• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Vegetasi

Suatu inventarisasi ekosistem perhatiannya ditujukan pada analisis vegetasi, karena vegetasi merupakan pencerminan interaksi berbagai faktor lingkungan dengan makhluk hidup. Analisis vegetasi di berbagai kawasan pelestarian dimaksudkan untuk memperoleh data tentang komposisi flora dan data kuantitatif mengenai penyebaran, jumlah dan dominansi masing-masing jenis. Oleh karena itu, vegetasi merupakan komponen utama dalam suatu ekosistem (Heddy, 2012).

Penelitian ini dilakukan di hutan kota Pusat Kota Lubuk Pakam dengan pembuatan plot petak contoh yakni 5 plot petak, masing-masing luas petak contoh 20 x 20 m dengan klasifikasi tingkat pohon, tiang, pancang dan semai. Berikut hasil penelitian dari lapangan pada tingkat pohon, tiang, pancang dan semai.

1. Kekayaan Jenis a. Tingkat Pohon

Ukuran plot untuk tingkat pohon 20 x 20 m dari 5 plot contoh ditemukan 10/2000 m2 individu yakni berupa jenis jati (Tectona grandis), mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) dengan total Luas Bidang Dasar (LBD) yakni 20,22. Hal ini Tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kekayaan Jenis Tingkat Pohon

No. Jenis Jumlah individu

(ind/2000 m2) LBD 1. Cemara laut (Casuarina equisetifolia) 2 12,56

2. Jati (Tectona grandis) 4 3,14

3. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 4 4,52

Total 10 20,22

Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

b. Tingkat Tiang

Kekayaan jenis pada tingkat tiang terdapat 11/500 m2 jumlah individu yang berupa 3 jenis pohon yakni angsana (Ptericarpus indicus), mahoni daun

kecil (Swietenia mahogany) dan talok (Muntingia calabura) pada plot 10 m x 10 m. LBDS terbesar ada pada jenis angsana (Ptericarpus indicus) dan

mahoni daun kecil (Swietenia mahogany). Tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5. Kekayaan Jenis Tingkat Tiang

No. Jenis Jumlah individu

(ind/500 m2) LBD 1. Angsana (Ptericarpus indicus) 3 12,56 2. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 7 12,56 3. Talok (Muntingia calabura) 1 6,15

Total 11 32,78

Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

c. Tingkat Pancang dan Semai

Jenis pada tingkat pancang terdapat 1/125 m2 individu dan pada tingkat semai terdapat 1/50 m2 individu dengan masing-masing tingkat ditumbuhi jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany). Tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6. Kekayaan Jenis Tingkat Pancang dan Semai

No. Tingkat Jenis Jumlah individu

1. Pancang

(ind/125m2) Mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) 1 2. Semai

(ind/50 m2) Mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) 1

Total 2

Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

d. Tingkat Tumbuhan Bawah

Kekayaan jenis untuk tingkat tumbuhan bawah dari hutan Kota Lubuk Pakam tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kekayaan Jenis Tingkat Tumbuhan Bawah

No. Jenis Jumlah individu

(ind/80m2)

1. Arachis pintol 1.150

2. Eupatorium inulifolium 1.059

4. Panicum repens 14.252

5. Cyperus kylingia 56

6. Paspalum compressum 4.574

7. Hyptis capitata 3

8. Mimosa pudica terrarium 5

Total 21.104

Tingkat tumbuhan bawah ini terdapat 8 jenis yaitu Arachis pintol,

Eupatorium inulifolium, Adiantum polyphyllum, Panicum repens,

Cyperus kylingia, Paspalum compressum, Hyptis capitata dan Mimosa pudica

terrarium. Jenis yang mendominasi pada tingkat tumbuhan bawah yakni

Panicum repens dengan jumlah 14.252 ind/80 m2, hal ini disebabkan oleh jumlah individu yang banyak dan didukung oleh habitat lokal yang memadai.

Tumbuhan bawah pada urutan kedua adalah jenis Paspalum compressum

dengan jumlah 4.574 ind/80 m2. Tumbuhan bawah yang jarang dijumpai kurang

dari 50 ind/80 m2, yakni Hyptis capitata, Adiantum polyphyllum dan

Mimosa pudica terrarium sebanyak 3 ind/80 m2 dan 5 ind/80 m2. 2. Indeks Nilai Penting

a. Tingkat pohon

Indeks Nilai Penting merupakan menyatakan peranannya dalam suatu komunitas dimana didapat dari hasil penjumlahan antara kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR). Indeks Nilai Penting tingkat pohon dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon

No. Jenis KR (%) FR (%) DR (%) LBD INP (%) 1. Jati (Tectona grandis) 40 33,33 62,11 12,56 135,44 2. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 40 33,33 15,53 3,14 88,86 3. Cemara laut(Casuarina equisetifolia) 20 33,33 22,35 4,52 75,68

Total 100 100 100 20,22 300

Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

Penelitian yang dilakukan pada tingkat pohon terdapat pohon yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 135,44%. Indeks Nilai Penting terendah terdapat pada jenis cemara laut

dengan nilai 75,68%. Indeks Nilai penting tertinggi kedua setelah jati (Tectona grandis) adalah mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) sebesar

88,86%.

