• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap pendapatan jumlah pengunjung dan biaya operasional - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dampak pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap pendapatan jumlah pengunjung dan biaya operasional - USD Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMINDAHAN LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PENDAPATAN, JUMLAH PENGUNJUNG DAN

BIAYA OPERASIONAL

Studi Kasus: Resto PKL Mrican

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Titus Dion Meliala NIM: 011324060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kegagalan bukan hal terburuk di Dunia. Yang terburuk adalah jika tidak mau mencoba sesuatu.

Orang bodoh enggan memberi maaf dan melupakan kesalahan. Orang naïf selalu siap memaafkan dan melupakan kesalahan. Sedangakan orang bijak mau memaafkan, tetapi tidak melupakan kesalahan.

Thomas Szasz

Dimana ada cinta, disitu bakal tumbuh optimesme dan harapan. Willa Cather

Yang paling menyenangkan dari Cinta adalah ketika kita masih bisa mencintai seseorang.

Francois de la Rochefoucould

Skripsi ini Kupersembahkan untuk:

Bapa dan Bunda Maria Kedua orang tuaku

(6)
(7)

ABSTRAK

Dampak Pemindahan Lokasi Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan, Jumlah Pengunjung dan Biaya Operasional

Studi Kasus: Resto PKL Mrican

Oleh Titus Dion M

Universitas Sanata Dharma NIM: 011324060

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan, jumlah pengunjung dan biaya operasional sebelum dan sesudah pemindahan lokasi. Penelitian ini termasuk studi perbandingan yang menguji perilaku sebelum dan sesudah pemindahan lokasi.

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh sejumlah 32 pedagang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Z.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pendapatan, jumlah pengunjung dan biaya operasional sebelum dan sesudah pemindahan lokasi.

1. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima mengakibatkan pendapatan menurun.

2. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke Resto PKL Mrican, mengakibatkan jumlah pengunjung yang berbelanja menurun.

(8)

ABSTRACT

THE SIDE EFFECT OF CHANGE OF THE PLACE OF SIDEWALK MERCHANTS TOWARDS THEIR INCOME, NUMBERS OF

CUSTUMERS AND OPERATIONAL COST

A Case study at Resto Sidewalk Merchants in Mrican Sleman Yogyakarta

Titus Dion M Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purpose of this research is to know the differences of the total income, numbers of custumers and operational cost before and after the change of the place of the sidewalk merchants happened. This research belongs to comperative study which examines the behavior of the sidewalk merchants before and after the changes of their place,

Sample determination done by applying satiated sampling technique. The populations of this research were 32 sidewalk merchants. The techniques of data collection were observation, interview and questionnaire, The technique of data analysis was Z test.

The resuts of this research show that there are some differences income, numbers of custemers and operational cost befero and the change of the place. It can be see that:

1. The change of the place of the sidewalk merchants makes their income decrease.

2. The change of the place of the sidewalk merchants to the new place, Resto PKL Mrican, makes the numbers of their custumers who do shopping decrease.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah Bapa di surga atas terselesaikannya penyusunan skripsi dengan judul ”DAMPAK PEMINDAHAN LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PENDAPATAN, JUMLAH PENGUNJUNG DAN BIAYA OPERASIONAL”.

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah guna memenuhi tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Koperasi.

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

sabar telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

(10)

6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. yang telah memberikan banyak

masukan, saran dan dorongan kepada Penulis.

7. Bapak Y. M. V. Mudayen, S.Pd. yang telah memberikan banyak masukan,

saran dan dorongan kepada Penulis.

8. Bapak Panca Hartoto selaku Ketua Paguyupan Pedagang Resto PKL Mrican

yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk melaksanakan penelitian di

Resto PKL Mrican

10. Para pedagang di Resto PKL Mrican yang telah bersedia memberikan

bantuan dan informasi pada pertanyaan-pertanyaan yang Penulis ajukan.

11. Mbak Titin, Mbak Aris, dan Bapak Wawiek selaku Petugas Sekretariat

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas doa, dorongan, dan kesabarannya

dalam menghadapi ”keluhan-keluhan” mahasiswa.

12. Keluarga besar T.Meliala dan S.Surbakti dan yang telah memberikan

dukungan baik moral maupun material.

13. Temen-temen PEK 2001 tetap stay cool oce.

14. Temen-temen cewek yang manis dan crewet Uli, Riska, Dita, Narita, Helen,

Asus, Santi, Sulis, Kyki, Ririn, Rina, Nana, Totie, Etik, Fani masih banyak

lagi yang gak dapat Saya sebutkan satu per satu. Thank’s 4 everything ’n

keep fight...

15. Penghuni kost Lampar 18 Bruno, Willi(Black), Willy(White), Rio(Coy),

Yerry, Monde, Bang Andos, Aswin, Andri, Vena, Ari, Afde Rendi(botak)

Jhondenta, Ken, Donni(juntak), Feri, masih banyak lagi yang gak dapat Saya

(11)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga

masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, Penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata Penulis

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

ABSTRAK ...vi A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sektor Informal ...6

B. Ciri-ciri Sektor Informal ...8

C. Pedagang Kaki lima ...10

D. Pendapatan ...14

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan ...16

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ...17

G. Biaya Operasional...23

H. Pembangunan Kawasan Perkotaan ...27

I. Penelitian Terdahulu ...30

J. Kerangka Berpikir...33

(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...36

B. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian...36

C. Teknik Pengambilan Sampel ...37

D. Subyek dan Obyek Penelitian ...37

E. Data yang Dicari dan Pengukuran Variabel...38

F. Teknik Pengambilan Data...38

G. Teknik Analisis Data...39

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Lokasi ...44

B. Deskripsi Responden ...50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data...52

B. Pembahasan...69

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...74

B. Saran ...75

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pendapatan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 53

Tabel 2 : Biaya Operasional One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 54

Tabel 3 : Jumlah Pengunjung One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 55

Tabel 4 : Statistik Deskiriptif Pendapatan... 57

Tabel 5 : Rangkuman Perubahan Pendapatan ... 58

Tabel 6 : Test Statistik Pendapatan... 59

Tabel 7 : Statistik Deskiriptif Biaya Operasional... 65

Tabel 8 : Rangkuman Perubahan Biaya Operasional... 61

Tabel 9 : Test Statistik Biaya Operasional ... 67

Tabel 10 : Statistik Deskriptif Jumlah Pengunjung... 64

Tabel 11 : Rangkuman Perubahan Jumlah Pengunjung... 65

Tabel 12 : Test Statistik Jumlah Pengunjung ... 66

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di negara berkembang membawa dampak yang

signifikan terhadap perkembangan berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Salah satu

sektor ekonomi yang terancam oleh krisis ekonomi adalah sektor formal. Sektor formal

mengalami gejolak hebat yang membuat mereka kawatir tentang kelanjutan usaha

mereka, ancaman itu berawal ketika kurs rupiah terhadap dolar melemah, yang

menyebabkan harga bahan baku naik. Likuiditas sektor-sektor formal mulai terganggu

ketika para investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya di sektor formal. Berbagai

usaha untuk menanggulangi masalah itu diantaranya mengadakan perampingan tenaga

kerja, agar usahanya tidak gulung tikar.

Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami masa yang sulit karena

dampak yang ditimbulkan oleh adanya krisis ekonomi sampai sekarang belum

tertanggulangi. Salah satu dampak yang bisa dilihat akibat krisis ekonomi misalnya

kekurangan modal dan pengangguran. Di Indonesia, masalah permodalan menjadi

masalah yang dominan bagi perdagangan dan motor penggerak perekonomian, sebagai

contoh kekurangan permodalan di sektor perdagangan yaitu sektor informal. Dengan

terbatasnya modal yang mereka miliki menyebabkan mereka harus tersingkir dari

persaingan di dunia usaha yang sesungguhnya.

