• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Bab II KAJIAN LITERATUR

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Fotovoltaik (biasanya disebut juga sel surya) adalah piranti semikonduktor yang dapat merubah cahaya secara langsung menjadi menjadi arus listrik searah (DC) dengan menggunakan

kristal silicon (Si) yang tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong stebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya (fotovoltaik). Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar surya maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu.

Sel surya didefinisikan sebagai teknologi yang menghasilkan listrik dc dari suatu bahan semikonduktor ketika dipaparkan oleh cahaya. Selama bahan semikonduktor tersebut dipaparkan oleh cahaya maka sel surya akan selalu menghasilkan energi listrik, dan ketika tidak dipaparkan oleh cahaya, sel surya berhenti menghasilkan energi listrik.Pada dasarnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas cahaya dan jenis zat semikonduktor yang dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar surya yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi menja-di energi listrik berdasarkan efek fotovol-taik baru mencapai 25%, maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2 (Suryani et al., 2018). Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa

sel surya fotovoltaik. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat.

Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya

Bentuk moduler dari panel surya memberikan kemudahan pemenuhan kebutuhan pemenuhan listrik untuk berbagai skala kebutuhan. komponen utama panel surya adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapasel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel.

Gambar 8. Panel Surya

Gambar 9. Struktur Sel Surya

Pada perkembangannya, saat ini sel surya banyak memanfaatkan silikon dan bahan semikonduktor yang bervariasi untuk bahan bakunya. Beberapa sel surya yang biasa digunakan di pasaran adalah jenis monocrystalline dan polycrystalline. Panel surya monocrystalline merupakan panel surya yang paling efisian menghasilkan energi, namun kelemahannya adalah efisiensi akan menurun drastis pada cuaca berawan. Sedangkan panel surya polycrystalline memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan jenis monocrystaline. Namun demikian, panel jenis polycrystalline ini mampu menghasilkan energi listrik di cuaca mendung atau berawan (Pratama & Siregar, 2018).

Sel Surya Monocrystalline

Sel-sel surya Monocrystalline juga dikenal sebagai sel-sel kristal tunggal. Monocrystalline sangat mudah diidentifikasi karena berwarna hitam pekat. Sel monocrystalline terbuat dari bentuk silikon yang sangat murni, membuatnya menjadi bahan paling efisien untuk konversi sinar matahari menjadi energi.

Gambar 10. Sel Surya Monocrystalline

Selain itu, sel monocrystalline juga merupakan bentuk solar sel silikon yang paling hemat ruang. Selain itu juga keuntungan lainnya adalah menjadi sel yang bertahan paling lama dari semua sel surya berbasis silikon.

Keunggulan sel surya monocrystalline, antara lain: a) Monocrystalline memiliki tingkat efisiensi tertinggi pada 15-20%, b) Monocrystalline membutuhkan lebih sedikit ruang dibandingkan dengan jenis lain karena efisiensi yang tinggi, c) Jenis sel surya monocrystalline dikenal paling awet, c) Monocrystalline performanya lebih baik dari polycristalline pada saat cuaca mendung, membuat sel jenis ini ideal untuk daerah yang sering dilanda hujan. Sedangkan kelemahan sel surya monocrystalline adalah: a) Monocrystalline merupakan sel surya paling mahal di pasar, jadi tidak masuk dalam anggaran semua orang, b) Tingkat kinerja cenderung menurun saat peningkatan suhu ekstrem. Namun, itu adalah kerugian kecil bila dibandingkan dengan jenis sel surya lainnya, c) Terdapat banyak limbah ketika sel silikon dipotong selama pembuatan.

Sel Surya Silikon Polycrystalline

Panel surya pertama berdasarkan silikon polycrystalline yang juga dikenal sebagai polysilicon (p-Si) dan multi-kristal silikon (mc-Si), diperkenalkan ke pasar pada tahun 1981.