Kerapatan relatif tertinggi terdapat pada jenis jati (Tectona grandis) dan mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dengan nilai 40%. Kerapatan relatif terendah terdapat pada jenis cemara laut (Casuarina equisetifolia) dengan nilai 20%. Kurang variasinya nilai kerapatan relatif mungkin disebabkan oleh karena variasi lingkungan fisik yang rendah.

Frekuensi relatif menandakan banyak tidaknya ditemukannya suatu jenis individu dan penyebaran jenis pada suatu komunitas. Frekuensi relatif tertinggi

terdapat pada jenis jati (Tectona grandis), mahoni daun kecil (Swietenia mahogany), dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang memiliki

nilai sama yakni 33,33%.

Nilai Dominansi Relatif tertinggi terdapat pada jenis jati (Tectona grandis)

yaitu 62,11% dan nilai terendah terdapat pada jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) yaitu 15,53%. Dominansi relatif menandakan proporsi

antara luas tempat yang ditutupi tumbuhan dengan luas total habitat serta menunjukkan jenis tumbuhan yang dominan dalam komunitas (Indriyanto, 2006).

b. Tingkat Tiang

Tabel 9. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang

No. Jenis KR (%) FR (%) DR (%) LBD INP (%) 1. Angsana(Ptericarpus indicus) 27,27 20 40,16 12,56 87,43 2. Talok (Muntingia calabura) 9,10 20 40,16 12,56 69,26

3. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 63,63 60 19,68 6,15 143,31

Total 100 100 100 31,27 300

Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

Tabel 9. dapat dilihat nilai penting tingkat tiang untuk Indeks Nilai Penting tertinggi yakni jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dengan nilai

143,31% dan Indeks Nilai Penting terendah adalah jenis talok (Muntingia calabura) dengan nilai 69,26%. Nilai frekuensi relatif tertinggi

terdapat pada jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dengan nilai 60%. Hal ini menandakan bahwa jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) lebih mudah ditemukan pada lokasi penelitian.

Nilai dominansi relatif tertinggi terdapat pada jenis angsana (Ptericarpus indicus) dan talok (Muntingia calabura) dimana masing-masing

mempunyai nilai sama yakni 40,16% dan nilai terendah adalah jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dengan nilai 19,68%.

c. Tingkat Pancang dan Semai

Tabel 10. Indeks Nilai Penting Tingkat Pancang dan Semai

No. Tingkat Jenis KR

(%) FR (%)

INP (%) 1. Pancang Mahoni dn kecil(Swietenia mahogany) 2,4 60 62,4 2. Semai Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 1,25 20 21,25 Keterangan : LBD = Luas Bidang Dasar

Indeks Nilai Penting tingkat pancang dan semai ditunjukan pada Tabel 10.

Dimana tingkat pancang hanya terdapat jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dengan nilai kerapatan relatif 2,4% dan Indeks Nilai

Penting adalah 62,4%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tingkat pancang jenis mahoni daun kecil sangat jarang penyebaran individunya karena kondisi lingkungan yang sudah diatur jarak tumbuh oleh pemerintah setempat. Nilai frekuensi relatif untuk tingkat pancang yakni 60%.

Indeks Nilai Penting untuk tingkat semai adalah 21,25% dengan jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany). Nilai kerapatan relatif tingkat semai yakni 1,25% dan sedangkan nilai frekuensi relatif tingkat semai yakni 20%.

d. Tingkat Tumbuhan Bawah

Indeks Nilai Penting pada tumbuhan bawah dapat dilihat pada Tabel 11., sebagai berikut:

Tabel 11. Indeks Nilai Penting Tingkat Tumbuhan Bawah

No. Jenis KR (%) FR (%) INP (%) 1. Arachis pintol 1,8 17,42 19,22 2. Eupatorium inulifolium 1,65 13,07 29,07 3. Adiantum polyphyllum 0,0077 4,35 4,36 4. Panicum repens 89,34 36,93 126,27 5. Cyperus kylingia 0,087 4,35 4,437 6. Paspalum compressum 7,11 17,42 24,53 7. Hyptis capitata 0,0047 2,11 2,115

8. Mimosa pudica terrarium 0,0077 4,35 4,382

Total 100 100 214,38

Tumbuhan bawah jenis ini paling sering ditemui pada hampir setiap plot

dengan frekuensi relatif yakni 36,93%. Jenis tumbuhan bawah

Paspalum compressum berada di urutan kedua dalam kerapatan relatif yakni 7,11%. Tumbuhan bawah yang sering ditemui urutan kedua adalah jenis

Paspalum compressum dan Arachis pintol dengan frekuensi relatif yakni 17,42%. Hal ini mungkin disebabkan oleh bonita tumbuh yang baik yakni tersedianya cukup air, nutrisi dan naungan tajuk.

