• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pembangkit Listrik Tenaga

Bab I PENDAHULUAN

1.3 Program Pembangkit Listrik Tenaga

Program pembuatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk pertanian padi hidroganik dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) “Bengkel Mimpi” Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang merupakan Program Kemitraan Masyarakat yang dilakukan oleh para dosen dari Universitas Merdeka Malang dengan melihat permasalahan penggunaan pompa air pada pertanian hidroganik tentunya membutuhkan listrik sebagai sumber catu daya, selama ini sumber yang digunakan bersumber dari PLN. Tersedianya energi terbarukan yang melimpah, tentunya menjadi hal yang bisa digunakan untuk menerapkan teknologi ini. Sumber energi listrik merupakan kebutuhan primer yang dalam mendorong aktivitas kehidupan umat manusia. Energi terbarukan mempunyai sifat terbarukan dan berkesinambungan salah satunya bersumber dari energi matahari sebagai sumber energi terbarukan. Kompenan utama dari energi ini

terletak pada sel surya (cell photovoltaic). Energi surya biasanya pemanfaatannya di daerah yang paparan radiasi matahari yang cukup tinggi serta daerah yang belum terjangkau dan adanya listrik PLN. Sumber energi matahari yang banyak dan berlimpah tentunya menjadi hal yang bisa dimanfaatkan, pemanfaatan energi terbarukan yaitu dengan pemanfaatan sinar matahari tersebut sangat bagus dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa memiliki potensi penyinaran yang cukup memadai. Indonesia ialah negara yang berada di garis khatulistiwa serta mempunyai tingkat paparan radiasi matahari rata - rata yang relatif tinggi sebesar 4,5 kWh/m2/hari (Bachtiar, 2006). Tentunya dari letak geografis tersebut digunakan sebagai dasar utama yang menguntungkan pemanfaatan pembangkitan listrik berbasis energi matahari. Unsur utama dari sistem photovoltaic ialah sel surya yang berfungsi untuk merubah dan menyerap energi cahaya matahari menjadi energi listrik siap pakai (Samsurizal et al., 2020).

KAJIAN LITERATUR

BAB II

2.1 Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi: (a) Berorientasi pada rumah tangga dan individu; (b) Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses; (c) Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan sosial; (d) Berorientasi pada pemenuhan gizi;

dan (e) Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif (Suharyanto, 2011). Salah satu aspek yang dapat mendorong peningkatan ketahanan pangan adalah pemanfaatan lahan pekarangan.

Pemanfaatan pekarangan ataupun halaman rumah yang terbatas dapat mempunyai nilai tambah yang maksimal jika dilakukan secara tepat dan mempunyai konsep yang jelas. Lahan pekarangan yang ada umumnya belum dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, kalaupun dilaksanakan, masih bersifat sambilan atau mengisi waktu luang. Puspitasari (Sudarmo, 2018) menyatakan perlu dilakukan rancangan pemanfaatan pekarangan yang lebih komprehensif untuk mengoptimalkan peran lahan pekarangan sebagai penyangga ketahanan pangan rumah tangga.

Pekarangan dengan keanekaragaman di dalamnya juga mempunyai potensi yang besar untuk menaikkan daya dukung lingkungan.

Gerakan pertanian perkotaaan dapat menjadi tulang punggung dalam meningkatkan kemandirian masyarakat terutama menjaga

ketahanan pangan dalam skala rumah tangga. Keterbatasan lahan yang sempit tersebut memunculkan pilihan bertani dengan sistem hidroponik.

Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi empat sub-sistem, yaitu: (1) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (2) distribusi pangan yang lancar dan merata, (3) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi seimbang, yang berdampak pada (4) status gizi masyarakat. Dengan demikian, sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya menyangkut soal produksi, distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama anak dan ibu hamil dari rumah tangga miskin. Meskipun secara konseptual pengertian ketahanan pangan meliputi aspek mikro, namun dalam pelaksanaan sehari-hari masih sering ditekankan pada aspek makro yaitu ketersediaan pangan. Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam dokumen ini digunakan istilah ketahanan pangan dan gizi.

Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem ketahanan pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti banyak diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang.

Konsep ketahanan pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia.

Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development Goals (MGDs) bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan,

tetapi menurunkan kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. MDGs menggunakan pendekatan dampak bukan masukan.