Tidak seperti panel surya berbasis monocrystalline, panel surya polycrystalline tidak membutuhkan proses Czochralski. Silikon mentah dilebur dan dituangkan ke dalam cetakan persegi, yang didinginkan dan dipotong menjadi wafer persegi.

Gambar 11. Sel Surya Polycrystalline

Keunggulan Sel Surya Polycrystalline adalah: a) Proses yang digunakan untuk membuat silikon polycrystalline lebih sederhana dan lebih murah. Jumlah limbah silikon yang dihasilkan juga lebih sedikit dibandingkan dengan monocrystalline, b) Panel surya polycrystalline cenderung memiliki toleransi panas sedikit lebih rendah daripada panel surya monocrystalline. Secara teknis ini berarti bahwa polycrystalline performanya sedikit lebih buruk daripada panel surya monocrystalline pada suhu tinggi. Panas dapat mempengaruhi kinerja panel surya dan memperpendek masa hidupnya. Namun, efek ini kecil, dan sebagian besar pengguna tidak perlu khawatir. Sedangkan kekurangan Sel Surya Polycrystalline

adalah: a) Efisiensi panel surya berbasis polycystalline biasanya 13-16%. Karena kemurnian silikon yang lebih rendah, panel surya polycystalline tidak seefisien panel surya monocrystalline, b) Efisiensi ruang lebih baik. Biasanya dibutuhkan permukaan yang lebih besar untuk menghasilkan daya listrik yang sama seperti panel surya yang terbuat dari silikon monocrystalline.

Namun, ini tidak berarti setiap panel surya monocrystalline bekerja lebih baik daripada pada silikon polycrystalline, c) Panel surya monocrystalline cenderung tampil lebih estetis karena memiliki tampilan yang lebih seragam dibandingkan dengan warna biru polycystalline yang berbintik-bintik.

2.5.2 Solar Charge Controller

Controller regulator adalah alat elektronik pada system Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTSF). Berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul surya ke baterai (apabila baterai sdh penuh maka listrik dari modul surya tidak akan dimasukkan ke baterai dan sebaliknya), dan dari baterai/accu ke beban (apabila listrik dalam baterai tinggal 20-30%, maka listrik ke beban otomatis dimatikan.

Controller regulator (Pengontrol muatan) atau pengatur muatan pada dasarnya adalah pengatur tegangan dan / atau arus, untuk menjaga baterai dari pengisian yang berlebihan. Ini mengatur tegangan dan arus yang datang dari panel surya dan pergi ke baterai.

Sebagian besar panel “12 volt” menghasilkan sekitar 16 hingga 20 volt, jadi jika tidak ada regulasi, baterai akan rusak karena pengisian berlebih (Dunlop, 1997).

Pertanyaan yang jelas kemudian muncul - “mengapa panel tidak hanya dibuat untuk mengeluarkan 12 volt?” Alasannya adalah

jika Anda melakukan itu, panel akan memberikan daya hanya ketika dingin, dalam kondisi sempurna dan sinar surya penuh. Ini bukan sesuatu yang dapat Anda andalkan di sebagian besar tempat. Panel perlu memberikan tegangan ekstra sehingga ketika sinar surya rendah di langit, atau Anda memiliki kabut tebal, tutupan awan, atau suhu tinggi, Anda masih mendapatkan beberapa output dari panel, sehingga panel harus mengeluarkan setidaknya 12,7 volt dalam kondisi kasus terburuk.(Osaretin & Edeko, 2015).

Fungsi utama dari pengontrol pengisian daya adalah untuk menjaga baterai pada kondisi pengisian daya setinggi mungkin.

Pengontrol pengisian daya melindungi baterai dari pengisian berlebih dan memutus beban untuk mencegah pelepasan muatan yang dalam. Idealnya, charge controller langsung mengendalikan keadaan baterai. Pengontrol memeriksa status pengisian baterai antara pulsa dan menyesuaikan sendiri setiap kali. Teknik ini memungkinkan arus secara efektif “meruncing” dan hasilnya setara dengan pengisian “tegangan konstan”. Tanpa kontrol pengisian, arus dari modul PV akan mengalir ke baterai yang sebanding dengan radiasi, apakah baterai perlu diisi atau tidak. Jika baterai terisi penuh, pengisian yang tidak diatur akan menyebabkan tegangan baterai terlalu tinggi.