Tumbuhan bawah yang jarang ditemui adalah Hyptis capitata,

Adiantum polyphyllum, Cyperus kylingia. Tumbuhan bawah tersebut mempunyai frekuensi relatif dibawah 10% yakni 2,11% dan 4,35%.

3. Indeks Keragaman dan Keseragaman

Indeks keragaman dan keseragaman yang sudah dilakukan analisa data dari lokasi penelitian dan didapat hasilnya sebagai berikut:

Tabel 12. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Berbagai Tingkat Keanekaragaman (H’) Keseragaman (E) Pohon 0,164 1 Tiang 0 0 Pancang 0 0 Semai 0 0

Pada Tabel 12. menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman Shannon-Wieners tertinggi terdapat pada tingkat pohon bernilai 0,164 bila dibandingkan

dengan tingkat tiang, pancang dan semai yang memiliki indeks keanekaragaman Shannon-Wieners dengan nilai yang sama yakni 0. Hal ini menyatakan bahwa

rasio jumlah jenis dengan jumlah seluruh jenis pada tingkat pohon, tiang, pancang dan semai yang ada termasuk keanekaragaman vegetasi kategori rendah. Indeks keanekaragaman jenis yang rendah menunjukkan bahwa jenis yang ditemukan tidak begitu banyak dan hanya ditemukan jenis yang sama pada masing-masing tegakan. Menurut Latifah (2004) keanekaragaman jenis yang rendah disebabkan oleh suatu daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi.

Nilai indeks keseragaman didapat dari rasio antara tingkat keanekaragaman vegetasi Shannon-Wieners dengan total jumlah jenis (ln S) pada suatu lokasi. Indeks keragaman pada tingkat pohon dengan nilai 1 yang menyatakan bahwa nilai keseragaman di hutan Kota Lubuk Pakam termasuk

Tingkatan

dalam kategori tinggi. Sedangkan pada tingkat tiang, pancang dan semai memiliki nilai tingkat keseragaman yang sama yakni 0 dan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Krebs (1985) dalam Bakri (2009) yaitu Indeks Keseragaman rendah 0 < E < 0,5 dan keseragaman tinggi apabila 0,5 < E < 1.

Kandungan Karbon

Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran

produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya penyerapan gas CO2

dan biomassa yang terkandung pada jenis pohon pada umur tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan. Pendugaan besarnya biomassa dapat digunakan sebagai dasar perhitungan bagi kegiatan pengelolaan hutan, karena hutan dapat dianggap sebagai sumber (source) dan rosot (sink) dari karbon (Heriansyah, 2005).

Pengukuran kandungan karbon didapat dari perhitungan biomassa pohon melalui rumus alometrik pohon yang sudah tersedia oleh penelitan sebelumnya. Pengukuran kandungan karbon diperoleh dengan mengalikan 46% dari keseluruhan biomassa pohon. Pengukuran ini dilakukan pada hutan kota, taman buah dan jalur hijau di Kota Lubuk Pakam. Dari penelitian yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut:

1. Hutan Kota Lubuk Pakam

Penghitungan luasan hutan kota ideal berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63 tahun 2002 pasal 8 ditetapkan bahwa luas hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 ha. Hutan kota Lubuk Pakam sudah

memenuhi luasan minimum luasan yakni 1,818 ha. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat, dari luasan wilayah Kota Lubuk Pakam 31,19 km2 maka persentase luas hutan kota ideal dalam wilayah perkotaan adalah 3,11 km2. Penghitungan luas ideal hutan kota di Kota Lubuk Pakam berdasarkan jumlah penduduk dengan

asumsi 1,5 m2 per penduduk sama dengan usulan di Jakarta (Sitompul dan Marpaung, 2002) maka dibutuhkan hutan kota seluas 12,26 ha.

Saat ini total luas RTH Kota Lubuk Pakam 10 ha, berarti dibutuhkan penambahan ruang terbuka hijau sebesar 2,26 ha.

