• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN CPS BERBASIS HOA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN CPS BERBASIS HOA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS VII MATERI SEGIEMPAT"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

PESERTA DIDIK KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Ida Yuniar Tryastuti 4101410024

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

(3)

iii

Keefektifan Pembelajaran CPS Berbasis HOA terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII Materi Segiempat

disusun oleh

Ida Yuniar Tryastuti 4101410024

(4)

iv

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “ Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka

berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isra’:24).

Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi, jika pagi tiba, janganlah tunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu dan manfaatkan masa

hidupmu untuk kebaikan dan ibadah sebelum tiba ajalmu (Ibnu Umar, Putra Umar bin Khatab).

PERSEMBAHAN

 Untuk kedua orang tuaku tercinta.

 Untuk Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan.

 Untuk Sasa, Rara, dan Dhika tersayang.

 Untuk Bapak dan Ibu.

 Untuk sahabat-sahabatku tercinta.

(5)

v

dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan Pembelajaran CPS Berbasis HOA terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Kelas VII Materi Segiempat”.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si. Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Suhito, M.Pd. Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan motivasi. 5. Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah mmberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Sri Marimah Yuliana, S.Pd., M.Pd. selaku kepala SMP 40 Semarang dan Dina

Iswandari, S.Pd. selaku guru pamong yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

(6)

vi penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan, motivasi serta doa kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Terima kasih.

Semarang, Mei 2014

(7)

vii

Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Amin Suyitno, M.Pd.

Kata kunci : Creative Problem Solving (CPS), Hands on Activity (HOA), Berpikir Kritis.

Pembelajaran matematika diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir logis dan reflektis yang terfokus pada memutuskan apa yang akan dipercaya maupun dilakukan. Pembelajaran matematika yang saat ini dilakukan kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga belum mencapai hasil yang maksimal. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA merupakan salah satu alternatif yang berpotensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 40 Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas VII F sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan kelas VII H sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori. Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan bentuk posttest only control design. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan tes. Data hasil penelitian tersebut selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen mencapai nilai . Berdasarkan hasil uji rata-rata pihak kanan diperoleh bahwa kelas eksperimen mencapai KKM individual. Hasil uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kemampuan berpikr kritis peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan uji regresi juga diperoleh bahwa ada hubungan positif antara aktivitas peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis.

(8)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

(9)

ix

1.6.4 Pembelajaran Ekspositori ... 10

1.6.5 Kemampuan Berpikir Kritis ... 10

1.6.6 Segiempat ... 11

1.7 Sistematika Skripsi ... 11

1.7.1 Bagian Pendahuluan ... 11

1.7.2 Bagian Isi ... 11

1.7.3 Bagian Akhir ... 12

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Belajar ... 13

2.1.2 Teori Belajar ... 14

2.1.2.1 Teori Belajar Piaget ... 14

2.1.2.2 Teori Belajar Vygotsky ... 17

2.1.2.3 Teori Belajar Bruner ... 19

2.1.3 Pembelajaran Matematika ... 21

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe CPS ... 23

2.1.5 Hands on Activity... 30

(10)

x

2.1.9.1 Persegi Panjang ... 38

2.1.9.2 Persegi ... 40

2.2 Kerangka Berpikir ... 42

2.3 Hipotesis ... 44

3. METODE PENELITIAN 3. 1 Pendekatan Penelitian... 46

3. 2 Populasi ... 46

3. 3 Sampel dan Teknik Sampling ... 47

3. 4 Variabel Penelitian ... 47

3. 5 Desain Penelitian ... 48

3. 6 Langkah-Langkah Penelitian ... 49

3. 7 Metode Pengumpulan Data... 52

3. 8 Instrumen Penelitian ... 53

3.8.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 53

3.8.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 54

3.8.3 Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik... 55

3. 9 Analisis Instrumen Penelitian ... 56

(11)

xi

3.9.1.4 Tingkat Kesukaran ... 62

3.9.2 Penentuan Instrumen Tes ... 63

3. 10Analisis Data Awal ... 64

3.10.1 Uji Normalitas ... 64

3.10.2 Uji Homogenitas ... 66

3.10.3 Uji Kesamaan Rata-Rata ... 67

3. 11Analisis Data Akhir ... 68

3.11.1 Uji Normalitas ... 68

3.11.2 Uji Kesamaan Dua Varians ... 69

3.11.3 Uji Rata-Rata (Uji Hipotesis 1) ... 69

3.11.4 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Hipotesis 2) ... 70

3.11.5 Uji Regresi (Uji Hipotesis 3) ... 72

3.11.5.1 Uji Keberartian Regresi ... 73

3.11.5.2 Uji Linearitas Regresi ... 74

3.11.5.3 Koefisien Korelasi ... 74

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 76

(12)

xii

4.1.2.3 Uji Kesamaan Rata-Rata ... 79

4.1.3 Hasil Analisis Data Akhir ... 80

4.1.3.1 Uji Normalitas Data Akhir... 81

4.1.3.2 Uji Kesamaan Dua Varians... 81

4.1.3.3 Uji Rata-Rata (Uji Hipotesisi 1)... 82

4.1.3.4 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Hipotesis 2) ... 83

4.1.3.5 Uji Regresi (Uji Hipotesis 3) ... 84

4.1.3.5.1 Uji Keberartian Regresi ... 84

4.1.3.5.2 Uji Linearitas Regresi ... 85

4.1.3.5.3 Koefisien Korelasi ... 85

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Penerapan Model Pembelajaran CPS Berbasis HOA ... 87

