• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Pembangunan Desa

1. Pengertian Pembangunan Desa

Pada hakikatnya pengertian pembangunan secara umum adalah proses perubahan secara terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan dapat diartikan berbeda oleh satu orag denga orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, negara satu dengan negara lainnya.

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo pembangunan merupakan suatu usaha perubahan dan pembangunan dari suatu keadaan dan kondisi masyarakat tertentu kepada suatu keadaan dan kondisi masyarakat yang dianggap lebih baik. Sedangkan menurut Rostow yang diambil dalam Mansor Fakih mendefinisikan pembangunan yang dikaitkan dengan perubahan sosial yakni suatu pembangunan semata hanya untuk merubah kehidupan masyarakat itu sendiri atau perubahan masyarakat masyarakat dari tradisional modern, dalam perkembangan pembangunan melalui tahapan masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, gerak menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran.

Menurut Efendi (2015 :2) pembangunan merupakan upaya meningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara berencana dan berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang merata dan berkedilan. Dalam hal pembangunan dapat dikatakan berorientasi pada pembangunan masyarakat, dimana pendidikan menempati

posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka wawasan dan kesadaran warga akan arah cita-cita yang lebih baik.

Konsep ini memberikan beberapa implikasi bahwa pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income tetapi juga pemerataan. Pembangunan harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti peningkatan (Life Sustenance; kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, Self-Esteem; kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai dan tidak diisap orang lain). Pembangunan dikatakan sebagai sebuah konsep normatif dan proses multidimensi yang menuju ke arah perubahan sosial secara komprehensif maupun inkremental. Pembangunan yang normative dimaksudkan bahwa didalam gerak laju/kegiatan pembangunan itu harus diambil keputusan, guna pelaksanaannya sesuai dengan kondisi hakiki dari pada kebutuhan masyarakat secara umum atau seluruh kepentingan masyarakat.

Pembangunan sebagai upaya memperbaiki keadaan, dalam arti yang lebih buruk menjadi baik dikemukakan oleh Kirdi dipoyudo bahwa “Pembangunan nasional adalah rangkaian usaha secara sadar berencana untuk memperbaiki keadaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang meliputi program-program pembangunan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.” Bintoro (1986). Selain dilihat sebagai upaya memperbaiki keadaan, pembangunan juga dapat dilihat sebagai salah satu jalan untuk mengetahui segala potensi kreatif yang dimiliki oleh masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Jakob Oetama sebagai

berikut : “Pembangunan berusaha menggerakkan dan menguakkan potensi kreatif yang ada dalam masyarakat. Untuk merangsang potensi kreatif itu maka pembangunan mempertimbangkan sistem nilai struktur yaitu hubungan-hubungan dan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat.” Jakob (1984). Potensi yang dimiliki masyarakat seringkali terpendam dan untuk membangkitkan kembali harus melalui pembangunan. Potensi yang telah muncul 28 melalui pembangunan tersebut sekaligus merupakan salah satu faktor yang dapat memperlancar jalannya roda pembangunan. Potensi-potensi yang dimaksudkan berupa budaya, ekonomi, nilai dan sebagainya. 2. Ciri-ciri dan Prinsip Pembangunan Desa

Pembangunan desa dengan berbagai masalahnya merupakan pembangunan yang berlangsung menyentuh kepentingan bersama. Dengan demikian desa merupakan titik sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi harus melalui koordinasi dengan pihak lain, baik dengan pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri khusus yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh C.S.T Kansil, (1983 :251) yaitu :

a. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan

sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah dan masyarakat.

b. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan essensial kegiatan masyarakat.

c. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan termasuk desa-desa diwilayah keseluruhan.

d. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan daerah pedesaan, daerah perkotaan serta antara daerah pengembangan wilayah sedang dan kecil.

e. Menggerakan partisipasi, prakaras dan swadaya gotong royong masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan teknologi tepat waktu.

