PADA PUYUH JEPANG (Coturnix coturnix japonica)
Tyas Rini Saraswati1, Wasmen Manalu2, Damiana Rita Ekastuti2, Nastiti Kusumorini2 1
Program Doktor Mayor Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana, IPB 2
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian serbuk kunyit pada waktu yang berbeda dan dengan protein pakan yang berbeda terhadap perbaikan fungsi hati dan produktivitas telur, dengan menggunakan parameter pertumbuhan meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot lemak abdominal dan pektoral, fungsi hati meliputi prosentase bobot hati/bobot badan,kadar DNA, RNA hati, diameter hepatosit, vitelogenin, SGPT, SGOT, kolesterol, trigliserida, dan glukosa serum; fungsi reproduksi meliputi bobot ovarium, hirarki folikel, bobot dan panjang saluran reproduksi, histologi magnum, isthmus, uterus; kualitas telur meliputi jumlah telur, berat telur, indeks kuning telur, haugh unit, indeks kerabang telur, serta kimiawi telur yang meliputi kadar protein, lemak, kolesterol telur, serta kadar kalsium. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL), dengan pola percobaan faktorial (2x5). Perlakuan hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini ialah 150 ekor puyuh jepang betina, yang dibagi ke dalam 10 kelompok percobaan, masing-masing perlakuan 3 ekor dengan 5 kali ulangan. Puyuh jepang diberi perlakuan dengan serbuk kunyit 54 mg/ekor/hari selama 1 bulan yang diberikan pada umur yang berbeda yaitu, A0: Kontrol (tanpa
Mayor Ilmu-ilmu Faal dan khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana , IPB.
pemberian serbuk kunyit, pakan A dengan kadar protein 22.67% dan karbohidrat 54.41%), A1: Pemberian serbuk kunyit mulai sebelum masak kelamin (umur 14 hari) sampai 44 hari dengan pakan A, A2: Pemberian serbuk kunyit saat masak kelamin (umur 45 hari)- 75 hari dengan pakan A, A3: Pemberian serbuk kunyit saat umur 7 bulan- 8 bulan dengan pakan A, A4: Pemberian serbuk kunyit terus menerus mulai sebelum masak kelamin (14 hari) sampai 9 bulan dengan pakan A, B0: Tanpa pemberian serbuk kunyit, pakan B dengan kadar protein 25.16%, karbohidrat 41.29%), B1: Pemberian serbuk kunyit mulai saat sebelum masak kelamin (umur 14 hari) sampai 44 hari dengan pakan B, B2: Pemberian serbuk kunyit saat masak kelamin (umur 45 hari) sampai 75 hari dengan pakan B, B3: Pemberian serbuk kunyit saat umur 7 bulan- 8 bulan dengan pakan B, B4: Pemberian serbuk kunyit terus menerus mulai sebelum masak kelamin (umur 14 hari) sampai 9 bulan dengan pakan B. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05). Analisis keseluruhan dengan menggunakan perangkat lunak software SAS 9.1 for windows (Mattjik and Sumertajaya 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan fungsi hati dan produktivitas telur lebih efektif jika diberi pakan standart dengan pemberian serbuk kunyit saat sebelum masak kelamin.