4.2.2 Kemampuan Berpikir Kitis Peserta Didik ... 92

4.2.3 Keefektifan Pembelajaran dengan Model Pembelaran CPS Berbasis HOA... 96

5. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 98

(13)
(14)

xiv

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget ... 15

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 36

Tabel 3.1 Desain Penelitian Posttest Only Control Design ... 49

Tabel 3.2 Kategori Daya Pembeda ... 61

Tabel 3.3 Indeks Tingkat Kesukaran ... 63

Tabel 3.4 Hasil Analisis Instrumen Tes ... 63

Tabel 4.1 Jadwal Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Persamaan Regresi ... 84

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik... 91

(15)

xv

Gambar 2.1 Persegi Panjang ... 38

Gambar 2.2 Persegi Panjang ... 39

Gambar 2.3 Persegi Panjang ... 39

Gambar 2.4 Persegi ... 40

Gambar 2.5 Persegi ... 41

Gambar 2.6 Persegi... 41

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3.1 Skema Langkah-Langkah Penelitian ... 51

Gambar 4.1 Hasil Diskusi Kelompok pada Pertemuan 1 ... 93

Gambar 4.2 Hasil Diskusi Kelompok pada Pertemuan 2 ... 94

(16)

xvi

Lampiran 1 Daftar Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 104

Lampiran 2 Daftar Peserta Didik Kelas Kontrol ... 105

Lampiran 3 Daftar Peserta Didik Kelas Uji Coba ... 106

Lampiran 4 Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Matematika Kelas Sampel ... 107

Lampiran 5 Uji Normalitas Data Awal Sampel ... 109

Lampiran 6 Uji Homogenitas Data Awal Sampel ... 111

Lampiran 7 Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal Sampel ... 112

Lampiran 8 Silabus ... 114

Lampiran 9 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 117

Lampiran 10 Soal Uji Coba ... 120

Lampiran 11 Pedoman Penilaian Soal Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 122

Lampiran 12 Daftar Skor Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 134

Lampiran 13 Analisis Hasil Uji Coba ... 135

Lampiran 14 Rekap Instrumen Hasil Uji Coba ... 138

Lampiran 15 Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba ... 139

Lampiran 16 Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 151

(17)

xvii

Lampiran 21 Pedoman Penilaian Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 160

Lampiran 22 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 169

Lampiran 23 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ... 200

Lampiran 24 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 ... 216

Lampiran 25 Daftar Nilai Ters Kemampuan Berpikir Kritis ... 233

Lampiran 26 Uji Normalitas Data Akhir Sampel ... 235

Lampiran 27 Uji Kesamaan Dua Varians Data Akhir Sampel ... 237

Lampiran 28 Uji Rata-Rata Data Akhir Kelas Eksperimen ... 238

Lampiran 29 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Akhir Sampel ... 240

Lampiran 30 Uji Regresi Data Akhir Sampel ... 243

Lampiran 31 Indikator dan Rubrik Penskoran Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 249

Lampiran 32 Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 255

Lampiran 33 Lembar Penilaian Aktivitas Peserta Didik ... 257

Lampiran 34 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik... 263

Lampiran 35 Lembar Pengamatan terhadap Guru ... 264

Lampiran 36 Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Guru ... 267

(18)

xviii

Lampiran 40 Tabel Distribusi ... 271

Lampiran 41 Tabel Distribusi F ... 272

Lampiran 42 Surat Ketetapan Dosen Pembimbing ... 273

Lampiran 43 Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 274

Lampiran 44 Surat Ijin Penelitian Fakultas ... 275

Lampiran 45 Surat Keterangan Penelitian ... 276

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia setiap harinya. Pada hakikatnya melalui pendidikan, manusia berusaha untuk megembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu mata pelajaran wajib yang termuat dalam kurikulum pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah adalah matematika. Matematika merupakan alat untuk mengembangkan cara berpikir, memiliki sifat abstrak, penalarannya secara deduktif dan berkenaan dengan gagasan terstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis (Hudojo, 2003:40-41).

(20)

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi perubahan keadaan atau tantangan-tantangan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang.

Berdasarkan tujuan tersebut salah satu kemampuan berpikir yang menjadi fokus pembelajaran matematika adalah berpikir kritis. Menurut National Council of Teachers of Mathematics atau NCTM kemampuan berpikir kritis dan logis harus dikembangkan oleh semua peserta didik di setiap jenjang pendidikan (NCTM, 2000:202). Beberapa kemampuan yang termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang memahami, mempertanyakan, menyimpulkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam satu situasi ataupun suatu masalah (Nejad & Heydari, 2012:25).

(21)

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimum (Wardhani & Rumiyati, 2011:57).

Terdapat beberapa kemampuan proses yang menyusun kerangka penilaian literasi matematika dalam ajang PISA, diantaranya adalah mengkomunikasikan masalah (communication), mengubahnya ke dalam model matematika (mathematizing), menyajikan kembali suatu masalah (representation), penalaran serta menyampaikan pendapat (reasoning and argument), dan menentukan strategi untuk menyelesaikan suatu masalah (devising strategies for solving problems) (Wardhani & Rumiyati, 2011:17). Untuk meningkatkan indeks literasi matematika peserta didik, pendidikan matematika di Indonesia seharusnya melatih peserta didik berpikir kritis, analitis, dan bernalar.

(22)

Perkembangan kemampuan berpikir kritis matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran matematika yang masih umum diterapkan oleh guru sampai saat ini adalah konvensional dengan model pembelajaran ekspositori. Akibatnya peserta didik dalam belajar matematika lebih diarahkan pada proses menghafal daripada memahami konsep. Peserta didik kehilangan sense of learning, kebiasaan yang membuat anak bersikap pasif atau menerima begitu saja apa adanya mengakibatkan anak tidak terbiasa untuk berpikir kritis (Somakim, 2011:43).

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dibutuhkan pengembangan inovasi dalam model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sedang berkembang dalam dunia pendidikan adalah model pembelajaran kooperatif yang membuat peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama (Saad, 2008:152).

