• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran CPS berbasis HOA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran CPS yang ditunjang dengan menggunakan kegiatan HOA. Pada tahap pengungkapan pendapat (brainstorming), peserta didik mengumpulkan konsep- konsep yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang disajikan. Pembelajaran HOA dirancang pada tahap ini untuk membantu peserta didik menemukan konsep- konsep yang dibutuhkan.

Konsep-konsep materi pelajaran dalam matematika seharusnya ditemukan sendiri oleh peserta didik. Dengan kegiatan HOA, peserta didik mendapat pengalaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep dalam pembelajaran (Kartono, 2010:24).

Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran CPS berbasis HOA meliputi, menggambar, menggunting, membuat alat peraga, dan mencatat hasil diskusi. Dalam pembelajaran CPS berbasis HOA, peserta didik dipermudah dengan adanya lembar kegiatan peserta didik (LKPD). LKDP berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan, dan pengertian agar peserta didik lebih mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.1.7 Kemampuan Berpikir Kritis

Ketika peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik melakukan kegiatan berpikir tentang objek yang sudah diberikan (materi pelajaran) dan tugas peserta didik adalah menggali pengetahuan tentang objek tersebut. Menurut Bochenski berpikir adalah perkembangan dalam ide dan konsep (Rosnawati, 2012:3). Kegiatan berpikir bagi peserta didik akan terjadi apabila peserta didik sudah menyadari bahwa objek (materi pelajaran) yang dipelajari tidak sederhana. Peserta didik harus mengenal objek tersebut, selalu melihat, dan menganalisis objek tersebut dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu dibimbing. Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir (Rosnawati, 2012: 3).

Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir kritis, yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi evaluasi, sintesis, dan analisis. Berpikir kompleks adalah proses kognitif

yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

Berpikir kritis adalah sebuah proses yang mana seseorang mencoba untuk menjawab dengan masuk akal pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak tersedia. Krulik dan Rundik mendefinisikan berpikir kritis adala berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah termasuk kemampuan mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis informasi (Rochaminah, 2007:5). Menurut Pikket & Foster berpikir kritis adalah jenis berpikir yang lebih tinggi yang bukan hanya menghafal materi tetapi penggunaan dan manipulasi bahan-bahan yang dipelajari (Rosnawati, 2012:4).

Berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang beralasan dan terfokus pada penetapan apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis, 2001:180). Berpikir kritis sebagai jenis pemikiran yang berkaitan dengan apa yang harus dipercaya atau dilakukan pada situasi atau peristiwa apapun. Berpikir kritis tersebut meliputi berpikir yang beralasan serta didukung oleh pembuktian dan berpikir yang reflektif (Innabi, 2003:124).

Tahap berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis yaitu dirinci sebagai berikut.

1) Klarifikasi dasar (elementary clarification)

Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) memfokuskan pertanyaan-pertanyaan, (2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan menjawab pertanyaan suatu klarifikasi dan tantangan.

2) Dukungan utama (basic support)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

3) Menyimpulkan (inference)

Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

4) Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengidentifikasi asumsi.

5) Strategi dan Taktik (strategy and tactics)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) memutuskan suatu tindakan dan (2) berinteraksi dengan orang lain.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Tahapan Indikator Berpikir Kritis Subindikator Berpikir Kritis 1 Klarifikasi dasar (elementary clarification) Memfokuskan pertanyaan (focusing on a question). Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Menganalisis argumen (analyzing argument).

Melihat persamaan dan perbedaan.

Menanyakan dan menjawab pertanyaan (asking and answering question).

Menyebutkan contoh dan memberikan penjelasan sederhana.

2 Dukungan utama (basic support)

Mempertimbangkan sumber yang dapat dipercaya (judging the credibility of source).

Menggunakan prosedur yang dapat dipercaya.

3 Menyimpulkan (inference)

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan (making value judgment).

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta. 4 Strategi dan

Taktik (strategy and tactics)

Memutuskan suatu tindakan (deciding on an action).

Merumuskan solusi alternatif.

(Costa, 1985:63-65).

2.1.8 Pembelajaran Ekspositori

Menurut Ausubel, model pembelajaran ekspositori merupakan metode mengajar yang paling umum dilakukan oleh guru (Suherman, 2003:203). Model pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru, di mana

guru secara aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran (Dimyati & Mudjiono, 2006:172).

Dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah, dominasi guru pada model pembelajaran ekspositori banyak berkurang. Guru tidak terus menerus memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja (Suherman, 2003:203).

Peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi juga mengerjakan soal latihan dan bertanya jika kurang paham. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, atau jika peserta didik masih belum paham guru menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal.