Kata kunci : puyuh jepang, fungsi hati, kunyit, pakan, produktivitas telur
EFFECT OF TURMERIC POWDER SUPPLEMENTATION IN
DIFFERENT TIME AND PROTEIN FEED ON JAPANESE QUAIL
(Coturnix coturnix japonica)
ABSTRACT
This research was designed to study the effects of turmeric powder supplementation in different time and protein feed on japanese quail, using growth parameters include feed intake, body weight gain, abdominal fat weight, liver function include the percentage of liver weight / weight gain, levels of DNA, RNA liver, hepatocytes diameter, vitellogenin, SGPT, SGOT, cholesterol, triglycerides, glucose serum; reproductive functions include ovarian weight, follicular hierarchy, the weight and length of the reproductive tract, histology of maghnum, isthmus, and uterus; egg quality include the number of eggs, egg weight, yolk index, Haugh unit, egg shell index, as well as chemicals including egg protein, fat, cholesterol, eggs, and calcium levels. This research uses experimental methods of completely randomized design (CRD), with factorial pattern. Experimental animals that used in this study were 150 female quails, which were divided into 10 groups of experiments, each
treatment 3 quails with 5 replications. Quail treated with turmeric powder 54 mg / quqil / day for 1 month given at different time, namely, A0: Control (without turmeric powder, feed A with protein content 22.67% and carbohydrate content 54.41%), A1: Provision of turmeric powder before mature sexual (age 14 days ) up to 44 days with feed A, A2: Giving turmeric powder when mature sexual (age 45 days) - 75 days with feed A, A3: Giving turmeric powder at age 7 months-8 months with A , A4: Giving turmeric powder continues continuously starting before mature sexual (14 days) up to 9 months with feed A, B0: Control (feed B, the protein content of 25.16% and carbohydrate content 41.29%), B1: Delivery of turmeric powder before mature sexual ( age 14 days) to 44 days with feed B, B2: Giving turmeric powder when mature sexual (age 45 days) and 75 days with feed B, B3: Delivery of turmeric powder at age 7 months-8 months with feed B, B4: Giving turmeric powder before mature sexual (14 days) continuously to 9 months with feed B. The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA), followed by Duncan test with a 95% confidence interval (α = 0.05). Overall analysis is using the software SAS 9.1 for Windows (Mattjik and Sumertajaya 2006). Results showed that liver function and productivity enhancer’s eggs more effective when fed A meal by providing turmeric powder before mature reproductive.
Keywords: egg productivity, feed, liver, turmeric, Japanese quail (Coturnix coturnix japonica)
PENDAHULUAN
Puyuh mempunyai nilai ekonomis tinggi. Seiring bertambahnya umur produktivitas menurun. Usaha untuk meningkatkan produktivitas puyuh telah banyak dilakukan, namun untuk mendapatkan produktivitas yang optimal perlu dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi fisiologis organ tubuh. Hati dan organ reproduksi merupakan organ yang berperan penting dalam produktivitas telur. Melalui pemberian suplemen serbuk kunyit diharapkan fungsi hati dan organ reproduksi lebih optimal. Kurkumin merupakan senyawa aktif pada serbuk kunyit yang mampu berperan sebagai hepatoprotektor, sehingga dapat mencegah kerusakan hati (Somchit et al. 2005). Efek hepatoprotektif kurkumin karena kurkumin sebagai antioksidan, dapat menangkap radikal bebas, mempunyai efek antiinflamasi, dan mampu menginduksi pembentukan enzim glutathione s-transferase yang berfungsi dalam detoksifikasi (Salama et al. 2013). Kurkumin mempunyai efek sitoprotektor karena dapat menurunkan kadar peroksidasi lipid, mereduksi NOS-2 (Cerny et al. 2011).
Perbaikan fungsi hati akan mempengaruhi peningkatan metabolisme vitelogenin. Pemberian serbuk kunyit pada burung puyuh sejak umur muda
diharapkan akan menginduksi pertumbuhan hati yang lebih baik, sehingga ketika mulai masak kelamin, hati sudah siap menghasilkan vitelogenin, sehingga kualitas telur akan meningkat. Pemberian serbuk kunyit pada saat masa produktif diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi hati. Pemberian serbuk kunyit pada umur setelah produktivitas menurun, diharapkan dapat memperbaiki fungsi hati, membantu memelihara regulasi jaringan dan organ-organ tubuh dengan meremajakan kembali organ tubuh khususnya hati, organ reproduksi, dan lama hidup dapat diperpanjang sehingga produktivitas akan meningkat.
Produksi vitelogenin selain dipengaruhi oleh fungsi hati, juga dipengaruhi oleh ketersediaan substrat/ nutrien yang baik. Nutrien dapat mempengaruhi pertumbuhan dan karakteristik telur, seperti ukuran dan proporsi kandungan utama kuning telur dan albumin (Watson 2002). Nutrien yang diperlukan puyuh meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan puyuh petelur sekitar 24 %, mengingat untuk pembentukan telur diperlukan protein dalam jumlah besar (Anonim 2007). Bahan pakan yang mengandung protein tinggi antara lain tepung ikan, tepung daging dan sebagainya (Sultoni et al. 2006). Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi akan menyebabkan konsumsi pakan semakin sedikit, karena kandungan protein tinggi dapat mengakibatkan penurunan konsumsi dan peningkatan produksi telur (Sultoni et al. 2006). Protein menyediakan asam amino untuk pertumbuhan jaringan dan produksi telur.
