• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembangunan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia

1. Pembangunan Ekonomi

Konsep Pembangunan ekonomi adalah konsep yang begitu penting dan terus menerus jadi bahan kajian para ahli ekonomi mulai dari aliran ekonomi klasik hingga konsep pembangunan aliran neoliberalis yang sekarang ini banyak dipraktekkan. Setidaknya kerangka pembangunan ekonomi dimulai ketika para ekonom melihat kejadian-kejadian penting yang terjadi dalam gejolak perekonomian dunia dalam dua abad belakangan ini. Perkembangan ekonomi dalam kurun waktu tersebut telah menimbulkan dua akibat yang sangat krusial, yaitu pertama, adanya kemakmuran atau taraf hidup yang semakin meningkat yang dicapai oleh masyarakat dunia. Kedua, terciptanya kesempatan kerja baru kepada penduduk yang semakin bertambah jumlahnya.1

Pembangunan ekonomi pada dasarnya telah melewati tiga fase yang berbeda yaitu : Fase pertama, adalah Pembangunan ekonomi dengan aliran pemikiran klasik yang dicetuskan para pakar ekonomi klasik dimana pembangunan ekonomi jangka panjang menitikberatkan pada faham pembangunan kapitalisme dengan slogannya yang terkenal laisssez faire yaitu tangan-tangan tak terlihat, maksudnya bahwa pembangunan ekonomi itu harus dibiarkan mencapai keseimbangan (Full employment) 2 sendiri tanpa harus ada campur tangan pemerintah, kegiatan ekonomi harus mutlak diserahkan pada kekuatan pasar. Pemikiran ini dicetuskan oleh Adam Smith dalam karyanya

1 Agustianto. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi

Islam,http://agustianto.niriah.com/2015/10/07/pertumbuhan-danpembangunan-ekonomi-perspektif-ekonomi-islam-2. diakses tgl 27 Agustus 2019 pukul 10:04 Wib.

2 Full Employment artinya adanya kondisi keseimbangan pasar dimana permintaan dan penawaran agriget bertemu pada titik keseimbangan, maka menurut Adam Smith semua faktor produksi dalam perekonomian akan terpakai, dan tidak ada yang idle, otomatis negara akan sejahtera.

The Wealth of Nation (1776). Fase pemikiran ekonomi Klasik ini bertahan

lebih kurang satu abad.

Fase kedua, dari pemikiran pembangunan ekonomi timbul setelah terjadinya perang dunia kedua dan negara-negara dunia ketiga memperoleh kemerdekaan. Banyaknya negara yang baru merdeka mengeser paradigm pemikiran pembangunan ekonomi dari faham libaralisme klasik ke faham ekonomi Keynes. Pada fase ini fokus perhatian berpindah dari kebebasan pasar kepada campur tangan yang lebih besar oleh pemerintah dalam perekonomian. Jargon laissez faire 3dari ekonomi kapitalisme telah kehilangan peran ketika itu, akibat peristiwa Great Depression (1929-1932) yang menimbulkan banyak pengangguran, kemerosotan ekonomi, penurunan harga-harga. Ekonom yang sangat berperan dalam fase ini adalah John Maynard Keynes dengan bukunya

The General Theory of Employment, Interest and Money yang diterbitkan

tahun 1936.4 Pada fase inilah ekonomi Keynesys dan sosialis memperoleh momentum di dunia Barat.

Fase ketiga memiliki fokus yang berbeda dengan fase kedua, dalam fase ketiga ini perhatian Ekonomi Pembangunan cenderung anti kekuasaan (negara) dan kembali pro kepada kebebasan pasar. Pada fase sebelumnya masalah inflasi kurang mendapat perhatian dari Keynes. Fase ini terjadi mulai tahun 1970-an, yaitu ketika pelaksanaan startegi Keynes dan sosialis mulai melemah dan terjadinya inflasi yang sangat tinggi di Amerika telah menjadi perhatian utama tokoh-tokoh seperti Robert Lucas (mendapat hadiah novel pada tahun 1995) Thomas J. Sargent, Neil Wallace dan Robert Barro 5 dengan mencetuskan pandangan pembaharuan dari pandangan Keynes yang dikenal

3

laissez faire ( tangan tangan tak terlihat) adalah sebuah slogan yang dicetuskan oleh Adam Smith sebagai tokoh pencetus faham kapitalistik, dimana perekonomian itu tidak perlu dicampurtangan oleh pemerintah, biarkan mekanisme pasar berjalan seharusnya, kekuatan permintaan dan penawaran yang ada dipasar akan dengan sendirinya mengalami keseimbangan (equilibrium) dan perekonomian akan mencapai full employment (kemakmuran) jika keseimbangan pasar tersebut sudah tercapai.

4

Sadono Sukirno. Makro Ekonomi Modern, perkembangan pemikiran dari dari klasik

hingga Keynes Baru. (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2007 ) h. 281 5 Ibid.. h.282

29

dengan Rational Expectations.6 Pada fase ini ekonomi neoklasik mulai”comeback”dan menjadi paradigma yang dominan. Mereka berkeyakinan bahwa liberalisasi pasar dengan pengurangan peran pemerintah dalam bidang ekonomi adalah sangat penting untuk menyelesaikan masalah negara berkembang. Fase ini juga dianggap sebagai era kebangkitan liberalisme dan ekonomi neoklasik.

