• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) i. Landasan Filosofis CTL

Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning)

banyak dipengaruhi oleh filasafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistimologi Giambatista Vico. Vico

mengungkapkan: “Tuhan adalah menciptakan alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya.” Mengetahui, menurut Pico, berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Artinya, seseorang dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Oleh karena itu menurut Vico, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati.

7 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum

Selanjutnya, pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan memengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, tetapi

proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahun tidak akan menjadi pengetahuan yang makna. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh setiap subjek?

Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur

kognitif yang kemudian dinamakan „skema”. Skema terbentuk karena

pengalaman8. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, penegetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pegetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi penengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.

ii. Pengertian CTL

CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.9 konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses…, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 257

9

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Prenada Media Group, 2008), hal. 116

(authentic assesment). Dengan pembelajaran CTL ini diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa, dimana proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan praktikum siswa, sehingga siswa mengalami sendiri bukan tranfer pengetahuan dari guru. Sehingga dapat dinyatakan bahwa CTL sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.10

Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda. Adapun pengertian CTL adalah sebagai berikut:

Pertama, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ( ditransfer ) dari satu permasalahan ke permasalahan lain.

Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.11

Ketiga, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Keempat, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

10

Elaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: Menjadikan kegiatan belajar-mengajar….., Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007, h. 65

11

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.12 Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa., sehingga strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Kelima, Nancy berpendapat bahwa CTL adalah metode dalam pembelajaran yang mempunyai hubungan/kaitan terhadap kehidupan sehari-hari-setiap isi topik nya pun mencoba menggambarkan bagaimana sesuatu itu berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari juga mencoba untuk bekerja berdasarkan penelitian.13 Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya. Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa CTL dapat dikatakan sebagai sebuah strategi pembelajaran yang menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan diluar kelas, pembelajarn CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan dan mengkonstruksi pemahamannya berdasarkan pengalamannya yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana cara belajar siswa.

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan belajar keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks di luar sekolah untuk

12

Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu.

Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2011, h. 80 13

Catherine Teare Ketter and Jonathan Arnold, CTL: Case Study of Nancy a High School

Science Novice Teacher, (Universitas of Georgia: 2003), [online]

menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

iii. Asas-Asas CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL, diantaranya yaitu:14 1) Konstruktivisme

Konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran konstruktivis adalah sebagai berikut:

a) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.

b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkontruksi” bukan

menerima pengetahuan 2) Menemukan (Inquiry)

Inkuiri artinya, proses pemebelajaran sidasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:

a) Merumuskan masalah b) Mengajukan hipotesis c) Mengumpulkan data d) Menguji hipotesis e) Membuat kesimpulan 3) Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa untuk belajar b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

14

e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

5) Pemodelan (Modeling)

Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.

6) Refleksi (Reflection)

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

“merenung‟ atau mengingat kembali apa ayang telah dipelajarinya, sehingga ia

dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

Konsep pengetahuan baru siswa juga akan lebih bermakna jika seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa, yaitu setiap orang memiliki kesemua kecerdasan tersebut. Walau bagaimanapun, tahapan dan kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda diantara individu. Dari berbagai jenis kecerdasan tersebut tidak hanya memberi informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih berkesan.

Dalam CTL, berbagai gaya pembelajaran dapat diterapkan, yaitu:

a) Pembelajaran secara konkrit seperti mengalami dan melakukan percobaan, merasakan dan melihatnya.

b) Pembelajaran abstrak, yaitu: dengan melihat konsep yang dipelajarinya, siswa memikirkan informasi yang mereka terima ketika pembelajaran.

Dalam penerapan CTL juga diperlukan berbagai macam fasilitas, diantaranya: berbagai lingkungan, daftar pelajaran, peraturan fisik dikelas, dan anggaran.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Proses pembelajaran konvesional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.

Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan hasil belajar.15

iv. Langkah-langkah Pembelajaran CTL

Dalam CTL, guru berperan dalam memilih, menciptakan, dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal, dan psikologikal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan

15

hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan).

Dalam pelaksanaan kegiatan CTL di kelas, guru harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.

1) Guru memotivasi siswa

Sebelum proses pembelajaran dimulai guru memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang dibahas atau yang dipelajari. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Siswa diajak untuk mempelajari sebuah materi ajar yang sesuai dengan standar kompetensi.