(23)

Terdapat empat tahap dalam model pembelajaran CPS yaitu: (1) klarifikasi masalah (clarification of the problem); (2) pengungkapan pendapat (brainstorming); (3) evaluasi dan seleksi (evaluation and selection); serta (4) implementasi (implementation) (Pepkin, 2000:64). Tahapan-tahapan dalam pembelajaran CPS di mana peserta didik disajikan suatu masalah kemudian diikuti dengan pertanyaan bagaimana mengatasi masalah tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya (Somakim, 2011:43).

Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dikembangkan apabila dalam kegiatan pembelajaran disajikan suatu masalah. Sangat cocok jika model yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe CPS yang menekankan pembelajaran pada kemampuan keterampilan pemecahan masalah.

Sebagai upaya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dibutuhkan suatu kegiatan yang mampu merangsang aktivitas peserta didik. Hands on Activity (HOA) merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam menggali informasi, bertanya, dan beraktivitas untuk membuat simpulan sendiri. Disamping memacu aktivitas peserta didik HOA menekankan pada pembelajaran menyenangkan sehingga sangat cocok diterapkan di kelas VII pada materi segiempat.

(24)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA pada materi segiempat kelas VII dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan?

2) Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran ekspositori pada materi segiempat?

3) Apakah ada pengaruh positif aktivitas peserta didik pada pembelajaran CPS berbasis HOA terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi segiempat?

1.3

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(25)

2) Materi pelajaran yang akan diberikan dan diujikan adalah memahami konsep segiempat serta menemukan ukurannya.

3) Kemampuan matematika yang akan dilihat hasilnya adalah kemampuan berpikir kritis.

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA pada materi segiempat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2) Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran ekspositori pada materi segiempat.

3) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif aktivitas peserta didik pada pembelajaran CPS berbasis HOA terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi segiempat.

1.5

Manfaat Penelitian

(26)

1) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik khususnya materi segiempat.

2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam memilih strategi pembelajaran matematika yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

3) Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik termotivsi untuk belajar dan lebih mudah dalam memahami konsep materi yang dipelajari.

4) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana referensi untuk melaksanakan pembelajaran matematika kelak ketika terjun ke lapangan sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat menumbuhkan suasana baru yang lebih menyenangkan bagi peserta didik.

1.6

Penegasan Istilah

(27)

1.6.1 Keefektifan

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan penggunaan model pembelajaran CPS berbasis HOA terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi segiempat. Indikator keefektifan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan berpikir kritis mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan pada kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA.

2) Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori.

3) Terdapat pengaruh positif aktivitas peserta didik yang melaksanakan pembelajaran CPS berbasis HOA terhadap kemampuan berpikir kritis pesarta didik pada materi segiempat.

1.6.2 Creative Problem Solving (CPS)

(28)

1.6.3 Hands on Activity (HOA)

Hands on Ativity (HOA) adalah kegiatan yang memungkinkan peserta didik untuk membangun pemahaman ilmiah dan mengembangkan pemahaman konseptual dengan cara yang menyenangkan (Costu et. al., 2007:36). Dalam pembelajaran berbasis HOA, peserta didik membangun struktur pemahamannya melalui informasi yang diperoleh dalam pembelajaran.

1.6.4 Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.

1.6.5 Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir logis, berpikir reflektif yang terfokus pada memutuskan apa yang akan dipercaya maupun dilakukan. Berpikir kritis melibatkan beberapa kemampuan yaitu identifikasi masalah dan landasan yang mendasarinya, analisis, pemahaman dan membuat simpulan, penalaran induktif dan deduktif serta menentukan validitas dan reliabilitas dari suatu asumsi atau sumber data (Hosseini et. al., 2012:1358). Kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti didasarkan pada beberapa indikator kemampuan berpikir kritis.

(29)

3) Peserta didik mampu menanyakan dan menjawab pertanyaan (asking and answering question).

4) Peserta didik mampu mempertimbangkan sumber yang dapat dipercaya (judging the credibility of source).

5) Peserta didik mampu membuat dan menentukan hasil pertimbangan (making value judgment).

6) Peserta didik mampu memutuskan suatu tindakan (deciding on an action). 1.6.6 Segiempat

Segiempat merupakan salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP kelas VII semester 2. Materi yang diajarkan yaitu meliputi bangun jajargenjang, persegi panjang, belah ketupat, persegi, trapesium, dan layang-layang.

1.7

Sistematika Skripsi

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan meliputi: Judul, Pernyataan, Pengesahan, Motto dan Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi, Daftar Tabel, dan Daftar Lampiran.

1.7.2 Bagian Isi

(30)

BAB 2 Tinjauan Pustaka yang meliputi: Landasan Teori, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis.

BAB 3 Metode Penelitian yang meliputi: Pendekatan Penelitian, Populasi, Sampel, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Instrumen dan Analisis Data.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan yang meliputi Hasi Penelitian dan Pembahasan.

BAB 5 Penutup yang meliputi Simpulan dan Saran. 1.7.3 Bagian Akhir

(31)

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Belajar

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2006:61). Belajar lebih dari sekedar mengingat, peserta didik harus memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah, menemukan, sesuatu untuk dirinya

sendiri, dan berkutat dengan pelbagai gagasan (Rifa’i & Anni, 2009:137).

Proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Belajar berarti membentuk makna melalui apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami oleh peserta didik.

2) Proses terus menerus untuk merekonstruksi baik secara kuat maupun lemah setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan baru.

(32)

4) Proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik dalam situasi keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6) Hasil belajar peserta didik tergantung pada apa yang telah diketahuinya, meliputi konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

2.1.2 Teori Belajar

Beberapa teori yang mengkaji tentang konsep belajar telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang mendukung penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

2.1.2.1 Teori Belajar Piaget

(33)
[image:33.612.122.519.140.517.2]

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia

Kemampuan-kemampuan Utama

Sensorimotor lahir - 2 tahun Terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku yang mengarah kepada tujuan.

