BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6. Pembayaran BOK
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menumbuh kebangkan, mendayagunakan Bus Trans Semarang agar menjadi efisien yang berguna dan bermaanfaat dalam lingkup Kota Semarang sebagai transportasi perkotaan.
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan. Mengacu pada konsep dan teori di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bus Trans Semarang merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki kelebihan serta diluncurkan di Semarang guna peremajaan moda angkutan baru, peminatnya adalah kaum muda terpelajar seperti SMP, SMA, dan Umum. Bus Rapid Transit merupakan salah satu transportasi di Semarang dalam hal ini perlu di dayagunakan untuk pengurangan arus kepadatan di Kota Semarang, besar harapan tersebut agar dapat terealisasi dengan berdayaguna serta berhasil guna. Akan tetapi pendayagunaannya
commit to user
masih jauh dari bayangan masalah yang dihadapi kurangnya jalur koridor yang saat ini masih berjalan satu koridor, jumlah bus relatif sedikit, dan penumpang masih relatif sedikit.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi merupakan instansi yang berwenang di bidang Transportasi, khususnya pengelola Bus Trans Semarang yang dilimpahkan kepada UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal) Mangkang, berfungsi sebagai pelaksana sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Perhubungan Komunikasi dan Infomrasi di bidang Pengelolaan terminal dan Bus Rapid Trans bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan pelayanan angkutan baru Semarang sebagai daerah Perdagangan dan Jasa, serta ditunjang BLU (Badan Layanan Usaha) sebagai penggerak utama menuju kemandirian ekonomi daerah.
Peranan dinas perhubungan komunikasi dan informasi dalam mendayagunakan Bus Trans Semarang akan dipengaruhi oleh berbagai factor, baik itu faktor pendukung ataupun faktor penghambat pelaksanaan kegiatan. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi tercapainya pelaksanaan tujuan antara lain keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana penunjang yang masih kurang memadai, serta adanya trayek yang berhimpitan menjadi hambatan bagi pelaksanaan Bus Rapid Transit.
Diharapkan dengan adanya peran aktif dari dinas perhubungan dalam pelaksanaan pendayagunaan khususnya pengelola Bus Trans Semarang melalui berbagai kegiatan yang telah dicanangkan, dapat menjadikan Bus Trans Semarang sebagai alat moda transportasi yang dapat digunakan secara
commit to user
efisien dan efektif yang terus bermanfaat, serta memberikan pelayanan moda transportasi yang lebih baik kedepannya.
Untuk mempermudah pemahaman mengenai peranan dinas perhubungan dalam mendayagunakan Bus Trans Semarang, maka peneliti membuat kerangka berpikir, dimana skema kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut (lihat gambar 2.1)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Peranan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi dalam Mendayagunakan Bus
Rapid Transit
- Menyediakan dan
Memelihara sarana dan prasarana - Promosi - Pengawasan - Regulasi - Evaluasi dan Pengembangan - Pembayaran BOK
Tersedianya moda transportasi yang lebih baik. - Gejolak Sosial :
Trayek yang berhimpit
Persaingan
Faktor Penghambat : -Keterbatasan sumber daya manusia.
-Terbatasnya jumlah
anggaran dana.
Perencanaan dan Pelaksanaan Transportasi Massa Bus Rapid
Transit
UU 22 Tahun 2009 pasal 158 ayat 1 Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di
kawasan perkotaan
Faktor Pendukung :
Terjalinnya hubungan kerjasama yang baik
commit to user
54
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif kualitatif. Dimana penulis berusaha menggambarkan kondisi objek dan fenomena sosial yang sebenarnya serta permasalahan yang ditemui. Seperti yang dijelaskan oleh H.B. Sutopo (2002:111) tentang penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan suatu keadaan. Apabaila datanya telah terkumpul lalu diklasifikasikan dengan data yang bersifat kualitatif yaitu digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dan dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang. Dipilihnya Dinas tersebut sebagai lokasi penelitian karena Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang yang mempunyai tugas dalam hal penataan trayek agar jalur tidak berhimpit sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial selain itu dipilihnya Kota Semarang sebagai lokasi penelitian karena Kota Semarang mampu membenahi sistem Transporasti bersama melalui
commit to user
kerjasama yang terbentuk antara stakeholder sehingga pemerintah tidak memonopoli transportasi.
