• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 76-87)

PEMBAHASAN

4.1. Tinjauan Umum PT. Indofarma (Persero) Tbk.

PT. Indofarma (Persero) Tbk. merupakan salah satu industri farmasi BUMN yang dipercaya oleh pemerintah sebagai produsen obat generik terbesar di Indonesia. Sebagai produsen obat generik, tantangan yang harus dihadapi oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk. adalah selain menyiapkan obat dengan harga terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah, tetapi juga harus memenuhi syarat quality (kualitas), efficacy (kemanfaatan), dan safety (keamanan). Oleh karena itu, PT. Indofarma (Persero) Tbk. selalu berusaha melaksanakan ketentuan CPOB yang sesuai dengan SK. Menkes RI. No. 43/Menkes/SK/II/1988, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Semua bentuk sediaan yang diproduksi oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang menunjukkan bahwa CPOB telah diterapkan di semua aspek mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

PT. Indofarma (Persero) Tbk. selalu berusaha untuk terus melakukan perbaikan di berbagai bidang dalam rangka peningkatan kualitas diri, dan dapat dilihat dari keberhasilan PT. Indofarma (Persero) Tbk. memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 1994 untuk seluruh bidang produksi yang ada, termasuk bidang herbal

medicine (extraction plant) dan bidang Litbang pada Desember 2002. Untuk food

section mendapatkan sertifikat ISO 9002 pada Mei 2002 yang merupakan standar

internasional yang menyangkut sistem manajemen mutu di berbagai bidang termasuk produk dan jasa. Pada bulan Oktober 2003 dilakukan upgrade ISO 9001 versi 2001 dengan menggabungkan kedua sertifikat yang sudah didapat.

Universitas Indonesia 4.2. Penerapan CPOB di PT. Indofarma (Persero) Tbk.

1. Manajemen Mutu

PT. Indofarma (Persero) Tbk. sebagai perusahaan yang mengutamakan mutu menerapkan pemastian mutu secara konsisten. Sistem manajemen mutu PT. Indofarma (Persero) Tbk. dalam menjalankan industri telah mendapatkan sertifikat CPOB dan ISO 9001 dengan surveillance audit tiap 6 bulan dan

mapping oleh BPOM.

Dalam menjalankan sistem manajemen mutu, PT. Indofarma (Persero) Tbk. didukung dengan tersedianya personil yang kompeten, serta bangunan, sarana dan peralatan yang memadai.

2. Organisasi dan Personalia

Ditinjau dari segi organisasi, kualifikasi dan tanggung jawab personil, PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah berupaya mengikuti pedoman CPOB secara baik yaitu dengan menunjuk personil yang berbeda untuk menjadi manajer produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu.

Struktur organisasi di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan membawahi empat direksi yaitu Direktur Produksi, Direktur Pemasaran, Direktur Umum dan SDM, dan Direktur Keuangan. Masing – masing direktur membawahi manajer disetiap bidangnya. Pada tahun 2011 terjadi perubahan struktur di PT. Indofarma (Persero) Tbk. yaitu bidang Quality Assurance dan Quality Control yang awalnya menjadi satu sekarang terpisah sehingga job description menjadi lebih spesifik, lebih fokus pada bidangnya masing-masing dan beban kerja berkurang.

Sebagai salah satu dari dua belas aspek CPOB, personalia mempunyai peranan penting dimana jumlah karyawan disemua tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai tugasnya serta memiliki sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan tujuan CPOB. Untuk itu PT. Indofarma (Persero) Tbk. secara rutin mengadakan pelatihan dan pendidikan bagi seluruh karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan produktivitas mereka. Pelatihan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu pelatihan manajemen, pelatihan mengenai teknis CPOB, dan pelatihan umum

Universitas Indonesia mengenai bidang pekerjaan yang dihadapi masing – masing karyawan, seperti LK3 (Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin). Untuk meningkatkan mutu pelatihan dan mengawasi pelatihan agar dapat berjalan sesuai dengan yang ditetapkan, dilakukan evaluasi efektivitas pelatihan oleh divisi SDM dan evaluasi terhadap karyawan sehingga karyawan akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas serta menjalin hubungan baik melalui komunikasi dan perhatian antar sesama karyawan serta atasan dan bawahan. Selain itu, secara rutin dilakukan perputaran dan perpindahan posisi untuk menghindari kejenuhan bekerja di satu bidang tertentu.