Solar charge controller adalah komponen didalan sistem PLTS yang berfungsi sebagai pengatur arus atau tegangan keluaran panel surya yang digunakan untuk mengisi baterai dan mengatur daya dari baterai ke beban untuk menjaga baterai dari pengisian yang berlebihan (over-charge). Pada umumnya solar charge controller yang sering ditemukan di pasaran adalah tipe Modulasi Lebar Pulsa (Pulse Width Modulation/PWM)) dan Tipe Maximum Power Point Tracker (MPPT).

Pulse Width Modulation (PWM) atau Modulasi Lebar Pulsa adalah salah satu teknik modulasi dengan mengubah lebar pulsa (duty cycle) dengan nilai amplitudo dan frekuensi yang tetap.

Satu siklus pulsa merupakan kondisi HIGH kemudian berada di zona transisi ke kondisi LOW. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Duty-cycle merupakan representasi dari kondisi logika HIGH dalam suatu periode sinyal dan di nyatakan dalam bentuk (%) dengan range 0% sampai 100%, sebagai contoh jika sinyal berada dalam kondisi HIGH terus menerus artinya memiliki duty cycle sebesar 100%.

Jika waktu sinyal keadaan HIGH sama dengan keadaan LOW maka sinyal mempunyai duty cycle sebesar 50%.

Pada dasarnya, efisiensi konversi sel surya dihitung pada saat sel surya bakerja di titik optimumnya. Jika sel surya tidak bekerja pada titik optimumnya maka efisiensi yang kecil tersebut akan semakin kecil. Cara untuk menjaga sel surya bekerja pada titik optimumnya adalah dengan menerapkan algoritma maximum power point tracking (MPPT). Rata-rata harian peningkatan daya yangdihantarkan MPPT adalah sebesar 16-43% dibanding tidak menggunakan MPPT. Peningkatan daya terbesar terjadi pada saat kondisi lingkungan berubah seiring perubahan (Dwidayanti et al., 2017). Maximum Power Point Tracking merupakan sebuah sistem elektronik yang dioperasikan pada sebuah panel surya sehingga panel surya bisa menghasilkan power maksimum. Perlu diperhatikan, MPPT bukanlah sebuah sistem tracking mekanik yang digunakan untuk mengubah posisi modul terhadap posisi matahari sehingga mendapatkan energi maksimum matahari. MPPT benar-benar sebuah sistem elektronik yang bisa menelusuri titik

power maksimum power yang bisa dikeluarkan oleh sebuah panel surya (Winarno & Natasari, 2017).

Gambar 12. MPPT Solar Charger Controller 2.5.3 Baterai

Berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh Panel Surya (Solar Panel) sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang membutuhkan listrik. Fungsi penyimpanan Baterai dalam sistem PV, antara lain (Manimekalai, 2013): a) Penyimpanan energi dan otonomi. Untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh array PV dan ke memasok energi ke beban listrik saat dan ketika dibutuhkan (selama waktu malam dan hari-hari non sinar surya di musim dingin). b) Stabilisasi tegangan. Untuk memasok daya ke beban listrik pada tegangan yang stabil menekan fluktuasi tegangan dalam sistem PV dan melindungi peralatan dari kerusakan. c) Arus pasokan gelombang. Untuk memasok arus awal yang tinggi ke beban

listrik seperti motor atau beban induktif lainnya. Kinerja sistem PV dengan penyimpanan baterai tergantung pada desain baterai dan parameter operasi sistem. Jika baterai tidak dirancang untuk kondisi operasi, maka sistem PV lalu akan gagal bekerja sebelum waktunya.

