PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Purnomo NIM: 091134200
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Purnomo NIM: 091134200
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi dengan judul” Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa
Kelas IV SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011”
Khusus saya persembahkan untuk:
1. Bapak Agustinus Witno dan Ibu Christina Tuyem yang telah memberikan semangat, doa dan juga dorongan baik materi maupun rohani dan kasih sayang terlebih kesabarannya. Terimakasih ya pak dan bu!.
v
MOTTO
“Apa Yang Sekarang Ada, Tidak Akan Tetap Ada. Apa Yang Lemah, Akan Menjadi Kuat; Yang Kuat, Menjadi Lemah. Apa Yang Sekarang Berjalan, Akan
Berhenti,Dan Apa Yang Sekarang Berdiri Akan Jatuh” (Fransiscus Georgius Josephus van Lith, SJ)
”Spirit For Better”
“Alam Bukanlah Sebuah Kuil, Namun Sebuah Bengkel Dimana Manusia Bekerja Di Dalamnya”
(Ivan Turgenev)
“Berfokuslah Pada Hal-Hal Yang Kecil, Perhatikan Dan Amatilah Apa Yang Terjadi”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Purnomo
Nomor Mahasiswa : 091134200
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Agustus 2011 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011
Purnomo
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas IV di SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011, (2) apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV di SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, tes hasil belajar pada akhir siklus, refleksi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal sebesar 70,58 % dan pada akhir siklus II menjadi 75,60 % atau meningkat sebesar 5,01 %. (2) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV di SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011, khususnya pada materi perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Hal tersebut ditunjukkan dari kondisi awal prestasi belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 80,64 %, pada akhir siklus I meningkat sebesar 100 %, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 100 %.
ix ABSTRACT
INCREASING MOTIVATION AND ACHIEVEMENT THROUGH SOCIAL LEARNING MODEL ON STUDENT PROBLEM-BASED LEARNING CLASS IV SECOND SEMESTER IN SD KANISIUS
MINGGIR LESSONS YEAR 2010/2011 Purnomo
Sanata Dharma 2011
This study aims to describe (1) whether the use of models problem-based learning can enhance students motivation to learn social studies fourth grade in SD Kanisius Minggir Second Semester Lessons Year 2010/2011, (2) whether the use of models of problem-based learning can enhance students learning achievement IPS class IV Second Semester SD Kanisius Minggir Lesson Year 2010/2011.
This research is the Classroom Action Research conducted in two cycles. The research method used a Class Action Research which includes the planning, implementation of action, observation and reflection. In cycle I and cycle II study performed by using problem-based learning model by dividing students into groups and given issues. The subjects of this study were fourth grade students. Techniques of data collection using questionnaires, observations, test results at the end of the cycle of learning, reflection, and interviews. Data analysis techniques using percentages.
Results showed that (1) the use of problem-based learning model to enhance students' learning motivation in elementary grade IV SD Kanisius Minggir Second Semester Lesson Year 2010/2011. This is indicated by the percentage of students' motivation in the initial conditions for 70.58% and at the end of the second cycle to be 75.60% or an increase of 5.01%. (2) the use of problem-based learning model can improve the performance of fourth grade students learn social studies in SD Kanisius Minggir Second Semester Lesson Year 2010/2011, in particular on the material development of communication technology and transportation. It is shown from the initial conditions student achievement that reached Minimum Completeness Criteria (Kriteria Ketuntasan Minimal) by 80.64%, at the end of the cycle I increased by 100%, and at the end of cycle II is at 100%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ” PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011”. Tujuan penulis menyusun tugas akhir adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan S-1 (Strata 1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan tugas akhir antara lain:
1. Bapak Rohandi, Ph.D.; selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si.; selaku Ketua Program Studi S-1
PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. dan Bapak Drs. Paulus Wahana,
M.Hum. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan semangat, petunjuk, saran, kritik, informasi, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah
xi
5. Ibu Christina Kusumastuti, S.Pd. sebagai Kepala Sekolah SD
Kanisius Minggir dan Staf SD Kanisius Minggir yang memberikan kesempatan, waktu, bantuan dan ijinnya untuk penulis melakukan kegiatan penelitian.
6. Ibu V. Sariyem sebagai guru kelas IV yang telah berkenan untuk
dijadikan tempat penelitian dan membantu untuk mengajar dengan model PBM dan memberikan arahan-arahan bagi penulis.
7. Kedua orang tua kami Agustinus Witno dan Christina Tuyem yang
tidak kering dalam doa dan pengharapan, serta atas segala tetes keringat yang dicurahkan bagi penulis.