Pengukuran biomassa pada tingkat pohon dilakukan dengan menggunakan ketentuan diameter ≥ 20 cm dimana luas petak contoh yang digunakan adalah 20 m x 20 m x 5 plot pengamatan. Berikut adalah hasil yang terdapat pada tingkat pohon disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Tingkat Pohon

No. Nama pohon

Plot- Sub plot DBH (cm) Tinggi total (m) Biomassa (ton/ha) Kandungan karbon (ton C/ha) 1. Jati (Tectona grandis)

I- d

25,47 10,48 0,15 0,07

2. Cemara laut(Casuarina equisetifolia) 33,75 18,80 2,83 1,30

3. Jati (Tectona grandis) 35,66 17,31 0,33 0,15

4. Jati (Tectona grandis) 28,66 14,02 0,19 0,09

5. Cemara laut(Casuarina equisetifolia)

II-d 27,54 15,27 1,53 0,71

6. Jati (Tectona grandis) 24,55 11,88 0,13 0,06

7. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) IV-d 23,88 9,53 14,88 6,84

8. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) V-d

20,76 14,51 16,37 7,53

9. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 20,10 16,51 17,11 7,87

10. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 20,22 11,87 13,77 6,33

Total 67,30 30,96

Keterangan : K = lilit batang; DBH = K/π, π = 3,14

Pengukuran tingkat pohon ini ditemukan jenis pohon yang memenuhi kriteria tingkat pertumbuhan hanya plot I, II, IV dan V sedangkan untuk plot III tidak ditemukan pohon yang memenuhi kriteria diameter ≥ 20 cm. Pada plot I terdapat jenis jati (Tectona grandis) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang memiliki diameter setinggi dada (DBH) dengan kisaran 25-36 cm. Plot I

terdapat 4 individu dimana memiliki biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing 3,5 ton/ha dan 1,61 ton C/ha.

Plot II pada tingkat pohon ini terdapat jenis cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan jati (Tectona grandis) dimana memiliki biomassa

dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing adalah 1,66 ton/ha dan 0,77 ton C/ha. Plot IV pada tingkat pohon terdapat jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dimana memiliki biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing adalah 14,88 ton/ha dan 6,84 ton C/ha.

Plot V pada tingkat pohon ini terdapat jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) dimana memiliki biomassa dan kandungan karbon yang

tersimpan masing-masing adalah 47,25 ton/ha dan 21,73 ton C/ha. Total biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan pada tingkat pohon masing-masing yakni 67,30 ton/ha dan 30,96 ton C/ha.

Tabel 14. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Tingkat Tiang

No. Nama pohon

Plot- Sub plot DBH (cm) Tinggi total (m) Biomassa (ton/ha) Kandungan karbon (ton C/ha) 1. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) III-c 16,40 10,51 38,05 17,50

2. Talok (Muntingia calabura) 11,56 6,65 0,02 0,01

3. Mahonidn kecil (Swietenia mahogany)

IV-c

14,50 8,34 27,45 12,63

4. Mahonidn kecil (Swietenia mahogany) 13,05 9,56 26,09 12,00

5. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 18,94 10,20 45,40 20,88

6. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany)

V-c

17,86 8,54 37,10 17,07

7. Angsana (Ptericarpus indicus) 11,30 9,43 0,40 0,18

8. Angsana(Ptericarpus indicus) 17,19 9,87 0,96 0,44

9. Angsana (Ptericarpus indicus) 11,21 10,17 0,42 0,19

10. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 12,45 13,82 31,48 14,48

11. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) 14,80 13,85 39,94 18,37

Total 247,30 113,76

Keterangan : K = lilit batang; DBH = K/π, π = 3,14

Pada Tabel 14. data pengukuran biomassa tingkat tiang dilakukan dengan kriteria diameter yakni 10 cm ≤ φ < 20 cm. Luas petak contoh yang digunakan

adalah 10 m x 10 m x 5 plot pengamatan. Plot yang memenuhi diameter dengan kriteria tersebut ada 3 plot yakni plot III, IV dan V dengan total biomassa dan

kandungan karbon yang tersimpan pada tingkat tiang ini masing-masing adalah 247,30 ton/ha dan 113,76 ton C/ha.

Tabel 15. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Tingkat Pancang

No. Nama Pohon

Plot-Sub plot DBH (cm) Tinggi Total (m) Biomassa (ton/ha) Kandungan karbon (ton C/ha)

1. Mahoni dn kecil(Swietenia mahogany) I-b 2,54 5,92 8,01 3,69

2. Mahoni dn kecil(Swietenia mahogany) II-b 9,20 4,56 38,99 17,93

3. Mahoni dn kecil(Swietenia mahogany) III-b 4,93 4,56 16,61 7,64

Total 63,61 29,26

Pada Tabel 15. data pengukuran biomassa tingkat pancang dilakukan dengan kriteria diameter yakni 2 cm ≤ φ < 10 cm. Jenis individu yang memenuhi kriteria tingkat pohon hanya dijumpai pada plot I, II dan III adalah pohon mahoni daun kecil (Swietenia mahogany). Total biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing yakni 63,61 ton/hadan 29,26 ton C/ha.

