• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN DESA

Dalam dokumen MODUL PELATIHAN PENDAMPING LOKAL DESA (Halaman 101-110)

potensi, penyusunan RKPDesa (Rencana Kegiatan Pemerintah Desa), dan penyusunan APBDesa (Anggaran Pendapatan dan Biaya Desa).

Langkah awal yang harus dilakukan oleh pendamping desa lokal adalah menyiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penganggaran desa. Diantaranya, memahamkan masyarakat tentang makna penganggaran, hubungan anggaran desa dalam kehidupan bernegara, masalah-masalah yang umumnya dihadapai dalam penganggaran, dan apa saja yang harus diutamakan masuk dalam penganggaran. Pemahaman tersebut akan menjadi dasar bagi masyarakat untuk bersama-sama pemerintah desa mengikuti semua tahapan proses penganggaran partisipatif.

Penyusunan anggaran yang dilakukan secara partisipatif sebagai salah satu cerminan diantara lainnya bahwa pembangunan desa dilakukan denganmembukapeluang bagi seluruh warga untuk terlibat (prinsip inklusi), dalam segala bentuk-bentuk musyawarah desa (prinsip demokrasi), dan kemudahan untuk memperoleh informasi bagi masyarakat (prinsip transaparansi).

SISTEM PENGANGGARAN

DALAM SISTEM

Issue strategis dalam sistem pembangunan desa adalah menentukan arah kebijakan anggaran desa yang disusun, didasarkan atas hak dan kewajiban urus diri sendiri (Local Self-Government). Arah tersebut sebagai tujuan pembangunan desa yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa, dalam bentuk desa mandiri.

Oleh sebab itu, pemerintah desa harus mampu memastikan seluruh tahapan untuk mencapai tujuan dilakukan dengan melibatkan masyarakat.Tahapan tersebut meliputi; (1) membuat peta permasalahan dan potensi desa, (2) penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKPDesa), dan (3) penyusunan Anggaran Pendapatan dan Biaya Desa (APBDesa).

Peta permasalahan dan potensi desa.Merupakan daftar atau gambaran yang disusun bersama- sama masyarakat melalui musyawarah desa untuk mengumpulkan seluruh permasalahan yang dihadapi oleh desa dan masyarakat desa dan seluruh kekayaan desa yang memungkinkan untuk dikembangkan untuk menacapai kesjahteraan masyarakat desa.

Rencana Kegiatan Pemerintah Desa (RKPDesa). Merupakan daftar program-program dan kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah yang disusun melalui proses musyawarah desa dalam rangka menyelesaikan permasalahan desa dan memanfaatkan secara optimal potensi kekayaan desa.Program dan kegaitan yang termuat dalam RKPDesa sebagai gambaran lengkap arah kebijakan pembangunan desa. Meskipun demikian, program dan kegiatan harus dirangking (prioritisasi) berdasar tingkat kemendesakan dan kemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak (kepentingan publik).

Anggaran Pendapatan dan Biaya Desa(APBDesa).Merupakan daftar pembelanjaan seluruh dana atau penerimaan desa dalam melaksanakan kegiatan prioritas sesuai dengan tingkat kecukupan dana yang disusun melalui musyawarah desa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.

Perencanaan dan penganggaran desa merupakan bagian dari susunan kelembagaan desayang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian desa. Kemandirian yang dimaksud adalah penentuan arah tujuan pembangunan desa yang ditentukan sendiri oleh seluruh masyarakat desa. Oleh sebab itu, program-program pencapaian tujuan, pengalokasian sumberdaya dan sumberdana desa ditetapkan sendiri oleh masyarakat desa, dan pelaksanaan pembangunan desa dijalankan dan dimonitor (dalam pengawasan) sendiri oleh masyarakat desa.

Pembangunan desa setidaknya mempunyai ciri-ciri kunci yang mampu mendorong perilaku positif. Diantaranya; anggaran desa disusun dengan melibatkan seluruh aspek masyarakat, hasil pencapaian (kinerja) pembangunan desa harus mendapatkan umpan balik dari masyarakat desa, hasil pencapaian (kinerja) pembangunan desa dinilai berdasarkan sumberdaya dan sumberdana (biaya-biaya) yang dapat dimonitor (dalam pengawasan) masayarakat, ukuran-ukuran hasil pencapaian (kinerja) pembangunan desa realistik (senyata-nyatanya dan dapat dimengerti oleh masyarakat desa, serta beragam).