Tujuan utama pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai pada peserta didik (Dimyati & Mudjiono, 2006:172). Kelebihan metode ekspositori adalah sebagai berikut.

1) Dapat menempati kelas besar, setiap peserta didik mempunyai kesempatan aktif yang sama.

2) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru. 3) Guru dapat menentukan hal yang dianggap penting.

4) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual atau klasikal. Kekurangan dari pembelajaran ekspositori sebagai berikut.

1) Pada model pembelajaran ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik maupun aktivitas mental peserta didik.

2) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). 3) Pengetahuan yang didapat cepat hilang.

2.1.9 Tinjauan Materi tentang Segiempat 2.1.9.1 Persegi Panjang

1. Pengertian Persegi Panjang

Persegi panjang adalah suatu segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan salah satu sudutnya siku-siku.

Gambar 2.1 Persegi Panjang Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut. a. Sisi-sisi persegi panjang yang berhadapan sama panjang. b. Sudut-sudut persegi panjang sama besarnya yaitu 90o. c. Diagonal-diagonalnya sama panjang.

2. Keliling Persegi Panjang

Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya, sehingga keliling persegi panjang adalah jumlah semua panjang sisi-sisi persegi panjang.

Gambar 2.2 Persegi Panjang

Keliling persegi panjang . Karena

dan , diperoleh keliling persegi panjang adalah:

.

Jika dan , maka rumus keliling persegi panjang adalah:

.

3. Luas Persegi Panjang

Rumus luas daerah persegi panjang adalah . Jika panjang , lebar , dan luas daerah persegi panjang , maka rumus luas daerah persegi panjang adalah:

.

2.1.9.2 Persegi 1. Pengertian Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang. Akibatnya semua sifat persegi panjang berlaku pada persegi. Persegi juga disebut segiempat beraturan.

Gambar 2.4 Persegi Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut.

a. Diagonal-diagonal saling memotong membentuk sudut siku-siku ( ). b. Kedua diagonalnya tegak lurus sesamanya.

2. Keliling Persegi

Gambar 2.5 Persegi

Keliling persegi . Karena

, diperoleh keliling persegi adalah:

.

Jika , maka rumus keliling persegi adalah:

.

3. Luas Persegi

Gambar 2.6 Persegi

Rumus luas daerah persegi adalah . Jika sisi dan luas daerah persegi , maka rumus luas daerah persegi adalah:

2.2

Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia salah satunya disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan. Sampai saat ini model pembelajaran yang masih umum digunakan oleh guru adalah model pembelajaran ekspositori. Akibat dari model pembelajaran yang berpusat pada guru adalah peserta didik cenderung menghafal materi daripada memahami materi yang diajarkan oleh guru. Kebiasaan peserta didik yang menghafal materi menyebabkan peserta didik menjadi lebih pasif dan menerima begitu saja apa yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan berpikir kritis mereka menjadi tidak berkembang.

Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting dimiliki oleh peserta didik dalam mempelajari matematika, apalagi berpikir kritis memerankan peranan penting dalam berinovasi. Perkembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik harus didukung oleh pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, hal ini sejalan dengan teori belajar aktif dari Piaget dan Bruner. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengaktifkan peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran CPS mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah.

Selain itu, pembelajaran yang didukung dengan adanya lembar kegiatan dan bantuan alat peraga menjadikan kegiatan lebih mudah dan menarik. Hands on activity (HOA) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam menggali informasi, bertanya, beraktivitas, menemukan,

mengumpulkan, dan menganalisis data serta menyimpulkan sendiri secara mandiri. Diharapkan peserta didik mampu berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah yang sedang dihadapi kemudian membangun konsep sendiri melalui pemahaman yang dimiliki setelah menyelesaikan masalah. Hal ini melatih peserta didik untuk mandiri sehingga kemampuan berpikir kritisnya bisa berkembang.

Berdasarkan argumentasi tersebut, penulis menyatakan bahwa jika terdapat dua kelas berbeda, yaitu kelas yang diajar dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan kelas yang diajar dengan pembelajaran ekspositori maka diduga kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan pembelajaran ekspositori. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA akan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan.

Kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas disajikan pada Gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir

2.3

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1) Kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran CPS berbasis HOA pada materi segiempat kelas VII mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2) Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran ekspositori pada materi segiempat kelas VII.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah

Pembelajaran CPS berbasis HOA Pembelajaran Ekspositori

Kemampuan berpikir kritis peserta didik tinggi. Hasil belajar peserta didik SMPN 40 Semarang pada materi

3) Terdapat pengaruh positif akivitas peserta didik pada pembelajaran CPS berbasis HOA pada materi segiempat kelas VII terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

46

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan penelitian untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:14).