3. Bangunan dan Fasilitas

Secara umum, bangunan dan fasilitas PT. Indofarma (Persero) Tbk, yang digunakan dalam proses produksi telah memenuhi persyaratan CPOB yaitu bentuk bangunan dibuat sedemikian rupa agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan perawatan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

Pada ruang produksi I, bentuk ruangan telah memenuhi syarat CPOB yaitu sudut ruangan telah dibuat melengkung dengan lantai sehingga mempermudah pembersihannya serta aliran masuk karyawan dan barang telah dipisah untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Produk ruahan dalam status karantina maupun yang telah lulus IPC dan menunggu pengemasan diletakkan dalam ruang terpisah untuk menghindari tercampur dan salah pengambilan terhadap produk tersebut.

Produksi β-laktam dilakukan pada bangunan (ruangan) tersendiri dan terpisah dengan produk non β-laktam. Tekanan udara pada ruangan β-laktam lebih negatif dari ruangan di sekitarnya untuk menghindari kontaminasi silang. Terdapat suatu ruangan buffer yang berfungsi untuk mencegah cemaran yang keluar dari ruangan langsung ke lingkungan.

Ruang produksi steril dibagi dalam empat kelas yaitu ruang kelas I, kelas II, kelas III dan kelas IV, masing – masing dipisahkan dengan ruang antara dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass box, dan sistem AHU (Air

Universitas Indonesia tekanan dan sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan perbedaan tekanan dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi (kelas I dan II) memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dari kelas yang lebih rendah (kelas III dan IV), demikian pula sebaliknya. Pada LAF dilengkapi dengan HEPA filter berefisiensi 99,997% sehingga ruangan bebas dari partikel dan jasad renik.

4. Peralatan

Mesin – mesin serta peralatan yang terletak di bidang produksi ditempatkan sedemikian rupa untuk menjamin keleluasaan kerja operator dan mencegah terjadinya kekeliruan atau kontaminasi silang antar bahan selama produksi. Peralatan dan mesin yang ada di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dikalibrasi dan dikualifikasi secara berkala untuk memastikan bahwa peralatan dan mesin tersebut dalam keadaan baik dan selalu siap digunakan, sehingga dapat menjamin proses produksi tetap berjalan dengan baik dan lancar sehingga mampu menghasilkan produk – produk dengan kualitas yang terjamin.

5. Sanitasi dan Higiene

Untuk menunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene, setiap bagian produksi memiliki kotak P3K, toilet, tempat cuci tangan dan ruang istirahat yang terpisah dari ruang produksi. Ruang makan ditempatkan jauh dari gedung produksi. Karyawan yang berada di ruang produksi harus mengenakan pakaian kerja yang disediakan lengkap dengan topi, masker, sarung tangan, dan sepatu karet. Supervisor atau tingkatan yang lebih tinggi senantiasa memperhatikan dan mengawasi serta melakukan pendekatan kepada karyawan agar memakai perlengkapan kerja yang lengkap untuk mencegah kontaminasi dari bahan-bahan produksi. Disarankan untuk melakukan pendekatan, memotivasi serta meningkatkan kedisiplinan karyawan melalui pendekatan secara audio visual dengan melibatkan karyawan sebagai peraga sehingga diharapkan lebih mudah diingat dan dilaksanakan.