3) Guru membagi kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Tiap siswa ditugaskan untuk melakukan observasi. Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di perpustakaan. 4) Melakukan percobaan

Untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna, siswa diharapkan mampu dan mengetahui penerapannya pada proses yang sebenarnya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

5) Diskusi kelompok

Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan pembagian tugas masing-masing.

6) Hasil diskusi dipresentasikan

Di dalam kelas semua siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian siswa melaporkan hasil diskusi.

7) Guru menerangkan konsep

Guru membantu menyampaikan materi sekitar masalah yang dipelajari yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa.

8) Menyimpulkan

Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar hasil eksperimen yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

9) Penugasan

Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan dari hasil diskusi dan eksperimen yang merupakan hasil pengalaman dari proses pembelajaran berlangsung.

Agar proses instruksional dapat dianggap sebagai CTL, guru harus memperhatikan faktor-faktor berikut ketika menggunakan pendekatan CTL. Konsep ini berdasarkan pada bagaimana siswa belajar, oleh Karena itu guru harus:

1) Merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan para siswa. Hubungan antara isi kurikulum dan metode yang digunakan untuk mengajar para siswa harus didasarkan pada tingkatan tertentu, perkembangan sosial, emosional, dan intelektual siswa. Dengan demikian yang harus menjadi pertimbangan adalah unsurpara siswa, karakteristik individual, lingkungan social dan budaya mereka.

2) Membentuk kelompok yang saling tergantung. Melalui kelompok yang kecil, siswa belajar dari yang lain dan belajar bekerjasama, perputaran kualitas, dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang diperlukan orang dewasa di tempat kerja dan dalam konteks yang lain dimana siswa diharapkan untuk berperan aktif.

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (diatur sendiri). Para siswa harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka, untuk menetapkan target yang dicapai, dan untuk mengembangkan strategi untuk mencapai target mereka. Ketika mereka mempelajari keterampilan ini mereka akan memperoleh kepercayaan diri dan kompetisi. Melalui guru juga menciptakan lingkungan dimana siswa merefleksikan bagaimana mereka belajar, bagaimana mereka mengatasi pekerjaan sekolah, bagaimana mereka mengatasi kesulitan mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerja secara

harmonis dengan yang lain. Dengan pendekatan CTL yang membutuhkan kerja kelompok., para siswa harus mampu memberikan kontribusi sehingga kelompok mereka sukses.

4) Mempertimbangkan perbedaan para siswa. Para guru harus mengajar berbagai siswa. Pertimbangan termasuk latar belakang suku dan ras siswa, status social, ekonomi mereka, dan berbagai ketidak mampuan yang mereka miliki.

5) Memperhatikan multi-intelgensi siswa. Dalam menggunakan pendekatan CTL, maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan delapan orientasi pembelajaran. Delapan orientasi pembelajaran yang melibatkan faktor-faktor seperti bahasa, pendengaran atau penglihatan, musik, bilangan, visualisasi, gerakan manusia, sosialisasi, dan kepemimpinan. 6) Menggunakan teknik pertanyaan yang meningkatkan pembelajaran siswa dan perkembangan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Agar CTL mencapai tujuannya harus digunakan jenis dan tingkat pertanyaan yang sesuai. Pertanyaan-pertanyaan harus disiapkan untuk menghasilkan tingkat berpikir, respon, dan tindakan yang diharapkan dari siswa.

7) Menerapkan penilaian yang sebenarnya. Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian sebenarnya mengevaluasi aplikasi penegatahuan siswa dan pemikiran yang kompleks daripada menghafal daya ingat akan informasi faktual.

Selain itu agar pembelajaran dapat dikatakan sebagai CTL Scott G. Paris meninjau 12 prinsip pembelajaran mandiri dalam empat kategori umum yang dapat digunakan oleh para guru di dalam kelas, yaitu: kategori menilai diri sendiri, kategori mengatur diri sendiri, menolong siswa, memperoleh pemahaman, dan membentuk identitas siswa sebagai pelajar.16

16

Tim Penatar Undiksha, Menggunakan CTL dan Asesment Otentik dalam Rangka Implementasi KTSP di Sekolah Dasar.(Singaraja, 2007) disampaikan pada pelatihan para kepala sekolah dasar Kabupaten Karangasem Dana DBEP, tanggal 29-31 Juli 2007. Hal 4

v. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi pembelajaran kontektual yang dikemukakan oleh Center for Occupational Research and Develoment (CORD) yang dikenal dengan REACT, yaitu :

1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.

2) Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)

3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.

4) Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, atau tugas kelompok.

5) Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.

f. Strategi yang Berasosiasi dengan CTL

Startegi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diperlukan dalam proses belajar mengajar dikelas agar pembelajaran berlangsung lebih terarah dan baik. Dibawah ini merupakan beberapa strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL dan pelaksanaannya di lapangan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.

Strategi metode CTL dalam pembelajaran (prinsip-prinsip CTL)17 1) Pembelajaran berdasarkan masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah adalah kunci utama dalam CTL. CTL adalah sebuah pendekatan instruksional yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk siswa untuk belajar berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.

2) Project-based learning

3) Pembelajaran berdasarkan penelitian

17

Pembelajaran berdasarkan penellitian adalah strategi utama dalam praktek CTL.

4) Pembelajaran pelayanan

Pembelajaran pelayanan adalah strategi lain yang biasa diidentifikasi dalam praktek CTL. Terdapat potensi untuk pembelajaran pelayanan, walaupun kita tidak secara langsung mengobservasi pembelajaran pelayanan walaupun kita sedang kunjungan kelas.

5) Pembelajaran kolaborasi

Pembelajaran kolaborasi atau pembelajaran kooperatif diartikan sebagai sebuah proses yang membantu manusia berinteraksi agar mencapai tujuan yang spesifik atau mengembangkan sebuah produk akhir. (Berns & Erickson, 2001). 6) Penilaian autentik

Penilaian autentik dalam Science didasarkan pada observsi siswa, latihan, dan apa yang telah mereka lakukan.

7) Ketertarikan siswa dengan latar belakang yang bermacam-macam

Berikut adalah beberapa aspek fundamental untuk kontekstualisasi Science dalam kelas Science; siswa melakukan Science nyata, siswa menyangkutpautkan Science pada diri mereka, komunikasi mereka, dan dunia mereka, dan terhadap yang lainnya.

Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa.18 CTL mengarahkan para guru untuk menggunakan beraneka ragam strategi pembelajaran, yaitu: kegiatan keterampilan, pengetahuan, bekerjasama, pengetahuan dasar masalah dan penelitian, penerapan kehidupan nyata, penilaian sebenarnya dan penggabungan teknologi.

Para guru di dunia pendidikan, sains telah memperjuangkan beberapa cara untuk mengkontekskan materi. Mereka telah menggunakan aktivitas keterampilan, permainan, simulasi, eksperimen, dan menghubungkan dengan kehidupan nyata (seperti tes darah, masalah kontrol statistik, menggambar kebun), di laboratorium sekolah dan teknologi. Para guru lebih menggunakan strategi dasar disekolah

18

(seperti pemecahan masalah penemuan, penilaian portofolio) dan ini sudah banyak terkenal pada mata pelajaran pilihan, aan tetapi mereka lebih mempercayakan kuliah, membuat catatan, menguji fakta dan isi buku, dan instruksi guru.

Beberapa strategi lain yang dapat diterapkan dalam CTL, diantaranya: 1) Menghubungkan kepada keterkaitan siswa

2) Membawa IPA ke dalam kurikulum

3) Memerankan pekerjaan sains ke dalam bentuk simulasi. 4) Menggunakan penilaian alternatif

vi. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.19

1)CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2)Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3)Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembeljaran konvensional, pembelajaran bersifatteoritis dan abstrak.

4)Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan dperoleh melalui latihan-latihan.

19

5)Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembeajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai dan angka.

6)Dalam CTL tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau prilaku individu didasarkan oleh factor dari luardirinya, misalnya individu tidakmelakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

7)Dalam CTL pengetahuan yang dimilii setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

8)Dalam pembelajarn CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedagkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9)Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran biasa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional hanya terjadi di dalam kelas.

10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek erkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dengan tes.

vii. Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

diajukan. Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

Dokumen terkait