Berdasarkan latar belakang tersebut, pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Naz}am Aqidah al-‘Awa>m karya Sayyid Ahmad al-Marzuki
2. Materi Akidah pada e-book siswa Akidah Akhlak MTs kelas VII-IX tahun 2020 yang diterbitkan oleh Direktorat KSKK Madrasah 3. Relevansi nadzam Aqidah al-‘Awa>m dengan materi akidah pada
mata pelajaran Akidah Akhlak jenjang MTs D. Perumusan Masalah
Melalui pembatasan masalah tersebut, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa materi aqidah yang terkandung dalam Aqidah al-‘Awa>m?
2. Bagaimana materi aqidah dalam mata pelajaran Akidah Akhlak dijenjang MTs?
3. Bagaimana relevansi Aqidah al-‘Awa>m dengan materi aqidah dalam mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui:
1. Apa saja materi aqidah dalam Naz}am Aqidah al-‘Awa>m
2. Materi akidah pada mata pelajaran Akidah akhlak jenjang MTs berdasarkan e-book Akidah Akhlak untuk siswa MTs yang diterbitkan Direktorat KSKK Madrasah pada tahun 2020.
3. Relevansi materi akidah dalam aqidah al-‘Awa>m, dengan materi akidah pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs.
F. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis
Menambah kepustakaan dan khazanah keilmuan dalam dunia kependidikan dan juga keislaman, khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan umumnya bagi seluruh kalangan umat muslim.
2. Secara Praktis a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah motivasi siswa dalam mempelajari materi Aqidah yang kadangkala dianggap rumit dan
8
kurang diminati. Serta penelitian ini juga diharapkan dapat merubah pola pikir siswa dalam mempelajari materi yang berkaitan dengan Aqidah.
b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini guru diharapkan dapat membuat para siswa terbiasa mencari sumber ilmu yang terpercaya, terutama dalam materi keagamaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan para guru tentang materi keislaman khususnya Aqidah dan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa.
c. Bagi Lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat membuka mata para penyelenggara pendidikan khususnya pendidikan Islam akan pentingnya menanamkan Aqidah Islamiyyah pada diri siswa sejak sedini mungkin. Selain itu diharapkan pula melalui penelitian ini lembaga penyelenggara pendidikan dapat memberikan pembinaan serta motivasi dalam diri pendidik agar senantiasa mengedepankan nilai-nilai pendidikan Islam dalam mendidik.
d. Bagi Penulis
Penulis berharap dengan dilakukannya penelitian ini, penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru yang mendalam, juga penulis berharap penelitian ini dapat mematri keyakinan dan keimanan dalam diri lebih dalam agar tak mudah goyah di tengah terpaan fitnah akhir zaman.
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Relevansi
1. Pengertian Relevansi
Kata relevansi sering kali digunakan dalam sebuah penelitian, baik pada penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Secara makna, kata relevansi berdasarkan KBBI dapat diartikan sebagai hubungan, kaitan.1 Sedangkan menurut pendapat lain kata relevansi berasal dari kata relevan, yang mempunyai arti bersangkut paut, yang ada hubungan, selaras dengan.2
Berdasarkan prinsip pengembangan kurikulum, relevansi dibagi menjadi dua yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal merupakan keserasian antar komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan relevansi eksternal
Menurut Sukmadinata relevansi terbagi menjadi dua, 1) Relevansi internal, dan 2) Relevansi eksternal. Relevansi internal adalah adanya kesesuaian atau konsistensi antar komponen, seperti tujuan, bahan, isi, proses penyampaian, organisasi dan evaluasi, atau dapat dikatakan juga bahwa relevansi internal adalah hal-hal yang menyangkut keterpaduan antar beberapa komponen. Sedangkan relevansi eksternal adalah kesesuaian sesuatu dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan dalam masyarakat.3 Relevansi eksternal yaitu keserasian suatu komponen dalam kurikulum atau pembelajaran dengan tuntutan masyarakat, seperti sains teknologi, tuntutan potensi jiwa (relevansi psikologis), serta dengan kebutuhan dalam pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis). Maka
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 943
2 Paus Apartando, Kamus Populer, (Surabaya: PT. Arkola, 1994), hlm. 666
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 150
relevansi yang peneliti maksud dalam hal ini adalah keterkaitan dan keselarasan yang terdapat dalam sumber data dengan kebutuhan penelitian.