Mengingat PLTS sangat tergantung pada kecukupan energi matahari yang diterima panel surya, maka diperlukan media penyimpan energi sementara bila sewaktu-waktu panel tidak mendapatkan cukup sinar matahari atau untuk penggunaan listrik malam hari. Baterai harus ada pada sistem PLTS terutama tipe Off Grid. Beberapa teknologi baterai yang umum dikenal adalah lead acid, alkalin, NiFe, Ni-Cad dan Li-ion. Masing-masing jenis baterai memiliki kelemahan dan kelebihan baik dari segi teknis maupun ekonomi (harga). Baterai lead acid dinilai lebih unggul dari jenis lain jika mempertimbangkan kedua aspek tersebut.

Baterai lead acid untuk sistem PLTS berbeda dengan baterai lead acid untuk operasi starting mesin-mesin seperti baterai mobil.

Pada PLTS, baterai yang berfungsi untuk penyimpanan (storage) juga berbeda dari baterai untuk buffer atau stabilitas. Baterai untuk pemakaian PLTS lazim dikenal dan menggunakan deep cycle lead acid, artinya muatan baterai jenis ini dapat dikeluarkan (discharge) secara terus menerus secara maksimal mencapai kapasitas nominal (Sianipar, 2014). Baterai adalah komponen utama PLTS yang membutuhkan biaya investasi awal terbesar setelah panel surya dan inverter. Namun, pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang tepat dapat menyebabkan umur baterai berkurang lebih cepat dari yang direncanakan, sehingga meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan. Atau dampak yang paling minimal adalah baterai tidak dapat dioperasikan sesuai kapasitasnya. Kapasitas baterai

yang diperlukan tergantung pada pola operasi PLTS (Patel, 2006).

Besar kapasitas baterai juga harus mempertimbangkan seberapa banyak isi baterai akan dikeluarkan dalam sekali pengeluaran.

Kapasitas baterai dinyatakan dalam Ah atau Ampere hours. Jika suatu PLTS menggunakan baterai dengan kapasitas 2.000 Ah dengan tegangan sekitar 2 Volt. Maka baterai tersebut memiliki kemampuan menyimpan muatan sekitar 2.000 Ah x 2 V atau 4 kWh.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis dan kapasitas baterai untuk suatu PLTS dan pengaruhnya pada umur baterai (Patel, 2006) antara lain: DoD (Depth of Discharge), jumlah siklus, efisiensi baterai, discharge/charge rate dan temperatur.

Baterai penyimpanan terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Baterai VRLA (Valve Regulated Lead Acid) adalah Jenis baterai aki yang sering disebut sebagai Sealed Lead Acid baterai atau Sealed Maintenance Free baterai (aki kering). Secara fisik aki jenis ini terlindung / tertutup rapat, yang nampak dari luar hanya kutub (+) positif dan (-) negatif. Didesain agar cairan elektrolit tidak berkurang karena bocor atau penguapan. Aki jenis ini memiliki katup ventilasi yang hanya terbuka pada tekanan yang ekstrem untuk pembuangan gas hasil reaksi kimianya. Tidak ada katup untuk isi ulang cairan elektrolitnya, karenanya dikenal dengan aki bebas perawatan (Maintenance Free Battery).

Gambar 13. Baterai VRLA

b. Baterai FLA (Flooded Lead Acid) adalah Jenis baterai yang sering disebut sebagai Wet Cell atau Flooded Baterai.

Umumnya, baterai ini dikenal dengan aki basah. dalam artian sel-sel di dalam baterai harus terendam cairan elektrolit apabila level cairan elektrolitnya kurang maka harus ditambah. Ciri –

ciri yang dimiliki oleh baterai FLA yaitu setiap selnya terdapat katup untuk pengisian cairan elektrolitnya.