Kebersihan mesin dan peralatan yang akan digunakan dalam proses produksi harus dipastikan baik sebelum maupun sesudah proses produksi dilaksanakan untuk menjamin bahwa mesin atau peralatan terkait sudah terbebas

Universitas Indonesia dari bahan-bahan atau produk hasil proses produksi sebelumnya. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektifitas pembersihan dan masih memenuhi persyaratan.

6. Produksi

Produksi dilaksanakan sesuai dengan pedoman CPOB yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan memenuhi ketentuan izin edar (registrasi). Proses produksi dilakukan setelah adanya Perintah Pengolahan (PP) yang dikeluarkan oleh bidang PPPP, Catatan Produksi Bets (CPB) dan formula induk dikeluarkan oleh bidang Litbang dan proses produksi telah divalidasi oleh bidang Pemastian Mutu. Setiap proses mengikuti prosedur yang tercantum dalam CPB (Catatan Produksi Bets) dan setiap hasil proses didokumentasikan dalam CPB, kemudian setiap peralatan yang digunakan akan mengalami proses verifikasi terlebih dahulu oleh petugas IPC dan setiap hasil proses akan direkonsiliasi. Sebelum proses produksi dilaksanakan dilakukan line clearance dengan tujuan memastikan bahwa lini atau jalur produksi yang akan digunakan sudah dalam kondisi bersih, baik itu bebas dari sisa bahan baku produksi sebelumnya terutama untuk bahan baku yang berbeda jenis maupun dari sisa pengemasan atau etiket dari produksi sebelumnya, tujuan dilaksanakan line clearance ini adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antar produk. Sistem penomoran bets diterapkan untuk memudahkan pengendalian selama produksi berlangsung dan penelusuran kembali apabila ada keluhan produk dari konsumen.

Ada dua proses pengeluaran Perintah Pengolahan (PP) dan Perintah Kemas (PK) yaitu in line process dan non in line process. In line process yaitu proses hasil produksi langsung dikemas dalam wadah kemasan primer, dimana bahan pengemas dipesan dan dikeluarkan melalui Perintah Pengolahan (PP) sehingga mulai proses dispensing bahan awal sampai menjadi produk dalam kemasan merupakan proses yang tidak terputus. Proses ini diterapkan dalam produksi sirup cair, sirup kering, salep dan serbuk (oralit). Untuk sediaan tablet dan kapsul dilakukan secara non in line process dimana PP dan PK tidak dikeluarkan bersama-sama. Setelah PP dikeluarkan, dimulailah proses penyiapan

Universitas Indonesia bahan sampai menjadi produk ruahan, produk ini dikarantina sampai dikeluarkannya PK.

a. Bidang Produksi I

Pelaksanaan proses produksi di bidang produksi I menggunakan vertical

closed system dengan tujuan mencegah terjadinya kontaminasi silang hasil

produk. Seluruh proses produksi didokumentasikan dalam CPB, meliputi semua prosedur, persyaratan dan segala sesuatu yang menyimpang dapat teramati dan dicatat pada dokumen tersebut.

Bidang Produksi I juga membawahi beberapa bidang, salah satunya ialah bidang produksi herbal yang secara keseluruhan telah mengacu pada Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), baik bangunan, personalia, peralatan dan proses produksinya. PT. Indofarma (Persero) Tbk. sudah mempunyai pusat ekstraksi yang digunakan sebagai sarana pengolahan obat dari bahan alam yang modern meliputi unit ekstraksi, destilasi, dan produksi yang dilengkapi fasilitas produksi dengan peralatan modern. Bahan baku simplisia yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional belum sepenuhnya diproduksi sendiri oleh Indofarma, sebagian didapatkan dengan membeli pada supplier, melalui petani binaan, atau bekerja sama dengan industri lain (universitas, petani, dan sebagainya). Pembentukan petani binaan dimaksudkan agar simplisia yang dihasilkan dapat terjamin mutunya dan sekaligus dimaksudkan untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan.

