BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
2. Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Metode sangat memegang peranan penting dalam pengajaran. Apapun pendekatan dan model yang digunakan dalam proses belajar mengajar, maka harus difasilitasi oleh metode mengajar. Menurut Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Darwyn Syah bahwa: “Metode ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.”29
Miarso menyatakan sebagaimana dikutip oleh Martinis Yamin bahwa: “Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang
lain.”30
Dengan demikian pembelajaran tersebut sebagai usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat siswa dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
“Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada
peserta didik dalam kondisi dunia nyata.”31 “Salah satu metode yang banyak
diadopsi untuk menunjang pendekatan learner centered dan yang memberdayakan pemelajar adalah metode Problem Based Learning (PBL).”32
Oleh karena itu pendekatan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) ini bersumber dari dimensi kreatif seseorang. Banyak terungkap bahwa setiap individu memiliki potensi kreatif yang begitu besar dalam dirinya.
Tan, Wee dan Kek menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir
bahwa: “Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah (PBL) dimulai dengan
pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang
29
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. 2, hal. 133
30
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Jakarta, 2011), hal. 70
31
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran…. hal. 146
32
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2009), cet ke- 1, hal. 12
terkait dengan masalah dan melaporkan masalah. Sementara pendidik lebih
banyak memfasilitasi.”33
Arends menyatakan tiga hasil belajar pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin, yaitu:
1) Penyelidikan dan keterampilan melakukan pemecahan masalah 2) Belajar model pendekatan orang dewasa (androgogi)
3) Keterampilan belajar mandiri.34
b. Tokoh Konstruktivistik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
1) John Dewey, berpendapat bahwa dalam proses belajar mengajar peserta didik harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Akan tetapi peserta didik senantiasa merasa haus akan pengetahuan.35
2) Jean Piaget, membenarkan bahwa anak-anak memiliki sifat keingintahuan dan terus menerus berusaha memahami di sekelilingnya. Oleh karena itu peserta didik mengkonstruksikan secara aktif refresentasi-refresentasi dibenaknya mengenai apa yang telah peserta didik pelajari.36
3) Lev Semyonovich Vygotsky, “mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial.”37
33
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 12
34
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Jakarta, 2011), hal. 146
35
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,…. hal. 147 36
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,…. hal. 149 37
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
“Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah lebih sulit karena
membutuhkan banyak latihan dan harus mengembalikan keputusan tertentu salama perencanaan dan pelaksanaannya. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) mempesiapkan peserta didik untuk banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan dunia nyata.”38
Dalam hal ini terdapat 7 (Tujuh) langkah pembelajaran pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu:
Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Langkah pertama ini terlebih dahulu setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.39
Langkah 2: Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Karena kadang-kadang masih ada yang harus diperjelas atau ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya.40
Langkah 3: Menganalisis masalah
Langkah ketiga ini anggota mengeluarkan pengetauhan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Adanya diskusi yang membahas informasi yang tercantum dalam masalah dan ada pula informasi yang ada dalam pemikiran anggota. Anggota kelompok tersebut mendapat kesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah.41
38
H. Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,…. hal. 150 39
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2009), cet ke- 1, hal. 24
40
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 24
41
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 24
Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam
“Bagian yang telah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan dan sebagainya.”42
Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran
“Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan
dengan analisis masalah yang dibuat.”43
Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok)
Langkah keenam ini si kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki dan sudah mempunyai tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan dimana setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu atau sekelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.44
Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru
“Pada langkah ketujuh ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan.”45 Ditahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana sisiwa tersebut meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya dipersentasikan dalam bentuk paper atau makalah.
42
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 24
43
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 25
44
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 25
45
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 25
Dari sinilah kemampuan menulis dan mempersentasikan sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan.
Untuk memfasilitasi ketujuh langkah-langkah pembelajaran proses pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi setiap langkah pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat dilihat pada tabel 2.1 46
Tabel 2.1 Contoh-contoh Pertanyaan untuk Memfasilitasi (PBL)
Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
1) Apa yang Anda pikirkan atas pernyataan ini? 2) Apa yang terlintas pada pikiran Anda?
3) Apa yang sudah Anda ketahui atas masalah ini? 4) Apa pernyataan yang berupa fakta yang dapat kita
identifikasi?
5) Menurut Anda, apa maksud kalimat….?
6) Bisa Anda jelaskan lebih jauh tentang (konsep tertentu, dan lain-lain)..?
Langkah 2-3: Merumuskan masalah dan menganalisis masalah
1) Bagaimana Anda mengatakan dengan kalimat
sendiri….?
2) Bisa Anda gambarkan dengan kalimat sendiri….?
3) Bisa Anda buat urutan-urutannya? Pertama…., kemudian….
4) Bisakah Anda ungkapkan apa yang dibahas oleh kelompok?
5) Apakah semua anggota punya pandangan yang sama? Ada yang berbeda?
6) Apa pendapat Anda atas pendapat si…., teman Anda?
Langkah 4: 1) Apa yang kita bisa buat dengan informasi yang
46
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 45
menata gagasan anda dan secara sistematis
menganalisisnya dengan dalam.
ada?
2) Apa informasi tambahan yang agaknya Anda perlukan?
3) Apakah kita bisa memastikan bahwa ….? 4) Anda bisa pikirkan hal yang lain, seperti.…? 5) Apakah kaitannya itu dengan yang anda katakan? 6) Apakah Anda sudah mempertimbangkan
kemungkinan yang ada?
7) Apakah kita punya data/pengetahuan yang cukup untuk mengatakan bahwa?