Praoperasional 2 – 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

Operasi Konkrit 7 – 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Operasi Formal 11 - dewasa Pemikiran abstrak dan murni simbolis

mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

(Trianto, 2007:15).

Pada tahap operasi formal anak sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak, sistematis, dan logis melalui simbol-simbol, serta memiliki kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Anak sudah mampu menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya (Rifa’i & Anni,

2009:30).

(34)

Terdapar tiga implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget yaitu sebagai berikut.

1) Merumuskan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Penekanan yang dilakukan oleh seorang guru tidak hanya pada jawaban benar, tetapi guru juga harus memahami proses yang digunakan anak untuk memperoleh jawaban tersebut sehingga dikatakan seorang guru telah memberikan pengalaman kepada anak.

2) Memperhatikan inisiatif yang disampaikan anak, keterlibatan aktif anak dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, anak tidak langsung diberi pengetahuan jadi, tetapi anak didorong untuk mampu menemukan sendiri pengetahuan berdasarkan interkasi terhadap lingkungannya.

3) Memahami adanya perbedaan kemajuan perkembangan pada masing-masing anak. Hal ini disebabkan kecepatan perkembangan pada tiap anak berbeda satu dengan yang lainnya walaupun urutan perkembangan yang terjadi adalah sama (Trianto, 2007:16-17).

Terdapat tiga prinsip utama dalam teori pembelajaran Piaget adalah sebagai berikut.

1) Belajar aktif

(35)

2) Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Apakah terjadi interaksi di antara subjek belajar maka khasanah kognitif anak dapat diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.

3) Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasaran pada pengalaman nyata daripada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme (Sugandi, 2007:35-36).

Dengan demikian, keterikatan penelitian ini dengan teori Piaget adalah adanya keaktifan, interaksi, dan membangun pengalaman dalam pembelajaran CPS berbasis HOA. Karena tiga hal tersebut, kemampuan berpikir kritis peserta didik akan berkembang menjadi lebih baik.

2.1.2.2 Teori Belajar Vygotsky

(36)

Ada empat prinsip kunci dari teori Vygotsky, yaitu (1) penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran (the sociocultural nature of learning), (2) zona perkembangan terdekat (zone of proximal development), (3) pemagangan kognitif (cognitive apprenticenship), dan (4) scaffolding. Pada prinsip pertama, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain (orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu) dalam proses pembelajaran. Pembelajaran melalui kegiatan sosial dan kultural bertujuan untuk mengembangkan memori, perhatian, dan nalar anak. Kegiatan tersebut menggunakan alat yang ada dalam masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori (Rifa’i & Anni,

2009:34).

Prinsip kedua dari Vygotsky adalah ide bahwa peserta didik belajar paling baik apabila berada dalam zona perkembangan terdekat mereka, yaitu tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan anak saat ini. Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto, 2010:76).

(37)

sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, ataupun yang lain sehingga memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri (Trianto, 2010:76).

Keterkaitan penelitian ini dengan pendekatan teori Vygotsky adalah interaksi sosial dan hakikat sosial yang termuat dalam pembelajaran CPS. Peserta didik melakukan pekerjaan dalam kelompok-kelompok kecil, melakukan diskusi yang bertujuan untuk merangsang peserta didik untuk aktif bertanya dan berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah.

2.1.2.3 Teori Belajar Bruner

(38)

Bruner menyatakan bahwa dalam proses belajarnya anak melewati 3 tahap sebagai berikut.

1) Tahap enaktif, dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi( mengotak-atik) objek.

2) Tahap ikonik, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan anak dalam tahap enaktif.

3) Tahap simbolik, dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terkait dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil (Suherman, 2003:44).

(39)

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang merupakan hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal (Suherman, 2003:7). Gagne menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal (Rifa’i & Anni, 2009:192). Pembelajaran yang bersifat

eksternal salah satunya pengajaran oleh pendidik atau guru.

Terdapat enam komponen pembelajaran sebagaimana diuraikan berikut ini. 1) Tujuan

Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah tercapainya instructional effect yang dapat berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap dan nurturant effect yang dapat berupa kesadaran akan sifat pengetahuan, tenggang rasa, dan kecermatan dalam berbahasa.

2) Subjek belajar

(40)

3) Materi belajar

Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran sebab materi pelajaran akan memberikan warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. 4) Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5) Media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

6) Penunjang

Komponen penunjang berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran, misalnya fasilitas belajar, buku sumber, alat pembelajaran, dan lain sebagainya (Sugandi, 2007:28-30).

Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik (Suyitno, 2004:2). Belajar matematika merupakan upaya untuk membentuk pola pikir dalam suatu pemahaman maupun dalam suatu penalaran, serta pembentukan sikap bagi peserta didik.

(41)

Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di jenjang sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut.

1) Peserta didik memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

2) Peserta didik memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

3) Peserta didik memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Peserta didik memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika (Suherman, 2003:58-59).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan yang dirancang untuk mengajarkan matematika kepada peserta didik. Proses tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan penerapan matematika peserta didik sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe CPS

(42)

kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Suherman, 2003:260). Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 anak yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu (Trianto, 2007:41).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dan kemudian secara bersama-sama membangun pemahaman yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok. Model pembelajaran kooperatif tidak akan terwujud hanya dengan peserta didik duduk dalam kelompok-kelompok kecil kemudian bekerja secara individu atau hanya salah satu dari mereka yang mengerjakan tugas. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas (Suherman, 2003:260).

(43)

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif menuntaskan materi untuk belajar.

2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu (Trianto, 2007:47).

