BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT INDOFARMA (Persero) Tbk
3.8 Struktur Organisasi PT Indofarma (Persero) Tbk
PT. Indofarma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh empat orang direktur, yaitu Direktur Produksi, Direktur Umum dan SDM, Direktur Pemasaran, serta Direktur Keuangan. Masing – masing direktur mengepalai direktoratnya dan membawahi bidang – bidang yang
Universitas Indonesia dipimpin oleh manajer, tiap – tiap bidang yang dipimpin oleh manajer membawahi beberapa seksi. Selain itu ada beberapa bagian yang langsung bertanggung jawab kepada Direktur Utama yaitu Corporate Secretary, Strategic
Business Development, Manajemen Resiko, Compliance & GCG Staf Ahli,
Sarana Pengawas Internal (SPI) dan Supply Chain Management (SCM). Struktur organisasi di PT. Indofarma (Persero) Tbk dapat dilihat pada lampiran
3.8.1. Direktorat Produksi
Direktorat Produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk., membawahi delapan bidang dimana setiap bidang dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh asisten manajer dan supervisor. Kedelapan bidang tersebut adalah :
1. Bidang Produksi I
Bidang produksi I dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat seksi, yaitu seksi Solid I bertanggung jawab dalam pembuatan massa tablet dan pembuatan sediaan kapsul, seksi Solid II bertanggung jawab dalam pencetakan tablet atau filling kapsul, seksi pengemasan bertanggung jawab dalam pengemasan, dan seksi herbal dan makanan bertanggung jawab dalam ekstraksi dan pengolahan bahan herbal.
Proses produksi tablet di produksi I dilakukan dengan metode vertical closed system, yaitu sistem vertikal tertutup dimana proses produksi dilakuakan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Metode ini dilaksanakan di produksi I karena bentuk bangunan memungkinkan metode tersebut dilakukan (3 lantai) dan produksinya besar sehingga efisiensi tenaga tercapai. Keuntungan sistem ini adalah dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang, bets dapat dibuat dalam kapasitas besar, efisiensi dari segi waktu, tenaga, tempat maupun energi.
Bidang produksi I akan melaksanakan kegiatan berdasarkan surat Perintah Pengolahan (PP) yang dikeluarkan oleh bagian Perencanaan Produksi Dan Pengendalian Persediaan (PPPP) yang disertai dengan Catatan Produksi Bets (CPB). CPB merupakan dokumen yang berisi semua prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi selama proses
Universitas Indonesia produksi dan segala sesuatu yang menyimpang yang teramati dicatat pada dokumen tersebut. PP disetujui oleh Manajer Produksi setelah dilakuakan pengecekan antara PP dengan Rencana Produksi Bulanan (RPB) dan Rencana Produksi Mingguan (RPM). PP yang telah disetujui oleh Manajer Produksi I akan digunakan sebagai Bon Permintaan Bahan Awal (BPBA) kepada bagian Logistik Bahan Awal (LBA). Di gudang, bahan yang diminta, disiapkan dan diserahkan ke bidang produksi I setelah dilakukan penimbangan oleh petugas dispensing disaksikan oleh petugas IPC. Bahan dari gudang yang telah diserahkan dari LBA ke seksi Solid I akan diproses sampai menjadi produk antara. Seksi Solid II akan mengolah produk antara menjadi produk ruah. Setelah produk ruah dinyatakan memenuhi syarat oleh bagian Quality Control (QC) dengan dikeluarkannya Laporan Analisis Memenuhi Syarat (LA MS), ke bagian seksi Solid II akan membuat Bukti Penyerahan Produk Ruahan (BPPR) kepada seksi Pengemasan dan PPPP akan mengeluarkan Perintah Kemas (PK). Bagian pengemasan akan membuat bon permintaan bahan pengemas ke bagian LBA sesuai dengan kebutuhan pengemasan. Sebelum proses pengemasan dimulai, dilakukan persiapan bahan pengemasan yaitu coding nomor registrasi, nomor bets, serta tanggal kadaluarsa di kemasan sekunder. Setelah proses pengemasan selesai baru kemudian diperoleh produk jadi.