B. Tinjauan Akidah 1. Pengertian Akidah
Kata Aqidah berasal dari kata bahasa Arab. Secara etimologi, akidah berasal dari kata al-‘aqdu (
ُدْقَعْلا
) yang berarti ikatan, at-taus|iqu (ُقِثْنَّ تّلا)
yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu (ُمَكْحِلإا
) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabt}u biquw-wah (ٍةَّنُقِب ُطْبَّرلا
) yang berarti mengikat dengan kuat.4 Kata lain yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai arti kepercayaan. Dari kata ini, secara sederhana mempunyai arti kepercayaan yang tersimpul dalam hati. Hal ini, seperti ditegaskan oleh Ash-Shiddieqy, bahwa‘aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya.5
Secara terminology (istilah), terdapat beberapa definisi tentang aqidah menurut para ahli, diantaranya:6 diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.”
b. Abu Bakar Jabir al-Jazairy
4 Louis Ma’luf, Al Munjid, (Beirut: Dar al Masyrid, 1997), hlm. 519
5 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Kalam, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009),hlm. 32
6 Yunahar Ilyas, Kulah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2013), hlm. 1
11
لْاَو ِعْمَّسلاَو ِلْقَعلْا اِب ِةَمِلْسُملْا ِتَِّْهِدَبلْا ِ قَحلْا ِتَياَضَق َنِم ةَعْنُمْجَم َيِه ُةَدِْْقَعلْا ُدِقْعَ ي ِةَرْطِف
اَهْ َْلَع ىِ نَ ثُ يَو ُهَبلْاَق َُ اَسْنِلًْا اَهْ َْلَع ِب ااعِتاَق اَهِتَّّحِصِب اامِزاَج ُهَرْدَص
اَهَ ََاَِخ َرَ يَلً اَهِتْنُ بُ ثَو اَهِِْنُجُن
اادَبَأ َُ ْنُكَي ْوَأ ُّحِصَي ُهَّنَأ
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.”
c. Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa : “Aqidah adalah satu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama.7"
d. Ibnu Taimiyyah
Menurut Ibnu Taimiyah aqidah memiliki makna sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan, kebimbangan dan keraguan.8
e. Mahmoud Syaltout
Aqidah adalah segi teoritis yang pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syak wasanagka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan.9
Melalui semua penjalasan dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akidah dapat diartikan sebagai konsep dasar tentang sesuatu yang harus diyakini,
7 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Taswuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hlm. 4
8 Galuh Nashrullah, Pendidikan Aqidah Dalam Perspektif Hadits, (Palangkaraya: IAIN Palangkaraya, 2017), hlm. 4
9 Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam Sebagai Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967). Hlm. 28
mengikat (‘aqada) dan menentukan ekspresi lain dalam penghayatan agama.10 Maka aqidah merupakan sebuah keyakinan yang bersifat sangat kuat akan hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dengannya hati menjadi tidak ragu. Aqidah akan sangat mempengaruhi perilaku bagi orang yang meyakininya, sebab aqidah membuat dorongan kuat dalam hati manusia dan menjadi dasar dalam beragama.
Aqidah merupakan sesuatu yang sangat fundamental dalam kehidupan beragama, terutama agama Islam. Aqidah merupakan dasar konsepsi segala ajaran Islam, dan tanpanya beragama menjadi sia-sia. Aqidah Islam yang tidak lurus dan tidak benar dapat mengindikasikan kesesatan. Kesalahan dalam memahami dan menghayati aqidah dapat membawa kedalam kemurtadan, sebab aqidah Islam adalah hal yang harus diyakini dan dihayati pertama secara benar.
C. Lingkup Pembahasan Aqidah Islam
Sebagaimana bahwa pengertian aqidah adalah tentang keyakinan yang ada pada manusia, tentu manusia memiliki pemikiran yang sangat luas dengan banyak keyakinan pada dirinya. Untuk itu perlu diketahui keyakinan akan hal-hal apa saja yang dapat dikatakan sebagai bagian dari aqidah Islam. Maka setelah ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang beberapa inti sari maupun ruang lingkup utama dari aqidah Islam berdasarkan pendapat para ahli. Akidah sebagai fondasi dalam beragama Islam seharusnya dipelajari dan dipahami secara mendalam, terutama pada ajaran inti akidah itu sendiri. Menurut Abdullah Azzam dalam bukunya “Aqidah Landasan Pokok Membina Umat”, yang dimaksud dengan Aqidah adalah iman dengan semua rukunnya yang enam11.