Manfaat kelompok dibentuk dari peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah adalah peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dapat memberikan keuntungan bagi peserta didik yang berkemampuan sedang ataupun rendah. Untuk memperoleh hasil yang optimal dari pembelajaran kooperatif, keanggotaan sebaiknya heterogen, baik dari kemampuan maupun karakteristik lainnya (Suherman, 2003:261).

(44)

dan melibatkan partisipasi peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran (Suryosubroto, 2009:188).

Terdapat tiga prosedur dalam pembelajaran CPS menurut Osborn yaitu: (1) mencari fakta (fact finding), (2) mencari gagasan (idea finding), dan (3) mencari penyelesaian (solution finding) (Pepkin, 2000:62). Mencari fakta (fact finding), yaitu memahami masalah, termasuk mengumpulkan dan menganalisis data yang menyangkut masalah tesebut. Mencari gagasan (idea finding) yaitu mengumpulkan dan mengembangkan gagasan untuk menyelesaikan masalah. Mencari solusi (solution finding) adalah proses mengevaluasi yang berujung pada menemukan solusi akhir untuk masalah yang disajikan.

Melalui pembelajaran CPS, peserta didik tidak hanya menghafal tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-kritisnya. Dalam pembelajaran CPS pendidik/guru berperan aktif sebagai fasilitator bertugas membantu memudahkan peserta didik belajar selain itu juga sebagai narasumber yang harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi perserta didiknya (Suryosubroto, 2009:197). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran CPS adalah sebagai berikut.

(45)

2) Pengungkapan pendapat (brainstorming), pada tahap ini peserta didik dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan satu sama lain.

3) Evaluasi dan pemilihan, pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

4) Implementasi, pada tahap ini peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (Pepkin, 2000:64).

Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran CPS adalah sebagai berikut.

1) Pembentukan kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik dalam setiap kelompok.

2) Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan).

3) Pendidik memberikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi kreatif kepada peserta didik (memberikan pertanyaan, pertanyaan problematis dan tugas).

(46)

5) Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan diperkenankan pada elemen baru ke dalam situasi yang berbeda ( diskusi dalam kelompok kecil). 6) Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif (dilakukan

dengan diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik) (Suryosubroto, 2009:200). Beberapa indikator keberhasilan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CPS menurut Pepkin adalah sebagai berikut.

1) Peserta didik mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah. Maksudnya adalah peserta didik dapat membuat langkah-langkah proses pemecahan masalah dengan memperkirakan keadaan konteks soal.

2) Peserta didik mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah. Maksudnya adalah peserta didik dapat menentukan langkah-langkah pengerjaan melalui beberapa strategi pemecahan masalah. 3) Peserta didik mampu mengevaluasi dan menyeleksi

kemungkinan-kemungkinan tersebut serta kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. Artinya, setelah membuat beberapa kemungkinan-kemungkinan solusi maka peserta didik dapat menyeleksi strategi-strategi yang dianggap mudah dan efektif.

(47)

5) Peserta didik mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. Dari strategi yang didapatkan peserta didik mampu mengembangkannya menjadi suatu jawaban. 6) Peserta didik mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan

dalam berbagai bidang dan situasi.

Sebagai suatu model pembelajaran, CPS memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran CPS sebagaimana disebutkan oleh Sanjaya diantaranya adalah:

(48)

waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, dan (3) memerlukan perencanaan pembelajaran yang teratur dan matang.

2.1.5 Hands OnActivity

Hands on Activity (HOA) adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam menggali informasi, bertanya, beraktivitas, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis data serta membuat simpulan sendiri (Kartono, 2010:23). Melalui HOA peserta didik terlibat langsung dalam proses membangun struktur pengetahuan mereka sendiri melalui informasi yang diperoleh dari kegiatan belajar.

HOA merupakan kegiatan pembelajaran yang mengutamakan aktivitas peserta didik sehingga memungkinkan untuk membangun pemahaman ilmiah dan mengembangkan pemahaman konseptual secara mandiri. Peserta didik diberi kebebasan dalam mengkonstruk pemikiran dan temuan selama melakukan aktivitas sehingga peserta didik melakukan sendiri dengan tanpa beban, menyenangkan dan dengan motivasi yang tinggi (Kartono, 2010: 23).

(49)

pembelajaran HOA peserta didik akan memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri.

Aktivitas peserta didik pada pembelajaran HOA dapat dilakukan secara individu, kelompok kecil, atau seluruh kelas secara bersama-sama (Costu et. al., 2007:36). Adapun karakteristik pembelajaran HOA yang disebutkan oleh Hatta diantaranya kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, peserta didik aktif, tidak membosankan, sharing dengan teman, peserta didik kritis,dan guru kreatif (Kartono, 2010:20).

Selain menemukan konsep sendiri, peserta didik juga akan semakin termotivasi untuk belajar karena pembelajaran yang mereka lakukan lebih menyenangkan dari pembelajaran yang biasanya dilakukan. Melalui pembelajaran HOA peserta didik memperoleh manfaat diantaranya: menambah minat, motivasi, menguatkan ingatan, dapat mengatasi masalah kesulitan belajar, menghindarkan salah paham, mendapatkan umpan balik, dan mampu menghubungkan yang konkrit dan yang abstrak (Kartono, 2010:24).

(50)

mencatat hasil diskusi. Hasil yang diharapkan, masing-masing peserta didik mampu membuat simpulan dari hasil kegiatan berupa sifat-sifat, keliling, dan luas segiempat.

2.1.6 Pembelajaran CPS Berbasis HOA

Pembelajaran CPS berbasis HOA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran CPS yang ditunjang dengan menggunakan kegiatan HOA. Pada tahap pengungkapan pendapat (brainstorming), peserta didik mengumpulkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang disajikan. Pembelajaran HOA dirancang pada tahap ini untuk membantu peserta didik menemukan konsep-konsep yang dibutuhkan.