Apa makna penganggaran desa bagi masyarakat desa

Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah rumah tangga akan dihadapkan pada kondisi jumlah dana atau pendapatannya terbatas (dalam jumlah tertentu). Oleh sebab itu, setiap rumah tangga harus mengatur atau membelanjakan danayang dimilikinya agar dapat memenuhi kebutuhan yang benar- benar atau harus didanai, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk masa depan keluarganya. Diantaranya kebutuhan untuk; makan, pakaian, biaya listrik, biaya sekolah, dan mungkin tabungan pensiun.Pembelanjaan ini dapat dilakukan dengan perencanaan atau menyisih-nyisihkan dana pada kelompok kebutuhan dalam amplop-amplop terpisah atau dalam kaleng-kaleng terpisah, agar pada saatnya tiba dana yang dibutuhkan tersedia.

Lain halnya bagi sebuah pemerintahan (desa atau kabupaten). Pembelanjaan atas seluruh penerimaan dan atau kekayaanpotensialnya didasarkan pada kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan rumah tangga.Kebutuhan sebuah pemerintahan meliputi; perumahan atau apartemen, hotel atau sederhananya kos-kos-an, pabrik-pabrik, Mall atau sederhanya pasar.Sayangnya, seringkali melupakan nasib kebutuhan petani, tempat-tempat hewan-hewan ternak seperti bebek atau apapun jenisnya.Padahal, para petani inilah yang barangkali pemiliki lahan sebenarnya atau penggarap (buruh) pertanian yang jumlah pekerjanyabarangkali terbanyak dalam sebuah pemerintahan (desa).

Jika sebuah pemerintahan (desa atau kabuaten) mempunyai tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya, masyarakat yang bagian manakah atau jenis apakah yang akan disejahterakan. Bukankah petani atau buruh tani juga bagian dari masyarakat yang harus dihargai keberadaannya dan menjadi bagian tanggung jawab pemerintahan.Bagaimana juga dengan kebutuhan masyarakat lainnya (kaum difabel, para anak jalanan, pengangguran, masyarakat rentan kemiskinan, dan lain- lain)? Jika pemerintah tidak melibatkan mereka secara bersama-sama menentukan nasibnya sendiri, siapakah yang memikirkan kebutuhan mereka, akan kemanakah mereka mencari perlindungan hak dan kewajibannya? Haruskah sebuah kesejahteraan hanya akan menjadi impian saja buat mereka?

Jika kondisi yang ada sebagaimana yang telah dicontohkan, apakah makna penganggaran bagi masyarakat?. Dalam ungkapan sederhana penganggaran dapat jelaskan sebagai proses musyawarah bersama (seluruh aspek masyarakat) dalam rangka membagi-bagi (mengalokasikan) sumberdana (pendapatan atau penerimaan) sesuai dengan pos-pos pembelanjaannya untuk mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat dalam jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun atau multi tahun untuk kegiatan yang tidak memungkinkan diselesaikan dalam satu tahun).

Dengan demikian, jika penganggaran desa dikaitkan dengan pembangunan desa, maka penganggaran desa hendaknya merupakan perwujudan mekanisme yang berguna untuk memastikan tumbuhnya bentuk hubungan warga dengan pemerintah desa dalam membangun transparansi. Oleh sebab itu, dalam setiap tahapan penganggaran desa, hendaknya masyarakat desa setempat lah yang menjadi aktor atau pemain utamanya dan menjaminbahwa tujuan seluruh aspek masyarakat tersebut akan

Anggaran desa dalam kehidupan bernegara

Desa adalah bagian dari suatu Negara. UU Desa secara tegas mengakui keberadaannya dalam kontek pengakuan hak asal usulnya dan sejumlah kewenangan desa dalam menjalan mekanisme kepemerintahannya.