Pada level nasional pengertian ketahanan pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980an. Ketahanan pangan nasional tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada produksi pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rawan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan (Suharyanto, 2011).

Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan akademisi menyadari bahwa kerawanan pangan terjadi dimana situasi pangan tersedia tetapi tidak mampu diakses rumah tangga karena keterbatasan sumberdaya ekonomi yang dimiliki (pendapatan, kesempatan kerja, sumberdaya ekonomi lainnya). Produksi pangan bukan determinan tunggal ketahanan pangan, melainkan hanyalah salah satu faktor penentu. Perbedaan swasembada pangan dengan ketahanan pangan disajikan dalam berikut.

Tabel 1. Perbedaan Swasembada Pangan dengan Ketahanan Pangan

Indikator Swasembada Pangan Ketahanan Pangan Sasaran Nasional Rumah tangga dan individu Strategi Komoditas pangan Manusia

Output Substitusi impor Peningkatan ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan

Outcome Kecukupan pangan oleh produk domestik

Status gizi (penurunan : kelaparan, gizi kurang dan gizi buruk)

Sumber: (Suharyanto, 2011)

Swasembada pangan umumnya merupakan capaian peningkatan ketersediaan pangan dengan wilayah nasional, sedangkan ketahanan pangan lebih mengutamakan akses setiap individu untuk memperoleh pangan yang bergizi untuk sehat dan produktif.

2.2 Kebutuhan Beras

Beras merupakan makanan pokok lebih dari 95 % penduduk Indonesia. Selain itu, bercocok tanam padi juga telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 20 juta rumah petani di pedesaan, sehingga dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis (Kasryno, 2016).

Oleh sebab itu ketersediaan beras harus selalu terjamin karena dapat menyebabkan kerawanan bila terjadi kekurangan stok.

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,31% per tahun (lebih dari 268 juta jiwa pada tahun 2019 menurut data BPS) menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap beras sementara pertumbuhan produksinya tidak sebanding dengan permintaan, bahkan cenderung melandai (levelling 0ff). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi juga berpengaruh terhadap kebutuhan lahan untuk keperluan non pertanian seperti perumahan, pusat perbelanjaan, industri atau fasilitas umum lainnya seperti jalan layang, jalan tol dan sebagainya. Akibatnya, terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang semakin sulit terkendali.

Diperkirakan laju alih fungsi lahan sawah adalah 100.000 hektar per tahun (Handayono, 2010). Alih fungsi ini sangat nyata terlihat di perkotaan, terutama kota-kota besar yang penduduknya sangat padat seperti wilayah Jakarta dan sekitarnya sehingga praktis lahan-lahan pertanian khususnya lahan sawah menjadi semakin sempit. Akibatnya, kemampuan lahanlahan pertanian di perkotaan dalam memenuhi kebutuhan pangan semakin berkurang sehinga tergantung pada pasokan bahan pangan dari luar kota. Alih fungsi lahan pertanian terutama di pinggiran kota terjadi secara progresif pada area-area pengembangan kota, seperti pada area dekat dengan pusat kota, kawasan pendidikan, dan pada area strategis lain.

Akibatnya terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi secara nyata dirasakan oleh penduduk yang dulunya menjadi petani. Petani yang kehilangan lahan sawahnya tersebut mayoritas mengalami penurunan pendapatan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan ketrampilan para petani yang terbatas atau tergolong rendah sehingga mereka tidak dapat mengakses pekerjaan formal.

Para petani biasanya menggunakan tanah untuk media tanam, namun seiring dengan perkembangan kota lahan pertanian

banyak yang berubah menjadi lahan permukiman dan fasilitas kota lainnya sehingga lahan pertanian menjadi semakin sempit. Pertanian Perkotaan (Urban Farming) adalah bertani dengan memanfaatkan lahan sempit atau intensifikasi lahan, guna memenuhi kebutuhan sayuran dan buah segar sehari-hari bagi masyarakat pemukiman/

perumahan di perkotaan (Achmad, 2020).