Konsep-konsep materi pelajaran dalam matematika seharusnya ditemukan sendiri oleh peserta didik. Dengan kegiatan HOA, peserta didik mendapat pengalaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep dalam pembelajaran (Kartono, 2010:24).

(51)

2.1.7 Kemampuan Berpikir Kritis

Ketika peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik melakukan kegiatan berpikir tentang objek yang sudah diberikan (materi pelajaran) dan tugas peserta didik adalah menggali pengetahuan tentang objek tersebut. Menurut Bochenski berpikir adalah perkembangan dalam ide dan konsep (Rosnawati, 2012:3). Kegiatan berpikir bagi peserta didik akan terjadi apabila peserta didik sudah menyadari bahwa objek (materi pelajaran) yang dipelajari tidak sederhana. Peserta didik harus mengenal objek tersebut, selalu melihat, dan menganalisis objek tersebut dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu dibimbing. Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir (Rosnawati, 2012: 3).

(52)

yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

Berpikir kritis adalah sebuah proses yang mana seseorang mencoba untuk menjawab dengan masuk akal pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak tersedia. Krulik dan Rundik mendefinisikan berpikir kritis adala berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah termasuk kemampuan mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis informasi (Rochaminah, 2007:5). Menurut Pikket & Foster berpikir kritis adalah jenis berpikir yang lebih tinggi yang bukan hanya menghafal materi tetapi penggunaan dan manipulasi bahan-bahan yang dipelajari (Rosnawati, 2012:4).

Berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang beralasan dan terfokus pada penetapan apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis, 2001:180). Berpikir kritis sebagai jenis pemikiran yang berkaitan dengan apa yang harus dipercaya atau dilakukan pada situasi atau peristiwa apapun. Berpikir kritis tersebut meliputi berpikir yang beralasan serta didukung oleh pembuktian dan berpikir yang reflektif (Innabi, 2003:124).

(53)

1) Klarifikasi dasar (elementary clarification)

Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) memfokuskan pertanyaan-pertanyaan, (2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan menjawab pertanyaan suatu klarifikasi dan tantangan.

2) Dukungan utama (basic support)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

3) Menyimpulkan (inference)

Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

4) Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengidentifikasi asumsi.

5) Strategi dan Taktik (strategy and tactics)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) memutuskan suatu tindakan dan (2) berinteraksi dengan orang lain.

(54)
[image:54.612.129.545.128.559.2]

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Tahapan Indikator Berpikir Kritis Subindikator Berpikir Kritis 1 Klarifikasi dasar

(elementary clarification)

Memfokuskan pertanyaan (focusing on a question).

Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.

Menganalisis argumen (analyzing argument).

Melihat persamaan dan perbedaan.

Menanyakan dan menjawab pertanyaan (asking and answering question).

Menyebutkan contoh dan memberikan penjelasan sederhana.

2 Dukungan utama (basic support)

Mempertimbangkan sumber yang dapat dipercaya (judging the credibility of source).

Menggunakan prosedur yang dapat dipercaya.

3 Menyimpulkan (inference)

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan (making value judgment).

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta. 4 Strategi dan

Taktik (strategy and tactics)

Memutuskan suatu tindakan (deciding on an action).

Merumuskan solusi alternatif.

(Costa, 1985:63-65).

2.1.8 Pembelajaran Ekspositori

(55)

guru secara aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran (Dimyati & Mudjiono, 2006:172).

Dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah, dominasi guru pada model pembelajaran ekspositori banyak berkurang. Guru tidak terus menerus memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja (Suherman, 2003:203).

Peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi juga mengerjakan soal latihan dan bertanya jika kurang paham. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, atau jika peserta didik masih belum paham guru menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal.

Tujuan utama pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai pada peserta didik (Dimyati & Mudjiono, 2006:172). Kelebihan metode ekspositori adalah sebagai berikut.

1) Dapat menempati kelas besar, setiap peserta didik mempunyai kesempatan aktif yang sama.

2) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru. 3) Guru dapat menentukan hal yang dianggap penting.

(56)

1) Pada model pembelajaran ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik maupun aktivitas mental peserta didik.

2) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). 3) Pengetahuan yang didapat cepat hilang.

2.1.9 Tinjauan Materi tentang Segiempat 2.1.9.1 Persegi Panjang

1. Pengertian Persegi Panjang

[image:56.612.233.409.394.502.2]

Persegi panjang adalah suatu segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan salah satu sudutnya siku-siku.

Gambar 2.1 Persegi Panjang Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut. a. Sisi-sisi persegi panjang yang berhadapan sama panjang. b. Sudut-sudut persegi panjang sama besarnya yaitu 90o. c. Diagonal-diagonalnya sama panjang.

(57)

2. Keliling Persegi Panjang

Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya,

sehingga keliling persegi panjang adalah jumlah semua panjang sisi-sisi persegi

[image:57.612.236.403.232.341.2]

panjang.

Gambar 2.2 Persegi Panjang

Keliling persegi panjang . Karena

dan , diperoleh keliling persegi panjang adalah:

.

Jika dan , maka rumus keliling persegi panjang adalah:

.

3. Luas Persegi Panjang

[image:57.612.258.379.537.630.2]
(58)

Rumus luas daerah persegi panjang adalah . Jika panjang , lebar , dan luas daerah persegi panjang , maka rumus luas daerah persegi panjang adalah:

.

2.1.9.2 Persegi 1. Pengertian Persegi

[image:58.612.259.381.360.481.2]

Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang. Akibatnya semua sifat persegi panjang berlaku pada persegi. Persegi juga disebut segiempat beraturan.

Gambar 2.4 Persegi Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut.

a. Diagonal-diagonal saling memotong membentuk sudut siku-siku ( ). b. Kedua diagonalnya tegak lurus sesamanya.

