• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Variabel

2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi provinsi- provinsi di Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 bisa dilihat dari perkembangan laju pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto perkapita berdasarkan harga konstan (PDRB)

provinsi masing- masing. Sebagai berikut ini: Gambar IV.1

Grafik laju pertumbuhan PDRB provinsi- provinsi di Indonesia Tahun 2010 s/d 2017

Sumber : www. bps.go.id

Dari grafik IV.1 diatas terlihat bahwa perkembangan laju PDRB di 33 Provinsi di Indonesia, bisa diamati dari tahun 2010 sampai tahun 2017 rata- rata perumbuhan ekonomi dalam hal ini laju PDRB provinsi - provinsi berada disekitar 5 % sampai dengan 6 %, (lihat juga lampiran 1), ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang berada di sekitar angka tersebut. Dari tahun 2014 sampai 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi pada kisaran 5, 1 %, dan prediksi tahun 2019 masih berkisar di 5 %. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dapat dipicu oleh kondisi produktivitas sumber daya manusia yang rendah, alokasi sumber daya modal dan akses yang terbatas, serta tingginya tingkat pengangguran di masing - masing daerah.

Sebagai ilustrasi dari perkembangan Pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah dapat diuraikan berikut ini, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6,0 %, khususnya kawasan jawa dan Jakarta, hal ini didorong

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG

133

peningatan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Kemudian kinerja industri pertambangan dan tingginya harga komoditas pertambangan di luar negeri membuat pertumbuhan ekonomi kawasan Timur Indonesia (KTI) berada pada kisaran 6,0 %, kemudian pertumbuhan ekonomi di wilayah sumatera, sedikit lebih rendah yaitu berada pada kisaran 5,0%, kondisi ini dipengaruhi anomali cuaca yang tidak menguntungkan untuk produktivitas industri perkebunan dan pertanian, serta pertambangan. Sementara itu tingkat inflasi di daerah sumatera berada pada posisi tertinggi di seluruh kawasan sekitar 7,8 %, hal ini dipicu oleh tingginya kenaikan harga komoditas

volatile foods secara signifikan menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi

berbagai daerah di penghujung tahun 2010.

Sementara pertumbuhan ekonomi regional pada tahun 2011 berada pada kisaran rata- rata 6,5 % Capaian pertumbuhan ekonomi nasional 2011 yang tinggi tersebut terutama didukung oleh kinerja ekonomi Jawa, Jakarta dan Sumatera yang diprakirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Sementara itu, Kawasan Timur Indonesia (KTI) diprakirakan tumbuh lebih lambat, terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor pertambangan yang menghadapi berbagai tantangan sepanjang tahun 2011. Sementara inflasi berada pada level 3,79 % lebih rendah dibanding tahun 2010. Rendahnya tekanan inflasi merupakan imbas dari kebijakan pemerintah dalam menyediakan alokasi anggaran untuk subsidi pada upaya meningkatkan ketahanan pangan dan stabilitas harga komoditas energi.

Pertumbuhan ekonomi kawasan pada tahun 2012 masih berada dalam kisaran 6,5 %, dan tingkat inflasi yang masih terkendali, tingginya permintaaan domestik masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi daerah - daerah. Penyaluran kredit masih cukup tinggi, akan tetapi akselerasi pertumbuhan ekonomi kepada tingkat yang lebih tinggi tertahan oleh kinerja ekspor dari beberapa kawasan karena rendahnya permintaan dunia.