Tabel 16. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Tingkat Semai

No. Nama pohon

Plot/ Sub-sub petak DBH (cm) Tinggi Total (m) Biomassa (ton/ha) Kandungan karbon (ton C/ha)

1. Mahoni dn kecil (Swietenia mahogany) II-a-2 0,27 0,26 0,28 0,13

Pada Tabel 16. data pengukuran biomassa tingkat semai dilakukan dengan kriteria diameter (φ) < 2 cm dan tinggi ≤ 1,5 cm dimana jenis pohon mahoni daun kecil (Swietenia mahogany) memiliki diameter 0,27 cm dengan

biomassa dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing yaitu 0,28 ton/ha dan 0,13 ton C/ha.

Tabel 17. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah

No. Jenis Plot- Sub-sub plot Berat basah (g) Biomassa Kandungan karbon (ton C/ha)

Daun Batang g/m2 ton/ha

1. Panicum repens I-a-1 28 12 4,28 0,04 0,02 2. Arachis pintol 8 8 0,15 0,002 0,001 3. Paspalum compressum 550 430 88,28 0,9 0,41 4. Paspalum compressum I-a-2 2550 1800 158,60 1,6 0,73 5. Arachis pintol 40 30 7,08 0,07 0,03 6. Paspalum compressum I-a-3 500 300 47,78 0,48 0,22 7. Panicum repens 110 90 12,10 0,12 0,06 8. Paspalum compressum I-a-4 750 500 41,13 0,41 0,19 9. Panicum repens 720 600 59,28 0,59 0,27

10. Arachis pintol 7.5 7.5 0,93 0,01 0,004 11. Eupatorium inulifolium 210 300 17,80 0,18 0,08 12. Hyptis capitata 3 3 0,50 0,005 0,002 13. Paspalum compressum II-a-1 3980 3800 299,91 3 1,38 14. Arachis pintol 12.5 12.5 1,20 0,012 0,006 15. Panicum repens II-a-2 330 310 35,16 0,4 0,16 16. Paspalum compressum 530 370 41,97 0,4 0,19 17. Adiantum polyphyllum 1 1 0,18 0,002 0,0008 18. Eupatorium inulifolium 600 720 54,48 0,54 0,25 19. Eupatorium inulifolium II-a-3 400 500 37,85 0,4 0,17 20. Paspalum compressum 720 630 67,91 0,7 0,31 21. Panicum repens 460 430 34,19 0,3 0,16 22. Arachis pintol 95 95 20,18 0,2 0,09 23. Panicum repens II-a-4 1900 1800 177,33 1,8 0,82 24. Paspalum.compressum III-a-1 2600 2300 296,80 3 1,37 25. Panicum repens III-a-2 550 450 78,65 0,8 0,36 26. Panicum repens III-a-3 420 400 46,96 0,5 0,22 27. Paspalum compressum III-a-4 850 710 84,11 0,8 0,39 28. Panicum repens 200 180 23,74 0,2 0,11 29. Adiantum polyphyllum 2 2 0,10 0,001 0,0005 30. Eupatorium inulifolium 25 25 0,70 0,007 0,003 31. Panicum repens IV-a-1 300 240 29,57 0,3 0,14 32. Arachis pintol 1,8 1,8 0,25 0,003 0,001 33. Eupatorium inulifolium 10 20 3,18 0,03 0,01 34. Mimosa pudica Terrarium 2.5 2.5 0,23 0,002 0,0001

35. Panicum repens IV-a-2 1090 1000 108,88 1,1 0,50 36. Panicum repens IV-a-3 1210 1100 63,98 0,6 0,29 37. Arachis pintol IV-a-4 210 210 30,35 0,3 0,14 38. Panicum repens 1200 1080 169,76 1,7 0,78 39. Panicum repens V-a-1 400 320 29,07 0,3 0,13 40. Cyperus kylingia 15 5 1,25 0,01 0,006 41. Panicum repens V-a-2 400 380 24,27 0,2 0,11 42. Cyperus kylingia 20 10 0,25 0,003 0,001 43. Panicum repens V-a-3 750 730 51,19 0,5 0,24 44. Mimosa pudica Terrarium 5 5 0,38 0,004 0,002 45. Panicum repens V-a-4 1000 910 160,01 1,6 0,74 46. Arachis pintol 3 2 0,13 0,001 0,001 47. Eupatorium inulifolium 4 6 1,15 0,01 0,005 Total 2.413,17 24,1 11,10

Pada Tabel 17. pengukuran biomassa pada tingkat tumbuhan bawah dilakukan dengan luas petak contoh 2 m x 2 m x 20 plot pengamatan. Tingkat tumbuhan bawah ini dijumpai 47 individu dari ke-20 plot pengamatan. Total biomassa tingkat tumbuhan bawah dan kandungan karbon yang tersimpan masing-masing adalah 24,1 ton/hadan 11,10 ton C/ha.