Dalam kaitannya dengan mekanisme penganggaran desa, terdapat hal-hal kunci yang harus menjadi perhatian PLD (pemdaping lokal desa) dalam memfasilitasi penganggaran desa dikaitkan dengan kehidupan bernegara.Diantaranya,waktu pelaksanaan musyawarah desa untuk pengganggaran desa harus memperhatiakan waktu atau jadwal pelaksanaan penganggaran Negara. Demikian halnya berkaitan dengansumber dana penganggaran desa yang ditaksir akan didanai berasal dari pemerintah atau pemerintah daerah. Oleh sebab itu, jadwal atau waktu dan kebutubuhan sumber dana penganggaran desa harus sinkron dengan berjalannya proses penganggaran negara, yaitu mekanisme penganggaran yang terjadi di tingkat pemerintah daerah dan pemerintah.

Penganggaran desa merupakan bagian-bagian atau “keping-keping puzzle” sebuah gambaran penganggaran Negaradianatara bagian-bagian lainnya, dlaam sebuah proses Negara mencapai tujuan mensejahterakan rakyat.Oleh sebab itu, meskipun dalam penyusunan dan penetapan anggaran desa ditentukan sendiri oleh masyarakat desa, menjaga kesesuaian jadwal dan kemungkinan penyediaan sumberdana (dari pemerintah dan pemerintah daerah) dengan mekanisme penganggaran Negara, adalah suatu keharusan untuk dipertimbangkan.

Masalah yang mungkin muncul dalam penganggaran desa

Tahapan penganggaran desa tidak seluruhnya mudah dilakukan oleh seluruh masyarakat. Terdapat beberapa titik yang harus menjadi perhatian PLD (pendamping lapang desa) dalam mengawal mekanisme penganggaran desa.Titik-titik kritis tersebut, secara k khususnya dapat memungkinkan(berpotensi) munculnya permasalahan dalam penganggaran desa. Diantaranya adalah(1) tahap prioritasasi program masyarakat desa, (2) tahap pemenuhan kebutuhan sumberdaya/ sumberdana program yang diprioritaskan, dan (3) penetapan ukuran-ukuran yang realistik atas hasil pencapaian (kinerja) pelaksanaan program yang diprioritaskan.

Prioritisasi program. Titik kritis pertama adalah pada tahap penentuan prioritas program atau kegiatan yang akan dilakukan pada kurun waktu penganggaran, umumnya terjadi pada tahap penyusunan RKPDesa. Tahap inilah yang harus menjadi perhatian utama dan pertama bagi semua pihak, khususnya bagi PLD (pendamping lokal desa), karena prioritisasi program menjadi tumpuan perwujudan pembangunan desa.

Dalam praktiknya proses prioritisasi program seringkali dilawankan atau dihadapkan dengan kehendak pemerataan pembangunan. Padahal, kedua hal terseut (prioritisasi dan pemerataan)

dengan tujuan kemanfatan untuk orang banyak. Sedangkan, pemerataan ditempatkan pada semua kegiatan dilakukan pada saat yang sama, bahkan untuk pihak-pihak yang sebenarnya belum atau tidak membutuhkan pada saat tersebut. Oleh sebab itu, penganggaran desa dalam sistem pembangunan desa, PLDhendaknya memastikan bahwa proses sebelum penganggaran telah dilakukan dengan prinsip-prinsip yang benar, menjadi sangat penting untuk diperhatikan.Disamping itu, lakukan pengecekan kembali bahwa isi dokumen RKPDesa telah sesuai dengan (bagian dari program dan kegiatan yang termuat dalam) RPJMDesa.

Pemenuhan kebutuhan sumberdaya/sumberdanapembangunan desa.Pendapatan dan kekayaan potensial desa mempunyai keterbatasan dalam jumlah dan penggunaan.Tidak menutup kemungkinan, untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya/sumberdana pemerintah desa membutuhkan pembiayaan dari pihak lain (pemerintah, pemerintah daerah, atau kaum peduli), baik itu berupa hibah/bantuan atau pinjaman.Keseluruhan sumberdaya/sumberdana yang digunakan oleh pemerintah desa dalam upaya untuk membiayai (dibelanjakan) program dan kegiatan pada waktu tertentu disebut dengan penerimaan.