Dari berbagai aliran pemikiran ekonomi pembangunan yang telah dikemukakan diatas, maka pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai proses perbaikan berkesinambungan dari suatu masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi.7 Setidaknya ada tiga komponen dasar atau nilai inti sebagai konsep dan pedoman praktis dari pembangunan yaitu

a. Kecukupan (Dalam hal ini kemampuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar)

Apa yang disebut dengan kebutuhan dasar adalah segala kebutuhan yang jika tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang, diantaranya sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan, jika satu saja dari kebutuhan ini tidak terpenuhi akan memunculkan ―keterbelakangan absolute‖. Fungsi dasar dari semua kegiatan ekonomi pada hakikatnya untuk memenuhi semua kebutuhan dasar ini. Atas dasar ini maka dapat disebutkan bahwa keberhasilan suatu pembangunan ekonomi sebagai prasyarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara

6

Rational Expectations adalah pandangan yang dikembangkan seiring munculnya kelemahan-kelemahan teori Keynes dalam hal campur tangan pemerintah terhadap pasar. Menurut pandangan ini, dalam jangka pendek dan jangka panjang kebijakan-kebijakan pemerintah tidak akan efektif sama sekali terhadap bergeraknya variabel riil di pasar. Paradigma Rational Expectations telah menyumbangkan pikiran yang mendasarkan analisis mereka pada sikap rasional terhadap pelaku-pelaku kegiatan ekonomi, pengaruh harapan yang rasional keatas kegiatan ekonomi yang berlaku, dan lebih banyak menumpahkan perhatian terhadap sisi penawaran dalam penentuan tingkat kegiatan ekonomi yang kurang diperhatikan oleh aliran Keynes.

7 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi (Penerbit : Erlangga Jakarta 2006) edisi Sembilan jilid 1 h.26

berkesinambungan, maka realisasi potensi manusia baik ditingkat individu dan masyarakat tidak mungkin berlangsung.

b. Harga diri (Menjadi manusia seutuhnya)

Dorongan kehidupan yang lebih baik adalah dorongan dari dalam diri sendiri untuk maju dan untuk dihargai. Harga diri yang menjadi salah satu tujuan dari kemajuan kadang memiliki makna yang berbeda-beda dari setiap masyarakat atau negara, adanya kemajuan dunia modern yang datang dari barat acapkali menjadi acuan dari masyarakat dunia ketiga memandang sebuah kemakmuran yang selayaknya harus dicapai, sehingga menjadi berhala-berhala yang diagungkan dan tanpa disadari mengaburkan harga diri mereka sebagai sebuah bangsa dimana patokan baik buruk atau benar salah terkadang sudah kabur, akibat terlalu berkiblat bahwa kemajuan dari barat adalah sesuatu yang benar yang harus dicapai. Negara-negara dunia ketiga berlomba-lomba untuk mengejarnya dan tanpa disadari mereka kehilangan jati dirinya. c. Kebebasan dari sikap menghamba (kemampuan untuk memilih)

Konsep kemerdekaan manusia untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek - aspek materiil dalam kehidupan ini, sekali kita menghamba, maka akan semakin dalam kita terjebak di didalamanya. Sekali saja kita menjadi budak materi maka sederet sifat sifat negative akan mengikutinya, diantaranya sikap mementingkan diri sendiri, dan terkadang mengorbankan kepentingan orang lain. Pembangunan yang dicapai haruslah dapat memberikan kita kebebasan dari berbagai pilihan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, bagi individu dan masyarakat. Kebebasan memilih sesuai dengan hati nurani terhadap semua pilihan dalam kehidupan ini tidak akan diperoleh jika kita miskin. 8

Pada paradigma baru pembangunan ditekankan sebagai proses yang multidimensional dalam rangka pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

31

indikator pembangunan yang harus digunakan tidak hanya indikator ekonomi. Melainkan indikator-indikator sosial, seperti Human Development Index (HDI) / IPM dan Physical Quality of Life Index (PQLI)9.

Baik indikator ekonomi maupun indikator sosial tidak dapat berdiri sendiri sebagai indikator pembangunan artinya tingkat kemiskinan tidak dapat hanya terukur menggunakan variabel pendapatan ataupun kepuasan saja, akan tetapi paradigma pembangunan adalah suatu proses menyeluruh yang menyentuh seluruh aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lainnya. Pembangunan merupakan cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan, dalam arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat.

Pembangunan di Indonesia telah melalui evolusi paradigma yang sama dengan paradigma pembangunan di dunia. Indonesia memiliki tahapan paradigma pembangunan dimulai dengan paradigma pertumbuhan (growth

paradigm) kemudian berubah menjadi paradigm kesejahteraan, (welfare Paradigm), dan akhirnya paradigm yang bertumpu pada pembanguann

manusia (People centered of development paradigm)10

Dokumen terkait