Akibat dari perampingan tenaga kerja di sektor formal dan kurangnya modal

(16)

berjuang untuk memperoleh pendapatan melalui sektor informal dengan kemampuan

(skill) mereka yang terbatas. Sektor informal yang banyak digeluti oleh masyarakat

Indonesia adalah pedagang kaki lima.

Dalam perkembangan selanjutnya pedagang kaki lima menimbulkan

persoalan-persoalan dalam masyarakat misalnya para pedagang kaki lima mengganggu tata

keindahan kota. Masalahnya meliputi pengotoran, penghambatan lalulintas dan perusakan

keindahan kota di tempat umum dimana mereka berjualan. Pedagang kaki lima berjualan

diatas trotoar dan mengambil lokasi di daerah keramaian umum. Alasanya para pedagang

kaki lima memiliki modal yang kurang dan omset penjualan yang relatif kecil untuk

menyewa tempat /lokasi usaha.

Hingga kini persoalan-persoalan yang menonjol tentang para pedagang kaki lima

belum diselesaikan oleh pemerintah. Salah satu alternatif penyelesaian yang diambil

pemerintah meliputi (1) Lokalisasi yakni penentuan tempat dan waktu usaha,

(2)Pembangunan dan perbaikkan kios-kios pasar dan, (3)Pencegahan dan penghaluan

apabila mereka berjualan di tempat-tempat umum (Karafir, 1997: 3).

Di Yogyakarta, kebijaksanaan dan tindakan pemerintah terhadap pedagang kaki

lima secara langsung dan tidak langsung sudah mulai dilaksanakan. Upaya penertiban

pedagang kaki lima, terutama para pedagang yang berada di jalan-jalan protokol atau

tempat larangan yang ada di Yogyakarta mulai dilaksanakan secara bertahap. Karena

pemerintah juga harus memahami, bahwa sebagian dari mereka merupakan rakyat kecil,

sehingga diperlukan toleransi.

Kebijakan yang diambil dan ditetapkan pemerintah dalam berbagai aspek

(17)

timbul akibat adanya kebijakan pemerintah biasanya akan ditanggapi secara berbeda oleh

berbagai kalangan masyarakat. Ada yang mendukung dan adapula yang menolak, hal itu

terjadi karena setiap masyarakat mempunyai tujuan dan pandangan yang berbeda.

Seperti halnya pedagang kaki lima yang berada di jalan Gejayan dan sekitarnya

terkena tindakan penertiban lokasi usaha berjualan sebagai upaya penertiban lokasi

pedagang kaki lima. Secara paksa dan suka rela para pedagang kaki lima sebagian besar

harus pindah berjualan ke Resto PKL Mrican.

Sehubungan dengan hal itu dirasakan perlu mengevaluasi masalah pedagang kaki

lima dalam konteks penertiban yakni pemindahan lokasi berjualan dipusatkan di Resto

PKL Mrican. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu peningkatan

taraf hidup masyarakat secara adil dan merata bagi pedagang kaki lima. Sebagai

pedagang kecil harus sekaligus golongan masyarakat bertaraf hidup rendah, peningkatan

taraf hidup berhubungan erat dengan pendapatan yang selanjutnya tergantung pada lokasi

berjualan dan jumlah pengunjung.

Dalam kaitan dengan uraian tersebut di atas, dirasakan adanya penelitian

mengenai Dampak Pemindahan Lokasi Pedagang kaki lima Terhadap Pendapatan,

Jumlah Pengunjung dan Biaya Operasional. Dengan mengetahui pendapatan, jumlah

pengunjung dan biaya operasional maka pemerintah dan pedagang dapat menetapkan

kebijaksanaan dan langkah-langkah yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah pemindahan lokasi

(18)

2. Apakah ada perbedaan jumlah pengunjung sebelum dan sesudah pemindahan

lokasi pedagang kaki lima?

3. Apakah ada perbedaan biaya operasional sebelum dan sesudah pemindahan lokasi

pedagang kaki lima?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah pemindahan lokasi pedagang kaki lima mempengaruhi

tingkat pendapatan.

2. Untuk mengetahui apakah pemindahan lakasi pedagang mempengaruhi jumlah

pengunjung.

3. Untuk mengetahui apakah pemindahan lokasi pedagang mempengaruhi biaya

operasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Pedagang kaki lima

a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah lokasi

pedagang kaki lima sudah tepat.

b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan para

pedagang kaki lima.

2. Bagi pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan

(19)

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menindak lanjuti penanganan

pedagang kaki lima di Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pedagang

kaki lima di Yogyakarta.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi

untuk lebih lanjut dan juga menambah wawasan untuk rekan-rekan di Universitas

Sanata Dharma.

4. Bagi peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang masalah

pemindahan lokasi pedagang kaki lima.

b. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan kedalam

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sektor Informal

Pengertian mengenai sektor informal sampai saat ini masih dirasa kurang cukup

memadai untuk menyebut mereka yang berada disektor informal maupun di sektor

formal. Istilah sektor informal muncul di inggris pada tahun 1971-an yang merupakan

hasil penelitian Keith Hart (Maridjo, 1990 : 10) yang berjudul “Informal income

opportuniteis an Urban Employment in Ghana’. Hart ini telah mempelopori studi yang

lebih intens mengenai sektor informal ini, sejak itu istilah sektor informal digunakan

dalam studi-studi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya periperal.

Menurut Sucipto Wirosardjono (Prisma : 1985: 5), pengertian sektor informal

adalah “Sektor kegiatan ekonomi yang marginal (kecil) dimana untuk menentukan

kegiatan ekonomi marjinal (kecil-kecilan), dipakai ciri khusus atau tertentu”.

Kebanyakan para pekerja yang berada di sektor informal berasal dari pedesaan

sebagai akibat meningkatnya urbanisasi masyarakat pertanian di pedesaan. Masyarakat di

pedesaan yang mata pencariannya adalah bertani, merasa penghasilannya kurang

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka pergi ke kota untuk

mengadu nasib mencari penghasilan yang mereka harapkan lebih besar. Akan tetapi

kenyataannya yang mereka temui diperkotaan tidak seperti yang mereka pikirkan disektor

formal sebab mereka tidak memenuhi berbagai persyaratan untuk masuk di sektor formal

sebagai jalan keluarnya, mereka berusaha mencari pekerjaan alternatif yang bisa

(21)

keterampilan, maupun kecukupan modal, yaitu disektor informal. Sektor informal tidak

terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggir kota, atau di pinggir-pinggir jalan saja,

bahkan meliputi aktivitas ekonomi.

Dalam perkembangannya, sektor informal merupakan salah satu sumber yang

terpenting dalam usaha peningkatan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

atau masa depan. Sektor informal dikembangkan oleh pengamat Internasional Labour

Organization (ILO) Dalam bukunya “The Urban Sector In Developing Countries”

(Hidayat, 1983: 567) telah mengadakan berbagai penelitian di dunia ketiga memberikan

definisi sektor informal sebagai berikut: “Sektor yang terdiri dari unit-unit usaha yang

berskala kecil yang memproduksi serta mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan

pokok menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi dirinya sendiri

masing-masing, dalam usahanya itu sangat dibatasi oleh faktor-faktor modal dan keterampilan.”

Berbagai kalangan, para pakar perekonomian di dunia ketiga menganalisa adanya

dampak yang ditimbulkan berbagai anggapan dan tanggapan serta pengertian yang baku.

Dalam pihak Hidayat memberikan sumbangan pemikiran tentang perumusan defenisi dari

sektor informal. Dalam hal ini Hidayat mengkaitkan dengan masalah seberapa jauh

bantuan pemerintah telah di konsumsikan oleh unit usaha yang termasuk sektor informal.