Kurkumin dalam serbuk kunyit dapat merangsang sekresi empedu (Ravindar etal. 2007). Kandungan minyak atsiri pada kunyit dapat mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang terlalu kuat (Ide 2011). Kurkumin mempengaruhi dan merangsang sekresi pankreas, meningkatkan aktivitas lipase, amilase, tripsin dan kimotripsin dan berfungsi sebagai penambah nafsu makan (Chattopadhyay et al. 2004). Kurkumin mempunyai efek bakteriosistatik, namun kurang efektif membunuh bakteri yang merupakan koloni mikroorganisme, untuk menjaga keseimbangan mikroflora dalam sistem pencernaan (Sinaga 2009). Al-Sultan (2003), melaporkan bahwa pemberian tepung kunyit 0,5% dalam ransum ayam broiler menghasilkan pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang baik serta meningkatkan jumlah sel eritrosit. Pemberian 0,4 % tepung kunyit dalam ransum menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi (Sinaga 2009). Kurkumin meningkatkan kecernaan energi ransum karena dapat merangsang sekresi hormon dari kelenjar bruner pada dinding usus halus, yang akan merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan dari kelenjar pancreas. Serbuk kunyit juga mengandung fitoestrogen yung mempunyai efek secara langsung pada ovarium. Fitoestrogen berperan secara langsung pada ovarium dalam mengontrol pertumbuhan oosit (Zhao and Mu 2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis pakan dan waktu yang tepat dalam pemberian serbuk kunyit sebagai usaha untuk optimalisasi kondisi fisiologis puyuh jepang, sehingga dapat memperpanjang masa produksi, dan meningkatkan produktivitas.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 sampai Nopember 2012. Pemeliharaan hewan uji di laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Fakultas Sains dan Matematika UNDIP, pembuatan preparat histologi hati di laboratorium Balai Besar Veteriner, Wates, Yogyakarta, analisis kadar vitelogenin di laboratorium Biokimia, PAU, IPB, analisis kadar SGPT,SGOT, trigliserida, kolesterol serum, kalsium pakan, serum, feses, kalsium tulang, dan kerabang, kadar lemak, kolesterol, protein telur, proksimat pakan, di Wahana Laboratorium, Semarang.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica) betina, pakan puyuh dari PT. Charoen Phokphand Indonesia, kit untuk analisis vitelogenin, SGPT dan SGOT, kolesterol, trigliserida, kalsium serum, kalsium feses, kalsium kerabang, kalsium tulang, kolesterol, protein, lemak telur, larutan BNF 10% (Bufer Netral Formalin), bahan kimia untuk pembuatan preparat histologi hati (meode paraffin dan pewarnaan H&E). Alat yang digunakan adalah timbangan, caliper, set alat untuk pengukuran Indeks kuning telur, kerabang telur, Haugh unit, timbangan, sentrifuge, spektrofotometer, mikrotom set, oven, dan spektrofotometer serapan atom (AAS).
Metode Penelitian
Seratus lima puluh ekor puyuh jepang umur 1 hari dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan lima ulangan. Satu satuan percobaan terdiri dari tiga ekor.
A0: Kontrol (pakan A : kadar protein 22.67%, KH 54.41%), tanpa serbuk kunyit. A1: Pakan A dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 14-44 hari (sebelum masak
kelamin)
A2: Pakan A dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 45-75 hari (masak kelamin) A3: pakan A dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 7- 8 bulan (setelah produksi
menurun).
A4: Pakan A dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 14 hari sampai 9 bulan. B0: Kontrol (pakan B: kadar protein 25.16%, KH: 41.29%), tanpa serbuk kunyit. B1: Pakan B dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 14-44 hari (sebelum masak
kelamin).
B2: Pakan B dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 45-75 hari (masak kelamin) B3: pakan B dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 7- 8 bulan (setelah produksi
menurun).