Selain dari dalam negeri, bahan baku herbal juga diperoleh dari luar negeri. Produk dengan bahan baku asli Indonesia biasanya menggunakan nama depan Pro sedangkan produk dengan bahan baku luar negeri biasanya menggunakan nama depan Bio.

b. Bidang Produksi II

Pelaksanaan proses produksi di bidang Produksi II menggunakan vertical closed system dimana sistem ini diterapkan untuk produksi oralit. Sedangkan untuk produksi sediaan β-laktam, salep dan sirup menggunakan horizontal closed system.

Universitas Indonesia c. Bidang PPPP

Bidang Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP) melakukan perencanaan produksi dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhi (anggaran, persediaan bahan baku, jadwal, kapasitas produksi dan peralatan yang tersedia) sehingga tidak terjadi penimbunan dan kekurangan stok barang. Dasar pertimbangannya adalah forecast dari marketing yang dibuat menjadi rencana produksi tahunan, bulanan, dan mingguan.

d. Bidang Litbang

Bidang litbang di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Berperan dalam pengembangan produk baru, substitusi bahan, reformulasi dan reproses. Peran Bidang Litbang sangat penting dalam mendukung kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan baik dalam produk generiknya maupun produk me too. Penelitian dan trial terus dilakukan untuk menciptakan inovasi baru maupun untuk optimasi produk.

Bidang Litbang dituntut untuk mampu memecahkan setiap persoalan yang berkaitan dengan formulasi maupun metode analisis. Apabila terdapat hambatan dalam proses produksi maka bidang Litbang juga ikut bertanggung jawab memikirkan solusi yang tepat untuk mengatasi hambatan tersebut tentunya secara efektif dan efisien.

7. Pengawasan Mutu

Bidang Pengawasan Mutu di PT. Indofarma (Persero) Tbk. berdiri sendiri dan independen terhadap bidang Pemastian Mutu sesuai dengan CPOB. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Personil pengawasan mutu memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.

Bidang Pengawasan Mutu PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah menerapkan cara berlaboratorium pengawasan mutu yang baik sesuai pedoman CPOB 2006. Laboratorium pengujian dibangun terpisah dari ruang produksi.

Universitas Indonesia Laboratorium pengujian di PT. Indofarma (Persero) Tbk. terbagi menjadi laboratorium kimia, instrumen, mikrobiologi, bahan pengemas, IPC, produk jadi, dan terdapat gudang untuk menyimpan contoh pertinggal. Terdapat keran pancuran air keselamatan dan pembasuh mata diarea kerja laboratorium.

Laboratorium pengawasan mutu dilengkapi dengan peralatan dan instrumen laboratorium seperti Spektrofotometer UV-Vis, Inframerah, Serapan Atom, KCKT, GC, Physical Testing Instrument (pH meter, Flow rate Tester,

Dissolution Tester, Particle Analyzer), Electrochemical Instrument

(Potensiometer, Titrator dan lain-lain). Prosedur tetap (protap) pengoperasian untuk setiap instrumen diletakkan didekat alat yang bersangkutan. Peralatan di laboratorium pengawasan mutu ini telah dikalibrasi dan dikualifikasi secara berkala untuk menjamin bahwa instrumen tersebut dapat berfungsi dengan baik.

Bidang pengawasan mutu berwenang dalam melakukan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk jadi dan pengujian mikrobiologi. Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel telah memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur tentang cara pengambilan sampel yang benar.

Pengendalian mutu bahan baku, bahan pengemas dan produk yang dihasilkan PT. Indofarma (Persero) Tbk. dengan metode analisis yang dianjurkan dalam literatur yaitu Farmakope Indonesia (FI), United States Pharmacopoeia (USP), dan British Pharmacopoeia (BP), yang sesuai dengan fasilitas analisis yang ada dalam laboratorium pengawasan mutu PT. Indofarma (Persero) Tbk.