Hidayat perlu memberikan rumusan dari definisi tersebut, karena di Indonesia pemerintah

merupakan motor penggerak dari kegiatan pembangunan nasional. Berdasarkan

pemikiran tersebut, Hidayat menambahkan rumusan definisi sektor informal, yaitu

(Hidayat, 1983: 570)”Bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum

mendapatkan bantuan dari pemerintah atau belum mampu menggunakan bantuan yang

(22)

B. Ciri-ciri Sektor Informal

Sepertihalnya pengertian-pengertian sektor informal, ciri-ciri sektor informalpun

akan berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang penelitian. Kiet Hart, mengemukakan

beberapa ciri sektor informal (peranan dan hambatan yang di hadapi sektor informal serta

Upaya Pengembangan, B. Dwi Antoro, 1998, Skripsi) yaitu:

1. Bersifat padat karya.

2. Berskala kecil.

3. Tidak menuntut tingkat keterampilan dan pendidikan khusus tidak membutuhkan

proteksi dari pemerintah.

4. Terbuka bagi pendatang baru.

5. Berpenghasilan rendah.

Beberapa karakteristik sektor informal adalah sebagai berikut (Alan Gilbert dan

Josep Gugler, 1996: 96 )

1. Mudah untuk dimasuki

2. Berstandar pada sumber daya lokal

3. Usaha milik sendiri

4. Operasinya dalam skala kecil

5. Padat karya dan teknologi bersifat adaptif

6. Keterampilan dapat diperoleh dari luar sistem sekolah formal

7. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat Komperaktif

Kartini Syahrir memberikan ciri-ciri yang berbeda tetapi pada dasarnya sama,

(Peranan Sektor Informal dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Masyarakat

(23)

1. Kegiatan dalam sektor ini bersifat irreguler dilihat dari jam kerja dan lokasi

kegiatan.

2. Dalam operasinya individu-individu yang bersangkutan tidak memerlukan izin

kerja

3. Unit aktifitas dalamnya dalam ” Family aconed enterprise

4. Kegiatan bersifat padat karya

5. Skala kegiatannya kecil

6. Tidak bersentuhan oleh fasilitas resmi pemerintah seperti kredit, dan individu

yang di dalamnya tidak dilindungi oleh aturan-aturan resmi yang mengatur

hubungan kerja

7. Pekerjaan tidak didasarkan pada keahlian tertentu dan tidak ditentukan oleh

tingkat pendidikan formal individu

C. Pedagang Kaki Lima

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pedagang adalah orang yang hidup dari

berdagang sebagai mata pencaharian. Sementara itu pengertian pedagang kaki lima

adalah pedagang yang menggelar barang daganganya di depan toko ataupun di trotoar

jalan (Badudu: 300: 1994).

Pedagang kaki lima adalah satu dari beberapa jenis sektor informal yang

kehadirannya sangat membantu bagi pedagang yang kekurangan modal. Sektor informal

pedagang kaki lima merupakan fenomena yang sangat menarik perhatian. Sebenarnya

(24)

tersebut muncul pertama kali pada saat pemerintahan jajahan Inggris menguasai

Indonesia.

Pedagang kaki lima adalah orang-orang dengan modal relatif kecil/sedikit

berusaha (produksi – penjualan barang-barang/jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan

kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Usaha itu dilakukan pada tempat-tempat

yang dianggap strategis dalam suasana informal.

Dalam perkembangan selanjutnya, pedagang kaki lima tidak lagi terbatas pada

berjualan diatas trotoar, tetapi juga pedagang yang mengambil tempat atau lokasi di

daerah keramaian umum seperti : Pertokoan, Pasar, Terminal dan sebagainya. Jenis

barang yang diperdagangkan digolongkan dalam jenis makanan, non makanan dan jasa.

Alat yang digunakan dalam berjualan dapat berupa pikulan, gerobak, balai-balai tenda

dan sebagainya.

Jadi dengan demikian pedagang kaki lima adalah adalah orang yang dengan

modal relatif kecil berusaha di bidang produksi dan pengumpulan barang-barang atau

jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat

dengan mengambil lokasi yang dianggap strategis.

Ada beberapa pendapat tentang karakteristik pedagang kaki lima, yang pada

dasarnya hampir sama. Seperti halnya menurut Julisar An-Naf yang dikutip oleh Hidayat

(1978: 31-32), pedagang kaki lima memiliki ciri-ciri khusus antara lain:

1. Berdagang kaki lima umumnya merupakan mata pencaharian pokok.

2. Para pedagang kaki lima umumnya tergolong angkatan kerja produktif.

(25)

4. Sebagian besar merupakan pendatang dari daerah dan belum memiliki status

kependudukan.

5. Mereka mulai berdagang antara 5-10 tahun yang lalu.

6. Sebelum jadi berdagang antara kaki lima umumnya mereka petani dan buruh.

7. Permodalan lemah dan omzet penjualannya relatif kecil.

8. Belum berhubungan dengan bank dalam permodalan.

9. Umumnya mereka memperdagangkan bahan pangan, sandang dan

kebutuhan-kebutuhan sekunder.

10.Pada hakekatnya mereka telah kena pajak dengan adanya retribusi maupun

pungutan-pungutan yang tidak resmi.

Penjelasan tentang sosok pedagang kaki lima berdasarkan karakteristik menurut

Hernawi cs, (1996: 53)adalah :

1. Berusaha di kaki lima pada umumnya bukan pekerjaan yang dicita-citakan

2. Para pedagang kaki lima tersebut pada umumnya tergolong tingkat kerja produktif

3. Tingkat pendidikan mereka relatif rendah

4. Sebagian besar dari mereka adalah pedagang dari luar kota dan belum mendapat

status sebagai penduduk parlemen

5. Sebelum terjun di kaki lima mereka pada umumnya berprofesi sebagai petani atau

buruh rendah

6. Modal diusahakan sendiri dan tidak punya hubungan dengan lembaga keuangan

perbankan

7. Modal yang dimiliki sangat terbatas demikian pula dengan omset usaha serta

(26)

8. Kemampuan kewirausahaan relatif rendah demikian pula kemampuan dalam

pemupukan modal

9. Jenis dagangannya sangat variatif, namun yang cukup dominan adalah jenis

pangan, sandang dan jenis kebutuhan sekunder lainya

10.Pada dasarnya mereka ikut terkena pajak dengan adanya retribusi dan berbagai

jenis pungutan lainya

Walaupun pedagang kaki lima merupakan sektor pinggiran namun eksistensi

sektor ini memberikan banyak kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat di

negara-negara berkembang. Dipandang dari segi keamanan, sektor ini bisa berfungsi sebagai

katup pengaman yaitu memberikan kesempatan kesibukan kerja usaha kecil-kecilan

dengan dagang atau jual beli (Tadjudin, 1995:23). Tanpa katup pengaman tersebut

kemungkinan akan timbul banyak kekerasan dan rasa tidak puas. Dengan demikian dunia

pedagang kaki lima menduduki fungsi ekonomi kota sekaligus turut menciptakan

kehidupan sosial ekonomi kota yang selaras dan serasi.

1. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki pedagang kaki lima

a. Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit

didapat pada negara-negara sedang berkembang. Merupakan mata rantai

terakhir, mengingat sifatnya sebagai pedagang eceran dalam jaringan

distribusi produsen dan ke konsumen akhir.

b. Dalam prakteknya mereka biasanya menawarkan barang dan jasa dengan

harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani masalah pajak.

c. Sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja pada pedagang kaki

(27)

murah (terlepas dari pertimbangan kwalitas). Selain itu juga dimungkinkan

pembelian secara kredit bila sudah terjalin hubungan timbal balik antara

penjul dan pembeli.

2. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki pedagang kaki lima

a) Mereka dapat dimasukkan dalam kelompok marginal dan submarginal dengan

modal kecil, sehingga laba yang dihasilkan juga kecil. Padahal banyak

anggota keluarga yang tergantung pada hasil dan laba tersebut. Oleh karena

itu terciptalah keadaan dimensi hasil yang mereka capai pas-pasan untuk

sekedar hidup.

b) Disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan technical training maka unsur

efisiensi kurang mendapat perhatian seperti masalah populasi dan faktor

hygenis sebagai produk sampingan yang negatif.

c) Dikalangan pedagang kaki lima sering terdapat faktor imitasi yang berlebihan,

menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat.

d) .Sering terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga tinggi yang

berlebih-lebihan, sehingga menyebabkan citra atau image masyarakat

keberadaan kaki lima kurang begitu positif.