2. Keliling Persegi

(59)
[image:59.612.267.374.113.220.2]

Gambar 2.5 Persegi

Keliling persegi . Karena

, diperoleh keliling persegi adalah:

.

Jika , maka rumus keliling persegi adalah:

.

3. Luas Persegi

Gambar 2.6 Persegi

Rumus luas daerah persegi adalah . Jika sisi dan luas daerah persegi , maka rumus luas daerah persegi adalah:

(60)

2.2

Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia salah satunya disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan. Sampai saat ini model pembelajaran yang masih umum digunakan oleh guru adalah model pembelajaran ekspositori. Akibat dari model pembelajaran yang berpusat pada guru adalah peserta didik cenderung menghafal materi daripada memahami materi yang diajarkan oleh guru. Kebiasaan peserta didik yang menghafal materi menyebabkan peserta didik menjadi lebih pasif dan menerima begitu saja apa yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan berpikir kritis mereka menjadi tidak berkembang.

Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting dimiliki oleh peserta didik dalam mempelajari matematika, apalagi berpikir kritis memerankan peranan penting dalam berinovasi. Perkembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik harus didukung oleh pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, hal ini sejalan dengan teori belajar aktif dari Piaget dan Bruner. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengaktifkan peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran CPS mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah.

(61)

mengumpulkan, dan menganalisis data serta menyimpulkan sendiri secara mandiri. Diharapkan peserta didik mampu berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah yang sedang dihadapi kemudian membangun konsep sendiri melalui pemahaman yang dimiliki setelah menyelesaikan masalah. Hal ini melatih peserta didik untuk mandiri sehingga kemampuan berpikir kritisnya bisa berkembang.

Berdasarkan argumentasi tersebut, penulis menyatakan bahwa jika terdapat dua kelas berbeda, yaitu kelas yang diajar dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan kelas yang diajar dengan pembelajaran ekspositori maka diduga kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan pembelajaran ekspositori. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA akan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan.

(62)
[image:62.612.111.530.131.548.2]

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir

2.3

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1) Kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran CPS berbasis HOA pada materi segiempat kelas VII mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2) Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran CPS berbasis HOA lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang melaksanakan pembelajaran ekspositori pada materi segiempat kelas VII.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah

Pembelajaran CPS berbasis HOA Pembelajaran Ekspositori

Kemampuan berpikir kritis peserta didik tinggi. Hasil belajar peserta didik SMPN 40 Semarang pada materi

(63)
(64)

46

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan penelitian untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:14).

3.2

Populasi

(65)

3.3

Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut.

1) Pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. 2) Buku sumber yang digunakan sama.

3) Peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama. 4) Peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama.

Dengan menggunakan teknik cluster random sampling dipilih dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran CPS berbasis HOA dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran ekspositori. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen adalah kelas VII F yang terdiri atas 32 peserta didik sebagaimana terlihat pada Lampiran 1 dan kelas kontrol adalah kelas VII H yang terdiri atas 32 peserta didik sebagaimana terlihat pada Lampiran 2

3.4

Variabel Penelitian

(66)

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60).

1) Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:61). Variabel independen pada penelitian ini adalah model pembelajaran CPS berbasis HOA dan model pembelajaran ekspositori. 2) Variabel Terikat

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:61). Variabel dependen dalam penilitian ini adalah kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi segiempat setelam mendapat pembelajaran dengan model CPS berbasis HOA dan pembelajaran ekspositori.

3.5

Desain Penelitian

(67)
[image:67.612.156.485.227.339.2]

Setelah pengumpulan data, peneliti menganalisis pengaruh perlakuan yang diberikan kepada sampel penelitian. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desai Penelitian Posttest Only Control Design

Kelompok Perlakuan Evaluasi

(R) Kelas Eksperimen X Tes

(R) Kelas Kontrol Y Tes

Keterangan: R : random

X : pembelajaran dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA Y : pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori

3.6

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut.

1) Menentukan populasi penelitian yaitu peserta didik kelas VII SMP Negeri 40 Semarang.

(68)

3) Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling. Diperoleh dua kelas sampel yaitu 32 peserta didik dari kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan 32 peserta didik dari kelas VII H sebagai kelas kontrol.

4) Menganalisis data awal sampel penelitian dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.

5) Menyusun instrumen tes uji coba yang meliputi kisi-kisi tes uji coba, soal uji coba, kunci jawaban, dan pedoman penskoran.

6) Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas uji coba yang sebelumnya telah memperoleh materi segiempat yaitu kelas VII G.

7) Menganalisis data hasil tes uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

8) Menentukan butir soal yang akan digunakan.

9) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran CPS berbasis HOA yang disusun dalam RPP.

10) Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen.

11) Melaksanakan tes akhir berupa tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah ditentukan.

12) Menganalisis data hasil tes akhir untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian yang diajukan.

(69)

cluster random sampling

POPULASI

(Kelas VII SMPN 40 Semarang)

SAMPEL

Kelas uji coba

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Perlakuan X

(VII F) Model pembelajaran CPS

berbasis HOA

Perlakuan Y

(VII H) Model pembelajaran

ekspositori

Tes uji coba

Analisis

1. Validitas 2. Reliabilitas

3. Tingkat Kesukaran 4. Daya Pembeda

Tes akhir (tes kemampuan berpikir kritis)

Hasil tes akhir VII F Hasil tes akhir VII

1. Uji normalitas

2. Uji kesamaan dua varians

Analisis

1. Uji ketuntasan individu 2. Uji kesamaan dua rata-rata 3. Uji regresi

Kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

[image:69.612.93.554.108.684.2]

Uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata

(70)

3.7

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini beberapa metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama dan banyaknya peserta didik yang menjadi anggota sampel penelitian. Selain itu metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Data kemampuan awal diperoleh dari data nilai Ulangan Akhir Semester gasal peserta didik.