8. Anggi Ratih Dwi Wijatmiko V. yang selama ini selalu memberikan
dukungan secara langsung maupun tidak langsung dan selalu memberikan semangat dan motivasi bagi penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tugas akhir ini mendapat balasan yang setimpal atas niat dan perbuatan baik mereka dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi siapa saja terutama bagi para pembaca dan para peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah... 5
D. Pemecahan Masalah ... 6
E. Batasan Pengertian ... 6
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN TEORI ... 9
A. Motivasi belajar ... 9
B. Belajar ... 13
C. Prestasi belajar ... 23
D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ... 27
E. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29
F. Materi IPS Tentang Mengenal Perkembangan Teknologi Komunikasi Dan Transportasi ... 37
G. Mengenal Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Transportasi dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 39
H. Kerangka Berpikir ... 41
I. Hipotesis ... 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Setting Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian ... 44
C. Pelaksanaan Tindakan ... 45
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 55
E. Indikator Keberhasilan ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Hasil penelitian ... 70
B. Komparasi Hasil Penelitian ... 98
xiv
BAB V PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 36
Tabel 2. Waktu Penelitian ... 44
Tabel 3. Pengumpulan Data (Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen) ... 55
Tabel 4. Kisi-Kisi Butir Soal Kuesioner ... 57
Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 1 ... 60
Tabel 6. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 2 ... 61
Tabel 7. Kriteria Klasifikasi Reabilitas Instrumen ... 63
Tabel 8. Hasil Uji Reabilitas ... 64
Tabel 9. Tingkat Penguasaan Kompetensi Dalam PAP II ... 65
Tabel 10. Rubrik Penilaian Kinerja ... 66
Tabel 11. Skor Item Jawaban Kuesioner Motivasi ... 67
Tabel 12. Klasifikasi Kategori Tingkatan Dalam Bentuk Nilai ... 68
Tabel 13. Indikator Keberhasilan ... 69
Tabel 14. Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 71
Tabel 15. Persentase Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 72
Tabel 16. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 74
Tabel 17. Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 75
Tabel 18. Keadaan Partisipasi Siswa Siklus I ... 81
Tabel 19. Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 84
xvi
Tabel 21. Keadaan Partisipasi Siswa Siklus II ... 89
Tabel 22. Keadaan Akhir Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 93
Tabel 23. Persentase Keadaan Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 94
Tabel 24. Ketuntasan Prestasi Siswa Siklus II. ... 96
Tabel 25. Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II... 97
Tabel 26. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir ... 99
Tabel 27. Persentase Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir ... 100
Tabel 28. Perbandingan Partisipasi Belajar Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir 101 Tabel 29. Perbandingan Nilai Individu Siswa... 104
Tabel 30. Persentase Pencapaian KKM pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I, dan Akhir Siklus II ... 105
Tabel 31. Kenaikan Nilai Rata-Rata Prestasi Belajar Siswa ... 105
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Materi Perkembangan Teknologi ... 38
Gambar 2. Siklus Rancangan Penelitian ... 45
Gambar 3. Grafik Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 73
Gambar 4. Grafik Data Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 75
Gambar 5. Grafik Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 85
Gambar 6. Grafik Data Keadaan Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 94
Gambar 7. Grafik Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II. ... 97
Gambar 8. Grafik Data Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Kondisi Awal dengan Siklus II ... 100
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 116
Lampiran 2. RPP Siklus 1 dan Siklus 2 ... 118
Lampiran 3. LKS Siklus 1 dan Siklus 2 ... 126
Lampiran 4. Soal Evaluasi dan Jawaban Soal Evaluasi ... 134
Lampiran 5. Media Pembelajaran ... 140
Lampiran 6. Lembar Observasi ... 144
Lampiran 7. Kuesioner Motivasi Asli ... 146
Lampiran 8. Kuesioner Motivasi Awal dan Akhir ... 147
Lampiran 9. Uji Validitas Motivasi ... 148
Lampiran 10. Hasil Observasi ... 151
Lampiran 11. Foto-Foto Siklus I Dan Siklus II Dalam Bentuk Cetak ... 159
Lampiran 12. Hasil Pekerjaan Siswa (LKS, Evaluasi Siklus I dan Siklus II) ... 161
Lampiran 13. Nilai Keadaan Awal Siswa ... 173
Lampiran 14. Perbandingan Nilai Motivasi Siswa ... 174
Lampiran 15. Perbandingan Nilai Prestasi Siswa ... 175
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran mengenai kehidupan masyarakat yang diberikan kepada siswa mulai jenjang pendidikan dasar. Di Abad ke XXI yang dikenal dengan abad globalisasi dan teknologi informasi, perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta dalam kehidupan manusia, khususnya siswa sekolah dasar. Sekarang ini siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan global selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran lPS khususnya di SD juga dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis seperti sekarang. Dengan diberikan mata pelajaran IPS pada jenjang Sekolah Dasar (SD), siswa diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan sosial seperti tergambar dalam berbagai standar kompetensi IPS SD (Jejen, 2008:1-2).
Sejauh ini, pembelajaran IPS masih sebagian didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan IPS sebagai suatu mata pelajaran hafalan yang harus dihafalkan jika ingin tahu dan mengerti. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, selain itu ceramah dan mencatat menjadi pilihan utama sebagai metode mengajar. Pada umumnya dari cara guru mengajarkan IPS kepada siswa di sekolah baik tingkat dasar maupun menengah dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Belajar adalah suatu kegiatan menerima pengetahuan dan menyimpannya
dalam memorinya sebagaimana diberikan oleh guru (Davis, 1984 dalam Paul Suparno, 1999:48).
2. Siswa dianggap sebagai subjek yang belum memiliki landasan
pengetahuan IPS, dan pengetahuan itu ada di luar pikiran siswa. Agar siswa memilikinya apa yang diberikan, pengetahuan yang benar adalah yang seperti disampaikan oleh guru.