Proses pengemasan yang dilakukan bidang produksi I meliputi stripping, blistering, dan bottling. Produk jadi dalam kemasan sekunder akan dikemas ke dalam karton yang telah disablon sesuai isinya dan diserahkan ke bagian logistik bahan jadi dengan membuat Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Produk jadi yang telah dikemas dalam karton akan dikarantina untuk diperiksa secara random tentang kelengkapan penandaan dan dokumentasinya. Produk jadi yang memenuhi syarat akan didistribusikan dan diambil contoh pertinggal (retained
sample) untuk tiap betsnya sebagai bahan penelusuran apabila ada keluhan
dikemudian hari. Setiap penyimpangan pada proses produksi akan dicatat dalam catatan penyimpangan produksi.
Universitas Indonesia 1) Seksi Solid I
a) Pembuatan massa tablet
Tugas seksi penyediaan massa meliputi persiapan, pengolahan, penyiapan bahan awal, dan pembuatan massa. Bahan aktif dan bahan penolong dimasukkan ke dalam alat penampung (bin). Bahan dalam bin kemudian dibawa dengan forklift dan siap diproses mixing dengan menggunakan mesin Azo-Thumbler di lantai 3 atau Diosna di lantai 2. Tahap berikutnya pengolahan massa dengan beberapa metode yaitu metode cetak langsung (Direct compression) atau granulasi basah (Wet Granulation). Adapun alur proses pembuatan sediaan tablet dapat dilihat pada lampiran 8.
b) Pembuatan Sediaan Kapsul
Kelembaban udara ruangan produksi kapsul hendaknya 50-60% karena cangkang kapsul dapat mengabsorpsi air. Alur proses pembuatan sediaan kapsul dapat dilihat pada lampiran 11.
2) Seksi Solid II
Seksi solid II bertugas mencetak massa tablet atau massa kapsul sampai menjadi produk ruah yang lulus uji dan siap dikemas, yang dilakukan di lantai dua. Tahapan yang dilakukan:
i. Mempersiapkan mesin ii. Mengoperasikan mesin iii. Menimbang produk ruahan
iv. Pemberian label, nama produk, nomor bets, jumlah dan tanggal pencetakan
v. Karantina produk ruah menunggu pemeriksaan dari bidang pemastian mutu
vi. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dalam catatan produksi bets
Pemeriksaan kualitas produk antara dan produk ruah oleh petugas IPC dilakukan selama proses berlangsung agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
Universitas Indonesia Produk ruah yang lolos uji selanjutnya diserahkan ke bidang pengemasan (seksi pengemasan) untuk dikemas menjadi produk jadi. Dokumentasi pada bidang produksi I antara lain meliputi catatan produksi bets, protap kegiatan proses produksi, uraian tugas karyawan dan catatan produktivitas mesin.
3) Seksi Pengemasan
Suatu produk dapat dikatakan produk jadi bila telah melewati tahap pengemasan. Definisi pengemasan menurut pedoman CPOB tahun 2006 adalah bagian dari siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruah untuk menghasilkan produk jadi.
Pengemasan berkaitan dengan stabilitas obat berkaitan dengan stabilitas obat yang berfungsi melindungi obat terhadap kelembaban, iklim, dan benturan. Selain itu kemasan juga mempengaruhi daya tarik produk terhadap konsumen.
Jika ditinjau dari waktu dikeluarkannya PP dan PK, dikenal dua proses yaitu in line process dan non in line process. In line process yaitu proses dimana hasil produksi langsung dikemas dalam wadah pengemasnya, PP dan PK dikeluarkan bersamaan. Jadi mulai dari bahan awal sampai menjadi produk dalam kemasan akhir, proses tidak terputus. Proses ini diterapkan dalam sirup cair, sirup kering, salep dan oralit. Sedangkan pada proses produksi I non in line process dimana PP dan PK tidak dikeluarkan bersamaan. Setelah PP dikeluarkan, dilakukan penyiapan bahan awal sampai menjadi produk yang siap dikemas. Produk ini dikarantina menunggu released dari QC. Proses ini diterapkan dalam pembuatan kapsul, tablet, dan produk steril.