Gambar 14. Baterai FLA

c. Baterai Otomotif (Starting Baterai), adalah salah satu jenis baterai yang dirancang untuk menghasilkan arus listrik yang tinggi dan dalam waktu yang singkat sehingga hanya mampu menyalakan mesin kendaraan. Penggunaannya berkisar 10-20% dari kapasitas nominalnya. Setelah mampu menyalakan mesin kendaraan baterai akan di-charge lagi oleh dinamo (alternator). Sehingga baterai tetap dalam kondisi penuh dan tidak pernah digunakan sampai habis.

Gambar 15. Baterai Otomotif

2.5.4 Inverter AC

Berfungsi merubah arus DC dari battrey menjadi arus AC, arus yang di hasilkan oleh Inverter sangatlah stabil, sehingga sudah tidak memerlukan alat stabilizer lagi, serta aman dan berproteksi tinggi. Inverter daya DC ke AC, bertujuan untuk mentransformasikan daya DC secara efisien sumber ke sumber AC, mirip dengan daya yang akan tersedia di stopkontak listrik. Inverter digunakan untuk banyak aplikasi, seperti dalam situasi di mana sumber DC tegangan rendah seperti baterai, panel surya atau sel bahan bakar harus dikonversi sehingga perangkat dapat kehabisan daya AC. Salah satu contoh situasi seperti itu akan mengubah daya listrik dari aki mobil menjadi: laptop, TV atau handphone.

Metode di mana daya DC tegangan dikonversi menjadi AC diselesaikan dalam dua langkah: Pertama, konversi daya DC tegangan rendah ke sumber DC tegangan tinggi, dan langkah kedua, konversi sumber DC tinggi ke bentuk gelombang AC menggunakan modulasi pulsa lebar. Lain metode untuk menyelesaikan hasil yang diinginkan akan terlebih dahulu mengkonversi daya DC tegangan rendah ke AC, dan kemudian gunakan transformator untuk meningkatkan tegangan hingga 220 volt (Haikh et al., 2017).

Dari berbagai inverter DC/AC yang ada di pasaran saat ini, pada dasarnya ada dua bentuk AC yang berbeda output yang dihasilkan: gelombang sinus yang dimodifikasi, dan gelombang sinus murni (Kalyani, 2015).

• Gelombang sinus yang dimodifikasi dapat dilihat sebagai lebih banyak dari gelombang persegi dari gelombang sinus;

melewati tegangan DC tinggi untuk jumlah waktu tertentu sehingga daya rata-rata dan tegangan rms sama seperti jika itu adalah gelombang sinus. Jenis inverter ini banyak lebih

murah daripada inverter gelombang sinus murni dan karenanya merupakan alternatif yang menarik.

• Inverter gelombang sinus murni, di sisi lain, menghasilkan output gelombang sinus yang identik dengan daya keluar dari outlet listrik. Perangkat ini mampu menjalankan perangkat yang lebih sensitif yang dimodifikasi gelombang sinus dapat menyebabkan kerusakan seperti: printer laser, komputer laptop, peralatan listrik, jam digital dan peralatan medis. Bentuk daya AC ini juga mengurangi suara yang terdengar di perangkat seperti fluorescent lampu dan menjalankan beban induktif, seperti motor, lebih cepat dan lebih tenang karena distorsi harmonik yang rendah.

Gambar 16. Inverter DC ke AC

2.5.5 Bracket

Bracket atau kerangka penyangga sistem panel surya harus dirancang dengan tepat, jika kerangka dipasang dengan benar maka akan mendukung kebutuhan energi surya secara optimal dan melindunginya dari kegagalan akibat angin dan potensi bahaya cuaca lainnya. Sistem pemasangan juga memungkinkan untuk mengatur orientasi panel surya terhadap posisi surya untuk memaksimalkan kinerja energinya (Budiyanto et al., 2019).