3. Guru menghadapi banyak persoalan dengan jumlah materi yang cukup
banyak untuk diajarkan kepada siswa, dan sulit dalam menerapkan metode yang menarik, sehingga kalau penyampaian materi dengan berbagai metode itu hanya akan memboroskan waktu dan materi tak akan selesai pada akhir semester. Target mampu menyelesaikan materi adalah tujuan utamanya.
4. Guru tidak menyadari bahwa setiap siswa dapat menggambarkan
informasi yang disampaikan secara individual, artinya ada perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Dengan kata lain bahwa setiap siswa mengkonstruksi pengetahuan yang diterima dalam pikiran masing-masing.
5. Dalam pengajaran guru lebih menekankan pada hasil dari pada proses
Berdasarkan data-data di atas, telah terbukti bahwa pembelajaran IPS yang hanya berpusat pada target penguasaan materi memang terbukti dapat berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak dalam memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan jangka panjang.
Selain itu, rendahnya kualitas pembelajaran IPS di kelas dapat disebabkan oleh diri siswa itu sendiri. Beberapa penyebab yang mungkin terjadi adalah: (1) siswa tidak menyukai mata pelajaran IPS, (2) materi IPS hanya hafalan yang membosankan dari waktu ke waktu, (3) siswa merasa jenuh sehingga tidak berminat terhadap mata pelajaran IPS, (4) siswa merasa tidak ada gunanya mempelajari IPS karena tidak pernah akan diujikan secara nasional.
Namun pada kenyataannya tingkat penguasaan materi pembelajaran IPS di kelas IV SD Kanisius Minggir masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai mid-semester IPS pada umumnya dari 31 siswa, terdapat 6 siswa atau 19,35% siswa yang nilainya di bawah KKM dan dengan rata-rata kelas yaitu 73,41.
Berkaitan dengan itu semua, usaha-usaha yang dilakukan untuk memperbaiki pencapaian tujuan di atas sangat penting, salah satunya dengan penelitian yang akan dilakukan dengan berdasarkan fakta bahwa motivasi dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS selalu rendah karena pendekatan yang digunakan kurang memotivasi siswa, penggunaan metode yang kurang tepat dan penggunaan media yang kurang maksimal maka penulis akan mencoba menerapkan model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa yang akhirnya dapat menigkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Model yang akan dicoba yaitu model pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran Berbasis Masalah ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah juga memberikan siswa dapat berlatih tidak hanya dengan teori tetapi dengan praktik. Siswa tidak lagi menjadi seorang yang hanya dapat memecahkan masalah saja tetapi juga dapat menganalisa suatu permasalahan.
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Pembatasan Masalah
Terkait dengan masalah pembelajaran IPS pada umumnya namun karena keterbatasan waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis, penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Siswa kelas IV yang berjumlah 31 anak, Semester 2, SD Kanisius Minggir
Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran IPS dengan Kompetensi
Dasar 2.3 yaitu mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya secara khusus materi yang akan dibahas adalah perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar IPS siswa ?
2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, salah satu cara untuk memecahkan masalah adalah perlu adanya pengembangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif antara lain dengan pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini menurut para ahli tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep tetapi mampu menumbuhkan semangat kolaboratif, berfikir kritis, mengembangkan sikap sosial siswa. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran difokuskan pada tugas-tugas atau masalah yang otentik-relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks.
Melalui cara ini siswa memiliki pengalaman sebagaimana nantinya menghadapi kehidupan sosial kemasyarakatan dimana mereka hidup. Ketiga hal tersebut merupakan bagian dari tujuan pembelajaran IPS di sekolah. Kolb (1976) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang efektif karena memberikan pengalaman kongkrit pada diri siswa yang selain mampu meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam belajar juga dapat menumbuhkan sikap sosial siswa yang lebih baik dalam pembelajaran.
E. Batasan Pengertian
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah pencapaian keberhasilan atas usaha yang
pemahaman materi-materi IPS, kegiatan-kegiatan, nilai-nilai dan sikap yang terinternalisasi dalam hidup sehari-hari pada diri siswa.
2. Motivasi adalah dorongan dan semangat belajar yang timbul pada siswa
ke arah pencapaian tujuan belajar, sehingga menjamin atau memberi kepuasan atas kelangsungan kegiatan belajar (Masidjo,2006:22).
3. Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau
diubah melalui praktek dan latihan (Garry & Kingsley, 1970:15).
4. Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan yang menghadapkan
siswa pada permasalahan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan menemukan alternatif pemecahan secara terbuka dengan tahapan-tahapan membuat identifikasi masalah, analisis, interpretasi, dan memberikan alternatif pemecahan (Trianto, 2009).
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS SD dengan model pembelajaran berbasis masalah. Secara
rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui
model Pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui
model Pembelajaran Berbasis Masalah. G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih alternatif pendekatan dalam pembelajaran IPS yang mampu meningkatkan motivasi dan kualitas pembelajaran baik produk maupun proses, serta menambah wawasan tentang model-model pembelajaran IPS sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis untuk selalu mengembangkan model pembelajaran-pembelajaran inovatif.
4. Bagi Peneliti lain, sebagai acuan dan pijakan dalam melakukan penelitian tindakan kelas lebih lanjut.
5. Bagi Universitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari Bahasa Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan motivasi. Motif berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata,1984 dalam Ali Imron,1996).