Kekurangan lahan untuk budidaya pertanian saat ini telah menimbulkan inovasi kearah intensifikasi pemakaian lahan. Lahan sempit yang dimiliki dapat diberdayakan untuk menghasilkan tanaman pangan berupa sayur yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik. Tanaman yang digunakan untuk budidaya di lahan sempit adalah tanaman yang cepat panen dan memiliki perakaran yang dangkal. Ruang kosong seperti pagar rumah, dan ruang di atas got dapat digunakan untuk budidaya tanaman penghasil sayur. Sistem budidaya hidroponik yang merujuk pada sistem vertikultur merupakan teknik budidaya yang direkomendasikan untuk memberdayakan pekarangan sempit dan sangat sempit, untuk menghasilkan bahan pangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Sistem budidaya hidroponik lebih hemat dalam penggunaan air, dan dapat mengatasi kebutuhan akan media tanam tanah yang subur. Salah satu system hidroponik yang seluruhnya menggunakan nutrisi organik adalan Hidroganik (Budiyanto et al., 2019). Hidroganik berasal dari kata “Hidro” dan “Organik” yang didefinisikan sebagai sistem budidaya organik dengan memadukan sistem hidro dan sistem organik. Sumber nutrisi utama dari hidroganik ini diperoleh dari pupuk organik padat dan cair serta air kolam yang di-treatment sebagai nutrisi tanaman.

2.3 Sentra Pertanian Perkotaan (Urban Farming)

FAO (Food and Agriculture Organization) menjelaskan Pertanian Perkotaan sebagai industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk pertanian, terutama memenuhi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, dengan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman kebutuhan pangan masyarakat Perkotaan (Lee-Smith et al., 2010). Council on Agriculture, Science and Technology (CAST) menyatakan Pertanian Perkotaan mencakup aspek kesehatan lingkungan, remediasi, dan rekreasi. Di berbagai kota, Pertanian Perkotaan menjadi pendukung aspek keindahan kota dan kelayakan penggunaan tata ruang yang berkelanjutan. Pertanian Perkotaan juga dilakukan untuk meningkatkan pendapatan atau aktivitas memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi keluarga, dan di beberapa tempat dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi (Nasr, 1997). Sekilas, istilah ‘pertanian perkotaan’ mungkin tampak seperti sebuah oxymoron. Pertanian umumnya dianggap sebagai aktivitas pedesaan klasik, dan pertanian perkotaan sering dianggap kuno, sementara, dan tidak pantas. Beberapa menganggapnya marjinal, mungkin kegiatan rekreasi yang konstruktif atau fungsi estetika yang membantu mempercantik kota ‘jelek’. Faktanya, pertanian perkotaan adalah kegiatan ekonomi yang signifikan, yang menjadi pusat kehidupan puluhan juta orang di seluruh dunia. Ini adalah industri yang berkembang pesat yang semakin penting untuk keamanan ekonomi dan gizi penduduk perkotaan, dan memiliki implikasi ekonomi, lingkungan, dan kesehatan yang luas. Dalam dunia urbanisasi yang kekurangan sumber daya alam, kemungkinan kota-kota dapat bergantung pada kecerdikan penduduknya untuk

menghasilkan ketahanan pangan bagi diri mereka sendiri yang signifikan. Di negara-negara di mana kelaparan dan kekurangan gizi merupakan masalah perkotaan yang dominan, suatu kegiatan yang dapat berkontribusi pada kemandirian gizi sangat diperlukan.

Di kota-kota yang tersedak oleh limbah dan polusi mereka sendiri, sebuah industri yang dapat menggunakan sampah perkotaan sebagai sumber daya dasar sangatlah penting.

Pertanian perkotaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan sosial ekonomi kota dan kota di seluruh dunia. Di beberapa negara, khususnya negara berkembang, ini adalah salah satu industri perkotaan produktif terbesar. Di kota-kota berpenghasilan rendah, itu adalah generator utama pekerjaan.

Pertanian perkotaan adalah aktivitas kewirausahaan yang mudah dan mudah bagi orang-orang ditingkat pendapatan yang berbeda.

Bagi yang termiskin dari yang miskin, ini menyediakan akses yang baik ke makanan. Bagi orang miskin yang stabil, ini menyediakan sumber pendapatan dan makanan berkualitas baik dengan biaya rendah. Untuk keluarga berpenghasilan menengah, ini menawarkan kemungkinan tabungan dan pengembalian investasi mereka di properti perkotaan. Untuk pengusaha kecil dan besar, ini adalah bisnis yang menguntungkan.