B4: Pakan B dengan serbuk kunyit diberikan saat umur 14 hari sampai 9 bulan. Hewan uji dipelihara sampai umur 9 bulan dengan pemberian pakan sesuai dengan kelompoknya. Dihitung konsumsi pakan dan minum harian. Puyuh
dikorbankan dengan memotong vena jugularis. Sebagian darah ditampung dalam vacutainer yang mengandung EDTA, dipakai untuk analisis kadar protein plasma. Sebagian darah ditampung dalam tabung reaksi. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit, dan diambil serumnya untuk analisis kadar vitelogenin, SGPT dan SGOT, kolesterol, trigliserida dan kalsium darah. Lemak subkutan dipisahkan dari tubuh, dan ditimbang. Hati, ovarium dan saluran reproduksi dipisahkan kemudian ditimbang, diamati hirarki folikelnya. Dilakukan pengukuran panjang saluran reproduksi. Sebagian hati, saluran reproduksi dimasukkan ke dalam larutan BNF 10%, dan dibuat preparat histologi, dan dilakukan pengukuran diameter hepatosit dan diskripsi histologi saluran reproduksi. Sebagian hati dimasukkan pada oven selama 3 hari dengan suhu 60 oC, dibuat serbuk, untuk dianalisis kadar DNA dan RNA hati. Telur yang diproduksi pertama kali dan saat umur 4, dan 9 bulan pada masing-masing perlakuan dikoleksi untuk dilakukan analisis kualitas telur yang meliputi pengukuran bobot telur, Indeks kuning telur, Indeks kerabang telur, dan Haugh unit, analisis kandungan kolesterol, lemak dan protein telur. Kerabang telur, feses dan tulang juga dikoleksi untuk dianalisis kandungan kalsiumnya.
Parameter yang Diamati
Konsumsi pakan dan minum harian, pertambahan bobot badan, bobot hati, bobot lemak, bobot ovarium dan saluran reproduksi, panjang saluran reproduksi, kadar vitelogenin menggunakan metode stacking gel (Laemmli 1970), kadar SGPT dan SGOT serum menggunakan metode Reitman and Frankel (Bigoniya 2009), kadar kolesterol serum menggunakan metode CHO-PAP (Elwakkad et al. 2012), trigliserida serum menggunakan metode GPO-PAP (Bekal et al. 2011), diameter hepatosit menggunakan software DP2-BSW olympus Corporation 1986-2008, kadar DNA dan RNA hati sesuai dengan metode yang digunakan oleh Manalu dan Sumaryadi (1998), hirarki folikel, bobot saluran reproduksi dan ovarium, bobot telur, Indeks kuning telur, Indeks kerabang telur, Haugh Unit (Monira et al. 2003), kadar kolesterol telur menggunakan metode Liebermann Burchard, kadar protein telur menggunakan metode Kjedahl, kadar lemak telur dengan metode Soxlet (Puwastien et al. 2011).
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan pola faktorial (2x5x5). Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA), dilanjutkan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05), Analisis keseluruhan dengan menggunakan perangkat lunak software SAS 9.1 for windows (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Bagan alur penelitian sebagai berikut
Dipelihara sampai umur 9 bln
Gambar 16 Bagan alur penelitian Tahap IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi fisiologis puyuh jepang dapat dioptimalkan dengan pemberian suplemen serbuk kunyit (Penelitian tahap II). Kandungan senyawa aktif serbuk kunyit
150 ekor DOQ dibagi dalam 10 kelompok perlakuan 5 ulangan. Satu satuan percobaan terdiri dari 3 ekor
Kelompok puyuh yang diberi pakan pakan A(kadar protein 22.67%, KH:54.41%)
A0 : Kontrol pakan A
A1 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 14-44 hari (sebelum masak kelamin) A2 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 45-75 (masak kelamin)
A3 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 7-8 bulan ( produksi menurun)