8) Di mana Anda bisa mendapatkan sumber tersebut?
Langkah 5: Penentuan tujuan pembelajaran
1) Apa saja yang Anda anggap penting untuk menyelesaikan masalahnya?
2) Sudahkah Anda mendaftar semua pertanyaan kunci?
3) Mengapa Anda anggap isi/tujuan ini penting? 4) Mengapa Anda menyertakan hal…?
5) Sumber apa saja yang Anda anggap bisa digunakan?
Langkah 6: Mencari informasi
tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok)
1) Coba gambarkan apa yang Anda pelajari tentang….?
2) Jelaskan apa yang Anda pahami atas….?
3) Apa yang anda maksudkan dengan…., bisa lebih
spesifik?
4) Bisa anda elaborasi lagi tentang….?
5) Seberapa valid dan dapat diandalkan (reliable) hal tersebut?
6) Seperti apa cara berfungsinya? 7) Mengapa seperti itu?
8) Jelaskan strategi yang anda buat!
9) Apa taruhannya kalau kita melakukan/tidak melakukan itu? 10)Apa konsekuensinya? Langkah 7: Saat laporan (paperdan persentasi kelompok)
1) Apa tiga hal kunci yang Anda pelajari tentang masalah ini?
2) Apa yang Anda pelajari tentang diri Anda, dan juga rekan kelompok?
3) Seberapa beda yang terjadi, kalau seandainya…. 4) Sumber baru apa/mana yang Anda peroleh? 5) Solusi apa yang Anda usulkan untuk memenuhi
kriteria berikut?
6) Bagaimana cara menerapkannya di situasi yang lain?
7) Apa yang berbeda yang harus Anda lakukan di kesempatan lain?
8) Tindak lanjut seperti apa yang Anda rekomendasikan?
d. Manfaat PBL
Edward de Bono menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Pendidikan bukanlah tujuan kita. Pendidikan harus mempersiapkan pemelajar untuk hidup. Maka dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) peserta didik dapat membangun kecakapan hidup (life skills), terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif
dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan
terkait.”47
Menurut Sudjana sebagaimana dikutip oleh Triatno bahwa: “Manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.
47
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,…. hal. 27
Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku,
tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.”48
e. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Tan menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir berikut dapat merangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL:
1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengembang (ill-strucured)
3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4) Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning)
6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.49
Salah satu bedanya PBL dengan metode belajar yang konvensional. Bahwa yang namanya belajar tidak hanya sekedar: mengingat (menghafal), meniru,
mencontoh. Dalam PBL yang namanya “masalah” tidak sekedar “latihan” yang
diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan. Akan tetapi “masalah” dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
48
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 70-71
49
Savin, Badin & Moust Bouhuijs, Schmint menyatakan sebagaimana
dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Pendekatan PBL berbeda dengan
pendekatan lain yang biasanya diberikan pendidik pada umumnya:”50
Tabel 2.2 Perbedaan PBL vs Metode Lain
Metode Belajar Deskripsi
1) Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh pendidik dan pemelajar.
2) Kasus atau Studi Kasus Pembehasan kasus biasanya dilakukan diakhir pembelajaran dan selalu disertai dengan pembahasan dikelas tentang materi (dan sumber-sumbernya) atau konsep terkait dengan kasus. Berbagai materi terkait dan pertanyaan diberikan pada pemelajar.
3) PBL Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pemelajar mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pemelajar sendiri.
f. Keunggulan PBL Ada di Perancangan Masalah
Wee dan Kek menyatakan sebagaimana dikutip oleh M. Taufiq Amir bahwa: “Masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu pemelajar untuk menjalankan pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendidik Dalam proses pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang baik, memiliki ciri khas, yaitu:
1) Punya keaslian seperti di dunia kerja. Yakni masalah yang disajikan tidak jauh dari cerminan masalah yang dihadapi di dunia kerja. Oleh karena itu
50
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 27
peserta didik dapat memanfaatkannya apabila menjadi lulusan yang akan bekerja.
2) Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. Yakni masalah yang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman si peserta didik yang telah didapat sebelumnya. Maksudnya pengetahuan yang baru itu dapat dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya.
3) Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. Masalah dalam PBL akan membuat pemelajar terdorong melakukan pemikiran yang metakognitif. Peserta didik menjalankan proses pembelajaran berbasis masalah (PBL) sekaligus menguji pemikirannya, mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri serta menjelajahi hal yang baru.
4) Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Yakni membuat suatu rancangan masalah tersebut dikemas dengan menarik agar si peserta didik yang tadinya pasif menjadi aktif dan bertekad untuk menyelesaikan permasalahannya.51
g. Kelemahan PBL
Selain adanya keunggulan dari pembelajaran berbasis masalah (PBL), metode ini juga mempunyai kelamahan-kelemahan. Sebagaimana dikutip dalam buku Darwyn Syah bahwa kelemahan pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu: 1) Sulit menetukan tingkat masalah yang disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan perkembangan siswa
2) Memakan waktu yang lama dan menyita waktu yang dipergunakan untuk jam pelajaran lain.
3) Sulit mengubah pola belajar siswa dari menjadikan guru sebagai sumber belajar utama kepada belajar utama kepada belajar dengan berpikir yang membutuhkan lebih banyak lagi sumber belajar.52
51
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,…. hal. 32
52
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. 2, hal. 133
“Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah (PBL) lebih sulit karena membutuhkan banyak latihan dan harus mengambil keputusan tertentu selama perencanaan dan pelaksanaannya.”53
3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Fiqih)