Tidak ada petani perkotaan rata-rata. Seringkali, petani kota adalah wanita yang memiliki tempattinggal di kota atau kota selama lima tahun atau lebih, menanam sayuran dan memelihara ternak kecil untuk memberi makan keluarganya, dan memperoleh penghasilan dari penjualan dalam masyarakat. Tetapi petani perkotaan juga termasuk produsen kaya tanaman khusus untuk restoran mahal dan ekspor, agribisnis dengan perkebunan dan kontrak petani, koperasi nelayan, pekerja paruh waktu ‘Hanya

Sabtu’ yang menanam singkong di pinggir jalan, dan tukang kebun pasar dengan kontrak tahunan dengan supermarket dan hotel . 2.4 Pertanian Hidroganik

2.4.1 Pemahaman tentang Hidroganik

Hidroganik berasal dari kata “Hidro” dan “Organik” yang didefinisikan sebagai sistem budidaya organik dengan memadukan sistem hidro dan sistem organik (Udin, 2017). Sumber nutrisi utama dari hidroganik ini diperoleh dari pupuk organik padat dan air sebagai nutrisi tambahan. Pupuk Organik yang dibutuhkan adalah pupuk organik plus agen hayati yang telah sempurna terdekomposisi dalam bentuk padat dan cair. Pupuk organik padat digunakan sebagai media tanam utama dan pupuk organik cair digunakan untuk suplai nutrisi tambahan bagi tanaman. Pupuk organik padat menggunakan perpaduan berbagai macam kotoran hewan untuk mendapatkan prosentase yang optimal dari kandungan masing-masing bahan tersebut. Kotoran ayam mempunyai kandungan tinggi phospor, kalium dan kalsium. Sementara kambing dan sapi tinggi nitrogen

Kelebihan Budidaya Hidroganik, antara lain:

1. Tidak perlu mengolah lahan 2. Tidak banyak gulma

3. Pengendalian hama lebih mudah 4. Tidak perlu penyemaian

5. Lebih hemat bibit 6. Perawatan mudah 7. Tidak perlu irigasi 8. Panen lebih mudah

9. Hasil panen lebih maksimal 1:4

10. Panen ikan

11. Tidak membutuhkan air banyak

12. Bisa dibuat disekitar rumah, di lahan kering, di atas bangunan dan halaman mall

13. Panen yang dihasilkan lebih sehat karena tidak menggunak pupuk kimia dan pestisida kimia

14. Dalam satu tahun bisa panen 4 kali

2.4.2 Proses Pembuatan Instalasi Hidroganik

Proses pembuatan instalasi Hidroganik digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Pembuatan Instalasi Hidroganik Sumber: (Basiri, 2019)

Peralatan utama adalah mesin bor yang bisa untuk melubangi dan menggerakkan baut drilling, gerinda untuk memotong dan meratakan permukaan. Sedangkan bahan utama adalah pipa paralon dan batang galvalum. Pekerjaan dimulai dengan pembuatan rangka galvalum, dilanjutkan dengan menata

pipa paralon yang sudah dilubangi sehingga instalasi hidroganik siap untuk digunakan.

Contoh instalasi Hidroganik digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Instalasi Padi Hidroganik Sumber: (Basiri, 2019)

Dalam pertanian hidroganik padi, media tanam adalah pupuk organik yang diletakkan pada netpot gelas plastik mineral.

Cara pembuatannya cukup dengan melobangi gelas plastik

menggunakan alat solder. Setelah itu dipasang kain flanel dan gelas diisi dengan pupuk organik sehingga netpot siap untuk ditanami.

