• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Pembangunan Kawasan Perkotaan

Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan yang pesat dan dinamis perlu diarahkan secara terencana dan terpadu baik dalam penataan perkotaan sebagai suatu sistem perkotaan, secara individual perkotaan maupun dalam manajemen pemerintahan perkotaannya.

Tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan semakin hari semakin berkembang dan kompleks. Demikian pula permasalahan-permasalahan yang timbul sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan semakin tinggi, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan serta pelayanan publik perkotaan yang minimal harus terlaksana disatu sisi semakin besar, sedangkan disisi lain untuk mendukung kegiatan seperti itu memerlukan dana yang sangat besar. Dalam situasi dan kondisi yang demikian itu diperlukan kreatifitas dan motivasi dari para penyelenggara pemerintahan dalam mencari terobosan-terobosan dalam pembinaan dan pengelolaan kawasan perkotaan seiring dengan perkembangan era globalisasi dan tuntutan kualitas pelayanan publik.

Untuk mengembangkan kota di wilayah kecamatan masing-masing dan menumbuhkan pemberdayaan/partisipasi masyarakat di dalam merencanakan pembangunan kotanya, maka Bagian Tata Pemerintahan mengadakan Forum Komunikasi Pembangunan Perkotaan Tingkat Kabupaten Sleman. Adapun peserta forum meliputi Instansi Teknis tingkat Kabupaten yakni Bappeda, Dinas Pendidikan, Badan

Pengendalian Pertanahan, Bidang Pariwisata, Bidang Penanaman Modal, Dinas Kim Praswil, Aparat Kecamatan Se-Kabupaten Sleman, dan instansi teknis lainnya, serta ikut pula dari PDAM, PLN dan Telkom.

Forum Komunikasi Pembangunan Perkotaan merupakan sarana untuk melihat dan mengevaluasi sampai seberapa jauh usaha yang dilaksanakan oleh aparat dan anggota forum di dalam menyelenggarakan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perkotaan dan seberapa besar peranan dan partisipasi masyarakat sebagai warga kota dalam membangun, menata dan memelihara kotanya.

Menurut Sekretaris Daerah Prop DIY Drs. Soetaryo mengatakan ada tiga kelemahan yang terjadi sehingga kota menjadi semakin menjauh dari gambaran sebuah kota yang ideal: pertama, regulasi yang masih sangat lemah; kedua, konsistensi terhadap regulasi dan penerapan hukum yang juga masih lemah dan ketiga, kelambatan birokrasi dalam mengantisipasi dan kurang proaktif terhadap permasalahan yang terjadi.

Penataan kota tidak hanya berfokus pada penataan fisik semata, akan tetapi juga diikuti oleh penataan administrasi maupun penataan yang lainnya dalam rangka menunjang keserasian pembangunan dan lingkungannya. Perkembangan pembangunan fisik maupun sosial ekonomi yang cukup pesat di Kabupaten Sleman pada saat ini jika tidak diiringi dengan perencanaan, pembinaan dan penataan kota secara bijaksana, cenderung akan memunculkan problem perkotaan yang cukup kompleks. Namun demikian dalam penataan kota tersebut diharapkan tidak menghambat pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah tersebut.

Menurut Wirth kota adalah sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang heterogen kedudukan sosialnya. Karena jumlah

penduduknya dan kepadatannya, keadaan daerahnya yang merupakan tempat-tinggal permanen dan sifat yang heterogen dikota, maka hubungan sosial menjadi longgar, acuh dan tidak pribadi (Impersonal relations).

Sjoberg menekankan bahwa dikota timbul berbagai kelompok atau kategori yang sifatnya sangat khusus. Ia berpendapat bahwa timbulnya golongan literati (golongan inteligensia kuno seperti pujangga, sastrawan dan ahli-ahli keagamaan) dapat dipandang sebagai titik awal gejala kota. Jadi timbulnya kota disini dimana bertalian erat dengan tampilnya suatu golongan spesialis non-agraris dimana golongan yang berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting pada saat tersebut, muncullah pembagian kerja tertentu yang merupakan ciri bagi kota.

I. Penelitian Terdahulu

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan kaki lima. Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gejayan dan Malioboro Yogyakarta. Peneliti Yustinus Nugroho Budi Santoso Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2001.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah faktor modal mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan pedagang kaki lima, (2) apakah faktor lokasi menimbulkan perbedaan pendapatan pedagang kaki lima di lokasi penelitian. Penelitian Studi kasus ini dilakukan di jalan Gejayan dan jalan Malioboro pada bulan Agustus 2000.

Populasi berjumlah 250 dan sampel sebanyak 25 responden di jalan Gejayan dan 25 responden di jalan Malioboro diambil dengan metode Proporsional Random

Sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner dan observasi.

Uji signifikan Koefisien Korelasi menggunakan Student Test dengan taraf nyata 5% dan (3) Student Test dengan taraf nyata 5% untuk menguji perbedaan rata-rata pendapatan antara pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Malioboro.

Hasil analisis yang didapatkan adalah: (1) faktor modal mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Malioboro, (2) Faktor lokasi menimbulkan perbedaan pendapatan antara pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Malioboro.

2. Perbedaan pendapatan, setoran dan biaya operasional sopir sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota jalur 7(tujuh) dan 4(empat). Studi Kasus: sopir Bus Kota”ASPADA” DAN “PUSKOPKAR” Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti Pamilutingati Universitas Sanata Dhama, Nim: 011324015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan, setoran dan biaya operasional sopir sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota jalur 7 (tujuh) dan 4 (empat). Penelitian ini termasuk dalam studi perbandingan yang menguji perilaku sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 390 orang. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 140 orang yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu, 70 orang sopir bus kota jalur 7 dan 70 orang sopir bus kota jalur 4. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik Porposive Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Observasi, Wawancara dan Kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Z.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah pendapatan, setoran dan biaya operasional sopir bus sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota

jalur 7 (tujuh) dan 4 (empat). Dalam arti jumlah pendapatan dan setoran sopir sesudah pemindahan rute bus kota jalur 7 (tujuh) dan 4 (empat) lebih kecil dari sebelum rute, sedangkan biaya operasional sesudah perubahan lebih besar dari sebelum pemindahan rute bus kota.

3. Perbedaan jumlah pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan jumlah macam barang yang dijual pedagang sekitar jalan Godean Yogyakarta sebelum dan sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja. Studi Kasus: Pedagang di sekitar jalan Godean km. 5 Yogyakarta. Peneliti Andreas Priadi Hartianto Universitas Sanata Dharma Nim: 011324007.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan, kesempatan berusaha, dan jumlah macam barang yng dijual oleh para pedagang sekitar jalan Godean km. 5 Yogyakarta sebelum dan sesudah pembangunan pasar tlaga reja. Penelitian ini termasuk studi perbandingan yang menguji perilaku sebelum dan sesudah munculnya pasar.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 699 orang. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 248 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik

Accidental Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

Observasi dan Wawancara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan uji Z.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan jumlah macam barang yang dijual oleh para pedagang sebelum dan sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja dalam arti jumlah pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan jumlah barang yang dijual oleh

para pedagang di sekitar jalan Godean sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja lebih besar dari sebelum pembangunan pasar Tlaga Reja.

Dokumen terkait