Pengemas merupakan terminal akhir produksi sebelum dipasarkan, sehingga suatu produk harus memenuhi syarat – syarat pengemasan yang baik, yaitu :
Dapat melindungi produk
Inert, spesifik bahan pengemasnya
Harus aman, tidak mudah dibuka oleh anak – anak
Universitas Indonesia Tujuan dilakukan perubahan kemasan adalah :
Untuk memberikan proteksi obat yang lebih baik
Untuk memberikan image (kesan) baru
Membedakan produk tersebut dari produk lainnya
Promosi
Sumber informasi
PK oleh bidang pengemasan digunakan sebagai bon permintaan bahan pengemasan yang diajukan ke bagian LBA. Bahan pengemasan dari gudang bila berupa karton akan dilakukan penyablonan yang berisi nama produk, nomor bets, expired date, sedangkan untuk etiket dan kotak akan dilakukan coding (pemberian kode) meliputi nomor bets, expired date dan lain – lain.
Produk ruah yang akan dikemas dan bahan kemas yang akan diterima dari gudang pengemasan semuanya sudah diluluskan oleh bidang pemastian mutu / Quality Assurance (QA). Proses pengemasan dapat berupa pengisian ke botol, stripping, blistering dan sachetting. Jenis pengemasan yang digunakan disesuaikan dengan sifat produk ruah dan permintaan pasar. Sebelum dilakukan proses pengemasan, jalur pengemasan harus telah dibersihkan (line clearance) untuk mencegah terjadinya mixed-up label dan selama proses pengemasan dilakukan IPC, misalnya uji kebocoran strip, blister, dan sachet sebanyak empat lempeng strip atau blister selama 15 menit.
Selanjutnya dilakukan proses dokumentasi untuk bidang pengemasan meliputi catatan produksi bets, papan penandaan, catatan sanitasi, catatan produksi harian yang terdiri dari kontrol harian mesin, pengepakan dan laporan bulanan.
4) Seksi Herbal dan Makanan
Bahan baku obat tradisional yang digunakan berasal dari dalam maupun luar negeri. Seksi herbal ini bertugas menyiapkan formula dan proses pembuatan produk baru sediaan herbal dan makanan, mendesain formula, merancang metode pembuatan, pengembangan bahan substitusi dan reformulasi atau reproses. Sistem produksi berupa horizontal closed
Universitas Indonesia system dengan menggunkan metode ekstraksi berupa maserasi, perkolasi atau kombinasi keduanya. Pengeringan ekstrak menggunakan tiga metode yaitu Spray Dryer, Dehumidifier dan Vaccum Dryer. Bahan pendukung produksi terdiri dari pelarut seperti etanol dan air yang digunakan untuk ekstraksi, bahan penolong seperti amilum maydis, magnesium stearat, sodium starch glycolat dan micro cristalin celullosa serta bahan pengemas seperti botol dan aluminium foil.
b. Bidang Produksi II
Bidang Produksi II dipimpin oleh seorang Manajer Bidang Produksi II bertugas untuk memastikan tersedianya produk tablet, kapsul, dan sirup kering beta laktam, salep, sirup, serbuk dan produk steril sesuai dengan target dengan cara merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan aktivitas pengolahan, pengemasan dan kegiatan terkait. Pelaksanaan proses produksi di bidang produksi II menggunakan vertical closed system untuk menghindari kontak dengan lingkungan, sistem ini diterapkan untuk produksi oralit. Sedangkan untuk produksi sediaan beta laktam, salep, dan sirup menggunakan horizontal closed system dimana penyiapan bahan awal sampai produk akhir diproses dalam lantai yang sama, karena sediaan yang diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil. Bidang ini membawahi tiga seksi, yaitu:
1) Seksi sediaan salep, sirup dan serbuk
Seksi sediaan salep, sirup dan serbuk memproduksi sediaan sirup cair, suspensi, salep kulit, krim, serbuk (oralit) dan reagen untuk tes garam beriodium.
a. Produksi sediaan salep
Adapun proses pembuatan salep dapat dilihat pada lampiran 14. b. Produksi sediaan sirup cair dan sirup kering
Universitas Indonesia Sirup yang diproduksi oleh bidang produksi II ada dua macam, yaitu sirup cair dan sirup kering.
1. Sediaan sirup cair
Tahap-tahap proses produksi sediaan sirup cair dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Sediaan sirup kering
Produksi sirup kering dilakukan secara horizontal closed system dan pengemasannya secara in line process. Tahapan proses pembuatan produksi sediaan sirup kering dapat dilihat pada lampiran 15.
