• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Jika kita mengadopsi defenisi pembangunan berkelanjutan dari WCED (World Comission on Environment and Development) yang menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri maka ada empat prinsip dalam mencapai pembangunan yang harus dipenuhi yang meliputi:53

a. pemenuhan kebutuhan manusia (fulfillment of human needs)

b. memelihara integritas ekologi (maintenance of ecological integrity) c. keadilan social (social equity)

d. kesempatan menentukan nasib sendiri (self determination)

Beberapa usaha awal untuk memberikan batasan terhadap pembangunan berkelanjutan telah dibuat oleh Komisi Dunia untuk lingkungan hidup dan

53

Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan ; (Diterbitkan dan Oleh Gajah Mada University Press, Juli 2005) h. 43-44.

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

pembangunan (WCED) pada tahun 1987, yang dikenal dengan Brundtland Commission. Menurut komisi ini pembangunan berkelanjutan merupakan suatu bentuk pembangunan yang memperhatikan kepentingan generasi kini dan generasi yang akan datang54

Dalam proses pembentukan pemikiran pembangunan berkelanjutan , terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu:55

1. Konsep pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan jaminan kepentingan generasi yang akan datang

Generasi kini harus menerima paksaan tertentu dalam penggunaan sumber daya alam untuk kepentingan/keuntungan generasi yang akan datang. Hal ini di kembangkan sejak Proposal Maltase mengenai warisan manusia dilindungi oleh masyarakat Internasional saat sidang umum PBB tahun 1967. Ide warisan ini berasal dari dugaan bahwa sumber daya alam seperti kekayaan dasar laut bukan hasil kerja generasi saat ini namun juga merupakan hak atas generasi yang akan datang. Dalil ini muncul lagi pada prinsip kedua dan Deklasi Stockholm 1972 yang memuat tentang lingkungan hidup. Dan memperluasnya pada semua jenis sumber daya alam. Kemudian, prinsip 3 dan 5 Deklarasi Stockholm yang memuat tipe khas manusia yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan sumber-sumber ekonomi dalam hukum nasional (domestik), kemampuan sumber daya alam untuk mendaur ulang harus dilindungi, diperbaiki atau ditingkatkannya kemampuan lingkungan.

54

Alvi Syahri, Pengaturan Hukum Dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan ; ( Cetakan Pertama : Pustaka Bangsa Press, 2003.) h. 77.

55

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 Sumber daya alam yang tidak terbaharui harus dicegah dari penggunaannya secara

(pemakaian yang hati-hati).

2. Deklarasi Stockholm 1972 memuat beberapa hal yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam secara ekonomis dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang dengan lingkungan hidup.

Hal ini berkaitan dengan hak atas pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh negara-berkembang serta pertimbangan dalam konteks New Ekonomic World Order. Berdasarkan hal tersebut dalam preambul ke empat Deklarasi Stockholm dan prinsip 8-12 menekankan kepada hubungan yang erat antara perlindungan lingkungan dan pembangunan, yang merujuk pada suatu kondisi bahwa kerusakan lingkungan terjadi karena percepatan pembangunan. Pemindahan sarana finansial dan teknologi, serta kebijaksanaan pembangunan yang memperhatikan lingkungan hidup.

4.Pengaruh yang dikemukakan oleh Laporan Komisi Bruntland pada tahun 1987 dalam pembentukan dan pengembangan gagasan dari pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada persamaan hak antar generasi. Elemen-elemen yang penting dari pembangunan berkelanjutan yang di dasarkan pada persamaan hak antar generasi.Elemen-elemen yang penting dari pembangunan berkelanjutan dapat di lihat pada Deklarasi Rio dan beberapa diantaranya dalam Agenda 21, misalnya dalam pembangunan ekonomi dan pengajuan perubahan-perubahan yang berkualitas dengan penggunaan energi yang kecil guna memenuhi kebutuhan pokok manusia, pelestarian dan perlindungan sumber daya alam,

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

penyesuaian dalam kebijaksanaan teknologi risiko keterkaitan anatara lingkungan dan kebutuhan ekonomi dalam proses pemgambilan keputusan.Dalam proses pembentukan pemikiran pembangunan berkelanjutan,

terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:56

1. Konsep pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan jaminan kepentingan generasi yang akan datang.

Generasi kini harus menerima paksaan tertentu dalam penggunaan sumber daya alam untuk kepentingan/keuntungan generasi yang akan datang. Hal ini dikembangkan sejak Proposal Maltase mengfenai warisan manusia dilindungi oleh masyarakat Internasional saat sidang umum PBB tahun 1967. Ide warisan ini berasal dari dugaan bahwa sumber daya alam seperti kekayaan dasar laut bukan hasil kerja generasi saat ini namun juga merupakan hak atas generasi yang akan datang. Dalil ini muncul lagi pada prinsip kedua Deklarasi Stockholm 1972 yang memuat tentang lingkungan hidup dan memperluasnya pada semua jenis sumber daya alam. Kemudian, prinsip 3 dan 5 Deklarasi Stockholm yang memuat tipe khas manusia yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan sumber-sumber ekonomi dalam hukum nasional (domestik), kemampuan sumber daya alam untuk mendaur ulang harus dilindungi, diperbaiki atau ditingkatkannya kemampuan lingkungan, sumber daya alam yang tidak terbaharui harus dicegah dari penggunaannya secara (pemakaian yang hati- hati).