Motivasi mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu, sedangkan dalam lapangan pendidikan adalah mengembangkan keinginan pada siswa untuk belajar (Heins Kock, 1981). Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1980) motivasi adalah suatu tenaga (dorongan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang mendorong atau menggerakkan atau mengusahakan tingkah laku belajar siswa kearah pencapaian tujuan belajar, sehingga menjamin atau memberi kepuasan atau kelangsungan kegiatan belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas
belajar, keinginan pada suatu tenaga (dorongan, alasan kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Pasaribu dan Simandjuntak (1980) menyatakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada baik pada diri seseorang adalah:
a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus
menerus dalam waktu lama.
b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa. c. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh.
d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.
e. Lebih suka sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
g. Dapat mempertahankan pendapatnya. h. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini. i. Senang mencari dan memecahkan masalah.
3. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Motivasi memiliki bermacam-macam jenis yang dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang dan pendapat yang berbeda, antara lain:
1) Motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak lahir,
contohnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum. Motivasi ini sering disebut motivasi biologis.
2) Motivasi yang timbul karena dipelajari
Motivasi yang timbul karena dipelajarinya, contohnya dorongan untuk belajar suatu ilmu pengetahuan. Motivasi ini sering disebut dengan motivasi yang diisyaratkan secara sosial.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motivasi organis, misalnya kebutuhan untuk minum, makan,
bernafas dan kebutuhan untuk beristirahat.
2) Motif-motif darurat, antara lain adalah dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha. Motivasi ini timbul karena adanya rangsangan dari luar.
3) Motif-motif objektif, hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif. c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah adalah spontan, insting, otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak perlu dirangsang dari luar.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar.
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah motivasi yang timbul karena dipelajari dan motivasi ekstrinsik, karena semua itu dipengaruhi oleh pihak lain serta media-media pendukung pembelajaran.
4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Seseorang dapat termotivasi jika seseorang mempunyai suatu harapan yang jelas. Untuk itu seseorang akan termotivasi karena didasari oleh beberapa hal berikut (Masidjo, 2006: 23), yaitu:
a. Corak pendidikan yang menantang, hal ini memungkinkan pemberian
prestasi yang layak diakui, dihargai, maka perlu penanaman motivasi sejak dini supaya siswa tidak mudah pasrah, menerima nasib, dan sebagainya.
b. Cita-cita hidup yang jelas, untuk itu siswa perlu ditimang demi
pembentukan cita-cita hidupnya dan selanjutnya dibina oleh sekolah SD.
c. Kepastian dapat melanjutkan belajar, untuk mewujudkan hal ini perlu
d. Penekanan melakukan kegiatan beajar secara teratur, suasana jaman
modern lebih mendorong siswa untuk bersenang-senang yang dapat menggoda perkembangan motivasi instrinsik para siswa.
5. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan, dengan motivasi seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan, kegiatan itu juga akan berhasil dengan optimal jika ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula usaha yang dilakukan.
Berkaitan dengan itu, fungsi motivasi sangatlah pokok. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2008:85) ada empat fungsi motivasi, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat sesuatu. Motivasi dalam hal ini
menjadi motor penggerak setiap kegiatan yang akan dilakukan. b. Menentukan arah perbuatan yang hendak dicapai oleh seseorang. c. Berfungsi menentukan perbuatan-perbuatan yang hendak dilakukan
guna mencapai tujuan dengan menyingkirkan perbuatan yang tidak bermanfaat.
d. Motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. B. Belajar
1. Pengertian belajar
a. Menurut Hilgard
Hilgard merumuskan bahwa belajar (learning) adalah proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktik atau latihan. Rumusan ini menegaskan 2 hal mengenai belajar yaitu :
1) Kegiatan yang bersifat latihan dan yang bersifat praktik.
2) Perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan,
pemahaman, sikap, keterampilan yang nampak dalam tingkah laku.
b. Menurut Cropley
Belajar adalah suatu proses dan melalui proses tersebut terjadi pendidikan. Serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak dia lahir. c. Menurut Gagne
Belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah perilaku seseorang dengan cukup cepat.
d. Menurut Garry & Kingsley (1970:15), belajar adalah proses tingkah
laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata (2010) dalam bukunya landasan psikologi proses pendidikan belajar mengemukakan bahwa belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai sejak dalam ayunan (buaian) sampai dengan menjelang akhir hayat (meninggal). Apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada setiap fase perkembangan berbeda-beda. Meskipun demikian ada pandangan umum yang sama dan dijadikan sebagai prinsip-prinsip dalam belajar. Prinsip itu antara lain:
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. b. Belajar berlangsung seumur hidup.
c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.
d. Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
e. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. f. Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.
g. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang paling kompleks.
i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
j. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau
Seseorang belajar itu tidak terbatas pada umur, keadaan waktu atau tempat yang mengatur kita, tetapi belajar dapat berlangsung di manapun dan kapanpun baik sendiri ataupun dengan orang lain yang disertai dengan perubahan-perubahan dari diri kita untuk menjadi lebih maju.
Skinner (Dimyati & Mudjiono, 1997:7) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menjadi menurun.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh siswa itu sendiri, dimana siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh pengetahuan yang ada di lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar adalah berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapatkan suatu kepandaian.
