• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

E. Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengertian pembelajaran berbasis masalah

Istilah pembelajaran berdasarkan masalah diadopsi dari istilah bahasa Inggris yaitu Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran berdasarkan masalah dikenal sejak zaman John Dewey. Dalam dunia pendidikan PBI sudah banyak digunakan karena model pembelajaran ini berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Menurut John Dewey (dalam Trianto, 2009:91) pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan dapat memberikan masukan kepada siswa berupa masalah dan bantuan, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah dapat diteliti, dinilai, dianalisis serta dicari cara penyelesaian yang baik. Melalui proses itu siswa memperoleh pengalaman dari lingkungan berupa bahan dan materi yang dapat dijadikan pedoman dan tujuan belajar.

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok (Yatim Riyanto, 2009:288). Dalam model ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi, inkuiri, kemandirian, dan percaya diri dalam memecahkan masalah sehingga diperoleh solusi masalah yang rasional dan autentik.

Menurut Ward pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Tan (Rusman) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat

berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, karena siswa memproses informasi dalam dirinya dan menyusun pengetahuannya sendiri. Pada saat pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah yang nyata dihadapi siswa, kemudian siswa berproses mencari penyelesaian masalah sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri terhadap masalah tersebut.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran dimana siswa diberikan suatu masalah yang autentik, kemudian siswa melakukan penyelidikan sehingga siswa menyusun pengetahuannya sendiri dalam rangka menyelesaikan masalah.

2. Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Adapun ciri-ciri untuk pengajuan pertanyaan dan masalah yaitu

1) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa.

2) Jelas. Agar tidak menimbulkan masalah baru yang menyulitkan siswa dalam penyelesaian.

3) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa agar mudah dipahami siswa.

4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Masalah yang dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

5) Bermanfaat, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. Jadi dalam penyelesaian masalah siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah,

mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.

Pada pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk menghasilkan produk yang nyata sesuai dengan penyelesaian masalah dan memamerkan produk tersebut. Produk dapat berupa laporan, alat peraga, video dan sebagainya. Hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

e. Kolaborasi.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru. Sehingga dapat memberikan motivasi dan memperbanyak peluang berbagi inkuiri serta dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Trianto berdasarkan karakteristiknya pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan :

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah penting untuk menjembatani perbedaan antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah

Menurut Resnick (Trianto, 2009: 95) pembelajaran berdasarkan masalah memiliki maksud:

a. Mendorong kerja sama dalam melaksanakan tugas

Pembelajaran Berbasis Masalah memberi dorongan pada siswa untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuatu yang bersifat konkret, namun siswa harus dapat berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan komplek. Berfikir yang seperti itu dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) oleh peserta didik itu sendiri.

b. Memiliki elemen-elemen belajar magang, yang mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat memahami orang yang diamati atau yang diajak dialog (guru, dokter, ilmuan).

c. Menjadi pembelajar yang mandiri.

Guru membimbing, mengarahkan dan mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari jawaban penyelesaian terhadap masalahah yang nyata oleh mereka sindiri. Selain memiliki tujuan ada pula manfaat dari pembelajran berbasis masalah yaitu pengajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berperan menjadi orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang mandiri (Ibrahim dan Nur, dalam Trianto 2009:96).

Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku teks tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya (Trianto, 2009:96).

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Arens (Trianto, 2009:97) pada pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah yaitu :

Tabel 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tingkah Laku Guru

Orientasi siswa pada masalah

• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

Mengorganisir siswa dalam belajar

• Guru membagi siswa ke dalam kelompok. • Guru membantu siswa

dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

• Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut Trianto (2009:96) kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah adalah :

a. Realistik dalam kehidupan siswa b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

c. Memupuk sifat inkuiri siswa dan retensi konsep jadi kuat d. Memupuk kemampuan problem solving

Selain memiliki kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki beberapa kekurangan :

a. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang komplek b. Sulitnya mencari problem yang relevan

c. Sering terjadi miss-konsepsi

d. Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan

F. Materi IPS Tentang Mengenal Perkembangan Teknologi Komunikasi

Dokumen terkait