3. Produksi sediaan oralit
Oralit merupakan contoh sediaan padat (serbuk) berbentuk granul yang dikemas dalam sachet kedap udara. Pengadukan oralit dilakukan dalam mixer Diosna.Pemeriksaan kualitas terhadap massa oralit dilakukan oleh bagian pemastian mutu yang meliputi kadar, keseragaman bobot, warna, homogenitas, free flowing, distribusi partikel, tapping density dan kadar air. Untuk oralit kelembaban udara harus rendah karena mempunyai sifat sangat higroskopis. Pengendalian proses yang dilakukan antara lain penetapan kadar air dan penetapan kadar seluruh komponen untuk meyakinkan bahwa campuran sudah homogen. Massa yang telah memenuhi syarat dimasukan ke dalam sachet dengan mesin pengisi yang dilengkapi dengan penghisap debu. Selama proses pengisian, operator mesin dan petugas pemastian mutu melakukan pemeriksaan keseragaman bobot dan kebocoran wadah.
2) Seksi sediaan steril
Seksi steril bertanggung jawab dalam memproduksi sediaan steril, dipimpin oleh seorang asisten manajer yang membawahi dua subseksi, yaitu subseksi steril I (penimbangan dan pelarutan, pengisian, sterilisasi, pengolahan sefalosporin dan dokumentasi) dan subseksi steril II (pengemasan, pemeriksaan kejernihan sediaan ampul, vial, dan tetes mata, serta pencetakan label).
Universitas Indonesia a. Sediaan steril cair: injeksi vitamin B12 500mcg/ml, deksametason 5mg/ml, diazepam 5mg/ml, furosemid 10mg/ml, gentamisin 40mg/ml, ranitidin 25mg/ml, dan tramadol 50mg/ml
b. Tetes mata : gentamisin 0,3 %
c. Sediaan steril powder : berupa injeksi derivat sefalosporin yang dibuat secara aseptis yaitu sefotaksim dan seftriakson
Ruang produksi steril dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan persyaratan CPOB. Pembagian ini berdasarkan derajat kebersihannya yaitu :
Ruang kelas I (white area atau ruang kritis) merupakan ruang kelas di bawah LAF (Laminar Air Flow) yang dilengkapi dengan HEPA filter berefisiensi 99,997% (jumlah cemaran partikel maksimum = 3500 partikel/feet kubik). Besarnya pertukaran udara adalah 20-40 kali/jam. Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh lebih dari 5 partikel/kubik.
Ruang kelas II, sama dengan ruang kelas I tetapi tanpa
laminar air flow (LAF). Jumlah cemaran partikel dengan
diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh lebih dari 10.000 partikel / kubik dengan syarat mikroba < 100/ m3 dan besarnya pertukaran udara adalah 20-40 kali/jam. Ruangan ini digunakan untuk pengisian, penimbangan, pembuatan larutan, dan penyaringan.
Ruang kelas III (grey area), dilengkapi dengan filter berefisiensi 95%, besarnya pertukaran udara 5-20 kali/jam. Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh lebih dari 100.000 partikel/kubik, dengan syarat mikroba < 500 /feet kubik, ruangan ini digunakan untuk pencucian.
Ruang kelas IV (black area) dengan persyaratan harus bersih secara visual, jumlah partikel tidak dikendalikan.
Universitas Indonesia Keempat ruangan di atas, masing-masing dipisahkan dengan ruangan antara dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass box dan system air handling unit (AHU) yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan, dan sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan perbedaan tekanan, dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada kelas yang lebih rendah. Untuk mencapai kualitas ruangan yang memenuhi persyaratan jumlah cemaran dan partikel maka dilakukan lay out bahan, barang, dan karyawan.
Selain dengan pengkondisian tersebut juga dilakukan sanitasi ruangan dan peralatan secara berkala, sanitasi dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan. Sanitasi harian meliputi pembersihan lantai dan dinding dengan dipel. Setiap jumat malam dilakukan sanitasi mingguan dengan pemberian gas formaldehid dan setiap senin pagi dilakukan evakuasi untuk menghilangkan gas tersebut dengan penyedotan udara ruangan. Tekanan udara antara ruangan dikendalikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
3) Seksi sediaan ß-laktam
Seksi sediaan ß-laktam bertugas memproduksi sediaan antibiotika yang memiliki inti ß-laktam (turunan penisilin). Bentuk sediaannya berupa tablet, kaplet, kapsul, dan sirup kering. Antibiotika turunan ß-laktam dapat menimbulkan reaksi alergi, oleh karena itu LBA, penimbangan, produksi, dan pengemasan sediaan ß-laktam dilakukan di gedung dan fasilitas yang secara fisik dipisahkan dari produksi lain (non ß-laktam). Pemisahan ini dilakukan sebagai tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk lain.