Belajar juga merupakan proses dalamnya terbentuknya tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku, melalui praktek dan latihan (Hilgrand;1948 dalam Modul Mata Kuliah PBPD).
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasikan perubahan pada
diri individu pembelajar.
b. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah selesai
melakukan proses belajar namun akan tampak pada kesempatan yang akan datang.
c. Perubahan itu pada intinya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
d. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat berkembang dari seseorang (siswa) dari yang belum tahu menjadi tahu melalui praktek dan latihan supaya mendapatkan suatu kepandaian.
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam (Muhibbin Syah; 1997:132-133), yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan pembelajaran.
a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa. 1) Ingatan atau memori siswa
memperoleh berbagai pengetahuan yang diperoleh dari masa lampau yang telah disimpan dengan baik dan siap disadarkan kembali jika diperlukan. Jadi, tanpa ingatan hampir tidak mungkin siswa SD mempelajari sesuatu di sekolah.
2) Berfikir
Berfikir adalah aktivitas kognitif siswa yang berupa proses simbolis atau abtraksi yang menghasilkan pengertian atau konsep. Pengertian konsep dapat merupakan sesuatu yang berarti mewakili sejumah peristiwa, benda, ruang, ide, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri sama.
3) Intelegensi dan Kemampuan Belajar
Intelegensi adalah suatu aktivitas kognitif siswa dimana berfikir berperan utama yang tampak dalam tingkah lakunya yang terarah pada penyesuaian diri terhadap situasi baru yang bermasalah. Tingkah laku penyesuaian diri yang bermasalah dapart berupa tingkah laku terhadap masalah diri, masalah sosial, dan masalah akademik.
4) Perasaan, sikap dan minat belajar (Masidjo, 2006:20)
Perasaan adalah suatu aktivitas psikis dimana di dalamnya subjek (siswa SD) menghayati nilai-nilai suatu objek.
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek dimana siswa merasa tertarik pada suatu hal dan merasa senang bersama dengan hal tersebut sebagai yang bernilai.
Hubungan dari tiga pengertian itu adalah apabila seseorang menaruh minat yang besar terhadap pengalaman belajar di sekolah juga ditambah perasaan senang dan sikap yang baik dan hal itu cenderung menetap pada dirinya serta disadari sepenuhnya sebagai kegiatan yang berguna untuk mengembangkan mentalnya demi terbentuk motivasi intrinsik pada diri siswa maka akan membuat siswa benar-benar termotivasi untuk belajar dan nantinya meningkatkan prestasi belajar.
5) Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang mendorong atau menggerakkan tingkah laku belajar siswa ke arah pencapaian tujuan belajar, sehingga menjamin atau memberi kepuasan atas kelangsungan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar.
Dalam hal ini yang mempengaruhi atau menjadi faktor belajar siswa dari luar sekolah adalah:
1) Kemampuan mengajar guru
pelajaran, pemberian tugas-tugas kepada siswa dan penggunaan metode mengajar serta gaya memimpin guru di dalam kelas, apakah guru selalu otoriter, demokrasi atau lepas (hanya mendampingi siswa).
2) Lingkungan
Faktor ini berupa situasi ekonomi, pilitik, sosio-budaya, keadaan cuaca, dan sebagainya yang berdampak negatif atau positif pada kondisi fisik maupun psikologis.
3) Pengelola kelas
Peran guru dalam hal ini sangat diperlukan dalam mengelola sebuah kelas, guru arus perhatian, penuh inisiatif, peduli akan keadilan, dan sebagai motivasi kerja yang rela berkorban demi sesama.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran untuk meraih prestasi yang maksimal (Muhibbin Syah, 1997: 139).
4. Jenis-Jenis Belajar
Robert M. Gagne dalam Masidjo (2006), menyebutkan jenis-jenis belajar, yaitu:
Belajar informal verbal adalah suatu pengetahuan yang berbentuk bahasa verbal (lisan atau tulisan) dari suatu sumber yang berbahasa lisan dan tulisan.
b. Belajar kemahiran intelektual
Belajar kemahiran intelektual adalah suatu kemampuan mempresentasikan suatu relasi yang dapat terjadi dengan diri sendiri dan lingkungannya dalam bentuk pengertian-pengertian, simbol-simbol (angka, gambar, atau kata).
c. Belajar pengaturan kegiatan kognitif
Belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah belajar mengatur atau menggunakan kemampuan kognitif secara efektif dan efisien, terarah, sehingga kegiatan kognitif tersebut terawasi dan tersalurkan secara sistematis dalam pemecahan masalah.
d. Belajar kemampuan motorik
Belajar kemampuan motorik adalah belajar untuk memanfaatkan fungsi motorik pada organ-organ tubuh sedemikian rupa, sehingga seorang siswa dapat bergerak dan memelihara dirinya secara berdaya dan berhasil guna.
e. Belajar sikap
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab pertanyaan. Misalnya mengapa harga bahan bakar minyak naik ? proses pemecahan masalah selalu berkaitan. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah – masalah yang lain.