56

Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan kebijakan Pembangunan perumahan dan Permukiman Berkelanjutan ( Medan : Pustaka Bangsa Press 2003), hlm. 78.

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 2. Deklarasi Stockholm 1972 memuat beberapa hal yang berkaitan dengan pemanfaatan

sumber daya alam secara ekonomis dengan mempertim-bangkan aspek-aspek yang dengan lingkungan hidup.

Hal ini berkaitan dengan Hak atas pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh negara-berkembang serta pertimbangan dalam konteks New Economic World Order. Berdasarkan hal tersebut dalam preambul ke empat Deklarasi Stockholm dan prinsip 8 – 12 menekankan kepada hubungan yang erat antara perlindungan lingkungan dan pembangunan yang merujuk pada suatu kondisi bahwa kerusakan lingkungan terjadi karena percepatan pembangunan- pemindahan sarana finansial dan teknologi, serta kebijaksanaan pembangunan yang memperhatikan lingkungan hidup.

3. Pengaruh yang dikemukakan oleh Laporan Komisi Brundtland pada tahun 1987 dalam pembentukan dan pengembangan gagasan dari pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada persamaan hak antar generasi. Elemen-elemen yang penting dari pembangunan yang berkelanjutan dapat dilihat pada Deklarasi Rio dan beberapa diantaranya dalam agenda 21, misalnya dalam pembangunan ekonomi dan pengajuan perubahan-perubahan yang berkualitas dengan penggunaan energi yang kecil guna memenuhi kebutuhan pokok manusia, pelestarian dan perlindungan sumber daya alam, penyesuaian dalam kebijaksanaan teknologi dan penanganan risiko keterkaitan antara lingkungan dan kebutuhan ekonomi dalam proses pengambilan keputusan.

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Lingkungan hidup terdiri dari komponen- komponen yang saling membutuhkan dan terkait satu sama lain. Salah satu dari komponen lingkungan hidup yaitu manusia. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup di mulai dari kapasitas manusia untuk mempertanggung jawabkan tingkah lakunya terhadap alam. Keberadaan alam dirangkul oleh keberadaan manusia. Orientasi ekonomi dan pembangunan sosial membawa kapasitas untuk memanfaatkan lingkungan hidup. Untuk itu perlu dipertimbangkan upaya perlindungan lingkungan hidup dengan berpusat pada etika lingkungan.57

Selanjutnya di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, arah kebijakan

GBHN 1999-2004, antara lain adalah58mengelola sumber daya alam dan memelihara

sesuai daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi. Selain itu, dalam arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk mengembangkan Perekonomian yang beriorintasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan kompratif sebagai negara maritim dan agraris sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, pertambangan, parawisata, serta industri kecil dan kerajinan rakyat

57

Ibid, hlm. 83 58

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004, ( Jakarta : Penerbit, CV. Eko Jaya, 2001), hlm. 37-38

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Dengan memperhatikan arahan tersebut, sasaran kebijakan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Dalam prioritas pembangunan mempercepat pemulihan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonomi kerakyatan serta memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan, dapat diidentifikasikan isu lintas bidang yang meliputi empat hal sebagai berikut:59

a. Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional

yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apa pun. Dalam menjawab isu tersebut, upaya-upaya lintas bidang yang diperlukan meliputi peningkatan keamanan dan ketertiban yang dapat mendukung kegiatan pelaku usaha kecil, pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan ekonomi yang dapat menjangkau mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth), peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan martabat, pengembangan sistem jaminan sosial, peningkatan akses usaha kecil dan koperasi terhadap sumber pembiayaan, serta pembangunan pertanian dan perdesaan.

b. Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang

akan dibangun adalah sistem yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat, baik sebagai konsumen, sebagai pengusaha, maupun sebagai

59

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 tenaga kerja, secara indiskriminatif tanpa membedakan suku, agama dan Gender

mendapatkan kesempatan yang sama berpartisipasi aktif dan meningkatkan taraf hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi. Upaya lintas Bidang yang perlu dilakukan meliputi penegakan hukum dan prinsip keadilan, penciptaan iklim usaha yang sehat, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan sumber daya manusia, dan peningkatan akses atas sumber daya pembangunan.