Kecukupan sumberdaya/sumberdana seringkali menjadi masalah utama berikutnya dalam sistem penganggaran desa.Penaksiran kebutuhan sumber pendanaan kegiatan seringkali tidak dapat diyakini perolehannya.Informasi sumber-sumber pendanaan dari pihak luar, khususnya dari pemerintah dan pemerintah daerah seringkali kurang tersosialisasikan di tingkat desa. Oleh sebab itu, PLD (pendamping lokal desa) hendaknya memfasilitasi perolehan informasi tentang sumber- sumber dana dari pemerintah dan pemerintah daerah berkaitan dengan kebutuhan penganggaran desa dalam mekanisme pembangunan desa

Penetapan ukuran-ukuran hasil capaian(kinerja).Masyarakat terlibat dalam proses pembangunan desa secara menyeluruh, dari tahap awal sampai akhir proses (titik pertanggungjawaban) pelaksanaan program dan kegiatan, bahkan sampai pada dampak program dan kegiatan tersebut bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, agar dapat dilakukan proses pengukuran tingkat pencapaian hasil program dan kegiatan maka secara bersama-sama dengan pemerintah desa masyarakat harus menentukan ukuran-ukuran hasil pencapaian yang nyata, mudah dilakukan dan dipahami.

Penetapan ukuran ini merupakan bagian terakhir yang memungkinkan akanberpotensi menimbulkan permasalahan dalam penganggaran desa. Secara umum, ukuran hasil pencapaian dapat menggunakan angka (kuantitatif), baik dalam satuan mata uang (rupiah) maupun angka-angka target lainnya (misalnya: panjang dan ketebalan jalan yang dibangun, tinggi dan luas jembatan, debit air dalam irigasi, dan lain-lain).Bentuk ukuran lainnya, dapat berupa bukan-angka (kualitatif). Ukuran dalam bentuk kualitatif sangat beragam, umumnya sangat dipengaruhi oleh jenis program dan kegiatan yang dibiayai (dilaksanakan) dalam penganggaran. Misalnya, untuk mengukur pemanfaatan pembangunan PUSTU (Puskesmas Pembantu) dapat menggunakan ukuran berapa sering kegiatan pelayanan dilakukan dalam setiap minggu/bulan, berapa banyak masyarakat dapat dilayani dalam setiap minggu/bulan, tingkat perbaikan kesehatan masyarakat, dan lain-lain.

Pada titik kritis tahapan ini, peran PLD (pendamping lapang desa) menjadi sangat penting untuk memfasilitasi proses penyusunan ukuran hasil pencaiapan. Penggunaan ukuran-ukuran yang berlaku umum sangat dimungkinkan untuk diadopsi (diterapkan dengan penyesuaian pada kondisi

Seluruh pemenuhan kebutuhan publik harus sudah termuat dalam dokumen RPJM Desa, yang secara umum berfungsi sebagai penjamin penentuan arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dalam mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Kebutuhan publik meliputi; (1) pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan letak dan ciri khas geografis desa, (2) penanggulangan kemiskinan sesuai dengan karakteristik kemiskinan yang ada di desa yang bersangkutan, (3) pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa sesuai dengan kemungkinan pengembangan (potensi) atas kekayaan desadan, (4) pengembangan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan keberdayaan dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa.

Pemenuhan standar pelayanan minimum desa.

Penanggulangan kemiskinan.

Pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa.

Pengembangan sumber daya manusia.

Jelas lah bahwa penganggaran desa hendaknya ditujukan untuk merealisasikan pemenuhan kebutuhanpublik. Peran PLD (pendamping lokal desa) adalah memfasilitasi proses pelaksanaan musyawarah dalam menjamin seluruh kebutuhan publik terpenuhi dan mengadvokasi sejumlah kebijakan-kebijakan atau program dimasukkan dalam RPJM Desa.