Tabel 18. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Karbon Serasah No. Jenis Plot- sub-sub plot Total berat basah (g) Sub-contoh berat kering (g) Biomassa (kg/m2) Kandungan karbon (ton/ha) 1. Serasah I-a-1 350 190,4 0,6 0,26 2. Buah jati 80 10,1 0,03 0,01 3. Serasah I-a-2 30 20,9 0,05 0,02 4. Serasah I-a-3 2900 177,8 4,3 1,98 5. Serasah I-a-4 550 74,5 0,3 0,16 6. Serasah II-a-1 490 82,9 0,3 0,16 7. Serasah II-a-2 640 105,1 0,6 0,26 Lanjutan Tabel 17.

8. Serasah II-a-3 3660 120,1 3,7 1,69 9. Serasah II-a-4 1000 124,3 1 0,48 10. Serasah III-a-1 360 105,1 0,3 0,15 11. Serasah III-a-2 2980 135,2 3,4 1,54 12. Serasah III-a-3 2850 115,2 2,7 1,26 13. Serasah III-a-4 1780 175,1 2,6 1,19 14. Serasah IV-a-1 1630 125,3 1,7 0,78 15. Serasah IV-a-2 2310 105,2 2 0,93 16. Serasah IV-a-3 1000 107,5 0,9 0,41 17. Serasah IV-a-4 430 165,4 0,6 0,27 18. Serasah V-a-1 1160 155,8 1,5 0,69 19. Serasah V-a-2 50 24,4 0,06 0,03 20. Serasah V-a-3 2060 146,9 2,5 1,16 21. Serasah V-a-4 1080 166,1 1,5 0,69 Total 30,68 14,11

Pada Tabel 18. pengukuran biomassa dan kandungan karbon serasah yang tersimpan masing-masing yaitu 30,68 ton/ha dan 14,11 ton C/ha. Total kandungan karbon bagian atas (aboveground biomassa) pada hutan kota Lubuk Pakam yakni sebesar 199,32 ton C/ha. Kandungan karbon tersimpan pada hutan kota Lubuk Pakam tergolong rendah bila dibandingkan dengan penelitian pada Karo (2011) melaporkan bahwa jumlah karbon tersimpan di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara yakni sebesar 459,11 ton/ha; Agustina (2009) melaporkan bahwa di Hutan Kota Taman Beringin Medan memiliki potensi karbon tersimpan sebesar 348,76 ton/ha. Jumlah karbon tersimpan di lokasi hutan kota Lubuk Pakam memiliki nilai yang rendah dikarenakan nilai kerapatan kayu dan dominansi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu, dkk. (2007) menyatakan bahwa sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassa akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah.

2. Taman Buah Kota Lubuk Pakam

Gambar 5. Vegetasi Pepohonan di Taman Buah

Pengukuran biomassa dan kandungan karbon hanya dilakukan terhadap tegakan pohon dan tidak meliputi serasah dan tingkat tumbuhan. Berikut Tabel 19 data hasil dari lapangan, sebagai berikut:

Tabel 19. Kandungan Karbon Taman Buah Kota Lubuk Pakam

No. Jenis pohon Biomassa

(ton)

Kandungan karbon (ton C) 1. Belimbing (Averrhoa carambola) 0,10 0,04 2. Cemara gunung (Casuarina junghuninna) 0,0005 0,0002 3. Cemara laut (Casuarina equisetifolia) 0,02 0,01 4. Duku (Lansium domesticum) 0,02 0,01 5. Durian (Durio zibethinus) 4,38 2,02 6. Jambu air (Syzygium aqueum) 0,01 0,003 7. Jambu biji (Psidium guajava) 0,02 0,01 8. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 0,04 0,02 9. Kemiri (Aleurites moluccana) 0,004 0,002 10. Kueni (Mangifera odorata) 0,001 0,0003 11. Mangga (Mangifera indica) 0,22 0,10 12. Manggis (Garcinia mangostana) 0,01 0,002 13. Matoa (Pometia pinnata) 0,03 0,02 14. Melinjo (Gnetum gnemon) 0,15 0,07 15. Nangka (Antocarpus heterophyllus) 0,02 0,01 16. Rambutan (Nephelium lappaceum) 0,16 0,007 17. Sawo (Manilkara karki) 0,01 0,004 18. Sirsak (Annona muricata) 0,0003 0,0001

Total 5,18 2,38

Dari Tabel 19. jumlah jenis pohon di lokasi penelitian adalah 18 jenis dimana yang terdapat berupa jenis belimbing (Avorrhoa carambola), cemara

gunung (Casuarina junghunnina), cemara laut (Casuarina equisetifolia), duku (Lansium domesticum), durian (Durio zibethinus), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), kemiri (Aleurites moluccana), kueni (Mangifera odorata), mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), matoa (Pometia pinnata), melinjo (Gnetum gnemon), nangka (Antocarpus heterophyllus), rambutan (Nephelium lappaceum), sawo (Manilkara karki) dan sirsak (Annona muricata). Total biomassa dari taman buah ini yaitu 5,18 ton dengan luas area 3,218 ha maka didapat biomassa area 1,61 ton/ha. Sedangkan total kandungan karbon yang didapat diserap yakni 2,38 ton C dengan luas area 3,218 ha maka didapat kandungan karbon area yaitu 0,74 ton C/ha.