3.2

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:117). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 40 Semarang yang terdiri atas delapan kelas, yaitu: VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, dan VII H. Kedelapan kelas tersebut memiliki persebaran yang sama tanpa ada kelas unggulan. Oleh karena itu, setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.3

Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut.

1) Pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. 2) Buku sumber yang digunakan sama.

3) Peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama. 4) Peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama.

Dengan menggunakan teknik cluster random sampling dipilih dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran CPS berbasis HOA dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran ekspositori. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen adalah kelas VII F yang terdiri atas 32 peserta didik sebagaimana terlihat pada Lampiran 1 dan kelas kontrol adalah kelas VII H yang terdiri atas 32 peserta didik sebagaimana terlihat pada Lampiran 2

3.4

Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik dari suatu objek yang nilainya untuk tiap objek bervariasi dan dapat diamati atau dihitung, atau diukur (Sukestiyarno, 2010:1). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60).

1) Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:61). Variabel independen pada penelitian ini adalah model pembelajaran CPS berbasis HOA dan model pembelajaran ekspositori. 2) Variabel Terikat

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:61). Variabel dependen dalam penilitian ini adalah kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi segiempat setelam mendapat pembelajaran dengan model CPS berbasis HOA dan pembelajaran ekspositori.

3.5

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan bentuk posttest only control design. Dari dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R), kelompok pertama yang diberi perlakuan disebut kelas eksperimen dan kelompok lain disebut kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan kelas kontrol adalah kelas yang diberi model pembelajaran ekspositori.

Setelah pengumpulan data, peneliti menganalisis pengaruh perlakuan yang diberikan kepada sampel penelitian. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desai Penelitian Posttest Only Control Design

Kelompok Perlakuan Evaluasi

(R) Kelas Eksperimen X Tes

(R) Kelas Kontrol Y Tes

Keterangan: R : random

X : pembelajaran dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA Y : pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori

3.6

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut.

1) Menentukan populasi penelitian yaitu peserta didik kelas VII SMP Negeri 40 Semarang.

2) Meminta data awal berupa nilai Ulangan Akhir Semester gasal mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 40 Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

3) Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling. Diperoleh dua kelas sampel yaitu 32 peserta didik dari kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan 32 peserta didik dari kelas VII H sebagai kelas kontrol.

4) Menganalisis data awal sampel penelitian dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.

5) Menyusun instrumen tes uji coba yang meliputi kisi-kisi tes uji coba, soal uji coba, kunci jawaban, dan pedoman penskoran.

6) Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas uji coba yang sebelumnya telah memperoleh materi segiempat yaitu kelas VII G.

7) Menganalisis data hasil tes uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

8) Menentukan butir soal yang akan digunakan.

9) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA yang disusun dalam RPP.

10) Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen.

11) Melaksanakan tes akhir berupa tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah ditentukan.

12) Menganalisis data hasil tes akhir untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian yang diajukan.

cluster random sampling

POPULASI

(Kelas VII SMPN 40 Semarang)

SAMPEL

Kelas uji coba

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Perlakuan X (VII F) Model pembelajaran CPS berbasis HOA Perlakuan Y (VII H) Model pembelajaran ekspositori

Tes uji coba

Analisis

1. Validitas 2. Reliabilitas

3. Tingkat Kesukaran 4. Daya Pembeda Tes akhir (tes kemampuan berpikir kritis)

Hasil tes akhir VII F Hasil tes akhir VII

1. Uji normalitas

2. Uji kesamaan dua varians

Analisis

1. Uji ketuntasan individu 2. Uji kesamaan dua rata-rata 3. Uji regresi

Kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

Uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata

3.7

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini beberapa metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama dan banyaknya peserta didik yang menjadi anggota sampel penelitian. Selain itu metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Data kemampuan awal diperoleh dari data nilai Ulangan Akhir Semester gasal peserta didik.

2) Metode Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah aktivitas peserta didik pada kelas ekspeimen selama proses pembelajaran. Adapun pengambilan data observasi dilakukan melalui lembar observasi aktivitas peserta didik.

3) Metode Tes

Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik baik dengan menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA maupun dengan model pembelajaran ekspositori. Tes yang digunakan

berbentuk uraian yang sebelumnya telah diujicobakan pada kelas uji coba untuk diteliti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Hasil tes dengan soal yang telah dianalisis uji cobanya tersebut digunakan sebagai data akhir untuk membandingkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat diketahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan model pembelajaran ekspositori.

3.8

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006:60).

Dokumen terkait