Sedangkan Hasan Al-Banna memiliki pemikiran sendiri tentang ruang lingkup pembahasan Aqidah, berikut ini sistematika pembahasan Aqidah menurut Hasan Al-Banna:12
a. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti sifat-sifat, nama-nama, af’al Allah dan lainnya.
10 Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj.Astuti, (Bandung: Pustaka, 1982), hlm. 3
11 Abdullah Azzam, Aqidah Landasan Pokok Membina Umat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993),hlm. 17
12 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2013), hlm. 5
13
b. Nubuwat, yaitu pembahasan yang berkaitan dengan para Nabi dan Rasul Allah termasuk di dalamnya tentang kitab-kitab, sifat Nabi, mukjizat dan lainnya.
c. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkaitan dengan segala sesuatu yang bersifat Ghaib atau metafisik seperti Malaikat, Syeitan, Jin, Roh dan lainnya.
d. Sam’iyyat, yaitu segala pembahasan yang berkaitan tentang segala sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui dalil Naqli atau melalui sam’i.
contohnya seperti tentang alam barzakh, hari akhir, akhirat, azab kubur, surga, neraka dan hal-hal lainnya.
Melihat kepada sistematika yang disampaikan oleh Hasan Al-Banna, hemat penulis sesungguhnya dapat dipahami bahwa rangkaian tersebut pada dasarnya adalah isi dari rukun iman yang enam. Maka berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam inti atau pokok Akidah Islam adalah hal-hal yang berkaitan dengan rukun iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Allah Swt.
Yang dimaksud iman kepada Alah adalah membenarkan adanya Allah swt, dengan cara meyakini dan mengetahui bahwa Allah swt wajib adanya karena dzatnya sendiri (Wajib Al-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qadim dan Azali untuk selamanya. Dia Maha mengetahui dan Maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat apa yang ia kehendaki, menentukan apa yang ia inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan dia Maha mengetahui.13
2) Iman kepada Malaikat
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di maksud iman kepada malaikat adalah meyakini adanya malaikat, sebagai hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah.14
13 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj.
Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (Bandung: Al Bayan, 1998), hlm. 113.
14 Syaikh Hafidz bin Ahmad Hakami, 222 Kunci Aqidah Yang Lurus, (Jakarta: Mustaqim, 2001), hlm. 81
Malaikat adalah makhluk yang ghaib tidak tampak oleh mata, jumlahnya banyak dan mereka sangat taat kepada segala perintah Allah Swt. Malaikat tidak pernah lelah dalam menjalankan perintah Allah dan beribadah kepadaNya. Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi mengatakan:
“Allah meciptakan mereka dari cahaya, menciptakan mereka dengan tabiat baik, tidak mengenal kejahatan, dan mereka tidak diperintahkan atapun melakukan itu. Karena itu mereka taat kepada Rabb, tidak mendurhakai apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang disampaikan. Mereka bertasbih memahasucikan Allah siang dan malam tanpa kenal lelah, tidak jemu untuk beribadah kepada Allah ataupun sombong.”15
3) Iman kepada kitab-kitab Allah
Allah Swt. telah memberikan wahyu-Nya kepada para Nabi. Berpegang teguh kepada wahyu-wahyu tersebut merupakan kewajiban bagi hamba-Nya. Begitupun dengan mengimani kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul yang dikehendaki-Nya. Sebab kitab-kitab tersebut berisikan kalam-Nya, dan wahyu dari Allah Swt.
Iman kepada kitab-kitab Allah yaitu “membenarkan bahwa kitab-kitab tersebut telah diturunkan oleh Allah. Kitab tersebut diturunkan melalui firman-firman-Nya. Ada yang disampaikan secara langsung kepaa para Rasul tanpa perantara, ada yang disampaikan melalui perantara malaikat, dan ada yang dia tulis sendiri.”16
4) Iman kepada Nabi dan Rasul
Iman kepada para Nabi dan Rasul adalah meyakini dari lubuk hati bahwa adanya Nabi dan Rasul adalah nyata. Segala yang disampaikan oleh mereka adalah benar. Allah menjadikan hamba-Nya yang dikehendaki untuk menjadi pembawa risalah dan menunjukkan jalan kebenaran, jalan menuju kebaikan dan keridhaan-Nya. Diutusnya para Nabi dan Rasul kepada manusia merupakan rahmat dari Allah Swt, serta Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan diimani setidaknya berjumlah 25.