D. Pendapatan

Kegiatan jual beli di pasar selalu melibatkan penjual atau pedagang.

Para pedagang menjual barang untuk memperoleh pendapatan.Yang dimaksud dengan

(28)

Pengertian pendapatan itu sendiri menurut badan pusat statistik (Mubyanto Sumadri

dalam Tohar 2000 : 92 ). Bagi para pemilik sumberdaya dan pedagang, pendapatan

yang mereka peroleh berasal dari keuntungan.

Sedang bagi para pemilik perusahaan pendapatan mereka berupa laba.

Hal ini sesuai dengan yang di katakan oleh Irvin, 1999 yaitu :

“ Wages are paid to labor,rents and interests to owners of property resourses,and protifs to the owners of corporations and unincorporated bussineses”.

Sedang menurut (Mubyanto Sumadri dalam Tohar 2000 : 15), pendapatan

mempunyai dua segi pengertian yaitu :

a. Pendapatan dari segi real adalah produksi barang dan jasa yang dihasilkan

oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu. Misalnya hasil pertanian

seperti padi yang setelah di olah dapat di jual berupa beras oleh pedagang.

b. Pendapatan dalam arti jumlah uang di artikan sebagai penerimaan tenaga kerja

harian, menerima uang sebagai hasil penjualan dan sebagainya. Jadi,

pendapatan bagi seorang pedagang dapat di artikan sebagai uang yang

diterima sebagai hasil penjualan barang dan jasa.

Setiap pendapatan atau penghasilan yang di peroleh seorang pedagang digunakan

untuk mengembangkan kegiatan usahanya di samping untuk memenuhi dan mencukupi

kebutuhan hidup. Para pedagang menggunakan pendapatan yang telah di perolehnya

sebagai modal atau tambahan investasi untuk mengembangkan kegiatan usahanya.

Mereka juga dapat menggunakan pendapatan yang telah diperolehnya untuk mendirikan

usaha baru seperti peternakan ikan atau pembangunan fasilitas umum seperti waduk dan

jalan untuk memperlancar kegiatan usaha mereka. Penelitian tentang dampak

(29)

Kabupaten Tanggamus, Lampung pada tahun 2004. Hasil dari penelitian ini adalah ada

peningkatan pendapatan bersih yang di peroleh oleh para pedagang dan peternak ikan

setelah pembangunan Waduk Batu Tegi (Sudarmanto, 2004 : 90 )

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan

Dalam melaksanakan kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut adalah (Swasta, 1982 : 129)

1. Kondisi dan kemampuan menjual

Transaksi jual beli atau pemindahan hak memiliki atas barang dan jasa pada

prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli

sebagai pihak kedua. Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembeli agar dapat

berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut

penjual harus memahami beberapa masalah penting yaitu:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

b. Harga produk atau barang yang dijual

c. Syarat-syarat penjual seperti pembayaran, pelayanan purna jual dan

sebagainya

2. Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam

penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor

kondisi pasar yang perlu dipertahankan adalah:

a. Kelompok pembeli yang dituju

(30)

c. Keadaan persaingannya

d. Keinginan dan kebutuhannya

3. Modal

Sejumlah modal sangat diperlukan bagi penjual untuk memulai suatu usaha,

modal berguna untuk membiayai berbagai keperluan yang mendukung

keberhasilan usaha tersebut.

4. Faktor lain

Faktor-faktor lain seperti promosi, pemberian potongan harga, pemberian hadiah

dan sebagainya sering juga mempengaruhi penjualan dan faktor lain harus

diperhatiakn juga dalam kegiatan penjualan agar kegiatan tersebut berhasil

dengan baik.

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor utama yang mempengaruhi perilaku kosumen dapat dibagi menjadi empat

kategori (Kotler, 1994: 203) yaitu:

1. Faktor kebudayaan

a. Kebudayaan

Budaya adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh

manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur

perilaku manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu manajer pemasaran perlu

melihat pergeseran budaya agar dapat membayangkan produk-produk yang

(31)

b. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah bagian yang relatif homogen dan secara hirarki dan para

anggotanya memiliki nilai-nilai kepentingan dan perilaku yang sama. Ukuran

yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam

kelas-kelas tertentu sebagai berikut:

− Kekayan

− Kekuasaan

− Kehormatan

Masyarakat kita pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan

yaitu:

- Golongan atas yang terdiri dari pengusaha kaya, pejabat tinggi.

- Golongan menengah yang terdiri dari karyawan instansi pemerintah,

pengusaha menengah, dan pensiunan.

- Golongan bawah yang terdiri dari buruh pabrik, pegawai rendah,

petani, dan pedagang kecil.

2. Faktor-faktor Sosial

a. Kelompok sosial

Suatu kelompok dapat dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

- Adanya kesadaran anggota kelompok sebagai bagian dari kelompok

yang bersangkutan.

(32)

b. Keluarga

Anggota keluarga dapat menanamkan suatu pengaruh yang kuat pada

perilaku konsumen. Macam-macam bentuk keluarga adalah :

- Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

- Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti

ditambah dengan orang yang mempunyai ikatan saudara dengan

keluarga tersebut, seperti nenek, kakek, paman, bibi, menantu.

Wewenang dalam memutuskan pembelian antara suami dan istri

tergantung pada tipe keluarga inti ditambah dengan orang yang pada

umumnya dibedakan dalam empat tipe yaitu :

− Otonomi, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli

diputuskan bersama antara suami dan istri.

− Dominasi suami, yaitu sebagia besar pengambilan keputusan untuk

membeli diputuskan oleh suami.

− Dominasi istri, yaitu sebagian besar pengambilan untuk membeli di

putuskan oleh istri.

− Syneretic, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli

dilakukan bersama-sama.

3. Faktor-faktor pribadi

a. Usia dan tahap daur hidupnya

Selera seseorang akan berubah karena faktor usia. Jadi perubahan tingkat

kedewasaan usia dan daur hidup seseorang juga akan mempengaruhi

(33)

b. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi meliputi, pendapatan yang dapat dibelanjakan,

tabungan kekayaan, hutang, serta kekuatan untuk meminjam dan pendirian

terhadap belanja dan menabung. Bila konsumen keadaan ekonominya

baik, tentu akan lebih banyak membelanjakan pendapatannya

dibandingkan dari konsumen yang mempunyai pendapatan lebih rendah.

c. Gaya hidup

Gaya hidup menunjukkan pola kehidupan seseorang yang tercermin dalam

kegiatan, minat, dan opininya. Gaya hidup mempunyai fungsi sebagai

motivator dasar untuk berbagai aktivitas termasuk dalam hal pembelian

terhadap suatu produk.

d. Pekerjaan

Faktor konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Pekerjaan

seseorang akan menjurus pada kebutuhan dan keinginan tertentu terhadap

barang dan jasa yang dibutuhkan seseorang. Barang-barang yang

dikonsumsi oleh pekerja pabrik berbeda dengan apa yang dikonsumsikan

oleh seorang direktur utama.

e. Konsep diri

Ia mempunyai gambaran tentang orang lain. Faktor lain yang ikut

menentukan tingkah laku konsumen adalah konsep diri. Konsep diri

merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada

(34)

4. Faktor psikologis

a. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang di

arahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Oleh karena itu kita

dapat mengetahui bahwa sebenarnya perilaku konsumen itu dimulai

dengan adanya suatu motivasi.

b. Pengamatan

Faktor pengamatan adalah suatu proses adanya penerimaan dan adanya

rangsangan didalam lingkungan interen dan eksteren sehingga pengamatan

ini bersifat aktif. Jadi pengamatan adalah reaksi orientasi terhadap

rangsangan-rangsangan tersebut. Pengamatan itu timbul karena adanya

pengalaman yang diperoleh dari semua perbuatanya dimasa lampau atau

dapat dipelajari, sebab dengan belajar akan dapat memperoleh

pengalaman. Proses pengamatan ini akan mempengaruhi perilaku

seseorang dalam melakukan pembelian.

c. Belajar

Istilah belajar dapat diartikan suatu perubahan perilaku yang terjadi

sebagai hasil adanya pengalaman. Jadi dapat dikatakan bahwa proses

belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya

pengalaman, dimana perubahan tersebut dapat bersifat tetap dan fleksibel.