3.3 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2010:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan penelitian yang berjudul ”Peranan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang dalam Rangka Pendayagunaan Transportasi Bus Rapid Transit”, maka sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan objek penelitian melalui wawancara yang didukung oleh observasi. Data primer diperoleh dari berbagai pihak diantaranya adalah:
(1) Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang
(2) Kepala Bidang UPTD Dinas Terminal Mangkang
(3) Kepala Bidang Pengeloaan Bus Rapid Transit atau manager pengelola Bus Rapid Transit
(4) Kepala Seksi Angkutan Darat
commit to user
(6) PT.Trans Semarang
(7) Pengguna atau Masyarakat.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang diperoleh dari selain sumber data primer, dalam artian data yang diperoleh secara tidak langsung melalui dokumentasi dan buku-buku yang relevan dalam penelitian. Misalnya catatan, gambar, buku kepustakaan dan juga dokumen-dokumen yang berkaitan dengan aktivitas di Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang.
3.4 Teknik Pengambilan Sample
Dalam menentukan sample, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling yang berarti bahwa peneliti memilih informan yang
dianggap mengetahui informasi dan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang jelas. (Patton dalam HB. Sutopo, 2002 :56)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
commit to user
yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik-teknik pegumpulan data tersebut selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Obsevasi (pengamatan)
Adalah teknik pengumpulan dengan melalui pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek yang diteliti. (Lexy J. M 2010 :174)
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung atau tanya jawab antara peneliti dan informan. Wawancara diawali dengan pertanyaan berupa garis besar kemudian akan berkembang sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam. ((Lexy J. M 2010 :186)
c. Dokumentasi
Teknik ini dipergunakan untuk mendukung data yang dikumpulkan dari hasil observasi dan interview. Data bisa berasal dari majalah, artikel, catatan, arsip-arsip, surat keputusan dan lain sebagainya, yang dianggap menunjang. (Lexy J. M 2010 :216)
3.6 Teknik Analisis Data
Model Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
commit to user
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Dalam model ini dibutuhkan 3 komponen, antara lain:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi, merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya ditarik dan diverifikasikan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono
(2010:249) menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan pada pertanyan penelitian.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah tahap pengumpulan data selesai dilakukan, selanjutnya yang dilakukan adalah usaha penarikan kesimpulan berdasarkan hal yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data atau dengan
commit to user
kata lain dimulai dengan awal pengumpulan data, dalam hal ini peneliti harus sudah mulai mengerti apa arti hal-hal yang ditemui. Kesimpulan terkahir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Untuk lebih jelasnya proses analisis data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Model Interaktif Miles dan Huberman
Sumber : Sugiyono, 2010 :246
3.7 Validitas Data
Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan dan tafsir sebagai hasil penelitian, sehingga dapat menunjukan sejauh mana kualitas yang diproleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarnnya. Untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut valid maka digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2010:
Pengumpulan Data Sajian Data Reduksi Data Penarikan Simpulan
commit to user
330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Menurut Patton dalam Lexy J Moleong (2010: 330) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
commit to user
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pemerintah Kota Semarang
4.1.1. Kondisi Geografis
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, berada pada pelintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta. Secara geografis, terletak diantara 1090.35‟- 1100.50‟ Bujur Timur dan
60.50‟-70.10‟ Lintang Selatan. Dengan luas 373,70 KM2, Kota Semarang memiliki batas-batas wilayah administarsi sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
- Sebelah Timur : Kabupaten Demak dan Grobogan - Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Daerah pantai merupakan kawasan dibagian Utara yang berebatasan langsung dengna Laut Jawa dengan kemiringan antara 0% s/d 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian Tengah, dengan kemiringan antara 2-15%, daerah perbukitan merupakan kawasan di bagian Selatan kemiringan antara 15-40% dan beberapa kawasan dengan kemiringan diatas 40%(>40%).
Sesuai dengan letak geografis, dipengaruhi iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin muson dengan 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan
commit to user
April – September dan musim penghujan antara bulan oktober-Maret. 230C s/d dengan 340C, dengna kelembaban udara tahunan rata-rata 77%.
Posisi Kota Semarang terletak antara garis 6°50' - 7°10' Lintang Selatan dan garis 109°35 - 110°50' Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan kabupaten Semarang dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.
Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Luas wilayah Kota Semarang tercatat 373,70 km2. Berikut data kecamatan yang ada di Kota Semarang beserta nama kecamatan yang ada di wilayah Kota Semarang adalah sebagaimana dalam tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Data Kecamatan di Wilayah Kota Semarang Tahun 2010 No Nama Kecamatan Jumlah Desa atau Kelurahan Jumlah
1 Mijen 14 14 2 Gunung Pati 16 16 3 Banyumanik 11 11 4 GajahMungkur 8 8 5 Semarang Selatan 10 10 6 Candisari 7 7 7 Tembalang 12 12 8 Pedurungan 12 12 9 Genuk 13 13 10 Gayamsari 7 7 11 Semarang Timur 10 10 12 Semarang Utara 9 9
commit to user 13 Semarang Tengah 15 15 14 Semarang Barat 16 16 15 Tugu 7 7 16 Ngaliyan 10 10 Jumlah 177
Sumber : Bappeda 2010 Kota Semarang dalam angka
Luas wilayah Kota Semarang sekitar 373,70 KM2. Nama dan luas wilayah untuk masing-masing kecamatan di Kota Semarang serta Jumlah penduduk adalah seperti terlihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kota Semarang Menurut Kecamatan di Kota Semarang Tahun 2010
Sumber : Bappeda, 2010
No Nama Kecamatan Rumah Tangga Penduduk Kepadatan Penduduk Luas Wilayah (KM2) 1 Mijen 14,779 52,711 916 57.55 2 Gunung Pati 20,050 71,174 1,315 54.11 3 Banyumanik 32,947 125,909 4,901 25.69 4 GajahMungkur 15,148 62,413 6,881 9.07 5 Semarang Selatan 22,427 85,309 14,391 5.93 6 Candisari 19,155 80,224 12,267 6.54 7 Tembalang 61,009 133,434 3,019 44.20 8 Pedurungan 49,413 171,599 8,282 20.72 9 Genuk 22,486 85,877 3,135 27.39 10 Gayamsari 24,201 74,748 12,101 6.18 11 Semarang Timur 21,969 80,433 10,446 7.70 12 Semarang Utara 31,306 127,170 11,593 10.97 13 Semarang Tengah 21,196 73,174 11,918 6.14 14 Semarang Barat 40,627 159,946 7,357 21.74 15 Tugu 8,044 27,846 876 31.78 16 Ngaliyan 33,780 115,466 3,039 37.99 Jumlah 438,537 1,527,433 4,087 373.70
commit to user
Luas yang ada, terdiri dari 39,56 km2 (10,59 %) tanah sawah dan 334,14 (89,41%) bukan lahan sawah. Menurut penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah sawah tadah hujan (53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat ditanami 2 (dua) kali. Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan / tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17 % dari total lahan bukan sawah. Berikut bagan areal pengunaan tanah : 373,70 KM2.
Gambar 1
Sumber : Bapeda Kota Semarang (Semarang dalam angka)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa kolam dan tambak menempati angka yang paling sedikit yaitu 4 %, sedangkan alahan yang digunakan untuk Tegalan berkisar antara 24% dan bangunan menempati posisi paling besar dan teratas berjumlah 38%, sementara itu sisanya masih dibagi lagi antara sawah yang berkisar 11% dan lainnya 23 %.
4.2. Gambaran Umum Wilayah Semarang
Kota Semarang berada pada posisi ditengah-tengah pantai utara Pulau Jawa, dibatasi sebelah barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan
4%
24%
38% 11%
23%
Presentase Penggunaan Areal
Tanah
Kolam/Tambak Tegalan Bangunan Sawah
commit to user
Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 kilometer. Dengan luas wilayah sebesar 373,70 kilometer persegi Kota Semarang terbagi dalam 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada terdapat 2 kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu kecamatan Mijen (57,55 km2) dan kecamatan Gunungpati (54,11 km2). Kedua kecamatan tersebut termasuk
dalam daerah “kota atas” yang sebagian besar wilayahnya masih terdapat areal
persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah kecamatan Semarang Selatan (5,93 km2) diikuti oleh kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2). Kecamatan Semarang Selatan dan Semarang Tengah merupakan daerah pusat kota yang sekaligus sebagai pusat perekonomian/ bisnis Kota Semarang, sehingga sebagian besar dari wilayahnya banyak terdapat bangunan pertokoan/mall, pasar, perkantoran, termasuk didalamnya antara lain Kawasan Simpang Lima, Kawasan Tugu Muda, Pasar Bulu, Pasar Peterongan, Pasar Johar dan sekitarnya yang dikenal dengan “Kota Lama” Semarang.
Jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar 1.527.433 jiwa. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.
Yang mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Gunungpati sebesar 3,83 %, kemudian berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Genuk (3,33 %), Kecamatan Mijen (3,28%), Kecamatan Pedurungan (3,23 %), Kecamatan Ngaliyan (2,44%) dan Kecamatan Banyumanik (2,42 %).
commit to user
Sebagai salah satu kota metropolitan Semarang boleh dikatakan cukup padat, pada tahun 2010 ini kepadatan penduduknya sebesar 4.087 jiwa per km2, sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan keadaan tahun 2009. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Tugu sebesar 876 jiwa per km2 diikuti dengan Kecamatan Mijen (916) dan Kecamatan Gunungpati (1.315). Ketiga Kecamatan tersebut dua diantaranya merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan, sedangkan Kecamatan Tugu merupakan daerah pengembangan industri sehingga banyak terdapat bangunan-bangunan dan lahan industri yang menyita sebagian besar wilayahnya. Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar namun jumlah penduduknya banyak kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan (14.391 jiwa/km2) kemudian Kecamatan Candisari (12.267), Kecamatan Gayamsari (12.101), diteruskan dengan Kecamatan Semarang Tengah (11.918) dan Kecamatan Semarang Utara (11.593). Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumahtangga, maka bisa dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 3 sampai 4 anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh kecamatan.
