• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2. Pembelajaran Fisika

Kata dasar dari pembelajaran adalah belajar. Pengertian belajar sudah banayak dikemukakan oleh para ahli psiokologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Secara psikologi belajar adalahsuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil darai interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dam belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan (Slameto, 1987:2).

Menurut Gange dalam bukunya Ahmad Sabari belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatan (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi (Sabari, 2005:25). Belajar menurut pandangan B.F. Skinner dalam bukunya Slameto belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu periilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon (Slameto, 1987:26)

Berdasarkan pengertian di atas , maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan dan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi, mengalami hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan individu.

Pendapat tersebut diartikan bahwa tuntutan yang berlangsung secara formal akan memberi pengaruh pada terbentuknya pengetahuan, pemahaman, kecakapan, kemampuan ataupun aspek lain yang mengalami perkembangan.

Seperti diketahui bahwa mata pelajaran fisika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan cabang ilmu, maka karakteristik ilmu pengetahuan alam juga merupakan karateristik fisika yang ditandai dengan : yang pertama, fisika terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum tentang gejala alam ini. yang kedua, fisika merupakan kegiatan ilmuan berupa pemikiran penelitian, observasi, dan eksperimen melalui observasi dapat dipahami konsep fisika secara tepat melalui eksperimen sehingga teori-teori fisika dapat di uji kebenarannya. Kemudian yang ketiga, konsep fisika pada dasarnya dapat dinyatakan dalam angka sehingga hasil-hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam rumusan kuantitatif dan matematik. Dan yang terakhir fisika selalau bersifat progresif dan komulatif. Berisfat progresif maskudnya selalau berkembang maju kearah yang lebih sempurna. Bersifat komulatif maksudnya setiap penelitian selalu berdasarkan pada penemuan-penemuannya.

Pada dasarnya pembelajaran mengandung serangkaian proses yang pelaksanaannya oleh guru dan peserta didik yang didasari pada hubungan timbal balik yang berlangsung secara edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Hamdani (2011:71) bahwa pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku peserta didikberubah ke arah yang lebih baik.

Pendapat tersebut relevan dengan pendapat Nata (Fathurrohman, 2015:18) yang menyatakan bahwa pada intinya pembelajaran adalah usaha yang dilkakukan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya terjadi perubahan tingkah laku. Kemudian Fathurrohman (2015:16) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Di sisi lain, pembelajaran juga mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai konotasi yang berbeda. Menurut Degeng (Fathurrohman, 2015:17) bahwa pembelajaran memusatkan pada bagaimana membelajarkan peserta didik dan bukan pada apa yang dipelajari peserta didik. kadang dalam menyebut pembelajaran dan pengajaran terjadi kesalahan istilah. Menurut Fathurrohman (2015:18) menyebutkan bahwa interaksi antara guru dan peserta didik yang sifatnya teacher centered dapa digunakan istilah pengajaran atau teaching. Namun kalau untuk menyebutkan interaksi antara guru dan peserta didik yang sifatnya student centered digunakan istilah

pembelajaran atau instruction/learning. Pada pengajaran pembelajaran terjadi interaksi tarik-menarik atau aktif antara guru dan peserta didik, namun pada pengajaran interaksi rata-rata didominasi oleh guru tanpa ada umpan balik dari peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada lingkungan belajarnya yang pada akhirnya memberi perubahan tingkah laku, daya pikir, maupun keterampilan kepada peserta didik. Pembelajaran fisika adalah salah satu pembelajaran yang membutuhkan banyak media dalam menjelaskan materi pengajaran. Fisika bukan hanya pelajaran yang membahas tentang konsep atau teori saja, melainkan memerlukan pengalaman langsung yang dilakukan oleh peserta didik. Untuk itu akan terlaksana pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

Menurut Rusman (2016:381) bahwa jenis pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu: pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Roy (Rusman, 2016:381) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru merupakan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik merupakan

pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.

3. Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiental Learning) a. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman

(Experiental Learning)

Metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dilandasi oleh teori Dewey (2002:212), yaitu prinsip pembelajaran dengan melakukan (learning by doing). Metode ini berbeda dengan apa yang disebut dengan istilah “belajar dari pengalaman (learning from experience)” karena konteks

“pengalaman” dalam metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah berbeda. Usher dan Solomon (Moon, 2004:104) menyatakan bahwa pengalaman dalam konteks

“learning from experience” diinterpretasikan sebagai segala bentuk kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengalaman dalam konteks “learning from experience” merupakan sebuah pengalaman tertentu yang di dalamnya terdapat pengetahuan yang disampaikan dengan suatu pendekatan tertentu seperti observasi dan refleksi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Evans (Moon, 2004:104) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dapat diinterpretasikan sebagai situasi dimana proses pendidikan diselenggarakan dalam bentuk program pendidikan yang bersifat formal.

Metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) merupakan suatu metode pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalaman secara langsung. Oleh sebab itu, metode pembelajaran ini akan berfungsi ketika siswa berperan serta dan bersikap kritis dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkan dalam bentuk lisan maupun tulis sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, metode pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) menggunakan pengalaman sebagai kasalisator untuk menolong siswa me-ngembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (2005:123) experiential learning merupaka metode yang bertumpu pada proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam situasi pengalaman, dalam tugas sehari-hari, maupun pengalaman dalam tugas pekerjaan. Metode experiential learning sangat cocok jika digunakan dalam pembelajaran keterampilan. Kemudian, menurut David Kolb (dalam Bhat, 2002:5), metode experiential learning adalah suatu proses belajar yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung.

Metode experiential learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun

pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiental learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran (Cahyani, 2009:1). Kemudian menurut Baht (2002:5) experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makana dari pengalaman langsung.

Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada siswa yang dilandaskan pada pemikiran bahwa orang-orang belajar terbaik dari pengalaman secara langsung. Pengalaman belajar akan benar-benar efektif jika menggunakan seluruh siklus dalam model pembelajaran experiential learning, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang dan perencanaan tindakan.

Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau cara berpikir baru.

Menurut Nasution (1995:190), Istilah learning by experience atau belajar melalui pengalaman juga sering diidentikkan dengan istilah learning by doing atau belajar sambil melakukan. experiencing means living throught actual situation.

All product of learning are achieved by the learner throught his own activity. Mengalami berarti menghayati situasisituasi sebenarnya. Semua hasil belajar diperoleh melalui kegiatan sendiri.

Dengan begitu peserta didik akan memperoleh pengalamannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Bagaimanapun pengalaman merupakan seluruh kegiatan dan hasil yang komplek dari interaksi aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar yang tumbuh dengan lingkungan di sekitarnya yang berubah dalam perjalanan waktu.

To “learn from experience” is to make a backward and forward connection between that we do things and what we enjoy for suffer from things in consequence. Menurut Hani’ah (2004:134) bahwa Untuk “belajar dari pengalaman” adalah membuat hubungan antara peristiwa yang lalu dan kemudian (yang akan datang) dari apa kita melakukan sesuatu dan apakah kita senang atau menderita dari suatu pengaruh. Sebagian besar penemuan tentang hubungan pengalaman konkret dan pembelajaran abstrak dianggap bersumber dari John Dewey penulis Experience and Education yang mengatakan dalam bukunya Mel Silberman (2014:3) yang berjudul Handbook Experiential Learning bahwa: hanya sekadar memiliki pengalaman itu tidaklah berarti sama dengan belajar darinya.

Tindakan dan pikiran harus dihubungkan.

Kemudian Baharudin dan Esa (2010:75) menegaskan Model experiental learning memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik.

b. Tahap Pembelajaran Experiential Learning

M. Munir dan Rini (2013:93-96) menyatakan bahwa Pembelajaran experiential learning terdiri 4 tahap, yaitu : Tahap pengalaman nyata, Tahap observasi refleksi, Konseptualisasi dan Tahap implementasi

Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk lingkaran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Experiential Learning cycle

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tahap pengalaman konkrit (concrete), pada tahap ini peserta didik belum

memiliki kesadaran tentang hakikat dari suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Tahap pengamatan aktif dan reflektif (observation and reflection), pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam dunia sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi. Tahap konseptualisasi (forming abstract concept), setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan, selanjutnya diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil pengamatannya. Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.

Tahap eksperimentasi aktif (testing in new Situation), tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus bersifat produk yang nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Belajar harus memberikan ruang

kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan, M. Saechan (2008:82-84).

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiental Learning)

Menurut Taufik (2009:21) menyatakan bahwa terdapat 4 ciri model pembelajaran berbasis masalah (experiental learning) yaitu, keterlibatan siswa dimana siswa aktif melakukan sesuatu, terjadi relevansi terhadap topik pada experiental learning, tanggung jawab siswa dalam experiental learning ditingkatkan, dan penggunaan experiental learning bersifat luwes, baik settingannya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya

Dokumen terkait