Gambar 5. Pembuatan Netpot dengan Gelas Mineral Sumber: (Basiri, 2019)

2.4.3 Pupuk Organik Majemuk

1. Bahan Baku Pupuk Organik Majemuk

Bahan baku pembuatan pupuk organik majemuk adalah:

Tabel 2. Bahan Baku Pupuk Organik

No. BAHAN JUMLAH

1 Kotoran Ayam 80 Kg 2 Kotoran Kambing 20 Kg 3 Urin Kelinci 10 Liter

4 Air Kelapa 5 Liter

5 Air cucian beras 5 Liter

6 Tetes 1 Liter

7 Dekomposer*) 100 ml

*Jenis dekomposer harus mengandung 10 microba dan kandungan cfu/ml 105

Sumber: (Basiri, 2019)

Cara pembuatannya sbb: Siapkan kotoran ayam 80 kg, kotoran kambing 20 kg, urine kelinci 10 liter, air kelapa 5 liter, air cucian beras 5 liter, molase/tetes 1 liter dan dekomposer 100 ml. Buat larutan dekomposer yaitu dekomposer, molase yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi masing masing 10 cc/

liter. Air kencing kelinci 10 lt dan air 10 lt, campur dan aduk dalam drum plastik. Masing-masing bahan (kotoran ayam, kambing, sapi) disemprot larutan decomposer dengan ketinggian bahan maksimal 60 cm, biarkan selama satu minggu. Campur semua bahan kemudian diselep hingga halus. Semprot secara merata dengan larutan decomposer yang pembuatannya sama dengan di atas.

Masukkan bahan dalam karung (kapasitas 40 kg) atau ditumpuk

dan ditutup dengan terpal, biarkan selama minimal 2 minggu.

Pupuk organik siap digunakan (jika pupuk organik sudah tidak panas) dengan mencampur arang sekam dengan perbandingan 3:1.

Masukkan dalam gelas plastik yang sudah dilubangi dan diberi kain flannel (wick system). Isi gelas hingga penuh, kemudian masukkan benih tanaman, taruh ditempat teduh hingga benih tumbuh dan siap dipindah ke paralon Instalasi Hidroganik (Udin, 2017).

Pembuat pupuk organik cair sbb: Siapkan bahan, yaitu Urine kelinci 100 liter, Urine kambing 15 liter, air 50 liter, dekomposer 2 liter. Campur semua bahan di mulai dari air, air kencing, sambil diaduk. Kemudian masukkan decomposer tetap sambil diaduk.

Lakukan pengadukan minimal 30 menit, kemudian biarkan tertutup rapat. Setiap hari dilakukan pengadukan selama 30 menit, hingga selama satu minggu. (atau gunakan aerator aquarium). Pupuk organik cair siap digunakan (Jika bau gas metan tidak keras). Pupuk cair ini diaplikasikan dengan cara semprot atau kocor seminggu 2 kali dengan konsentrasi 10-25cc/liter (Udin, 2017).

Mikro Organisme pada pupuk organik Majemuk adalah (Basiri, 2019):

j. Metharizium Nisopleae k. Rhizobium

a. Bacilus Megathirium

• Genom bakteri gram positive berbentuk batang dan anggota dari firmcutes.Spesies aerob abliyant (bergantung pada oksigen) atau anaerobik fakultatif (memiliki kemampuan untuk menjadi aerobik atau anaerobik)

• Menghasilkan senyawa yang menghambat bakteri yang merugikan

• Menghasilkan protease untuk mengurangi limbah protein dari sisa makanan dan kotoran (kompos)

b. Lactobacillus sp

• Bakteri ini dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan tanaman

• Meningkatakan percepatan perombakan bahan organik

• Menghancurkan bahan organik seperti lonin dan selulosa serta menfermentasi tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik

• Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan rusarium, yaitu mikroorganisme merugikan yang menimbulkan penyakit pada lahan / tanaman yang terus menerus ditanami.

c. Sterptomyces

• Penguraian bahan organik atau kompos

• Menghasilkan anti biotik As 1A yang mampu mencegah pertumbuhan penyakit layu pada tanaman

d. Azetobacter sp

• Rhizobakter salah satu fungsi INOKULON bakteri yang penting untuk menyediakan Nitrogen pada tanah dan tanaman

• Mampu meningkatkan kesehatan tanaman akibat adanya penggunaan bahan kimia dengan cara menguraikan karbon / residu kimia

e. Azospirilium

• Bakteri yang hidup di daerah akar tanaman bakteri ini berkembangbiak terutama pada perpanjangan akar dan pangkal

• Sumber energi yang mereka sukai adalah asam organik

• Fungsi nya mampu menambah nitrogen atmosfer dan memacu pertumbuhan tanaman

f. Psedomas Flourescens

• Sekelompok AEROP yang memanfaatkan oksigen sebagai penerima elektron (bakteri ini juga bisa tumbuh AN AEROP (tanah)