Hal ini berarti konsumen dalam proses pembeliannya selalu mempelajari

(35)

Perilaku konsumen juga didasari oleh kepribadian seseorang. Kepribadian

mencakup kebiasaan, sifat atau watak yang khas yang membedakan perilaku dari

setiap konsumen atau pembeli. Ada tiga unsur pokok kepribadian yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang

manusia yang sadar dan secara nyata terkandung dalam otaknya.

2. Perasaan

Perasaan yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh

pengetahuannya, dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Misalnya melihat

reklame coca-cola yang tampak segar, kemudian membayangkan nikmatnya

minum coca-cola. Akhirnya konsumen membeli coca-cola tersebut.

3. Dorongan naluri manusia

Dorongan naluri yaitu kemauan yang sudah merupakan naluri setiap

berinteraksi terhadap sesama manusia atau dorongan naluri yang lain.

Pemahaman terhadap perilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan

sistim pemasaran dari suatu perusahaan. Karena terdapat berbagai macam

alasan yang mempengaruhi seorang pembeli terhadap suatu produk. Selain

jenis produk, faktor demografi, faktor ekonomi dan faktor psikologi juga turut

mempengaruhi terhadap pembelian konsumen. Selain memahami

pertanyaan-pertanyaan tersebut perusahaan juga betul-betul memahami bagaimana

konsumen menanggapi rangsangan pemasaran yang telah dilakukan oleh

(36)

G. Biaya Operasional

Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya atau dana untuk menunjang

kelancaran jalannya usaha dan menjamin kelangsungan hidupnya. Perusahaan yang

memproduksi suatu barang memerlukan biaya untuk menyediakan bahan baku maupun

membayar tenaga kerja yang melakukan proses produksi.

a. Definisi Biaya

Ada beberapa pengertian tentang biaya seperti yang akan diuraikan berikut ini:

1) Hongren (1994:28) menyatakan bahwa biaya merupakan sumber daya yang

dikorbankan untuk pencapaian tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan

tersebut memerlukan modal atau sumber daya sebagai pendukung, dalam hal

ini biaya operasional.

2) Matz dan Usry (1990:11), berdasarkan The Committee On Cost Concept And

Standars, menyebutkan bahwa biaya adalah suatu peristiwa yang diukur

berdasarkan nilai uang, timbul atau mungkin akan timbul karena ada

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya biaya, dan dengan itu pula perusahaan

akan mewujudkan tujuan yang akan dicapai.

3) “Cost is the cash or cash equivalen value sacrificed for goods and services

that are expected to bring a curret or future benefit to the organization”

(Hansen and Mowen, 1996:39). Hal ini berarti bahwa biaya yang dikeluarkan

saat ini diharapkan akan memberikan keuntungan dimasa depan. Keuntungan

ini diperoleh dari pendapatan yang diterima oleh perusahaan sebagai hasil

(37)

4) Supriyono (1994: 3) menyatakan: “Biaya dalam arti sempit adalah bagian dari

harga pokok yang dibebankan didalam usaha untuk memperoleh

penghasilan”. Salah satu kewajiban manajemen disamping mengelola aset

perusahaan adalah berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan

merupakan hasil kali antara jumlah keluaran dengan harga persatuan barang.

Hasil persatuan barang ditentukan berdasakan data biaya, dalam hal ini biaya

produksi, yang merupakan harga pokok dari barang yang diproduksi.

5) Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber daya ekonomi tertentu untuk

memperoleh sumber daya lainnya (Sugiri, 1994: 21). Dalam hal ini, biaya

merupakan dana yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka menyediakan

fasilitas yang akan digunakan perusahaan dalam kegiatan usahanya sehingga

dapat memperoleh penghasilan.

6) Macher dan Deakin (1996: 32) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan

sumber daya. Untuk mendapatkan apa yang diharapkan sesuatu harus

dikorbankan. Dalam dunia usaha, sumber daya merupakan sesuatu yang

dikorbankan. Pengorbanan sumber daya ini bisa terjadi pada masa lampau,

yang disebut dengan biaya pengeluaran.

7) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya merupakan suatu pengorbanan

ekonomi untuk memperoleh aktiva yang memungkinkan akan terjadi di masa

(38)

Dari beberapa defenisi tentang biaya di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

biaya merupakan sumber daya dalam ukuran satuan tertentu, yang timbul atau mungkin

akan timbul untuk mencapai tujuan tertentu, yang diharapkan akan memberikan

keuntungan dimasa depan. Dapat juga dikatakan bahwa biaya merupakan elemen yang

paling penting dalam perusahaan. Dengan dukungan biaya ini, perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya mencapa tujuan yang telah ditetapkan, ataupun

memperoleh manfaat dari kegiatan usahanya.

b. Pengelompokan Biaya

Di dalam akuntansi dikenal istilah biaya yang berbeda untuk tujuan yang

berbeda (different cost for different perpose). Perbedaan tujuan ini berkaitan dengan

penentuan harga pokok produk. Sebagai contoh, untuk pembuatan keputusan

penentuan harga jual produk dan bauran produk, biaya yang dibebankan kepada

produk adalah semua biaya value-chain yang meliputi biaya-biaya penelitian dan

pengembangan, desain, produksi, pemasaran, distribusi, dan pelayanan konsumen.

Untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar, biaya yang dibebankan kepada produk

hanya biaya produksi.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, biaya dikelompokkan menurut

(Mulyadi, 1983: 14-17):

1) Objek pengeluaran

Menurut obyek pengeluaran, biaya dikelompokkan berdasarkan objek yang

dibiayai. Contohnya: objek pengeluaran biaya bahan bakar adalah bahan

bakar, objek pengeluaran kertas adalah gaji pegawai, biaya merang, biaya

(39)

2) Fungsi Pokok Perusahaan

Berdasarkan fungsi pokok perusahaan, biaya dikelompokkan menjadi:

a) Biaya produksi: merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi.

b) Biaya pemasaran: merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

c) Biaya administrasi dan umum: merupakan biaya-biaya untuk kegiatan dan

pemasaran produk.

3) Hubungan Biaya dengan pemasaran produk

Yang dimaksud dengan sesuatu dapat berupa produk atau departemen.

Berdasarkan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya

dikelompokkan menjadi:

a) Biaya Langsung

Merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena

ada sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungan dengan produksi, biaya

langsung terdiri dari bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja

langsung. Dalam hubungan dengan departemen, biaya langsung adalah

semua biaya didalam departemen tertentu.

b) Biaya Tidak Langsung

Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh suatu yang

dibiayai. Dalam hubungan dengan produk, biaya tidak langsung disebut

(40)

departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu

departemen tetapi manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen.

H. Pembangunan Kawasan Perkotaan

Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan yang pesat dan dinamis perlu

diarahkan secara terencana dan terpadu baik dalam penataan perkotaan sebagai suatu

sistem perkotaan, secara individual perkotaan maupun dalam manajemen pemerintahan

perkotaannya.

Tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan semakin hari semakin berkembang

dan kompleks. Demikian pula permasalahan-permasalahan yang timbul sejalan dengan

perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan semakin

tinggi, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan serta

pelayanan publik perkotaan yang minimal harus terlaksana disatu sisi semakin besar,

sedangkan disisi lain untuk mendukung kegiatan seperti itu memerlukan dana yang

sangat besar. Dalam situasi dan kondisi yang demikian itu diperlukan kreatifitas dan

motivasi dari para penyelenggara pemerintahan dalam mencari terobosan-terobosan

dalam pembinaan dan pengelolaan kawasan perkotaan seiring dengan perkembangan era

globalisasi dan tuntutan kualitas pelayanan publik.