Jadi dalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi bebagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan artinya harus melibatkan semua komponen yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah dan harus langsung secara terus menerus demi tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

3. Strategi Pembangunan

Pemerintah di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia juga telah merencanakan berbagai macam program pembangunan pedesaan. Program-program pembangunan pedesaan tersebut antara lain :

a) pembangunan pertanian (agricultural development) b) industrialisasi pedesaan (rural industrialization)

c) pembangunan masyarakat desa terpadu (integrated rural development)

d) strategi pusat pertumbuhan (growth centre strategy)

Uraian berikut berusaha membahas secara ringkas asumsi-asumsi dasar, sasaran dan bagaimana pelaksanaan program-program tersebut, serta ada hambatan ketika diimplementasikan. a. Pembangunan pertanian (agricultural development)

Tujuan yang hendak dicapai oleh pembangunan pertanian adalah untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyakat desa dengan cara meningkatkan output dan pendapatan mereka. Peningkatan produksi pertanian dianggap sangat strategis, karena tidak hanya diperlukan untuk kebutuhan pangan (baik dipedesaan maupun diperkotaan), tetapi sekaligus juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan kerumah tanggaan, serta untuk menghasilkan produk pertanian ekspor yang dibutuhkan oleh negara maju. Implementasi program pembangunan pertanian ini telah merombak sistem pertanian dan model usaha tani. Karena itu, lahirlah sebutan green revolution (revolusi hijau). Di Indonesia, seperti telah diutarakan dalam uraian terdahulu, program pembangunan pertanian yang dicanangkan pemerintah Orde Baru secara intensif pada Pelita 1 telah membuahkan hasil yang spektakuler. Indonesia yang semula tergolong pengimpor beras

nomor satu didunia menjadi negara berswasembada pangan. 53 Industralisasi Pedesaan (rural industrialization).

Tujuan utama program industralisasi pedesaan adalah mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Industrialisasi pedesaan merupakan alternatif yang sangat strategis bagi upaya menjawab persoalan semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan dipedesaan serta keterbatasan elastisitas tenaga kerja.

b. Pembangunan Masyarakat Desa Terpadu (Integrated Development)

Tujuan utama program pembangunan masyarakat desa terpadu adalah meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk pedesaan serta memperkuat kemandirian. Menurut Waterston, ada enam elemen dasar yang melekat dalam program pembangunan semacam ini, yaitu: pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat karya (labour intensive), memperluas kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja skala kecil, dengan cara mengembangkan industri kecil di pedesaan, mandrii dan meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, mengembangkan daerah perkotaan yang mampu memberi dukungan pada pembangunan pedesaan, dan membangun kelembagaan yang mampu melakukan koordinasi proyek multisektor.

4. Sasaran Pembangunan Pedesaan

Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki aspirasi masyarakat dan prioritas pembangunan pedesaan yang telah ditetapkan. Sasaran umum yang diharapkan dapat dicapai adalah pertumbuhan ekonomi pedesaan berbasis ekonomi pedesaan berbasis sumberdaya pertanian (agricultural resource based) yang ditunjang oleh kegiatan sektor non pertanian dengan memperhatikan kelestariaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat kecil. Sasaran umum tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa sasaran khusus sebagai berikut : a. Tersedianya infrastruktur fisik dan sosial yang mencakup jaringan

jalan, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang tersebar seluruh wilayah.

b. Terlaksananya pembangunan ekonomi yang mencakup ketersediaan sumber-sumber penghasilan, produktivitas pertanian yang tinggi, dan tingkat efesien yang tinggi dalam pemanfaatan sumberdaya alam.

c. Tercapainya kelestarian lingkungan yang meliputi terciptanya kesadaraan akan pentingnya lingkungan, berkembangnya kepedulian lingkungan semua pihak, dan adanya upaya untuk menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi.

d. Konsep Perencanaan Pembangunan dari Bawah (Bottom Up Planning)

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari keterlibatan peran serta Masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai obyek, tetapi harus dipandang sebagai objek pembangunan. Pembangunan pedesaan harus diletakkan dalam konteks sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana pembangunan untuk memberdayakan masyarakat, dan sebagai upaya mempercepat dan memperkokoh pembangunan ekonomi daerah dalam arti luas secara efektif dan kokoh.

