada perlakuan dengan serbuk kunyit (Tabel 7) juga berkontribusi terhadap pembentukan kerabang telur. Air berperan dalam pembentukan kalsium karbonat (Yuwanta 2004; Etches 1996).

Kualitas telur juga ditentukan oleh kadar lemak, protein dan kolesterol telur. Hasil penelitian membuktikan kadar lemak, kolesterol, dan protein telur yang dihasilkan pada bulan ke 4 masih tinggi, hal ini sangat baik untuk pertumbuhan embrio puyuh. Hasil penelitian membuktikan bahwa serbuk kunyit menurunkan kadar lemak dan kolesterol telur yang dihasilkan pada bulan ke 9 (Tabel 11 dan 12), serta meningkatkan kadar protein telur (Tabel 13). Penurunan kadar lemak dan kolesterol telur disebabkan masih banyaknya folikel yang berkembang pada puyuh umur 9 bulan, sehingga kolesterol dan lemak yang dimetabolisme akan terdistribusi ke banyak tempat, sehingga kadar lemak dan kolesterol telur menurun.

Dokumen terkait