A4 : Pemberian serbuk kunyit terus menerus mulai umur14 hari – umur 9 bulan Kelompok puyuh yang diberi pakan B (kadar protein 25.16%, KH: 41.29%) B0 : Kontrol pakan B
B1 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 14-44 hari (sebelum masak kelamin) B2 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 45-75 (masak kelamin)
B3 : Pemberian serbuk kunyit saat umur 7-8 bulan ( produksi menurun)
Ditimbang dan dikorbankan pada umur 9 bulan
Serum Dibedah
Pertumbuhan: Bobot badan, bobot lemak abdominal dan pectoral, bobot ovarium, bobot dan panjang saluran reproduksi, hirarki folikel, histologi saluran reproduksi Fungsi hati :
Bobot hati, diameter hepatosit, kadar DNA, RNA hati, vitelogenin, SGPT, SGOT, Kolesterol, trigliserida darah
Kualitas telur :
Telur yang diproduksi pertama, bulan ke 4,9:dianalisis IKT, HU, Indeks kerabang, kadar kolesterol, lemak,
Luaran : Jenis pakan dan Waktu pemberian serbuk kunyit yang tepat untuk meningkatkan produktivitas burung puyuh
mampu meregulasi fungsi seluler sehingga sel dapat bekerja secara optimal (Penelitian tahap II). Pemeliharaan puyuh jepang dengan kualitas pakan yang baik disertai dengan pemberian suplemen serbuk kunyit pada waktu yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas. Peran serbuk kunyit dalam mengoptimalkan kondisi fisiologis puyuh jepang dapat diamati berdasarkan : pertumbuhan, fungsi hati, kimia darah, dan produktivitas telur.
1. Pertumbuhan puyuh jepang
Hasil pengamatan pertumbuhan puyuh jepang setelah perlakuan pemberian serbuk kunyit dengan pakan yang berbeda dan pada berbagai waktu pemberian, disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian suplemen serbuk kunyit pada waktu yang berbeda, dan dengan pemberian pakan yang berbeda dan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan dan bobot badan puyuh, namun berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot lemak dan konsumsi minum puyuh.
Tabel 7 Rataan konsumsi pakan harian, pertambahan bobot badan, bobot lemak dan konsumsi minum harian puyuh jepang
Keterangan : Data yang ditampilkan merupakan nilai rataan ± standart deviasi. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (tα
Pemberian suplemen serbuk kunyit tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian tahap II, yang membuktikan bahwa pemberian serbuk kunyit tidak mempengaruhi konsumsi pakan,
<0.05),tn : tidak ada interaksi antara pakan dan waktu pemberian serbuk kunyit.
Waktu pemberian serbuk kunyit rataan Kelompok 0 14-44 hari 45-75 hari 7-8 bulan 14 hari-9 bulan Konsumsi pakan harian (g)
Pakan A 28.42±7.09 29.18±5.49 32.13±7.64 32.77±12.06 31.44±7.24 30.79 Pakan B 36.78±16.08 35.11±7.28 32.34±6.98 42.3±13.89 26.78±10.4 34.66
rataan 32.59 32.15 32.24 37.53 29.11 tn
Pertambahan bobot badan (g)
Pakan A 142.73±14.89 155.0±17.16 146.67±17.32 147.27±31.65 155.0±15.67 149.43 Pakan B 146.67±14.14 153.64±12.86 144.62±16.64 148.57±3.78 138.89±22.61 150.61 rataan 144.5 154.29 154.55 147.78 148.1 tn Bobot lemak (g) Pakan A 4.26±2.57 4.14±2.38 5.1±3.22 5.42±2.61 5.59±2.47 4.9a Pakan B 3.53±2.25 5.41±2.66 3.20±2.39 3.13±1.23 2.26±0.89 3.51b rataan 3.89 4.78 4.15 4.28 3.93 tn
Konsumsi minum harian (ml)
Pakan A 45.53±6.39 65.01±10.49 49.37±12.09 59.38±8.05 57.38±10.51 55.34 pakan B 45.85±3.79 55.08±3.76 54.21±5.39 56.74±0.77 53.30±8.06 53.03 rataan 45.69b 60.04a 51.92ab 58.06a 55.34a tn
sebagai akibatnya tidak terjadi perbedaan pertambahan bobot badan. Pemberian serbuk kunyit dengan pakan B yang mengandung protein 25.19% tidak mampu meningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini menunjukkan bahwa protein tinggi tidak mempengaruhi palatabilitas pakan.
Pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot lemak. Bobot lemak pada puyuh yang diberi pakan A sebesar 4.9 g, lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan puyuh yang diberi pakan B sebesar 3.5 g. Waktu pemberian serbuk kunyit tidak mempengaruhi bobot lemak (P>0.05). Lebih tingginya bobot lemak pada puyuh yang diberi pakan A diduga karena kandungan karbohidrat pada pakan A sebesar 54.41% lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan karbohidrat pakan B sebesar 41.29%. Karbohidrat dipakai sebagai sumber energi untuk metabolisme tubuh. Kelebihan karbohidrat dapat dirubah menjadi lemak, selanjutnya akan dirubah menjadi trigliserida dan akan disimpan dalam jaringan adiposa.
Pemberian suplemen serbuk kunyit berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi minum. Jenis pakan tidak mempengaruhi konsumsi minum. Waktu pemberian serbuk kunyit berpengaruh terhadap konsumsi minum (P<0.05). Waktu pemberian serbuk kunyit meningkatkan konsumsi minum.Rata-rata konsumsi minum harian tertinggi pada pemberian serbuk kunyit sebelum masak kelamin (60.04 ml/ekor/hari), sedangkan pada kontrol 45.69 ml. Air dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sel mengandung 85-95% air (Anonim 2012), yang digunakan untuk menjaga homeostasis lingkungan interna sel maupun proses anabolisme. Pemberian serbuk kunyit mampu memperbaiki pertumbuhan jaringan yang dibuktikan dengan peningkatan diameter hepatosit (penelitian tahap I) serta kecenderungan peningkatan bobot hati (penelitian II dan IV), peningkatan kadar DNA hati (penelitian IV), yang secara keseluruhan memperbaiki fungsi hati, sehingga kebutuhan air meningkat. Kebutuhan air pada puyuh petelur juga berhubungan dengan produksi telur. Pada saat pembentukan kerabang telur, kebutuhan air meningkat (Sauveur and Mongin 1978). Hal ini didukung oleh hasil produksi telur terbanyak pada pemberian serbuk kunyit yang diberikan sebelum masak kelamin yaitu sebanyak 176 butir (Tabel 10).
2. Fungsi hati
Hati merupakan organ yang berperan dalam metabolisme. Pada unggas, hati merupakan tempat biosintesis vitelogenin sebagai bahan pembentuk kuning telur (Turker and Bozcaarmutlu 2009). Pemberian serbuk kunyit 54 mg/ekor/hari terbukti mempunyai efek farmakologis sebagai hepatoprotektor yang ditunjukkan dengan peningkatan diameter hepatosit dan jumlah vakuola pada sitoplasma hepatosit, serta menurunkan kadar SGPT dan SGOT dalam darah. Pemberian suplemen serbuk kunyit pada waktu yang tepat dan diikuti dengan kualitas pakan yang baik akan dapat mengoptimalkan fungsi hati dan dapat memperpanjang produktivitas.
Hasil pengamatan terhadap prosentase bobot hati/bobot badan, bobot hati, kadar DNA dan RNA hati burung puyuh setelah perlakuan pemberian serbuk kunyit dengan pakan yang berbeda dan pada berbagai waktu pemberian, disajikan pada
Tabel 8. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa waktu pemberian serbuk kunyit berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap prosentase bobot hati/bobot badan, kadar DNA hati puyuh jepang umur 9 bulan, namun tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot hati dan kadar RNA hati.
Waktu pemberian serbuk kunyit berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap prosentase bobot hati/bobot badan. Pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap prosentase bobot hati/bobot badan. Prosentase bobot hati/bobot badan tertinggi pada pemberian serbuk kunyit sebelum masak kelamin yaitu 3.19 %, sedangkan pada kontrol sebesar 2.78%. Sejalan dengan peningkatan prosentase bobot hati/bobot badan terdapat peningkatan kadar DNA hati. Waktu pemberian serbuk kunyit berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar DNA hati. Terdapat interaksi antara waktu pemberian serbuk kunyit dengan pakan. Kadar DNA hati tertinggi pada perlakuan pemberian serbuk kunyit terus menerus dengan pakan A (2.67 mg/g). Peningkatan DNA hati menunjukkan terjadi peningkatan sintesis protein pada hati.