4.3. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang
commit to user
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang dibentuk berdasarkan hukum berdirinya Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang adalah :
1. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor : 12 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang.
2. Peraturan Walikota Semarang Nomor : 28 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang.
3. Peraturan Walikota Semarang Nomor : 66 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Tehnis Dinas Terminal Kota Semarang.
4.3.2. Kedudukan
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang merupakan Dinas Perhubungan adalah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah. Dinas Perhubungan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah .
4.3.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang
Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan.Untuk melaksanakan tugas sebagaimana diuraikan diatas,
commit to user
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan tehnis di bidang perhubungan darat, bidang keselamatan atau sarana dan prasarana, bidang perpakiran, bidang perhubungan laut dan udara serta bidang komunikasi dan informatika 2. Pengkoordinasian pelaksana tugas Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika. Dan Penyelengaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan darat, bidang keselamatan atau sarana dan prasarana, bidang perepakiran, bidang perhubungan laut dan udara serta di bidang komunikasi dan informatiak.
3. Pengelolaan urusan administrasi keuangan, koordinasi penyusunan program, pengeloaan data dan informasi di bidang perhubungan darat, bidang keselamatan atau sarana dan prasarana, bidang perpakiran, bidang perhubungan laut dan udara serta bidang komunikasi dan informatika.
4. Penyusunan, perumusan, dan penjabaran tehnis, pemberian bimbingan di bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika.
5. Pelaksanaan pemberian bimbingan dibidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika serta fasilitas pembiayaan di lingkungan Kota Semarang.
6. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan, dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika.
commit to user
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.
4.3.4. Visi dan Misi V i s i
“TERWUJUDNYA PELAYANAN TRANSPORTASI YANG HANDAL SERTA PELAYANAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA YANG TERTIB DI KOTA PERDAGANGAN DAN
JASA”
Visi tersebut diatas mengandung arti sebagai berikut :
Transportasi, dalam arti suatu sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan Sumber Daya Manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan.
Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelengaraan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh wilayah kota serta mampu mendukung pembangunan kota.
Komunikasi, dalam arti penyebaran informasi yang dilakukan oleh suatu kelompok soaial tertentu kepada pendengar atau khalayak yang heterogen serta tersebar dimana-mana.
Informatika, dalam arti hal-hal / usaha di bidang informasi
Komunikasi dan Informatika yang tertib, dalam arti keberadaan prasarana komunikasi dan informatika yang sesuai dengan
commit to user
peraturan perundang-undangan serta sesuai dengan norma / nilai yang berlaku di masyarakat.
4.3.5. Susunan Organisasi
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 3. Sub Bagian Keuangan.
c. Bidang Perhubungan Darat, terdiri dari : 1. Seksi Lalu Lintas;
2. Seksi Angkutan;
3. Seksi Analisis Dampak Lalu Lintas.
d. Bidang Keselamatan Sarana dan Prasarana, terdiri dari : 1. Seksi Fasilitas dan Perlengkapan Transportasi; 2. Seksi Rekayasa;
3. Seksi Keselamatan dan Teknik Sarana.
e. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas, yang terdiri dari : 1. UPTD Terminal
Sesuai dengan penjelasan atas Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2008, tentang penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang adalah sebagai berikut:
commit to user 4.3.6. Tugas dan Fungsi Masing-Masing Jabatan
Susunan organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Semarang sesuai dengan Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2008, tentang penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang, terdiri dari:
Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi bidang perhubungan.
Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan evaluasi kegiatan dinas, baik rutin maupun pembangunan, pengelolaan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan sarana prasarana kantor, kehumasan dan administrasi perijinan
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan evaluasi kegiatan dinas, baik rutin maupun pembangunan;
b. Pelaksanaan pengelolaan urusan surat menyurat, rumah tangga, perlengkapan dan kehumasan serta pelaporan dinas ;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian ; d. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan ; e. Pelaksanaan administrasi perijinan ;
Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi, mempunyai tugas menyusun rencana dan evaluasi kegiatan dinas, baik rutin maupun pembangunan
commit to user
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi, ketatalaksanaan, perlengkapan, hubungan masyarakat, urusan rumah tangga, protocol, administrasi perijinan, menyiapkan bahan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan pegawai, mutasi pegawai serta mengurus pengelolaan administrasi kepegawaian
3. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan pengelolaan administrasi di bidang keuangan yang meliputi penyusunan anggaran, penerimaan, penyetoran, pembukuan, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan berpedoman pada Sistem Informasi Manajemen