c. Pembangunan Stabilitas Ekonomi Nasional. Dalam upaya mengatasi krisis dan

mempercepat pemulihan ekonomi serta untuk meletakkan landasan ekonomi bagi pembangunan selanjutnya diperlukan upaya lintas bidang untuk mewujudkan stabilitas ekonomi nasional yang meliputi, antara lain, upaya untuk menjaga stabilitas politik agar stabilitas ekonomi dapat tercapai, meningkatkan dukungan internasional dalam upaya meningkatkan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), menyempurnakan dan memperbaharui peraturan perundangan, menegakkan hukum dan memberdayakan peradilan, meningkatkan pengawasan masyarakat, dan meningkatkan pembangunan daerah.

d. Pelestarian Lingkungan. Untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan, upaya

lintas bidang yang perlu dilakukan meliputi pengembangan dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penumbuhan tanggung jawab sosial melalui pendidikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, penataan

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

kelembagaan dan penegakan hukum lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pembangunan budaya yang berwawasan lingkungan.

Agar suatu peraturan /hukum dapat menjadi alat pemacu pembangunan ekonomi, perlu dipahami teori yang dikemukakan Burg’s. Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan terdapat lima unsur yang harus dikembangkan agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu : stability, predictability, fairnees, education dan the special development obilities of the lawyer. Selanjutnya Burg’s mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua tersebut merupakan persyaratan agar sistem ekonomi berfungsi60

Penegakan hukum pembangunan yang berkelanjutan juga terkait erat dengan peran penguasa, aparat hukum dan masyarakat. Hukum dan kekuasaan harus berjalan seimbang. Kekuasaan harus menjadi penjamin agar hukum dapat ditegakkan dan sebaliknya hukum harus bisa menjadi alat kontrol agar kekuasaan tidak disalahgunakan.

2. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan

Sesuai dengan Pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka yang dimaksud dengan:

60

Leonard J. Theberge, Law and Economic development, dalam Makalah Bismar Nasution, “Reformasi Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi”: (disampaikan pada Diskusi Pembangunan Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 25 September 1999, ) hlm. 4

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 “Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan

adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”

Berdasarkan defenisi diatas, maka terdapatlah tiga unsur penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan yaitu :

1. Penggunaan sumber daya secara bijaksana;

2. Menunjang pembangunan yang berkesinambungan; dan 3. Meningkatkan mutu hidup.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1988, prinsip-prinsip pembangunan berwawasan lingkungan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam rangka pembangunan, sumber-sumber alam harus digunakan secara rasional;

2. Pemanfaatan sumber daya harus diusahakan untuk tidak merusak lingkungan hidup;

3. Harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperhitungkan generasi yang akan datang

4. Memperhitungkan hubungan kait-mengkait serta ketergantungan antara berbagai masalah.

Selanjutnya dalam Pasal 12 Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Nomor : 4 Tahun 1982 disebutkan : Strategi Pengembangan Perekonomian,

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 (3) Strategi pengembangan perekonomian Kotamadya Medan :

a. Mengintegrasikan semua sistem ekonomi dengan memberi akses seluas- luasnya bagi pertumbuhan perekonomian Kodati II Medan.

b. Mendesentralisasikan dan mengkonsentrasikan investasi pada pusat-pusat pelayanan /pertumbuhan

c. Meningkatkan pengadaan sarana dan parasarana pada kawasan pariwisata dan promosi keparawisataan

d. Pengembangan sektor parawisata yang mempunyai potensi cukup besar e. Peningkatan aksesbilitas antar pusat pengembangan.

(4) Struktur Ekonomi Kotamadya Medan :

Diarahkan pada industri yang mendukung pertanian daerah belakangnya di Propinsi Sumatera Utara.

(5) Sektor Strategis Kotamadya Medan : a. Sektor Industri

b. Sektor Bank, Asuransi dan Jasa Perusahaan c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Titik temu antara Hukum Administrasi negara dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup terletak pada kaidah hukum yang memungkinkan keduanya bertindak menjadaikan lingkungan berguna bagi umat manusia pada umumnya maupun bangsa Indonesia khususnya.

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan, terpelihara, dan bersih merupakan kebutuhan para warga serta diusahakan terwujudnya oleh administrasi negara dalam pengelolaan lingkungan hidup mutlak diperlukan.