Untuk mengembangkan kota di wilayah kecamatan masing-masing dan

menumbuhkan pemberdayaan/partisipasi masyarakat di dalam merencanakan

pembangunan kotanya, maka Bagian Tata Pemerintahan mengadakan Forum Komunikasi

Pembangunan Perkotaan Tingkat Kabupaten Sleman. Adapun peserta forum meliputi

(41)

Pengendalian Pertanahan, Bidang Pariwisata, Bidang Penanaman Modal, Dinas Kim

Praswil, Aparat Kecamatan Se-Kabupaten Sleman, dan instansi teknis lainnya, serta ikut

pula dari PDAM, PLN dan Telkom.

Forum Komunikasi Pembangunan Perkotaan merupakan sarana untuk melihat dan

mengevaluasi sampai seberapa jauh usaha yang dilaksanakan oleh aparat dan anggota

forum di dalam menyelenggarakan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

perkotaan dan seberapa besar peranan dan partisipasi masyarakat sebagai warga kota

dalam membangun, menata dan memelihara kotanya.

Menurut Sekretaris Daerah Prop DIY Drs. Soetaryo mengatakan ada tiga

kelemahan yang terjadi sehingga kota menjadi semakin menjauh dari gambaran sebuah

kota yang ideal: pertama, regulasi yang masih sangat lemah; kedua, konsistensi terhadap

regulasi dan penerapan hukum yang juga masih lemah dan ketiga, kelambatan birokrasi

dalam mengantisipasi dan kurang proaktif terhadap permasalahan yang terjadi.

Penataan kota tidak hanya berfokus pada penataan fisik semata, akan tetapi juga

diikuti oleh penataan administrasi maupun penataan yang lainnya dalam rangka

menunjang keserasian pembangunan dan lingkungannya. Perkembangan pembangunan

fisik maupun sosial ekonomi yang cukup pesat di Kabupaten Sleman pada saat ini jika

tidak diiringi dengan perencanaan, pembinaan dan penataan kota secara bijaksana,

cenderung akan memunculkan problem perkotaan yang cukup kompleks. Namun

demikian dalam penataan kota tersebut diharapkan tidak menghambat pengembangan

potensi yang dimiliki masing-masing wilayah tersebut.

Menurut Wirth kota adalah sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan

(42)

penduduknya dan kepadatannya, keadaan daerahnya yang merupakan tempat-tinggal

permanen dan sifat yang heterogen dikota, maka hubungan sosial menjadi longgar, acuh

dan tidak pribadi (Impersonal relations).

Sjoberg menekankan bahwa dikota timbul berbagai kelompok atau kategori yang

sifatnya sangat khusus. Ia berpendapat bahwa timbulnya golongan literati (golongan

inteligensia kuno seperti pujangga, sastrawan dan ahli-ahli keagamaan) dapat dipandang

sebagai titik awal gejala kota. Jadi timbulnya kota disini dimana bertalian erat dengan

tampilnya suatu golongan spesialis non-agraris dimana golongan yang berpendidikan

merupakan bagian penduduk yang terpenting pada saat tersebut, muncullah pembagian

kerja tertentu yang merupakan ciri bagi kota.

I. Penelitian Terdahulu

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan kaki lima. Studi

Kasus Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gejayan dan Malioboro Yogyakarta. Peneliti

Yustinus Nugroho Budi Santoso Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2001.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah faktor modal mempengaruhi

tinggi rendahnya pendapatan pedagang kaki lima, (2) apakah faktor lokasi menimbulkan

perbedaan pendapatan pedagang kaki lima di lokasi penelitian. Penelitian Studi kasus ini

dilakukan di jalan Gejayan dan jalan Malioboro pada bulan Agustus 2000.

Populasi berjumlah 250 dan sampel sebanyak 25 responden di jalan Gejayan dan

25 responden di jalan Malioboro diambil dengan metode Proporsional Random

Sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner dan observasi.

(43)

Uji signifikan Koefisien Korelasi menggunakan Student Test dengan taraf nyata 5% dan

(3) Student Test dengan taraf nyata 5% untuk menguji perbedaan rata-rata pendapatan

antara pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Malioboro.

Hasil analisis yang didapatkan adalah: (1) faktor modal mempengaruhi tinggi

rendahnya pendapatan pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Malioboro, (2)

Faktor lokasi menimbulkan perbedaan pendapatan antara pedagang kaki lima di jalan

Gejayan dan jalan Malioboro.

2. Perbedaan pendapatan, setoran dan biaya operasional sopir sebelum dan sesudah

pemindahan rute bus kota jalur 7(tujuh) dan 4(empat). Studi Kasus: sopir Bus

Kota”ASPADA” DAN “PUSKOPKAR” Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peneliti Pamilutingati Universitas Sanata Dhama, Nim: 011324015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan,

setoran dan biaya operasional sopir sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota jalur

7 (tujuh) dan 4 (empat). Penelitian ini termasuk dalam studi perbandingan yang menguji

perilaku sebelum dan sesudah pemindahan rute bus kota.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 390 orang. Sampel yang dipergunakan

dalam penelitian ini berjumlah 140 orang yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu, 70 orang

sopir bus kota jalur 7 dan 70 orang sopir bus kota jalur 4. Penentuan sampel dilakukan

dengan teknik Porposive Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan Observasi, Wawancara dan Kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan uji Z.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah pendapatan,

(44)

jalur 7 (tujuh) dan 4 (empat). Dalam arti jumlah pendapatan dan setoran sopir sesudah

pemindahan rute bus kota jalur 7 (tujuh) dan 4 (empat) lebih kecil dari sebelum rute,

sedangkan biaya operasional sesudah perubahan lebih besar dari sebelum pemindahan

rute bus kota.

3. Perbedaan jumlah pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan jumlah

macam barang yang dijual pedagang sekitar jalan Godean Yogyakarta sebelum dan

sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja. Studi Kasus: Pedagang di sekitar jalan

Godean km. 5 Yogyakarta. Peneliti Andreas Priadi Hartianto Universitas Sanata

Dharma Nim: 011324007.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan,

kesempatan berusaha, dan jumlah macam barang yng dijual oleh para pedagang sekitar

jalan Godean km. 5 Yogyakarta sebelum dan sesudah pembangunan pasar tlaga reja.

Penelitian ini termasuk studi perbandingan yang menguji perilaku sebelum dan sesudah

munculnya pasar.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 699 orang. Sampel yang dipergunakan

dalam penelitian ini berjumlah 248 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik

Accidental Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

Observasi dan Wawancara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan uji Z.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan jumlah pendapatan,

kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan jumlah macam barang yang dijual oleh para

pedagang sebelum dan sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja dalam arti jumlah

(45)

para pedagang di sekitar jalan Godean sesudah pembangunan pasar Tlaga Reja lebih

besar dari sebelum pembangunan pasar Tlaga Reja.

J. Kerangka Berpikir

Pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke Resto PKL Mrican yang dilakukan

pemerintah sleman Yogyakarta bertujuan untuk penataan kota, pembangunan

nasional, pencegahan dan penghaluan apabila mereka berjualan di tempat-tempat

umum. Namun, kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Yogyakarta tentu saja

akan membawa pengaruh bagi kehidupan sosial ekonomi dari para pedagang kaki

lima. Pengaruh sosial ekonomi dari pedagang tersebut diantaranya adalah perubahan

pendapatan, biaya operasional dan jumlah pengunjung. Pengaruh tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap pendapatan

Pemindahan lokasi pedagang kaki lima akan mengubah kondisi perekonomian

pedagang kaki lima. Lokasi yang baru disertai dengan fasilitas dan kenyamanan yang

lebih baik bagi pengunjung diharapkan dapat menarik pelanggan untuk datang dan

membeli barang yang dijual para pedagang. Bila pelanggan merasa nyaman dan

terpuaskan, maka akan mendorong mereka terus datang. Hal inilah yang akan dapat

meningkatkan pendapatan para pedagang kaki lima.