8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Untuk mengatur penerapan CPOB dalam melakukan inspeksi diri di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dibentuk komisi khusus CPOB yang berada dibawah bidang Quality Assurance (QA). Program inspeksi diri dalam PT. Indofarma (Persero) Tbk. terus dilaksanakan untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi pedoman CPOB. Inspeksi diri dilakukan melalui Internal Quality Audit (IQA) yang dilakukan setiap enam bulan dan bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan produksi yang berlangsung agar senantiasa memenuhi CPOB dan ISO. IQA merupakan tanggung jawab bagian

Universitas Indonesia QA dan biasanya dilaksanakan melalui pembentukan tim inspeksi diri yang telah diseleksi.

Dalam hal produktivitas kerja, disetiap proses produksi di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dilakukan pengukuran man hours dengan tujuan mengetahui kapasitas kerja karyawan sehingga dapat diperkirakan kapan dan berapa lama suatu proses produksi dapat diselesaikan dengan jumlah karyawan dan kapasitas mesin yang ada. Terdapat metode baru yang telah diterapkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk., yaitu teknik Line Balancing yang sampai saat ini masih disesuaikan dengan situasi dan kondisi intern perusahaan. Maksud dari teknik ini yaitu adanya penyesuaian antara volume pekerjaan, kinerja mesin dan jumlah karyawan.

9. Penanganan Keluhan terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian

Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu obat, efek samping yang merugikan atau efek terapeutik. Semua laporan keluhan diteliti dan dievaluasi dengan cermat kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuat laporan. Dari hasil laporan terhadap keluhan tersebut kemudian dikategorisasikan dan dibuat analisisnya sebagai pedoman untuk membuat langkah-langkah pencegahan. Tindakan yang diambil dapat berupa tindakan perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali bets obat atau seluruh obat yang bersangkutan, dan tindak lanjut yang sesuai.

Penarikan kembali obat jadi dilakukan bila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali obat jadi dilakukan jika ada informasi dari dalam yang berasal dari pemantauan stabilitas retained sample maupun dari luar dari costumer claim atau regulasi (dalam hal ini BPOM), yang berkaitan dengan mutu produk, kesalahan produksi atau efek samping obat. Semua kegiatan tersebut dikoordinasikan dan merupakan tanggung jawab bidang pemastian mutu.

Universitas Indonesia 10. Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi managemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan setiap operator mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai tugas yang dilaksanakan, sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets sehingga memungkinkan penyelidikan dan penelusuran terhadap bets yang bersangkutan. Sistem dokumentasi juga digunakan dalam pemantauan dan pengendalian contohnya pada kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia. CPOB mensyaratkan dokumen-dokumen sebagai berikut : spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, dan obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu, dokumen logistik dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan dan pemantauan kondisi ruangan dan peralatan, dokumen keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembali dan pemusnahan obat, dokumentasi untuk peralatan khusus, prosedur, dan catatan inspeksi diri dan pedoman catatan pelatihan CPOB bagi karyawan PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah melengkapi semua dokumen yang dipersyaratkan CPOB.

11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Di PT. Indofarma (Persero) Tbk. ada 2 jenis toll manufacturing yaitu toll out [PT. Indofarma (Persero) Tbk. membuat produk ke industri farmasi lain] dan toll in [PT. Indofarma (Persero) Tbk. menerima pembuatan produk dari industri farmasi lain]. Toll manufacturing ditangani oleh bidang PPIC (Production Planning and Inventory Control), sedangkan untuk audit PTM (penerima toll

manufacturing) dilakukan oleh bidang QA.

Universitas Indonesia 12. Kualifikasi dan Validasi

Di PT. Indofarma (Persero) Tbk., kualifikasi dan validasi ditangani oleh bidang QA. Kualifikasi dilakukan terhadap mesin, fasilitas dan sarana pendukung lain berdasarkan interval waktu, ada atau tidaknya perubahan dan perpindahan. Validasi dapat dilakukan apabila semua alat sudah dikalibrasi dan terkualifikasi.

77 Universitas Indonesia

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 76-87)

Dokumen terkait