15 Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min: Kupas Tuntas Aqidah Seorang Mu’min, (Solo: Daar An-Naba’,2014), hlm. 212
16 Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222 Kunci Aqidah yang Lurus, Op.cit, hlm. 85
15
5) Iman kepada hari akhir
Hari akhir ialah Hari kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba’ts), yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala di dunia.17
Meyakini bahwa hari tersebut pasti datangnya, dan segala berita tentang hari kiamat benar adanya merupakan bagian dari beriman kepada hari akhir. Termasuk juga meyakini adanya kehidupan setelah kematian, adanya akhirat dan bahwa segala yang di dunia adalah fana dan akan hancur pada hari kiamat, semua atas kehendak-Nya.
6) Iman kepada takdir Allah
Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah swt yang berlaku pada makhluknya termasuk dari (manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah swt.18
Dalam hal memahami takdir atau qadha dan qadar, telah terdapat beberapa perbedaan dalam memahami dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari. Namun dalam konsep ahlussunnah wa al-jama’ah memahami qadha dan qadar Allah sebagai berikut:
Al-Qadha maknanya al-Khalq, artinya penciptaan, dan al-Qadar maknanya at-Tadbir, artinya ketentuan. Secara istilah al-Qadar artinya ketentuan Allah atas segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan (al-‘Ilm) dan kehendak-Nya (al-Masyî-ah) yang Azali (tidak bermula), di mana sesuatu tersebut kemudian terjadi pada waktu yang telah ditentukan dan dikehendaki oleh-Nya terhadap kejadiannya.19
“Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Swt. Dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari
17 Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 58
18 Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 4
19 Kholil Abu Fateh, Untaian Mutiara Akidah Ahlussunnah Wa al-Jama’ah, (Tangerang:
masjid al-Madinah, 2010), hlm. 192
akhir, takdir baik dan takdir buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama (ushul al-din).”20
Pernyataan tersebut menguatkan pendapat bahwa inti, pokok serta ruang lingkup dari pembahasan Akidah Islamiyyah adalah rukun iman yang enam. Term iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya21. Akidah memang tidak dapat dipisahkan dengan iman, keduanya saling berhubungan dan menguatkan.
Di dalam akidah ada keimanan, untuk mencapai tingkat memiliki akidah maka seseorang harus beriman kepada apa yang diperintahkan Rabb-nya untuk diimani. Maka seluruh hal yang berkaitan dengan rukun iman yang enam tersebut merupakan bagian dari pokok akidah Islam. Seperti pembahasan tentang asma al-husna yang merupakan bagian dari rukun iman yang pertama. Ataupun nama-nama malaikat beserta tugasnya, begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan kenabian dan lainnya.
D. Hasil Penelitian Relevan
Dalam melakukan sebuah penelitian tentu dibutuhkan beberapa penelitian lain yang relevan guna memperkuat bahwa penelitian yang saat ini sedang dilakukan penting untuk diteliti. Penulis telah menelaah beberapa penelitian lain yang relevan dengan judul penelitian “Relevansi Aqidah Al-‘Awa<m Sayyid Ahmad Al-Marzuki Dengan Materi Akidah Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di MTs”
:
1. Skripsi yang ditulis oleh Syarifatun Nurul, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga dengan judul : “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Aqidah al-’Awam Karya Sayyid Ahmad Al-Marzuki”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa di dalam Nazham Aqidah al-’Awam terkandung nilai-nilai tauhid yang utama, diantaranya
20 Muhammad Asrosuddin Al-Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak; Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah, (Jogjakarta: Budi Utama, 2019), hlm. 11
21 Kaelany HD, Ibid, hlm. 58
17
tentang keimana kepada Allah Swt., iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para malaikat, iman kepada para Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir, serta iman kepada takdir Allah, hal tersebut sebagaimana rukun iman yang enam.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis, yaitu objek yang diteliti adalah nadzam aqidah ’awam karya Sayyid Ahmad al-Marzuki. Namun penelitian tersebut juga berbeda dengan apa yang akan diteliti saat ini, sebab penulis akan meneliti pokok Aqidah yang terkandung dalam Nadzam aqidah al-’awam, serta mengaitkannya dengan variabel lain yaitu mata pelajaran Aqidah Akhlak pada jenjang MTs.
2. Skripsi yang ditulis oleh Solihati dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul : “ Pendidikan Keimanan Dalam Naz|am ‘Aqidah al-’Awam Karya Syeikh Marzuki”. Penelitian tersebut hanya fokus kedalam nilai keimanan dalam aqidah-al’awa<m dan mengkomparasikan dengan kitab lain dalam mempelajari ilmu tauhid. Hasil penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa ‘aqidah al-‘awa<m memuat tentang ilmu tauhid yang meliputi rukun iman yang 6, namun satu diantaranya tidak dibahas secara lebih lanjut karna merupakan perkara yang sulit dipahami oleh orang awam.