Jadi, pemindahan lokasi pedagang kaki lima diduga mempengaruhi tingkat

pendapatan pedagang kaki lima. Pengaruh itu dapat dilihat dari jumlah barang

(46)

2. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap jumlah pengunjung

Lokasi (letak) pedagang turut mempengaruhi besar kecinya jumlah konsumen

yang datang ingin membeli barang-barang kebutuhan pokok. Apabila jarak lokasi

(letak) pedagang jauh dari konsumen, maka konsumen akan mencari alternatif lain

untuk berbelanja di pedagang yang lebih dekat dan mudah dijangkau. Begitu pula jika

terjadi pemindahan lokasi pedagang kaki lima dari Jalan Gejayan ke Resto PKL

Mrican, apabila lokasi pedagang tersebut jauh dari konsumen, pelanggan atau

pengunjung, maka pengunjung akan berpikir dua kali untuk berbelanja ke tempat

tersebut, karena jarak yang jauh akan tidak efektif dan efisien, misalkan saja untuk

menuju ke tempat tersebut pelanggan harus mengeluarkan uang yang lebih untuk

biaya transportasi, dan waktu yang digunakan juga akan terbuang lebih banyak.

Jadi, pemindahan lokasi pedagang kaki lima diduga mempengaruhi pengunjung

pedagang kaki lima. Pengaruh itu dapat dilihat dari jumlah barang dagangan yang

terjual sebelum dan sesudah pemindahan lokasi.

3. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap biaya operasional

Lokasi baru biasanya identik dengan bangunan atau gedung baru, fasilitas yang

baru dan berbagai sarana-prasarana yang lebih baik. Ketika seorang pedagang pindah

ke lokasi yang baru biasanya akan mengeluarkan biaya yang lebih besar yang

berhubungan dengan sewa tempat dan membayar iuran-iuran untuk perlengkapan

baru. Bukan hal yang asing lagi, bila harga jual atau biaya sewa tempat yang baru

akan jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan tempat yang lama. Dengan situasi

(47)

sehingga mendorong biaya operasional yang lebih besar. Pembangunan gedung baru

dengan fasilitas baru juga akan memunculkan kebijakan baru tentang pungutan, pajak

atau retribusi yang dikenakan mempengaruhi biaya operasional yang dikeluarkan oleh

pedagang kaki lima. Hal ini dapat dilihat dari jumlah biaya operasional harian yang

dikeluarkan pedagang sebelum dan sesudah pemindahan lokasi.

K. Hipotesis Penelitian

Dari tinjauan pustaka diatas, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima sebelum dan

sesudah pemindahan lokasi.

2. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung pedagang kaki lima sebelum dan sesudah

pemindahan lokasi.

3. Terdapat perbedaan biaya operasional pedagang kaki lima sebelum dan sesudah

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus yaitu penelitian

yang dilakukan dengan mengambil suatu daerah yang telah ditentukan sebelumnya

sebagai subyek penelitian. Sedangkan sifat penelitian adalah ex post facto yaitu data

yang dikumpulkan setelah semua kejadian berlangsung.

B. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan obyek penelitian yang dapat berupa manusia,

benda, tumbuhan, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi sebesar 32 pedagang kaki lima di Resto PKL Mrican.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili

seluruh populasi. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini semua dari

populasi sebesar 32 pedagang kaki lima di Resto PKL Mrican.

3. Lokasi Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di daerah Resto PKL

(49)

adalah sebagai berikut: Di Resto PKL Mrican tempat pedagang kaki lima dari

jalan Gejayan dan sekitarnya yang terkena penertiban oleh pemerintah daerah.

4. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil data yaitu tiga bulan sebelum

pindah lokasi dan tiga bulan sesudah pindah lokasi. Hal ini dilakukan oleh penulis

agar data di peroleh lebih akurat.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Sampling Jenuh. Sampling

Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang

dari 30 orang. Istilah lain sampel Jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sampel.

D. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Pedagang di Resto PKL Mrican.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Pendapatan, Jumlah Pengunjung, dan Biaya

(50)

E. Data yang Dicari dan Pengukuran Variabel

1. Jumlah pendapatan

Jumlah pendapatan, yaitu besar kecilnya perolehan (omset) penjualan yang

diperoleh para pedagang yang melakukan kegiatan usaha di Resto PKL Mrican

selama satu hari dan dinyatakan dalam rupiah.

2. Jumlah pengunjung

Jumlah pengunjung diukur dari jumlah pembeli (berbelanja) di Resto PKL Mrican

yang diukur dalam satuan orang.

3. Biaya operasional

Biaya operasional adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pedagang

untuk melakukan kegiatan usahanya di Resto PKL Mrican selama satu hari yang

diukur dalam nilai rupiah.

F. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk menghimpun

data yang dibutuhkan. Adapun teknik yang digunakan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Kuisioner

Kuisioner yaitu kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada

responden dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Dalam hal ini

(51)

2. Observasi

Mengamati secara langsung keadaan responden dengan berbagai hal yang

dihadapi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini penulis

mengumpulkan data dengan mendatangi subyek pada saat subyek melaksanakan

kegiatan.

3. Wawancara Langsung

Teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung dengan responden, teknik ini

digunakan peneliti untuk mencari data pendapatan yang diperoleh dari pedagang

kaki lima.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kebenaran

dari hipotesis 1-3 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah

pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional sebelum dan sesudah adanya

pemindahan lokasi pedagang kaki lima dari jalan Gejayan dan sekitarnya ke Resto

PKL Mrican adalah analisis uji Z (Sugiono, 2005: 25). Uji ini dipilih karena pada

penelitian ini diperoleh data rasio. Selain itu, penelitian ini juga termasuk studi

perbandingan (Comparative study) yang menguji perilaku sebelum dan sesudah

adanya pemindahan lokasi pedagang kaki lima (before-after). Data berdistribusi

normal. Untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau

tidak, maka dilakukan pengujian normalitas data. Pengujian normalitas data dalam

(52)

digunakan pada sampel besar atau kecil. Untuk mengetahui apakah sebaran data yang

diperoleh tersebut normal atau tidak didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:

a. Jika probabilitas asymtot > 0,05, berarti sebaran data adalah normal.

b. Jika probabilitas asymtot < 0,05, berarti sebaran data adalah tidak normal.

Jika data dalam penelitian ini berdistribusi normal, maka perhitungan

untuk menguji masing-masing hipotesis dapat dilanjutkan

Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis ini dengan uji Z adalah sebagai

berikut:

Untuk hipotesis jumlah pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional yang

diperoleh pedagang sesudah pemindahan lokasi lebih besar dari sebelumnya, akan

diukur dengan menggunakan uji Z. Rumus ini dipilih karena sampel dalam penelitian

ini termasuk dalam sampel besar yaitu 32 orang.

2

X = Rata-rata pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional sebelum

pemindahan lokasi.

2

X = Rata-rata pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional sesudah

pemindahan lokasi.

2 1

S = Rata-rata pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional sebelum

(53)

2 2

S = Rata-rata pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional sesudah

pemindahan lokasi.

1

n = Jumlah responden

2

n = Jumlah responden

Sedangkan untuk S2 (varians) dicari dengan rumus dibawah ini:

(

)

S = Varians pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional.

1

X =Varians pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional.

X = Rata-rata pendapatan, jumlah pengunjung dan biaya operasional

n = Jumlah responden

Setelah nilai Z ditemukan, kemudian dilakukan pengujian untuk

masing-masing hipotesis. Sebelum menguji masing-masing-masing-masing hipotesis no 1 dan hipotesis

alternatif dari masing-masing variabel yaitu:

a. Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima sebelum pemindahan lokasi lebih

besar dari setelah pemindahan lokasi.