5. Unsur-Unsur Belajar
Cronbach (1954; 49-50) dalam Nana Syaodih mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:
a. Tujuan. Belajar dimulai dari tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu
muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.
b. Kesiapan. Dalam belajar, kesiapan perlu dilakukan dalam hal fisik dan
psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan yang mendasari. c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam
situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.
d. Interpretasi. Interpretasi yaitu melihat hubungan diantara
e. Respon. Respon ini dilakukan dengan coba-coba, atau usha yang
penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.
f. Konsekuensi. Setiap usaha pasti akan menimbulkan hasil, akibat dari
konsekuensi antara lain berupa kegagalan atau keberhasilan. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha berikutnya.
g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan siswa
dalam belajar adalah kegagalan. Kegagalan ini dapat menurunkan semangat, tetapi juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan.
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi dan belajar. Menurut Kurniawan (dalam Depdikbud, 1995:787) prestasi berarti hasil yang telah dicapai, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Wens Tanlain (2007:6) belajar juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap orang atau individu dan menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih baik.
belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2002: 213) meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa
Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dicapai siswa pada mata pelajaran tertentu dan ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV semester 2 dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan guru kelasnya setelah melakukan tugas dan menguasai kompetensi-kompetensi dasar mata pelajaran IPS yang diberikan kepada siswa.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Internal
1) Faktor jasmani (fisiologis) yang bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya, misalnya : penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas:
a) Faktor interaktif yang meliputi:
(1) Faktor parsial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b) Faktor non-interaktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal
1) Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah atau lembaga.
siswa itu sendiri. Beberapa yang mempengaruhi prestasi di sekolah antara lain:
a) Cara memberi pelajaran b) Kurangnya bahan bacaan
c) Kurangnya media/ alat-alat pelajaran d) Penyelenggaraan pelajaran terlalu padat 2) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.
Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Adanya rasa aman dalam sebuah keluarga sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rasa aman tersebut membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang dapat menambah motivasi dalam diri siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat.
3) Faktor yang bersumber dari masyarakat
mereka yang rajin belajar. Sebaliknya apabila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak yang nakal yang hanya berkeliaran saja maka anakpun akan terpengaruh hal-hal buruk tersebut.
D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 1. Hakikat pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu –ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosial, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan tentang peristiwa-peristiwa dan berbagai periode. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. (Trianto, 2010: 171-172).
2. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan
berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD
Dalam Kurikulum tingkat satuan pendidikan, ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada kompetensi dasar perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi.
E. Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pengertian pembelajaran berbasis masalah
Istilah pembelajaran berdasarkan masalah diadopsi dari istilah bahasa Inggris yaitu Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran berdasarkan masalah dikenal sejak zaman John Dewey. Dalam dunia pendidikan PBI sudah banyak digunakan karena model pembelajaran ini berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Menurut John Dewey (dalam Trianto, 2009:91) pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan dapat memberikan masukan kepada siswa berupa masalah dan bantuan, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah dapat diteliti, dinilai, dianalisis serta dicari cara penyelesaian yang baik. Melalui proses itu siswa memperoleh pengalaman dari lingkungan berupa bahan dan materi yang dapat dijadikan pedoman dan tujuan belajar.
tinggi, inkuiri, kemandirian, dan percaya diri dalam memecahkan masalah sehingga diperoleh solusi masalah yang rasional dan autentik.
Menurut Ward pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Tan (Rusman) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, karena siswa memproses informasi dalam dirinya dan menyusun pengetahuannya sendiri. Pada saat pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah yang nyata dihadapi siswa, kemudian siswa berproses mencari penyelesaian masalah sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri terhadap masalah tersebut.
Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran dimana siswa diberikan suatu masalah yang autentik, kemudian siswa melakukan penyelidikan sehingga siswa menyusun pengetahuannya sendiri dalam rangka menyelesaikan masalah.
2. Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Adapun ciri-ciri untuk pengajuan pertanyaan dan masalah yaitu
1) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata
siswa.
2) Jelas. Agar tidak menimbulkan masalah baru yang menyulitkan
3) Mudah dipahami. Yaitu masalah yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa agar mudah dipahami siswa.
4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Masalah yang
dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5) Bermanfaat, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. Jadi dalam penyelesaian masalah siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik.
mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pada pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk menghasilkan produk yang nyata sesuai dengan penyelesaian masalah dan memamerkan produk tersebut. Produk dapat berupa laporan, alat peraga, video dan sebagainya. Hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
e. Kolaborasi.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru. Sehingga dapat memberikan motivasi dan memperbanyak peluang berbagi inkuiri serta dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Trianto berdasarkan karakteristiknya pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan :
1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah penting untuk menjembatani perbedaan antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah
Menurut Resnick (Trianto, 2009: 95) pembelajaran berdasarkan masalah memiliki maksud:
a. Mendorong kerja sama dalam melaksanakan tugas
Pembelajaran Berbasis Masalah memberi dorongan pada siswa untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuatu yang bersifat konkret, namun siswa harus dapat berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan komplek. Berfikir yang seperti itu dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) oleh peserta didik itu sendiri.
b. Memiliki elemen-elemen belajar magang, yang mendorong
pengamatan dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat memahami orang yang diamati atau yang diajak dialog (guru, dokter, ilmuan).
c. Menjadi pembelajar yang mandiri.
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berperan menjadi orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang mandiri (Ibrahim dan Nur, dalam Trianto 2009:96).
4. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Arens (Trianto, 2009:97) pada pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah yaitu :
Tabel 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tingkah Laku Guru
Orientasi siswa pada masalah
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisir siswa dalam belajar
• Guru membagi siswa ke dalam kelompok. • Guru membantu siswa
dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut Trianto (2009:96) kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah adalah :
a. Realistik dalam kehidupan siswa b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Memupuk sifat inkuiri siswa dan retensi konsep jadi kuat d. Memupuk kemampuan problem solving
Selain memiliki kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki beberapa kekurangan :
a. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang komplek b. Sulitnya mencari problem yang relevan
c. Sering terjadi miss-konsepsi
d. Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan
F. Materi IPS Tentang Mengenal Perkembangan Teknologi Komunikasi Dan Transportasi”.
1. Standar Kompetensi:
2 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi. 2. Kompetensi Dasar
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
Gambar 1. Bagan Materi Perkembangan Teknologi
Dalam materi pokok perkembangan teknologi komunikasi membahas tentang teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masyarakat masa kini. Pada teknologi komunikasi masa lalu, masyarakat menggunakan alat seperti kentongan, bedug, api, dan simbol-simbol tertentu. Sedangkan pada perkembangannya, teknologi masa kini telah menggunakan alat-alat komunikasi yang beragam dan canggih. Misalnya alat komunikasi yang berupa handphone, televisi, radio,
Pengalaman memanfaatkan teknologi
BAGAN MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI
Teknologi Komunikasi komunikasi masa lalu
telepon, koran, dan masih banyak lagi alat-alat komunikasi yang lainnya. Penggunaan alat-alat komunikasi pada masa lalu dan masa kini pun dibahas dalam materi ini. Diantaranya penggunaan radio, handphone, kentongan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sedangkan dalam materi perkembangan teknologi transportasi, akan membahas tentang alat-alat transportasi yang digunakan pada masa lalu hingga alat transportasi yang digunakan pada saat ini. Masyarakat menggunakan berbagai alat transportasi seperti dokar (andong), becak, sepeda kayuh, perahu layar, rakit, dan lain sebagainya pada masa lalu. Dan dalam perkembangannya, pada masa kini semakin banyak alat transportasi yang dapat digunakan oleh masyarakat seperti sepeda motor, mobil, pesawat terbang, kereta api listrik, kapal, dan masih banyak lagi alat transportasi yang lain.
Selain membahas perkembangan ragam alat komunikasi dan transportasi, akan dibahas pula tentang cara penggunaan alat komunikasi dan alat transportasi tersebut. Sehingga diharapkan siswa dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
G. Mengenal Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Transportasi dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
pengalaman menggunakannya. Materi perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi transportasi dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD ini dapat dikenalkan dengan berbagai model pembelajaran. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah.
mencatat hal-hal yang penting. Setelah semua kelompok diskusi selesai mempresentasikan hasil diskusinya, guru dan siswa mengambil kesimpulan.
Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ini, siswa dapat berlatih untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat berdiskusi dengan kelompoknya dan dapat melatih keberanian siswa untuk menanggapi pendapat dari siswa yang lain. Hal tersebut menjadi indikator motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Jika siswa aktif dalam pembelajaran, mengindikasikan bahwa siswa mempunyai motivasi belajar yang baik. Begitu pula sebaliknya. Dengan motivasi belajar yang baik, diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
H. Kerangka Berpikir
Berkaitan dengan hal di atas, setelah siswa sudah mampu untuk berpikir kritis dalam hal pemecahan masalah dan mempunyai dorongan serta percaya diri, keuletan, dan kegigihan yang timbul dari dari dalam dirinya untuk berani mengatasi dan menghadapi suatu permasalahan maka akan berdampak juga pada hasil akhir yang mereka capai yang pada tingkat siswa prestasi belajar mereka akan meningkat terlebih pada aspek afektif dan psikomotorik siswa walaupun tidak menutup kemungkinan kognitif siswa juga akan meningkat seiring dengan pemahaman anak yang semakin dewasa dan siswa dapat berpikir lebih mudah dengan penerapan model berbasis masalah ini.
I. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar IPS siswa.
2. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011
di SD Kanisius Minggir Desa Sendangagung Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV yang berjumlah 31 siswa
yang terdiri dari 17 siswa putra dan 14 siswa perempuan pada Semester II
SD Kanisius Minggir Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten
Sleman Yogyakarta.
3. Objek Penelitian
Motivasi dan prestasi belajar serta model pembelajaran berbasis masalah
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari-Agustus tahun 2011.
Tabel 2 Waktu Penelitian
Tindakan Siklus I c. Melaksanakan
Tindakan Siklus II
2. Penyusunan Laporan a. Analisis Data b. Penyusunan
Laporan c. Ujian
d. Revisi laporan penelitian
e. Penyerahan laporan akhir
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan design penelitian tindakan dari Kemmis
dan Taggert (dalam Arikunto, 2002:83) yaitu berbentuk spiral dari siklus
yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi masalah. Tahap-tahap
Gambar 2 : Siklus Rancangan Penelitian Sumber (Arikunto, 1998:18) C. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing siklus
terdiri dari dua jam pembelajaran (2 x 40 menit). Proses penelitian
masing-masing meliputi empat tahap yaitu rencana tindakan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
1. Persiapan
Untuk melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah,
mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran,
mempersiapkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), menyusun alat dan bahan yang diperlukan untuk model
pembelajaran berbasis masalah, dan menyiapkan instrumen penelitian. OBSERVASI
REFLEKSI
TINDAKAN
PERENCANAAN PERENCANAAN
TINDAKAN
REFLEKSI
a. Identifikasi masalah
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi
masalah tentang prestasi belajar siswa tentang materi pokok
“Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Transportasi”. Tahapan
pertama adalah mengetahui pembelajaran IPS siswa kelas IV SD
Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 dan
mengetahui nilai mid-semester IPS pada umumnya.