Arus keluar-masuk menggunakan air locked system untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Air locked system mempunyai tekanan udara lebih rendah dari ruangan lainnya, untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengendalian udara dilakukan dengan sistem Air Handling Unit (AHU), dimana AHU gedung ß-laktam terpisah dari gedung non ß- laktam. Ruangan ß-laktam terdiri dari dua kelas, yaitu
Universitas Indonesia kelas III yang digunakan untuk proses dispensing, mixing, filling,
tableting, dan pengemasan primer dan kelas IV untuk pengemasan
sekunder sampai obat jadi. Ruangan Kelas III dan Kelas IV dipisahkan berdasarkan perbedaan dimana tekanan udara Kelas IV lebih tinggi daripada tekanan Kelas III sehingga kontaminasi dari ß-laktam dilakukan dengan sistem horizontal. Ruangan produksi ß-laktam diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai tekanan yang lebih negatif. Hal itu untuk mencegah terjadinya pencemaran oleh debu ß-laktam.
Pengaturan sirkulasi udara untuk ruangan ß-laktam dilakukan secara khusus dan terpisah. Ruangan produksi sediaan ß-laktam adalah ruang Kelas III dengan tekanan udara yang diatur untuk menghindari kontaminasi. Ruangan ß-laktam lebih negatif dibanding koridor di luarnya yang bertekanan negatif. Di luar koridor tekanan udara lebih positif daripada didalam koridor. Diharapkan udara di dalam ruang produksi tidak bisa keluar ruangan sehingga tidak mengkontaminasi lingkungan. Udara dari ruang produksi ß-laktam harus disaring terlebih dahulu agar udara yang keluar tidak mengandung ß-laktam. Udara dialirkan ke dalam suatu ruang yang di dalamnya ada tetesan-tetesan air yang akan melarutkan ß-laktam. Udara bersih ß-laktam dialirkan kembali ke ruang produksi ß-laktam melalui prefilter (efisiensi 40 %), medium filter (efisiensi 90%), dan heating coil untuk penyesuaian suhu. Proses pengolahan tablet, kapsul, dan sirup kering sama dengan proses pada produksi I dan II, tetapi dilakukan dengan cara horizontal closed system. Bahan penolong yang berasal dari gudang utama hanya boleh masuk ruang penyangga dan selanjutnya diambil oleh orang yang berada di dalam ruang produksi.
Dalam setiap ruang produksi terdapat penghisap debu yang dihubungkan secara sentral dengan dust collector dari gedung ß-laktam. Limbah cair yang berasal dari gedung ß-laktam seperti limbah cair yang berasal dari pencucian alat diolah secara ditampung terlebih dahulu, kemudian inti ß-laktam didestruksi terlebih dahulu dengan Natrium Hidroksida sampai didapat pH 11-12, didiamkan selam 48 jam kemudian
Universitas Indonesia dinetralkan dengan Asam Klorida pekat 5 N sebelum disalurkan ke dalam saluran pengolahan limbah. Limbah padat dan partikel debu dibakar dalam incenerator.
1. Pembuatan sediaan tablet ß-laktam
Alur proses pembuatan sediaan tablet atau kaplet adalah sebagai berikut:
1) Timbang bahan-bahan yang tercantum dalam formula di ruang timbang
2) Persiapan awal untuk pencampuran massa 3) Pembuatan massa tablet
4) Penimbangan massa siap cetak
5) Pencetakan massa tablet (kaplet), setiap 15 menit dibuat peta kendali untuk dilaporkan dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Petugas IPC melakukan kontrol meliputi kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot, ukuran dan diameter tablet. 6) Tablet / kaplet diletakkan dalam kotak penyimpanan disertai
penandaan karantina
7) Petugas IPC mengambil sampel untuk diuji kemudian dikemas
2. Pembuatan sediaan kapsul ß-laktam.
Alur proses pembuatan sediaan kapsul adalah sebagai berikut: 1) Timbang bahan-bahan yang tercantum dalam formula di
ruang timbang
2) Persiapan awal untuk bahan aktif yang memerlukan perlakuan khusus, dan penimbangan kembali karena adanya penyusutan selama proses
3) Pembuatan massa kapsul 4) Penimbangan massa siap isi 5) Pengisian massa kapsul
Kapsul dilewatkan pada detektor, kapsul yang tercemar logam terpisah secara otomatis dan ditampung dalam wadah
Universitas Indonesia tersendiri. Operator mesin mengontrol bobot 20 kapsul setiap 15 menit dan dibuat peta kendali dalam Catatan Produksi bets (CPB) juga melakukan kontrol produk.