Tabel 8 Rataan prosentase bobot hati/bobot badan, bobot hati, kadar DNA dan RNA hati, kadar vitelogenin dalam darah puyuh jepang umur 9 bulan
Keterangan : Data yang ditampilkan merupakan nilai rataan ± standart deviasi. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (tα
Peningkatan prosentase bobot hati/bobot badan dan kadar DNA hati berkaitan dengan peran kurkumin pada serbuk kunyit dapat menginduksi beberapa faktor transkripsi, sitokinase, faktor-faktor pertumbuhan, dan enzym-enzym lainnya. Target molekul kurkumin adalah STAT (Signal transducer and activators of transcriptions), <0.05). *: ada interaksi antara pakan dan waktu pemberian serbuk kunyit, tn: tidak ada interaksi
Waktu pemberian serbuk kunyit rataan Kelompok 0 14-44 hari 45-75 hari 7-8 bulan 14 hari-9 bulan Bobot hati/bobot badan (%)
Pakan A 2.84±0.41 2.99±0.5 2.84±0.54 2.6±0.72 2.37±0.49 2.71 Pakan B 2.9±0.92 3.32±0.82 2.57±0.67 2.58±0.68 2.69±0.62 2.86 rataan 2.78ab 3.19a 2.81ab 2.59b 2.51b tn Bobot hati (g) Pakan A 4.88±0.82 5.22±0.86 5.62±1.48 4.66±1.77 4.59±1.44 4.97 Pakan B 4.53±1.07 5.35±1.70 5.59±1.04 4.53±1.21 4.67±1.27 5.02 rataan 4.79 5.29 5.61 4.61 4.63 tn DNA (mg/g jaringan) Pakan A 2.61±0.35ab 2.66±0.13a 2.66±0.09a 2.59±0.14ab 2.67±0.09a 2.64 Pakan B 2.14±0.17c 2.65±0.29a 2.28±0.17c 2.64±0.16ab 2.40±0.13b 2.42 rataan 2.38 2.66 2.47 2.62 2.5 * RNA (mg/g sampel) Pakan A 50.04±2.82 50.45±2.81 50.8±3.07 52.78±3.46 55.16±2.88 51.77 Pakan B 54.75±1.25 48.2±1.25 46.59±1.8 47.34±1.02 46.28±1.22 48.63 rataan 52.4 49.32 48.7 49.86 50.72 tn
dan hepatocyte growth factor (Aggarwal 2006). Pemberian serbuk kunyit sebelum masak kelamin akan memacu lebih awal pertumbuhan sel serta reseptor. Banyaknya reseptor estrogen yang sudah terbentuk lebih awal sebelum masak kelamin memungkinkan lebih banyak fitoestrogen atau estrogen yang berikatan dengan reseptor. Fitoestrogen pada serbuk kunyit mempunyai reseptor yang mirip dengan reseptor estrogen, sehingga akan menginduksi faktor transkripsi untuk sintesis prekursor kuning telur. Ikatan fitoestrogen dengan reseptor akan memacu biosintesis komponen penyusun kuning telur. Hal ini didukung dengan meningkatnya kadar vitelogenin pada puyuh yang diberi serbuk kunyit saat sebelum masak kelamin dibanding kontrol (Tabel 9), serta gambaran histologi hati yang ditunjukkan dengan banyaknya vakuola pada sitoplasma hepatosit (Gambar 18).
Pemberian serbuk kunyit setelah produktivitas menurun mampu memperbaiki fungsi hati yang sudah menurun dengan melakukan regenerasi sel, sehingga diduga reseptor estrogen juga diperbaiki. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya kadar SGPT ( 33.63 U/L) dan SGOT (31.71 U/L) dibanding SGPT kontrol (36.35 U/L) dan SGOT kontrol (32.15 U/L). Pemberian serbuk kunyit secara terus menerus dapat mempertahankan fungsi jaringan.
Pemberian pakan A meningkatkan kadar DNA lebih tinggi (2.64 mg/g jaringan) dari pada pakan B (2.42 mg/g jaringan). Pakan A mengandung karbohidrat