Dari hasil studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa
prestasi siswa dilihat dari hasil mid-semester tersebut masih rendah.
Hal ini terbukti dari 31 siswa terdapat 6 siswa atau 19,35% yang
memiliki nilai di bawah KKM yang diharapkan. Dengan rata-rata
kelas 73,41. Padahal KKM mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
ini 62.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti
merencanakan sebuah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPS siswa kelas
IV SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
b. Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran
Kompetensi dasar yang mengalami permasalahan yaitu
mengenal perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
c. Mempersiapkan silabus ( lampiran 1, halaman 116)
empat kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas IV semester
II yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP dibuat tiap siklus. (lampiran 2, hal 118) e. Menyiapkan alat yang digunakan untuk pelaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah.
Alat yang digunakan untuk pelaksanaan perlu disusun terlebih
dahulu sebelum melaksanakan penelitian.
f. Menyiapkan instrumen penelitian
Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menyiapkan
instrumen penelitian. Lampiran tentang instrumen penelitian dapat di
lihat pada lampiran 6 dan 8, hal 144 dan 147.
Siklus I Pertemuan Ke-1 1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan siklus 1 dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Dalam rencana pembelajaran tersebut
ditentukan indikator dan tujuan pembelajaran, kegiatan guru dan siswa,
materi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
Pembelajaran siklus I pertemuan ke-1 terdiri dari satu pertemuan
atau 2 jam pelajaran (2x40 menit). Hasil dari pengamatan terhadap siswa
pada siklus I ini sebagai dasar menentukan tindakan berikutnya. Adapun
a. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok
pembelajaran yang dituangkan dalam silabus.
b. Merencanakan pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah
c. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran (lampiran 5, hal 139) e. Menyusun instrumen penelitian
f. Membuat Lembar Kerja Siswa. (lampiran 3, hal 126) g. Membuat soal tes siklus 1. (lampiran 4, hal 134) 2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 3-4 siswa.
b. Masing-masing kelompok diberi masalah tentang perkembangan
teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini untuk didiskusikan.
c. Kelompok mencari fakta dan informasi tentang teknologi komunikasi
untuk mencari solusi.
d. Masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil
diskusi ke depan kelas.
e. Guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan.
3. Pengamatan
observasi yang berfokus pada masalah penelitian. Observasi yang
dilakukan peneliti adalah mencatat pengamatan pada lembar observasi
tentang aktivitas siswa di dalam kelas ketika mengikuti pelajaran.
Pada proses pengamatan, pengamat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses berkomunikasi dengan
anggota kelompok.
c. Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu.
d. Melakukan pengumpulan data dan menghitung persentasi
keberhasilan hasil belajar.
4. Tahap Refleksi.
Dalam tahap refleksi ini peneliti mengkaji kembali secara seksama
dari catatan lembar observasi dan hasil tes siswa yang pertama dari teman
sejawat dan didiskusikan bersama. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memahami data yang telah terkumpul untuk dijadikan sebagai bahan
merevisi tindakan 1 dan merancang tindakan selanjutnya. Adapun hasil
diskusi dipergunakan untuk menetapkan tindakan yang perlu diperbaiki
dan tindakan refleksi selalu dilakukan setiap selesai tindakan dan observasi
sampai berhasil. Hal yang perlu dilakukan pada tahap refleksi antara lain:
1) mengidentifikasi kesulitan dan hambatan pelaksanaan pembelajaran
pada siklus pertama 2) memperbaiki tindakan berdasarkan kesulitan dan
hambatan yang ditemukan serta pengolahan nilai yang diperoleh siswa.
Siklus I pertemuan ke-2
1. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I pertemuan ke-2
Pada perencanaan siklus ini dilaksanakan pembelajaran satu kali
pertemuan selama 2x40 menit dikarenakan tindakan siklus I belum
berhasil. Pelaksanaan tindakannya mengacu pada RPP yaitu :
a. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 3-4 siswa.
b. Masing-masing kelompok diberi masalah tentang cara penggunaan
teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini untuk didiskusikan.
c. Kelompok mencari fakta dan informasi tentang penggunaan teknologi
komunikasi untuk mencari solusi.
d. Masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil
diskusi ke depan kelas.
e. Guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan.
f. Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus 1
2. Pengamatan siklus 2
a. Guru mengamati pelaksanaan kegiatan, sebagai fasilitator dan nara
sumber.
b. Guru menilai hasil kerja siswa sebagai nilai produk sesuai indikator
yang telah dirumuskan.
3. Refleksi
a. Dalam tahap refleksi ini peneliti mengkaji kembali secara seksama