Perkara yang tidak dibahas tersebut adalah perkara qadha dan qadar.penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dibuat oleh penulis, yaitu sama-sama mengkaji secara lebih mendalam tentang isi kandungan dalam ‘aqidah al-‘awa<m. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dibuat penulis terletak pada kenyataan bahwa penulis akan meneliti variabel lain yaitu relevansinya terhadap mata pelajaran akidah akhlak di madrasah tsanawiyah, jadi tidak hanya pada kandungan isi dalam
‘aqidah al-‘awa<m.
3. Jurnal pendidikan Islam Vol.1 No. 1 yang ditulis oleh Ahmad Haris Faishol dan Muhammad Syafi’I dari Universitas Pesantren Tinggi Dar al-‘Ulum Jombang dengan judul : “Materi Pendidikan Islam Dalam Kitab ‘Aqidah
al-‘Awa<m Karya Syeikh Ahmad al-Marzuki al-Maliki”. Jurnal tersebut berisikan analisis kritis terhadap materi pendidikan Islam yang terkandung dalam ‘Aqidah al-‘awa<m.
Persamaan penelitian tersebut dengan yang akan penulis lakukan adalah, bahwa penelitian seperti pada jurnal tersebut sama-sama membahas kandungan yang terdapat dalam ‘Aqidah al-‘awa<m. Hal yang menjadi perbedaan adalah, bahwa penelitian dalam jurnal tersebut meneliti tentang materi pendidikan Islam, yang berarti ruang lingkup dalam peneltian tersebut lebih luas dibandingkan penelitian yang akan penulis buat.
4. Jurnal Tarbiyah al-Aulad Vol. 2, No. 1 Tahun 2017 oleh Wahyudin dan Sumadi yang berjudul: “Konsep Pendidikan Akidah Dalam Kitab ‘Aqidah l ‘Awam Karya Syekh Ahmad Marzuqi”. Jurnal tersebut mengkaji serta menganalisis konsep pendidikan Islam yang terkandung dalam ‘Aqidah al-‘awam. Selain itu, jurnal tersebut juga menganalisis relevansi isi dari ‘Aqidah al-‘awam dengan pendidikan Islam.
Jurnal tersebut sama-sama meneliti tentang kandungan dalam ‘Aqidah al-‘awam, hanya saja jurnal tersebut tidak mengkaitkan kandungan dalam
‘Aqidah al-‘awam dengan materi akidah akhlak di madrasah. Dalam jurnal tersebut variabel yang diteliti adalah konsep pendidikan Islam yang terkandung dalam ‘Aqidah al-‘awam.
18 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis dalam melaksanakan pengumpulan data, harus menentukan lokasi dimana sumber data dapat ditemukan dan diteliti. Penelitian menggunakan teknik studi pustaka ini sangat berbeda dengan penelitian lapangan umumnya dalam hal menentukan lokasi penelitian. Penelitian studi pustaka cenderung lebih luas dan tidak mengenal batas ruang, sebab penulis dihadapkan dengan sumber data yang berupa teks-teks dan literatur sesuai tema penelitian dimanapun.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan dilakukan di perpustakaan yang mengoleksi data-data tentang Aqidat al-’Awam serta Aqidah secara umum.
Secara khusus perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan menjadi sarana yang menunjang untuk melakukan penelitian ini, namun bukan berarti menjadi satu-satunya sarana. Data untuk penelitian ini juga dapat ditemukan di toko-toko buku, perpustakaan Nasional, perpustakaan Islami seperti perpustakaan Iman Jama’, bahkan melalui jurnal-jurnal yang tersebar di internet.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan unuk memperoleh kembali pemecahan terhadap suatu permasalahan.1 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka (Library research) menggunakan pendekatan analisis isi (content analysis), yang berarti penelitian ini menggunakan strategi inquiry untuk menemukan makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, maupun deskripsi tentang suatu fenomena dan akan disajikan secara naratif. Tentang metode penelitian kualitatif, Creswell (2008)
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 1-2.
19
mendefinisikannnya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.2
Pendapat lain mengatakan bahwa “Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif yang bersifat menggambarkan atau menguraikaan
Pendapat lain mengatakan bahwa “Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif yang bersifat menggambarkan atau menguraikaan