Prinsip penganggaran partisipatif

Penganggaran partispatif (PP) merupakan salah satu pendekatan penganggaran yang bisa menjadi pilihan dalam penganggaran desa sesuai amanat UU Desa.Namun, apakah yang dimaksud dengan penganggaran partisipatif, bagaimana penganggaran partisipatif dilaksanakan dalam praktik, dan apakah benar-benar dapat melibatkan masyarakat dalam kondisi keberadaan dan kesibukan masyarakat desa yang bersangkutan?

Apakahpenganggaran partisipatif (PP)?Penganggaran partisipatif merupakan pendekatan penganggaran dengan prinsip memberdayakan warga melalui mekanisme pengambilan keputusan anggaran dilakukanbersama-samadengan masyarakat (masyarakat terlibat aktif dalam setiap tahapan yang harus dilalui). Pendekatan ini bukanlah pendekatan baru, namun, telah dikembangkan lebih dari dua dekade lalu di Porto Alegre, Brazil. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan proses pembangunan desa dilakukan sendiri (mandiri) untuk mencapai kesejahteraannya masyarakat setempat.

Penganggaran partisipatif(PP) dalam rangka implementasi UU Desa No.6 Tahun 2014 merupakan inisiatif fantastik, namun tetap harus disesuaikan kondisi desa setempat dan tetap memberikan

dan kegiatan yang diprioritaskan(kegiatan dalam program pembangunan desa) dalam lingkungan kehidupannya. Dalam proses demokrasi yang sebenarnya, penganggaran partisipatif (PP) harusnya terus berkembang secara meningkat dengan proses implementasi yang terus berkembang di wilayah-wilayah sekitarnya.

Pendekatan penganggaran partisipatif (PP) mengikuti konsep Bottom-Up Budgeting atau yang disebut dengan Grassroots Participatory Budgeting.Secara nyata, proses penganggaran dengan pendekatan Bottom-Up merupakan tindakan nyata pemberdayaan masyarakat melalui proses penganggaran.Jadi, ciri utama pendekatan iniadalah adanya pemberdayaan (empowerment)yang pada dasarnya berbasis nilai-nilai umum kehidupan manusia, menumbuhkan peralihan kekuasaan, memberikan hak mengusulkan/memilih dan pengambilan keputusan di tangan masyarakat, dan memastikan adanya prinsip keterbukaan (transparansi).

Prinsip-Prinsip Anggaran berbasis Penganggaran Partisipatif

1. Disetujui oleh utusan masyarakat. Anggaran harus mendapatkan persetujuan dari para utusan masyarakat sebelum dilaksanakan membelanjakan danaoleh eksekutif (kepala desa). 2. Komprehensif (menyeluruh). Anggaran harus mencerminkan semua sumber penerimaan dan pengeluaran desa. Oleh karena itu, adanya katagori dananon budgetair adalah menyalahi prinsip komprehensi penganggaran. Dengan kata lain tidak dapat diterima adanya pos dananon-budgetair.

3. Keutuhan anggaran. Seluruh sumber dana atau penerimaan dan pembelanjaan dana harus terhimpun dalam satu kesatuan dana (utuh atau keseluruhan).

4. Periodik. Penganggaran merupakan proses yang periodik, bersifat tahunan atau multi tahunan.

5. Akurat. Penganggaran dilakukan dengan perkiraan atau estimasi yang tepat, tidak memasukan dana cadangan yang tersebunyi sehingga memungkinkan untuk dijadikan kantong-kantong pemborosan atau inefisiensi anggaran dan mengakibatkan adanya under estimate(kesalahan dalam penaksiran yang terlalu rendah) penerimaan dan over estimate(kesalahan dalam penaksiran terlalu besar) pengeluaran

6. Jelas.

7. Diketahui publik. Penganggaran dilakukan secara terbuka dan melibatkan semua unsur masyarakat melalui musyawarah-musyawarah desa. Program dan kegiatan yang telah disetuji untuk dibiayai melalui pembelanjaan atas penerimaan desa diumumkan dalam papan-papan informasi desa.

Bagaimana Penganggaran Partisipatif dilaksanakan di Desa?