Biomassa yang tertinggi adalah pohon durian (Durio zibethinus) masing-masing yaitu 4,38 ton. Biomassa yang mencapai diatas 0,1 ton yakni jenis mangga

(Mangifera indica), melinjo (Gnetum gnemon), rambutan (Nephelium lappaceum), belimbing (Averrhoa carambola) masing-masing dengan

nilai biomassa 0,22 ton; 0,15 ton; 0,16 ton/ha dan 0,1 ton. Sedangkan biomassa menurut satuan luas hektar didapat biomassa durian (Durio zibethinus), mangga

(Mangifera indica), melinjo (Gnetum gnemon), rambutan (Nephelium lappaceum), belimbing (Averrhoa carambola) masing-masing yaitu

1,36 ton/ha; 0,068 ton/ha; 0,046 ton/ha; 0,05 ton/ha dan 0,03 ton/ha. Biomassa dari keempat jenis diatas mencapai diatas 0,1 ton disebabkan oleh umur tanam pohon kisaran 12-17 tahun yang merupakan umur tanaman cukup dewasa.

3. Jalur Hijau

Jalur hijau yang diteliti adalah jalur hijau yang dikelola oleh pemerintah daerah tingkat II. Hasil kandungan karbon pada jalur hijau yang diperoleh dari pengukuran lapangan dapat dilihat sebagai berikut:

a. Jalan K.H Ahmad Dahlan

Gambar 6. Tegakan Jalur Hijau Jalan K.H Ahmad Dahlan

Jalur hijau jalan K.H Ahmad Dahlan bagian jalur kanan dan kiri digabung seperti dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Kandungan Karbon Jalan K.H Ahmad Dahlan

No. Jenis pohon Biomassa

(ton) Jumlah individu Kandungan karbon (ton C) Kandungan karbon rata-rata (ton C)

1. Angsana (Ptericarpus indicus) 0,05 8 0,014 0,001

2. Asam jawa (Tamarindus indica) 0,04 1 0,012 0,012

3. Glodokan tiang (Polyalthia longifolia) 0,004 1 0,001 0,001

4. Jambu biji (Psidium guajava) 0,02 1 0,006 0,006

5. Mahoni dn lebar (Swietenia macrophylla) 0,0004 8 0,0001 0,00001

6. Nangka (Antocarpus heterophyllus) 0,02 1 0,006 0,005

7. Petai cina (Leucaena leucocephala) 0,03 1 0,009 0,009

8. Tanjung (Mimusops elengi) 0,2 21 0,055 0,007

Total 0,38 42 0,104 0,038

Pada Tabel 20. Jalan K.H Ahmad Dahlan didominasi oleh pohon tanjung (Mimusops elengi) memiliki karbon sebesar 0,055 ton C dengan kandungan karbon yang tersimpan rata-rata adalah 0,007 ton C kemudian diurutan kedua angsana (Ptericarpus indicus) memiliki karbon sebesar 0,014 ton C dengan kandungan karbon rata-rata yaitu 0,001 ton C. Kandungan karbon yang tersimpan

dan karbon rata-rata paling rendah yaitu mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) yakni dengan nilai masing-masing 0,0001 ton C dan

0,00001 ton C. Total kandungan karbon yang tersimpan dan karbon rata-rata di Jalan K.H Ahmad Dahlan masing-masing yaitu 0,104 ton C dan 0,038 ton C. Total luasan tempat tumbuh pada jalan K.H Ahmad Dahlan yakni 0,102 ha,

sehingga didapat total kandungan karbon pada luasan jalan tersebut yaitu 1,01 ton C/ha.

b. Jalan P. Diponegoro

Gambar 7. Tegakan Jalur Hijau Jalan P. Diponegoro

Tabel 21. Kandungan Karbon Jalan P. Diponegoro

No. Jenis pohon Biomassa

(ton) Jumlah individu Kandungan karbon (ton C) Kandungan karbon rata-rata (ton C)