(54)

Pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima sesudah pemindahan lokasi lebih

besar dari sebelum pemindahan lokasi.

b. Jumlah pengunjung

Jumlah pengunjung pedagang kaki lima sebelum pemindahan lokasi lebih banyak dari

setelah pemindahan lokasi.

2

Jumlah pengunjung pedagang kaki lima setelah pemindahan lokasi lebih banyak dari

sebelum pemindahan lokasi.

c. Biaya operasional

Biaya operasional yang harus dikeluarkan pedagang kaki lima sebelum pemindahan

lokasi lebih besar dari setelah pemindahan lokasi.

2

Biaya operasional yang harus dikeluarkan pedagang kaki lima setelah pemindahan

lokasi lebih besar dari sebelum pemindahan lokasi.

Setelah hipotesis dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pengujian masing-masing hipotesis. Pengujian masing-masing hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan taraf nyata 5 %. Dengan taraf nyata 5 %, maka kriteria

untuk masing-masing hipotesis adalah:

(55)

2. Terima Ha jika statistik hitung

(

Zhitung

)

> statistik tabel

(

Ztabel

)

Dimana nilai statistik tabel

(

Ztabel

)

dipeoleh dari

(

Z0,5 −α

) (

= Z0,5 −0,05

)

Untuk lebih memudahkan pengujian hipotesis tentang perbedaan jumlah

pendapatan, jumlah pengunjung, dan biaya operasional pedagang kaki lima maka

(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

E. Deskripsi Lokasi

1. Lokasi resto PKL

Resto PKL Mrican terletak di jalan Pringgodani Sleman Yogyakarta.

Lokasi Resto PKL Mrican sangat baik dekat dengan Universitas Sanata Dharma

dan Universitas Atmajaya Yogyakarta

Resto PKL Mrican ini lokasinya dibatasi:

Sebelah utara : Internet Amanda

Sebelah Selatan : FIFA PS

Sebelah Timur :Kartika Yani

Sebelah Barat :Universitas Sanata Dharma

Gambar 4.1. Denah Lokasi Resto PKL Mrican

Sebelah Barat: Parkiran Motor Universitas Sanata Dharma

Univ. Sanata Dharma

Univ. Atma Jaya

Resto PKL

JL. Mozes Gatotkaca

Jl. Gejayan

Jl.

P

rin

ggod

(57)

Selain itu di lokasi Resto PKL Mrican juga telah dibatasi oleh pagar

keliling untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada para pedagang dan

pembeli sehingga dapat melakukan transaksi jual beli dengan lancar.

2. Sejarah berdiri

Pembangunan Resto PKL Mrican merupakan kebijakan pemda Sleman.

Bupati Pak Ibnu meminta agar semua pedagang kaki lima mulai dari jalan

Gejayan dan Colombo ditata atau ditempatkan pada suatu tempat yang tidak

memgganggu lalu lintas.

Pada tanggal 8 Juli 2004 Resto PKL Mrican didirikan sebagai sarana

menampung para pedagang kaki lima yang ingin melakukan kegiatan penjualan

barang, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meminimalisir terjadinya

kemacetan di jalan Gejayan dan Colombo yang diakibatkan oleh banyaknya

pedagang kaki lima yang melakukan kegiatan penjualan. Adapun alasan

pembangunan Resto PKL Mrican adalah: Pertama karena pedagang kaki lima di

jalan Gejayan dan jalan Colombo membuat lalu lintas jadi macet, Kedua

Pedagang kaki lima di jalan Gejayan dan jalan Colombo membuang sampah

sembarangan sehingga jalan menjadi kotor, Ketiga sering terjadi kerusuhan,

perkelahian dan pemalakan, Keempat pedagang kaki lima menggunakan trotoar

sebagai tempat berjualan sehingga mengganggu bagi pejalan kaki, Kelima

masyarakat disekitar jalan Gejayan dan jalan Colombo merasa terganggu dengan

(58)

3. Pengelola Resto PKL Mrican

Pihak yang mengelola Resto PKL Mrican ini adalah Dinas pasar Sleman.

Dinas pasar Sleman sebagai pihak pengelola Resto PKL Mrican. Dalam

menjalankan tugasnya dibantu oleh Paguyuban Pedagang Resto PKL Mrican.

Ketua Paguyuban Pedagang Resto PKL Mrican yaitu Panca Hartoto, ST; Ashari,

M Sarif sebagai Bendehara dan sebagai Seketaris adalah Yohanes Djoko.

Pihak pengelola Resto PKL Mrican juga melakukan kegiatan promosi

untuk memperkenalkan serta menarik para pembeli. Promosi tersebut dilakukan

melalui acara musik yang disponsori oleh perusahaan rokok Star Mild.

4. Sarana dan Prasarana

Di Resto PKL Mrican telah di lengkapi dengan berbagai sarana dan

prasarana untuk mendukung serta mempermudah pedagang untuk melaksanakan

kegiatan penjualan. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan tersebut juga

diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada para pembeli yang akan

berbelanja di Resto PKL Mrican. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh

pihak pengelola Resto PKL Mrican adalah sebagai berikut:

a. Tempat untuk menjalankan usaha

Untuk mempermudah para pedagang dalam melakukan kegiatan usaha,

pihak pengelola menyediakan kios yang disewakan kepada para pedagang

sebanyak 32 kios. Setiap kios dilengkapi 1 etalase, wastafel untuk cuci

(59)

b. Ruang informasi dan keamanan

Ruang informasi dan keamanan ini berada depan Resto PKL Mrican. Dalam

ruang informasi dan keamanan tersedia berbagai fasilitas untuk membantu

kelancaran kegitatan di Resto PKL Mrican.

c. Tempat parkir

Di lokasi Resto PKL Mrican juga telah dilengkapi dengan areal untuk parkir

bagi kendaraan seperti sepeda, motor, dan mobil. Adapun tarif parkir bagi

kendaraan di Resto PKL Mrican adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Tarif Parkir Kendaraan

No Jenis kendaraan Besar biaya parkir

1 Sepeda Rp. 200,00,-

2 Motor Rp. 500,00,-

3 Mobil Rp. 1.000,00,-

Tarif parkir tersebut besarnya berbeda-beda dan hanya diperuntukkan bagi

para pengunjung (pembeli). Bagi para pedagang yang menjalankan kegiatan

usaha di Resto PKL Mrican dibebaskan dari biaya parkir dengan

menunjukkan kartu. Hal ini jelas sangat membantu dan menguntungkan bagi

para pedagang yang melakukan kegiatan usaha di Resto PKL Mrican.

Mereka bebas untuk menjalankan kegiatan penjualan di dalam lokasi Resto

PKL Mrican.

d. Koperasi

Di lokasi Resto PKL Mrican juga terdapat koperasi simpan pinjam.

Gambar

Gambar 4.1. Denah Lokasi Resto PKL Mrican
Tabel 1.1. Tarif  Parkir Kendaraan
Tabel 1.2. Jenis Usaha Pedagang
Tabel 1: Pendapatan  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahaya radiasi Ultraviolet-B di tempat kerja yang dihasilkan oleh proses pengelasan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan

1, Sekaran-Gunungpati Semarang 50299 Lazuardy Akbar (Ketua DPMKM UNNES) No..

Menteri Sekretaris Negara Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan

Oleh karena itu, untuk menyempurnakan teknik pengajaran pemahaman tulis yang sebelumnya penulis meneliti kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh mahasiswa dalam

Suatu penelitian laboratorium untuk mengukur konduktivitas tennal bahan yang bersifat isolator adalah metode Lees dengan menggunakan alat berbentuk cakram. Cab'am Lees

• Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 100 000 dan • Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp 55.000 dilakukan revaluasi dan menghasilkan g nilai Rp

Grafik Penggunaan memory LTSP server ketika client menjalan kan aplikasi OpenOffice Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa dengan 1 G memori, ternyata server mampu

Jika tidak semua tamu merokok maka lantai rumah tidak bersih D.. Jika lantai rumah bersih maka semua tamu tidak