Sejak negara turut serta secara aktif dalam pergaulan hidup masyarakat,maka lapangan pekerjaan atau tugas pemerintah semakin luas. Ikut campurnya pemerintah secara aktif dalam segala segi kehidupan masyarakat, membawa suatu pembentukan peraturan undang-undang di bidang sosial (enorme uitbouw van dew sociale wetgeving) dan menumbuh kembangkan Hukum Administrasi (enorme groei van het Administratieve

Recht).61

Dalam hubungan ini, Administrasi Negara, diserahi apa yang oleh Lemaire disebut dengan Bestuurzorg atau Servic Public. Bestuurzorg itu menjadi tugas Pemerintah dalam suatu negara hukum modern yang memeprhatikan kepentingan seluruh rakyat, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya Bestuurzorg itu menjadi suatu tanda yang menyatakan adanya suatu Walfare State.62

Agar Administrasi Negara dapat menyelenggarakan bestuurzorg, kepadanya diberikan kekuasaan istimewa. Diperlukan kekuasaan istimewa itu oleh administrasi negara, karena tidak semua penduduk wilayah negara akan tunduk pada perintahnya jika diberlakukan atau dijalankannya hukum biasa. Hal ini karena adanya kecendurungan tidak semua penduduk dengan sukarela mau tunduk pada peraturan-peraturan hukum biasa.

61

Stellinga, Grondtrekken van het Nederlands Administratieffrecht, terpetik dalam Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, (Bandung, Alumni, 1981), hlm. 28.

62

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

Karena itu pemberian kekuasaan istimewa itu bermaksud untuk :

Pertama, agar administrasi negara dapat menjalankan tugas bestuurzorg itu dengan sebaik-baiknya, dan Kedua, agar semua penduduk wilayah negara mau tunduk pada perintah-perintah administrasi negara dalam rangka menunaikan tugas bestuurzorg.

Hukum yang memberikan kekuasaan istimewa ini oleh Logemann (dan disetujui oleh Utrecht) disebut dengan Hukum Administrasi Negara63. Dengan perkataan lain, wewenang Administrasi Negara menjadi semakin luas, sejalan dengan semakin intensifnya negara ikut campur dalam segala segi kehidupan masyarakat yang merupakan akibat langsung dari dilaksanakanya bestuurzorg. Kenyataan ini menimbulkan gejala makin besarnya lapangan Hukum Administrasi Negara dan makin kecilnya lapangan hukum privat. Gejala makin besarnya lapangan Hukum Administrasi Negara ini berkenaan dengan semakin banyaknya tindakan atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh Administrasi Negara dalam rangka bestuurzorg, termasuk masalah lingkungan hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Siti Sundari Rangkuti:64

“Semula hukum lingkungan dikenal sebagai hukum gangguan (hiderrecht) yang bersifat sederhana dan mengandung aspek keperdataan. Lambat laun perkembangannya bergeser ke arah bidang Hukum Administrasi Negara, sesuai dengan peningkatan peranan penguasa dalam bentuk campur tangan terhadap

63

Utrecht, ibid, hlm. 48 64

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Dalam Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia, Disertasi, Unair, 1987, hlm. 4

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

berbagai segi kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Segi hukum lingkungan administrasi terutama muncul apabila keputusan penguasa yang bersifat kebijaksanaan yang dituangkan dalam bentuk penetapan (beshikking) penguasa”.

Sehubungan dengan itu, masalah lingkungan hidup di Indonesia yang semula kurang mendapat perhatian pemerintah, lambat laun sejalan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan, maka masalah lingkungan pun menjadi bagian dari kebijaksanaan pembangunan.65. Lebih-lebih dengan diintrodusir konsep ”Pembangunan Berwawasan Lingkungan”. Dengan masuknya masalah lingkungan sebagai bagian dari kebijaksanaan pembangunan, maka pemerintah berwewenang untuk mencampurinya. Artinya , Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur, mengelola dan menanggulangi lingkungan.

UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945). Disini terkandung asas hak menguasai negara dan wujudnya dalam tiga bentuk aktivitas yakni:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

65

Lihat Tap.MPR. No. IV/MPR/1978 Tentang GBHN, jo. Tap. MPR. No. II/MPR/1983 jo. Tap. MPR No. II/MPR/1988.

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Di bidang lingkungan, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 sebagai ketentuan payung (umbrella provision). Artinya undang-undang tersebut hanya memuat ketentuan pokok di bidang pengelolaan lingkungan hidup, namun pengaturan yang bersifat sektoral tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang telah dirumuskan dalam undang-undang tersebut.66

Implikasi pembangunan berwawasan lingkungan ini terkandung dalam ketentuan Pasal 3, 4, 5, 6 ,7, 8 , 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, serta Pasal 23 Undang-undang No. 4 tahun 1982 . Dengan demikian berdasarkan kepada ketiga unsur dan empat prinsip di atas. Untuk dapat mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan ini, maka Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah merupakan sarana yang ampuh yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29/1986.

D. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara dengan UU No. 4 Tahun

Dokumen terkait