Penentuan program pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan bentuk perencanaan dari bawah, dari akar rumput bawah atau sering disebut bottom up planning. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social emprowering) secara nyata dan terarah. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kepedulian, kesediaan, dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program-program yang dilaksanakan didaerah tersebut.

Bentuk partisipasi masyarakat tersebut antara lain, mereka bersedia menyerahkan sebagai lahan/tanahnya yang dilewati oleh pembangunan jalan desa atau jaringan irigasi, tanpa meminta pembayaran ganti rugi harga lahan/tanah tersebut, kerja

bersama-sama dalam pembangunan jalan desa (tanpa diberikan upah), dan lainnya.

5. Pentingnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Keberhasilan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan desa pada khususnya tidak hanya ditentukan oleh pemerintah dan aparatnya melainkan juga oleh besarnya pengertian, kesadaran dan seluruh partisipasi masyarakat. Partisipasi adalah mengambil dan turut menyusun, turut melaksanakan dan turut bertanggungjawa. Partisipasi masyarakat dan kepemimpinan setempat tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan yang lainnya. Bila terpisahnya maka dengan sendirinya akan mengurangi atau bahkan kehilangan kekuatan. Misalnya partisipasi masyarakat besar, namun karena pemerintah desa tidak dapat menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi setempat, maka potensi tidak akan pernah diwujudkan seperti yang diharapkan.

Dewasa ini diharapkan partisipasi masyarakat akan muncul dan tumbuh dari bawah sebagai inisiatif dan aktifitas yang lahir dari rasa tanggung jawab warga masyarakat dalam pembangunan pedesaan/kelurahan yang pada partisipasinya dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam keputusan Presiden Republik Indonesia dengan nomor :319/19/1978 dijelaskan bahwa: “Berhasil tidaknya repelita akan tergantung pada banyaknya tanggapan pengertian dan pertisipasi rakyat Indonesia dalam meyambut segala tantangan pembangunan ini secara positif guna meratakan jalan bagi cucu dan

generasi yang akan datang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.” Sirajuddin (1991).

6. Jenis-Jenis Program Pembangunan Desa

Pembangunan desa akan semakin menantang di masa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih demokratis. Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari profil lama, yakni terbelakang dan miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pembangunan pedesaan harus menjadi prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan kebijakan pembangunan di Desa sangia makmur. Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desa akan semakin tinggi terutama dalam hal perekonomian. Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah terciptanya kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah:

a. Peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan b. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa

c. Penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa d. Pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa e. Pengembangan sarana dan prasarana pedesaan

f. Pemantapan keterpaduan pembangunan desa berwawasan lingkungan. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar utama yaitu menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa, mitigasi bencana, lingkungan hidup. Target pembanguann desa yang obejktif adalah pembangunan yang jelas dan nyata sehinggaa menjadikan masyarakat yang tinggal di pedesaan akan semakin nyaman dan merasa tentram. Program pembangunan desa misalnya adalah: Pembangunan di bidang sarana dan prasarana desa (Infrastruktur) Pembangunan dibidang infrastruktur ini dimaksudkan untuk kelancaran segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh desa yang bersangkutan. Pembangunan infrastruktur di desa tersebut harus di dasarkan atau ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga memungkinkan tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaanya. Di sisi lain infrastruktur yang di bangun juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam mengelola dan memelihara setelah proyek

tersebut berakhir, dan di dalam membangun infrastruktur desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat sehingga sumber daya yang di milki oleh desa yang terbatas dapat di manfaatkan secara efektif dan efisien (Suriadi, 2005:61). Pemberdayaan masyarakat Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, Perasaan memilki, dan biasanya satu tempat yang sama (Suriadi, 2005:41). Menurut kodratnya, Manusia tidak dapat hudup menyendiri, Tetapi harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia yang lain yang dalam hubunganya saling membantu untuk dapat mencapai tujuan hidup menurut kemampuan dan kebutuhannya masing-masing atau dengan istilah lain adalah saling berinteraksi.

Dokumen terkait