6) Kapsul dibersihkan melalui proses polishing
7) Kapsul diletakkan dalam kotak penyimpanan disertai penandaan karantina
8) Petugas IPC mengambil sampel untuk diuji 9) Pengemasan
c. Pembuatan sediaan sirup kering derivat ß-laktam.
Produksi sirup kering di seksi ß-laktam meliputi sirup kering ampisillin 125 mg/5 mL dan sirup kering amoksisilin 125 mg/5mL. Proses produksi sirup kering dilakukan in line process, yaitu proses produksi menjadi satu kesatuan dari mulai pengisian sampai pengemasan.
Alur proses pembuatan sediaan sirup kering adalah sebagai berikut:
1) Timbang bahan-bahan yang tercantum dalam formula di ruang timbang
2) Persiapan pembuatan massa 3) Pencampuran awal
4) Pencampuran akhir dengan mixer 5) Penimbangan akhir sirup siap isi
6) Pengisian massa sirup kering dalam botol dengan menggunakan mesin.
Botol yang datang dari suplier dicuci terlebih dahulu dan dikeringkan. Ruang tempat pengisian massa sirup kering perlu kelembaban udara tertentu, yaitu tidak boleh > 50%, untuk mrnjaga kualitas massa sebuk kering agar mempunyai aliran yang baik, menjaga kestabilan zat aktif, dan mengendalikan keseragaman bobot.
Universitas Indonesia 7) Operator mesin mengontrol bobot sirup kering dalam setiap 15 menit dan dibuat peta kendali dalam Catatan Pengolahan Bets, setelah pengisian dilanjutkan penutupan botol (sealing), penempelan etiket, pengepakan. Selama penutupan (sealing), dilakukan uji kekatupan tutup yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir proses (sejumlah 6 botol).
8) Petugas IPC mengambil sampel untuk diuji 9) Pengemasan
c. Bidang Procurement (Pengadaan)
Pengadaan dihadapkan pada dua hal yang berbeda, yaitu mutu dan harga. Dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi dapat tergantung pada mutu bahan awalnya. Demikian pula mengenai harga jual produk sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku. Pada umumnya mutu dan harga berbanding lurus, mutu bahan awal yang baik akan mempunyai harga yang tinggi. Dengan demikian menjadi suatu tantangan untuk mendapatkan bahan bermutu baik dengan harga relatif rendah. Terlebih lagi bagi PT. Indofarma (Persero) Tbk. yang mengemban misi sebagai produsen utama Obat Generik Berlogo yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat luas. Bidang Pengadaan melayani permintaan bahan farmasi dan non farmasi yang sangat kompleks. Oleh karena itu, tanpa adanya spesifikasi yang jelas, prosedur dan sistem administrasi yang baik maka akan sulit mencapai hasil yang diinginkan. Pengadaan terbagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi Pengadaan Bahan I dan Seksi Pengadaan Bahan II.
Seksi Pengadaan Bahan I bertugas mengadakan barang lokal maupun impor, yaitu bahan baku, bahan penolong, dan bahan – bahan lain. Seksi Pengadaan Bahan II bertugas mengadakan barang umum non farmasi seperti peralatan laboratorium, produksi, peralatan umum, ATK (Alat Tulis Kantor), dan lain – lain. Bidang Pembelian dan Bidang Pengadaan harus memperhatikan masalah QCD (Quality, Cost, Delivery). Upaya yang dilakukan dalam pengadaan barang/ bahan berkualitas dengan cara membeli sesuai spesifikasi dan membuat daftar approved
Universitas Indonesia
supplier/producers. Untuk bahan baku, pengemasan dan penolong
mengikuti spesifikasi yang telah dibuat Bidang Pemastian Mutu dan