Dalam pola pikir yang umum terjadi, sepertinya penganggaran partisipatif menggambarkan sesuatu ketidakmungkinan untuk terjadi.Disamping itu, untuk dapat menerapkan penganggaran partisipatif (PP) dibutuhkan model tatakelola pemerintahan baru, yang memberdayakan masyarakat untuk

aktivitas sipil khususnya dalam hal pengambilan keputusan bagaimana membelanjakan dana desa. Disamping itu, pada dasarnya, masyarakat memahami bahwa mereka mempunyai kekuasaan atau kekuatan untuk melakukan pengambilan keputusan dan pemerintah desa hendaknya tidak hanya mendengarkan usulan mereka tetapi benar-benar harus mengikuti mandat mereka. Oleh sebab itu, harus diatur dalam proses penganggaran partisipatif.

Proses penganggaran partisipatif (PP). Secara sederhana proses penganggaran partisipatif (PP) dapat dilihat dalam skema yang disajikan di Gambar-1.Tahap-1 masayarakat melakukan identifikasi kebutuhan dan memilih utusan atau tim representasi masyarakat.Utusan secara ekstensif akanmeneliti dan menilai kelayakan implementasi program dna kegiatan yang telah dilakukan periode sebelumnya.Dismaping itu, utusan mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan publik yang harus dipenuhi.

Tahap-2 adalah proses para utusan melakukan pertemuan-pertemuan (musyawarah-musyawarah) dan menyusun proposal atau usulan program dan kegiatan. Pada saat usulan benar-benar sudah konkret (jelas jenis, waktu, dan kemanfaatannya), dilanjutkan dengan menyajikannya kepada publik melalui ruang-ruang publik maupun papan-papan informasi.

Tahap-3 merupakan tahapan uji publik untuk memperoleh masukan atau umpan balik masyarakat secara langsung atas apa yang telah disusun oleh para utusan masyarakat.Pemanfaatan ruang publik, media social, dan papan informasi publikdapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mencermati pemenuhan kebutuhan pada penganggaran periode yang ada.

Tahap-4 adalah proses memilih dan memutuskan sesuai dengan tujuan dan kualifikasi program. Tahap ini merupakan tahap prioritisasi atau memilih program dan kegiatan mana yang tingkat kemendesakannya paling tinggi.

Tahap-5 adalah tahap terakhir yang berfungsi untuk menjamin bahwa seluruh dana dialokasikan atau dibelanjakan sesuai dengan hasil prioritasipembelanjaan.Disamping itu, tahap ini menjadi titik penting untuk memastikan bahwa seluruh pelaksanaan sesuai dengan ukuran-ukuran kinerja yang telah ditetapkan, baik ukuran keuangan maupun non-keuangan dan ukuran kuantitatif (angka) maupun kualitatif (non-angka).

Tindakan apa yang harus dilakukan agar pendekatan penganggaran partisipatif berjalan dengan benar?

Menurut Dr. Gordon terdapat tiga tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat jika menginginkan peningkatan efektifitas penganggaran partisipatif

Menciptakan sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses penganggaran partisipatif. Sarana pendorong yang harus diciptakan dapat berupa ruang public atau media social lainnya yang dapat digunakan sebagai pelengkap bentuk-bentuk atau sarana komunikasi lain.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses. Melibatkan semua unsur masyarakan sesuai dengan kaakteristiknya sendiri-sendiri.

Menilai dan meningkatkan dampak penganggaran partisipatif.

Keberadaan ruang-ruang publik atau media sosial dibutuhkan untuk menciptakan sarana yang memungkinkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.Kenyataan bahwa penggunaan ruang publik dan media sosial saat ini dalam kondisi “terbatas dan sporadis”.Oleh sebaba itu, menjadi peran PLD (pendamping lokal desa) untuk mengadvokasi berupa doronganuntukdiwujudkannya dalam bentuk regulasi desa atau daerah. Dengan demikianpenggunaan ruang publik dan media social dapat dilakukan secara lebih optimal.Regulasi dibutuhkan dan sangat potensial untuk meningkatkan dan mengembangkan platform penggunaan ruang publik dan media sosial untuk mengembangkan

Dalam dokumen MODUL PELATIHAN PENDAMPING LOKAL DESA (Halaman 101-110)

Dokumen terkait