• Melindungi akar dari inveksi patogen tanah dengan cara kolonisasi

• Mengeluarakan senyawa yang mampu merangsang pertumbuhan dan perpanjangan pada akar

• Mampu melarutkan fosfot yang terikat oleh kalium

g. Aspergillus Niger

• Mempercepat fermentasi

• Fungsi utama memproduksi enzim dan asam organik (asam nitrat dan asam glukosa)

Genus dari fungsi estrogikata yang sangat penting dalam lingkungan alam serta produk makanan dan obat

• Beberapa anggota dari genus menghasilkan pimsillin , molekul yang digunakan sebagai anti biotik yang membunuh / menghentikan bakteri jahat

• Dapat digunakan dalam pembuatan keju

h. Pinicillium sp

• Genus fungi dari ordo hypomycetes filum askomycota penicillium sp memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konodium

• Genus jamur ascomycetous major ini menghasilkan sebuah molekul yang digunakan sebagai antibiotik yang membunuh atau menghentikan pertumbuhan beberapa jenis bakteri didalam tubuh dan tanaman

i. Trichoderma coningi

Sebangsa jamur yang memiliki enzim selulitik yang sangat aktif

• Cendawan antagonis ini merupakan agon pengendali hayati yang menpunyai banyak mekanisme dalam menyerang dan merusak patogen makanan

j. Metharizium amsoplene

• Jamur yang tumbuh secara alami dalam tanah diseluruh dunia dan menyebabkan penyakit diberbagai serangan dengan bertindak sebagai parasitoid

• M anisoplea dan spesies terkait untuk untuk dapat mengendalikan sejumlah hama seperti rayap , trip dll

k. Rhizobium

• Bakteri yang bersikap aerob merupakan penambah nitrogen yang hidup dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar logume , legumenuseae / disebut juga farebeae , merupakan tanaman berbunga yang di koros dengan keluaraga larang – larangan

2. Cara pembuatan pupuk organik majemuk

• Campurkan bahan organik padat menjadi satu

• Campurkan bahan organik cair kedalam satu wadah

• Siramkan ke media padat

• Diamkan minimal 5 hari jika pupuk tidak berbau maka bisa digunakan

Gambar 6. Proses Pembuatan Pupuk Organik Majemuk Sumber: (Basiri, 2019)

Pembuatan pupuk organik majemuk dimulai dengan pencampuran bahan pupuk organik yaitu: kotoran ayam, kotoran kambing, urin kelinci, air cucian beras, tetes dan dekomposter.

Selanjutnya dilakukan penggilingan dengan alat giling yang khusus dibuat untuk menggiling pupuk organik. Selanjutnya dilakukan peng-ayak-an sehingga didapatkan pupuk organik yang halus.

Hasilnya dimasukkan ke dalam karung-karung plastik sehingga siap dikirim atau disimpan di gudang khusus pupuk organik majemuk.

Pembuatan Media Tanam Hidroganik

Media tanam hidroganik dibuat dengan mencampurkan 4 bagian pupuk organid dengan 1 bagian arang sekam. Setelah tercampur dengan merata maka media tanam ini siap dimasukkan ke dalam netpot hidroganik berupa gelas plastik yang sudah dipersiapkan lengkap dengan lobang-lobang dan kain flanel pada bagian dasar netpot hidroganik.

Gambar 7. Pembuatan Media Tanam Hidroganik Sumber: (Basiri, 2019)

2.3.4 Analisa Usaha Tani Hidroganik

Perhitungan keuangan usaha tani hidroganik secara sederhana untuk tanaman bawang merah diuraikan sebagai berikut (Udin, 2017):

ʹͷ

2.3.4 Analisa Usaha Tani Hidroganik

Perhitungan keuangan usaha tani hidroganik secara sederhana untuk tanaman bawang merah diuraikan sebagai berikut (Udin, 2017):

1. Biaya investasi

a. Pembuatan instalasi untuk 208 net pot = Rp. 2.170.000 HASIL PANEN BAWANG MERAH SISTEM HIDROGANIK

a. Pembuatan instalasi untuk 208 net pot = Rp. 2.170.000 HASIL PANEN BAWANG MERAH SISTEM HIDROGANIK

Dokumen terkait