1. Angsana (Ptericarpus indicus) 0,02 5 0,009 0,002

2. Flamboyan (Delonix regia) 0,0002 1 0,0001 0,0001

3. Glodokan tiang (Polyalthia longifolia) 0,22 45 0,102 0,002

4. Jambu biji (Psidium guajava) 0,001 1 0,0002 0,0002

5. Ketapang (Terminalia catappa) 0,03 6 0,012 0,002

6. Mahoni dn lebar (Swietenia macrophylla) 0,01 28 0,006 0,0002

7. Mangga (Mangifera indica) 0,02 12 0,009 0,0008

8. Matoa (Pometia pinnata) 0,29 2 0,135 0,067

9. Palem raja (Oreodoxa regia) 6,22 131 2,86 0,021

10. Saga (Adenanthera pavonnina) 0,01 1 0,004 0,004

11. Tanjung (Mimusops elengi) 0,24 53 0,109 0,002

Total 7,07 285 3,25 0,103

Pada Tabel 21. kandungan karbon dan karbon rata-rata yang tertinggi terdapat pada jenis palem raja (Oreodoxa regia) masing-masing yaitu 2,86 ton C dan 0,021 ton C. Hal ini disebabkan oleh jenis palem raja mendominasi pada Jalan

Diponegoro dengan jumlah 131 individu. Kandungan karbon yang terendah adalah pohon flamboyan (Delonix regia) dengan nilai 0,0001 ton C. Total kandungan karbon dan karbon rata-rata pada Jalan Diponegoro masing-masing yaitu 3,25 ton C dan 0,10 ton C. Total luasan tempat tumbuh di Jalan P. Diponegoro yaitu 0,216 ha sehingga total kandungan karbon pada jalan tersebut yaitu 15,05 ton C/ha.

c. Jalan Thamrin

Gambar 8. Tegakan Jalur Hijau Jalan Thamrin

Tabel 22. Kandungan Karbon Jalan Thamrin

No. Jenis pohon Biomassa

(ton) Jumlah individu Kandungan karbon (ton C) Kandungan karbon rata-rata (ton C)

1. Akasia (Acacia auriculiformis) 0,02 1 0,01 0,01

2. Angsana (Ptericarpus indicus) 0,33 5 0,15 0,03

3. Beringin (Ficus benjamina) 0,02 3 0,008 0,002

4. Cemara laut (Casuarina equisetifolia) 0,25 8 0,11 0,01

5. Flamboyan (Delonix regia) 0,002 2 0,0008 0,0004

6. Glodokan tiang (Polyalthia longifolia) 0,54 42 0,25 0,006

7. Jambu biji (Psidium guajava) 0,004 2 0,001 0,0009

8. Ketapang (Terminalia catappa) 0,01 2 0,005 0,003

9. Lengkeng (Dimocarpus longan) 0,001 1 0,0003 0,0003

10. Mahoni dn lebar (Swietenia macrophylla) 0,02 12 0,010 0,0008

11. Mangga (Mangifera indica) 0,01 1 0,003 0,003

12. Nangka (Antocarpus heterophyllus) 0,003 1 0,001 0,001

13. Palem raja (Oreodoxa regia) 0,55 12 0,252 0,02

14. Talok (Muntingia calabura) 0,001 3 0,0006 0,0002

15. Tanjung (Mimusops elengi) 0,86 107 0,39 0,003

Total 2,63 202 1,21 0,10

Pada Tabel 22. kandungan karbon dan karbon rata-rata yang tertinggi

0,39 ton C dan 0,003 ton C. Sedangkan kandungan karbon dan karbon rata-rata yang terendah terdapat pada jenis lengkeng (Dimocarpus longan) dengan nilai yang sama yaitu 0,0003 ton C. Total kandungan karbon dan karbon rata-rata pada Jalan Thamrin yaitu 1,21 ton dan 0,10 ton C. Total luasan tempat tumbuh pada Jalan Thamrin yaitu 0,48 ha sehingga diperoleh total kandungan karbon di jalan tersebut yaitu 2,47 ton C/ha.

d. Jalan Imam Bonjol dan Sekitar Taman Makam Pahlawan (TMP)

Gambar 9. Tegakan Jalur Hijau Jalan Imam Bonjol dan Sekitar TMP

Tabel 23. Kandungan Karbon Jalan Imam Bonjol dan Sekitar TMP

No. Jenis pohon Biomassa (ton) individu Jumlah

Kandungan karbon (ton C) Kandungan karbon rata-rata (ton C)

1. Asam jawa (Tamarindus indica) 7,31 24 3,36 0,14

2. Glodokan tiang (Polyalthia longifolia) 0,62 16 0,29 0,002

3. Mahoni dn lebar (Swietenia macrophylla) 0,002 4 0,001 0,0003

4. Melinjo (Gnetum gnemon) 0,01 2 0,004 0,002

5. Melur (Podocarpus koordesii) 0,01 1 0,005 0,005

6. Palem raja (Oreodoxa regia) 1,33 17 0,6 0,04

7. Sawo manila (Manilkara zapota) 0,28 1 0,13 0,13

Total 9,56 65 4,40 0,33

Pada Tabel 23. kandungan karbon yang tersimpan dan karbon rata-rata adalah jenis asam jawa (Tamarindus indica) dengan nilai masing-masing yaitu

Dokumen terkait