BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Arends dalam Triyanto (2009: 92) Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan
percaya diri. Menurut Dutch dalam M. Taufiq Amir (2010: 21) Problem Based
commit to user
“belajar untuk belajar” bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Pelaksanaan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut para siswanya untuk ikut aktif dalam berdiskusi dan mandiri pada saat guru memberikan tugas pada proses belajar mengajar di kelas.
Menurut Dewey dalam Trianto (2009: 91) Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mngembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Rantumanan dalam Triyanto, 2009: 92).
Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran berdasarkan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berdasarkan masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkrit, akan tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Terdapat 3 ciri dalam pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu:
1. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan serangkaian aktifitas
pembelajaran.
commit to user
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah.
b. Karakteristik Problem Based Learning
Menurut Arends dalam Trianto (2009: 93), Karakteristik dari pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran
3. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
c. Keunggulan Problem Based Learning
Menurut Wina Sanjaya (2010: 220), Pembelajaran berdasarkan masalah dalam pengajaran memiliki keunggulan, yaitu:
1) Pemecahan masalah merupakan teknis yang cukup bagus untuk memahami
isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan
commit to user
lakukan. Selain itu pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiribaik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaranpada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan hanya belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaiakan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar.
d. Kelemahan Problem Based Learning
Menurut Wina Sanjaya (2010: 220), Pembelajaran berdasarkan masalah dalam pengajaran memiliki kelemahan, yaitu:
1) Manakala siswa tidak memiliki minat ataupun tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencobanya.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
e. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Indikator Kegiatan guru
1. Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang telah dipilih.
commit to user
untuk belajar dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model, serta membantu mereka berbagi tugas dengan teman.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah.
(Ibrahim dan M. Nur dalam Triyanto, 2009: 98)
f. Prinsip-Prinsip Dalam Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah dirancang agar siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang dimiliki. Masalah disiapkan sebagai konteks peembelajaran yang baru. Guru bersama siswa membahas konsep teori yang diperlukan dalam membahas pemecahan masalah, kemudian melaksanakan tahapan-tahapan dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Analisis serta penyelesaian terhadap masalah menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemecahan masalah.
Guru berperan sebagai pengawas kelompok agar situasi interaksi belajar menjadi aktif dan produktif serta membantu siswa mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Proses
commit to user
pembelajaran berdasarkan masalah akan dianggap lengkap jika siswa melaporkan pengetahuan apa yang didapat dari proses pemecahan masalah sebagai hasil penelitian.
6. Pembelajaran Ekspositori