Prospek ekonomi di tahun 2013 diperkirakan membaik, dengan meningkatnya permintaan domestik, dan juga membaiknya perkonomian global. Pertumbuhan ekonomi yang menguat juga dibarengi meningkatnya TDL ( Tarif

Dasar Listrik), gas dan LPG, serta naiknya UMP ( Upah Minimum Provinsi) menjadi tantangan tersendiri bagi dunia usaha dan pempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan disisi lain dapat memberikan jaminan kesejahteraan bagi buruh. Pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat pada triwulan IV 2013 ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Sumatera. Perbaikan di kedua kawasan ini terutama didorong oleh kinerja ekspor, khususnya untuk komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) seperti pertambangan dan perkebunan. Perbaikan kinerja ekonomi di kedua kawasan tersebut mendorong kenaikan laju pertumbuhan ekonomi nasional 5,72% pada triwulan IV 2013. Sebaliknya, laju pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Jawa secara agregat tumbuh melambat karena melemahnya permintaan domestik.

Prospek ekonomi pada tahun 2014 berada pada pertumbuhan mendekati batas bawah kisaran 5,8 – 6,2%. Pertumbuhan ekonomi daerah terus membaik, dibarengi membaiknya perekonomian global dan peningkatan permintaan domestik, pertumbuhan ekonomi wilayah jawa, Jakarta dan sumatera masih lebih tinggi dibanding dengan pertubuhan pada Kawasan Timur Indonesia. Sementara pelaksanaan pemilu dengan intensitas yang lebih kuat mempengaruhi permintaan domestik di daerah jawa dan Jakarta. Tekanan inflasi yang mereda pada kwartal IV tahun 2013 banyak berdampak pada daerah jawa, dan Jakarta, akan tetapi tekanan infalsi untuk wilayah sumatera, masih lebih dirasa akibat meningkatnya harga kebutuhan pokok, biaya transfortasi dan adanya erupsi gunung Sinabung.

Perekonomian nasional terindikasi mulai menunjukkan perbaikan pada Triwulan III 2015. Realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,73% pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh meningkatnya investasi seiring dengan mulai bergeraknya serta percepatan realisasi proyek-proyek infrastruktur berskala besar di berbagai daerah. Meningkatnya konsumsi swasta juga turut menopang perbaikan ekonomi, meski peningkatan konsumsi ini lebih dikontribusi oleh konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) terkait pengeluaran untuk persiapan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Di sisi lain, dinamika pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan diikuti oleh rendahnya harga komoditas berdampak pada

135

masih terbatasnya perbaikan kinerja ekspor luar negeri di berbagai daerah, terutama yang berbasis pada ekspor dari sumber daya alam (SDA). Kondisi ini menyebabkan perbedaan kenaikan angka pertumbuhan ekonomi antar daerah. Jawa mampu mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan daerah di luar Jawa yang secara umum masih tumbuh melambat, bahkan Kalimantan mencatat pertumbuhan negatif.

Pertumbuhan ekonomi ada tahu 2016 berada pada kisaran 5,2 %. Perekonomin ditopang oleh masih kuatnya pertumbuhan ekonomi daerah yang didominasi peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi serta eksport antar daerah, perekonomian di daerah jawa dan sumatera masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat, kemudian pertumbuhan ekonomi di daerah kawasan timur Indonesia tumbuh meningkat sejalan pertumbuhan eksport komoditas pertambangan dan pembukaan smelter baru.

Sepanjang 2017, ekonomi berbagai wilayah secara agregat diprakirakan tumbuh di batas bawah kisaran 5,0% - 5,4%; namun tetap lebih tinggi dibandingkan 2016 yang tumbuh 5,02%. Ekonomi Sumatera diprakirakan tumbuh membaik terbatas, Jawa tumbuh sedikit melambat, sementara ekonomi berbagai wilayah di KTI tumbuh membaik. Membaiknya ekonomi Sumatera diprakirakan didorong konsumsi pemerintah dan ekspor. Sementara perlambatan Jawa terutama terjadi akibat konsumsi rumah tangga yang tumbuh melambat, walaupun berbagai komponen lain tetap diprakirakan tumbuh membaik. Sementara lebih tingginya pertumbuhan ekonomi KTI lebih ditopang oleh Kalimantan, di tengah Sulawesi, Balinusra, dan Mapua yang tumbuh melambat.

Dokumen terkait