2) Metode Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah aktivitas peserta didik pada kelas ekspeimen selama proses pembelajaran. Adapun pengambilan data observasi dilakukan melalui lembar observasi aktivitas peserta didik.

3) Metode Tes

(71)

berbentuk uraian yang sebelumnya telah diujicobakan pada kelas uji coba untuk diteliti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Hasil tes dengan soal yang telah dianalisis uji cobanya tersebut digunakan sebagai data akhir untuk membandingkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat diketahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan model pembelajaran CPS berbasis HOA dan model pembelajaran ekspositori.

3.8

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006:60).

3.8.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk uraian untuk mengukur aspek kemampuan berpikir kritis. Tes kemampuan berpikir kritis diberikan kepada kelas VII F dan VII H dengan materi segiempat. Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menentukan pembatasan materi yang diujikan yang diajarkan pada kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

(72)

menyelesaikan soal bentuk uraian berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis.

3) Menentukan banyaknya soal.

4) Menentukan alokasi waktu untuk mengerjakan soal. 5) Membuat kisi-kisi soal.

6) Menuliskan petunjuk mengerjakan soal dan bentuk lembar jawaban. 7) Membuat butir soal dan kunci jawaban.

8) Mengujicobakan soal pada kelas uji coba yang telah ditentukan.

9) Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

10) Menentukan butir soal yang digunakan. 3.8.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

(73)

refleksi pembelajaran; (13) evaluasi pembelajaran; (14) tindak lanjut; (15) menutup pelajaran dengan salam.

Skala yang digunakan dalam lembar pengamatan guru adalah rating scale, dimana data yang diperoleh berupa data kuantitatif kemudian ditafsirkan secara kualitatif. Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan hasil pengukuran dalam penelitian ini adalah (1) skor 1 berarti “kurang baik”; (2) skor 2 berarti “cukup”; (3)

skor 3 berarti “baik”; skor (4) berarti “sangat baik”. Lembar pengamatan aktivitas

guru pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 35. 3.8.3 Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Lembar pengamatan peserta didik pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh nilai aktivitas peserta didik dalam pembelajaran CPS berbasis HOA. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan meliputi: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities.

Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Kesiapan mengikuti pelajaran.

2) Merespon pertanyaan guru pada kegiatan apersepsi.

3) Cepat mengkondisikan diri dalam pembentukan kelompok. 4) Memperhatikan petunjuk guru sebelum pelaksanaan diskusi. 5) Melakukan diskusi dalam kelompok.

(74)

7) Menggunakan alat peraga dalam kegiatan diskusi kelompok.

8) Menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan yang muncul dalam diskusi kelompok.

9) Melakukan tanya jawab dalam proses pembelajaran. 10) Membuat catatan materi dalam proses pembelajaran. 11) Menyelesaikan soal yang diberikan secara kritis dan logis.

12) Memberikan tanggapan ketika kelompok lain melakukan presentasi. 13) Siap menerima tugas berikutnya.

14) Menunjukkan sikap tanggap terhadap pembelajaran CPS berbasis HOA. 15) Membuat simpulan dalam pembelajaran.

Skala yang digunakan dalam lembar pengamatan aktivitas peserta didik adalah rating scale, di mana data yang diperoleh berupa data kuantitatif kemudian ditafsirkan secara kualitatif. Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan hasil pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 31.

3.9

Analisis Instrumen Penelitian

3.9.1 Analisis Instrumen Tes
(75)

3.9.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Cara menyeleksi validitas butir yang sering dilakukan pada berbagai bentuk pengukuran adalah dengan menguji korelasi antara skor butir dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ (Arikunto, 2012:87).

Keterangan :

: koefisien korelasi skor butir soal dan skor total : banyaknya subjek (peserta tes)

: skor tiap butir soal : skor total

(76)

dinyatakan valid jika . Diketahui harga dengan dan taraf signifikan adalah .

Dalam penelitian ini, jika indikator belum terwakili dalam soal maka peneliti mengganti butir yang tidak valid dengan butir lainnya yang memiliki indikator yang sama. Sedangkan jika indikator sudah terwakili oleh butir lain yang telah valid dalam soal maka peneliti tidak menggunakan atau membuang butir yang tidak valid tersebut.

Berdasarkan analisis tes uji coba terhadap 8 soal uraian diperoleh soal valid yaitu soal nomor dan , karena mempunyai dan soal yang tidak valid, yaitu soal nomor dan karena mempunyai . Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 15.

3.9.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas berarti sejauh mana hasil sebuah pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek y

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Gambar 2.1 Persegi Panjang
Gambar 2.3 Persegi Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Status paritas dari 120 persalinan yang mengalami perdarahan postpartum, terdapat 59 orang yang termasuk ke dalam kategori paritas tidak risiko tinggi (49,2%) dan 61 orang

Sehubungan standar akuntansi keuangan yang telah diterapkan oleh PT Pertamina (Persero) mulai 1 Januari 2012, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

Pemesanan jukajo melalui aplikasi WhatsApp yang dilakukan oleh customer dan dicatat oleh Admin PO ke dalam excel dirasakan kurang efektif karena sering terjadi kesalahan input

Prinsip tauhid ini juga menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al- 4XU·DQ dan As-Sunah). Barang siapa yang

When you open a restaurant it becomes part of the community and that community your customers the restaurant public will want to see it become more a part of the community over

Di antara cabang keimanan yang bernilai kemanusiaan adalah: berbuat baik kepada kedua orang tua; berakhlak mulia kepada siapa saja; menjaga jiwa manusia; saling membantu

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Primigravida trimester ketiga yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan wilayah barat tahun 2015 terdiri dari

atau terapi yang yang akan diberikan kepada konseli yaitu menggunakan terapi shalat tahajud. Alasan peneliti memilih terapi shalat tahajud yaitu, saat konseli