Bracket biasanya terbuat dari baja atau aluminium, kebanyakan sistem pemasangannya dirancang untuk berbagai aplikasi, dan dapat menahan berbagai beban termasuk kemiringan bingkai, dipasang di atap yang datar atau dipasang di tanah. Bracket dapat disesuaikan untuk memenuhi ukuran dan spesifikasi instalasi PV, seperti serta gaya atap atau instalasi. Sistem pemasangan yang baik harus mudah dipasang, terbuat dari bahan yang berkualitas, bebas karat dengan perlindungan korosi yang cukup (seperti cat, galvanis) - dan harus secara efektif melindungi system kabel.

Gambar 17. Bracket Penyangga Panel Surya

2.5.6 Prinsip Kerja PLTSF

Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga surya dimulai saat radiasi sinar matahari mengenai bahan semikonduktor yang kemudian menghasilkan energi kinetik dan menyebabkan pelepasan elektron ke pita konduksi yang mengalir menjadi arus listrik searah (DC). Sel-sel semikonduktor tersebut melepaskan elektron-elektronnya saat dihangatkan oleh energi panas matahari. Semakin besar intensitas cahaya yang diterima maka energi kinetik yang dihasilkan akan makin besar, terlebih saat siang. Proses tersebut dikenal sebagai efek fotovoltaik.

Ringkasan prinsip kerja tersebut, dapat diuraikan per poin sebagai berikut:

Sinar matahari mengenai sel silikon diteruskan secara berutur-turut ke semikonduktor tipe n dan tipe p

Sinar matahari yang membawa radiasi dan cahaya memberi energi bergerak (kinetik) dari sambungan semikonduktor n dan p

Energi kinetik bergerak bebas melepaskan elektron ke pita konduksi

Pita konduksi mengalirkan arus listrik searah (DC)

Dalam cahaya surya terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip photoelectric. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor; yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif:

lapisan negatif (tipe-n)3 dan lapisan positif (tipe-p). Sel surya ini mudah pecah dan berkarat jika terkena air. Karena itu sel ini dibuat dalam bentuk panel-panel ukuran tertentu yang dilapisi plastic atau kaca bening yang kedap air. Panel ini dikenal sebagai panel surya (Kalyani, 2015). Ada beberapa jenis panel surya yang

dijual di pasaran. Jenis pertama, yang terbaik saat ini, adalah jenis monokristalin. Panel ini memiliki efisiensi5 12-14%. Jenis kedua adalah jenis polikristalin atau multikristalin, yang terbuat dari kristal silikon dengan efisiensi 10-12%. Jenis ketiga adalah silikon jenis amorphous, yang berbentuk film tipis. Efisiensinya sekitar 4-6%. Panel surya jenis ini banyak dipakai di mainan anak-anak, jam dan kalkulator. Yang terakhir adalah panel surya yang terbuat dari GaAs (Gallium Arsenide) yang lebih efisien pada temperatur tinggi.

Listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat langsung digunakan atau disimpan lebih dahulu ke dalam baterai. Arus listrik yang dihasilkan adalah listrik dengan arus searah (DC). Rangkaian panel-panel surya dapat didesain secara seri atau paralel, untuk memperoleh output tegangan dan arus yang diinginkan. Sampai pada tahap ini sebenarnya listrik sudah bisa dipakai, namun terbatas untuk kebutuhan perangkat elektronik arus DC. Untuk memperoleh arus bolak balik (AC) diperlukan alat tambahan yang disebut inverter. Kemudian arus yang diperoleh dari inverter dapat menyuplai beban AC (Pratama & Siregar, 2018). Arus ini bisa digunakan langsung ke perangkat elektronik atau diolah lagi dengan solar charge controller (SCC) untuk mengecas baterai.

PERHITUNGAN DAN DESAIN

BAB III

3.1 Perhitungan

1. Menghitung Kebutuhan Daya Listrik

PLTS yang dibuat akan melayani 6 unit pertanian hidroganik, masing-masing unit digerakkan oleh pompa air dengan

PLTS yang dibuat akan melayani 6 unit pertanian hidroganik, masing-masing unit digerakkan oleh pompa air dengan

Dokumen terkait